Perubahan PNP IX Menjadi PTPN II Dan Pengaruhnya Terhadap Kontrak Kerja

BAB IV MASYARAKAT HINDU BALI MEMBENTUK SEBUAH

KOMUNITAS

4.1 Perubahan PNP IX Menjadi PTPN II Dan Pengaruhnya Terhadap Kontrak Kerja

Setelah pemerintah mengeluarkan peraturan No 28 1975, tentang pengaturan Perusahaan Negara, Perusahaan Negara Perkebunan IX mengalami pergeseran status perusahaan menjadi Persero 34 . Salah satu perubahannya adalah, pemerintah pusat langsung mengelola PT. Perkebunan IX yang dibidangi oleh menteri Negara Pertama dan menteri keuangan. Pemerintah daerah terpaksa menghentikan tanggung-jawabnya dan pengelolaannya terhadap perusahaan yang beroperasi di daerah yang dipimpinnya. Perusahaan Negara Perkebunan IX, sebenarnya sudah sering mengalami perubahaan sebelumnya. Perubahan yang diberlakukan terhadap perusahaan ini sebelumnya lebih mengarah kepada perubahan nama dan juga perubahan terhadap tanaman produksi yang ditanami dalam perusahaan negara tersebut. Sebelum menjadi Perusahaan Negara Perkebuanan IX sistem Perusahaan Negara Perkebunan tidak ada, tetapi pemerintah daerah mengelola sendiri segala jenis perusahaan yang ada di daerah masing-masing. Pada saat ini pemerintah daerah memiliki hak otonomi terhadap perusahaan yang ada di daerah baik dalam 34 Syafruddin Kalo, Masyarakat Perkebunan studi mengenai Sengketa Tanah Masyarakat Versus PTPN II dan III di Sumatera Utara, Medan: Universitas Sumatera Utara. 2003, Hlm. 36 Universitas Sumatera Utara bidang pengelolaan, pembagian hasil, penerimaaan karyawan parusahaan, maupun dalam bidang penjualan produksi. Pemerintah daerah yang dimaksud dalam hal ini adalah pemerintah propinsi Sumatera Utara. Hasil dari hak otonomi daerah ini terlihat jelas terhadap peningkatan pendapatan daerah, terlebih daerah yang memiliki perusahaan- perusahaan perkebunan yang luas. Pemerintah pusat menilai bentuk pengelolaan perusahaan-perusahaan hasil proses nasionalisasi tersebut masih tergolong kurang, termasuk dalam produktivitas, maka untuk selanjutnya pemerintah pusat mengeluarkan surat keputusan mengenai pengelolaan perusahaan-perusahaan tersebut kembali ketangan pemerintah pusat. Pemerintah pusat memperkuat status PT. Perkebunan Nusantara sebagai perusahaan yang dikelola oleh pemerintah pusat, maka peraturan pemerintah No. 28 tahun 1975 pengalihan Perusahaan Negara Perkebunan PNP menjadi PT.Perkebunan Nuantara II dibawah pemgelolaan pemerintah pusat ditambah dengan Akte pendirian PT. Perkebunan II No. 12 tanggal 15 April 1975, Berita Negara RI No. 52 tahun 1978, Surat menteri Keuangan RI No.Kep.114MKW31980 tanggal 23 Oktober 1980, Surat Direksi PT. Perkebuanan Nusantara II, SBPD No.II0XR101198. 35 Sesudah perubahan ini, pemerintah daerah mengalami pengurangan porsi yang sangat besar yang ditarik oleh pemerintah daerah pusat. Perubahan yang terjadi PT. Perkebuanan II, yang langsug dirasakan oleh karyawan lapangan, dalam hal ini sebagai tingkatan jabatan paling rendah adalah 35 Ibid. Hlm. 35 Universitas Sumatera Utara perubahan cara kerja dilapangan. Latar belakang dari perubahan tugas ini berlatar belakang dari perubahan tanaman produksi perkebunan. Sebelum berubah tanaman produksi perkebunan hanya menanam satu jenis tanaman produksi, yaitu karet. Masyarakat hanya perlu memahami pengelolaan tanaman karet. Sedangkan sesudah perubahan, PT. Perkebunan Nusantara II mencoba manggiatkan multi tanaman produksi. Perusahaan Perkebunan Nusantara mencoba menanam tanaman Kelapa Sawit, Tanaman Karet, Tanaman Coklat. 36 Hingga sampai saat in tanaman-tanaman tersebut masih ada yang ditanam. Untuk mempermudah pengelolaan tanaman dan juga para pekerja di PT. Perkebunan Nusantara II, pengelola PT. Perkebunan Nusantara II membagi daerah-daerah perkebunannya menjadi beberapa sub sektor Perkebunan Nusantara II, berdasarkan wilayah-wilayah yang berdekatan diantaranya adalah: 1. Perkebunan Sawit Hulu 12. Kebun Bekium 2. kebuan Sawit Seberang 13. Kebun Tanjung Keliling 3. Kebun Batabg Serangan 14. Kebun Marikel Bukit Lawang 4. Kebun Kuala Sawit 15. Kebun Bekola 5. Kebuan Airtenang 16. Kebun Limau Mungkir 6. Kebun Basilam 17. Kebun Tanjung Garbus 7. Kebun Sawit Hulu 18. Kebun Melati 8. Kebun Gohor Lama 19. Kebun Tandun Riau 9. Kebun Tanjung Beringin 20. Kebun Proyek Sei BUatan 10. Kebun PIR Besitang 21. Kebun Proyek Frafi Irian Jaya 36 Ibid. Hlm. 36 Universitas Sumatera Utara 11. Kebun Padang Brahrang 22. Kebun Proyek Arso Irian Jaya. 37 PT. Perkebunan Nusantara II juga mengalami perubahan visi kedepan atau tujuan yang akan dicapai, sebagai Perusahan Negara yang tarafnya adalah perusahaan Internasional. Adapun orientasi pesan tersebut adalah: 1. Perusahaan adalah suatu kesatuan produksi yang turut menunjang ekonomi Nasional, dengan jalan menghasilkan laba, baik berupa Devisa maupun Rupiah bagi Negara demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. 2. Perusahaan membuka kesempatan kerja bagi seluruh warga negara Republik Indonesia agar dapat memberikan bukti Dharma-Bhakti dan pengabdian dilapangan perkebunan yang disesuaikan dengan kecakapan dan kemakmurannya. 38 Akibat lain dari proses perubahan sistem produksi dalam PT. Perkebunan Nusantara yang berhubungan dengan buruh lapangan adalah penerimaan pekerja lapangan atau buruh. Periode ini sama halnya ketika pada tahun 1963, saat tanaman produksi perkebunan berubah. Memulai program baru perusahaan ini PT.Perkebunan Nusantara II melakukan berbagai usaha untuk mendapatkan sejumlah tenaga kerja lapangan. Posisi seorang buruh ataupun pekerja lapangan saat itu tergolong kurang terpandang dihadapan masyarakat maka pekerjaan ini tidak diminati oleh masyarakat. Babakan pencarian buruh kebon di lapangan tahun 1963, sangat tepat dengan kondisi masyarakat Hindu Bali yang menjadi korban bencana alam 37 Syafruddin Kalo, Op.cit.., Hlm. 51-52 38 Ibid. Hlm. 22 Universitas Sumatera Utara gunung Agung meletus, yang sudah lama menantikan cara mempertahankan keberlangsungan hidup mereka. Pemerintah bekerja sama dengan perusahaan Negara Perkebunan merupakan hal yang bertepatan, sehingga perusahaan mendapat keuntungan di satu sisi, dan pihak masyarakat yang sedang mencari pekerjaan terjawab. Dua kali masa perpanjangan kontrak, maka pada akhir tahun 1975, seiring dengan perubahan status Perusahaan Negara Perkebunan IX menjadi PT. Perusahaan Nusantara II status buruh kontrak berubah menjadi buruh menetap dengan masa kerja tidak dibatasi oleh sistem kontrak, melainkan umur kerja seperti karyawan pemerintahan lainnya. Proses perubahan ini adalah salah satu momen yang sangat penting kepada masyarakat Hindu Bali, yaitu menghilangkan latar belakang masyarakat Hindu Bali yang dulunya sebagai korban letusan Gunung Agung, Mereka masyarkat Hindu Bali tidak akan kembali lagi dengan batas waktu. Masyarakat Hindu Bali menjadi masyarakat yang menetap di kecamatan Perbaungan lengkap dengan unsur religius mereka. Status menjadi masyarakat menetap diperoleh setelah mereka lanjut usia dan berakhir sebagai buruh. Ketika buruh sudah pensiun dari pekerjaan mereka, maka rumah yang mereka tempati harus mereka tinggalkan dan mencari sendiri tempat tinggal masing-masing, sebab hubungan dengan pihak PT. Perkebunan Nusantara II sudah berakhir. Sebagian dari mereka hanya keluar komplex perkebunan saja, tetapi masih dilingkungan desa Pagajahan, sebab hubungan antara sesama mereka Universitas Sumatera Utara sudah kuat, sehingga sangat susah dipisahkan. Mereka inilah yang menjadi salah satu unsur sosial masyarakat Perbaungan.

4.2 Dari Sebuah Kemunitas Menuju Pendirian Pura Di Desa Pegajahan