BAB III KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT HINDU BALI
3.1 Latar Belakang Sosial Masyarakat Hindu Bali
Propinsi Bali merupakan salah satu propinsi yang menyimpan peninggalan Agama Hindu tertua di Indonesia. Masyarakat Indonesia mengakui bahwa Bali
menjadi pusat agama Hindu di Indonesia, hingga sampai saat ini bentuk-bentuk kebudayaan agama Hindu masih ditemukan di Bali.
Sama seperti masyarakat India yang mengaplikasikan kehinduannya dalam menjalankan kehidupannya, demikian juga dengan masyarakat Hindu Bali yang
sudah menjadikan agama Hindu sebagai proses hidup pada setiap harinya. Agama Hindu tidak kurang menjadi suatu cara hidup dari pada kumpulan kepercayaan
16
. Hal ini dibuktikan dari proses pelaksanaan kegiatan hidup setiap hari yang
dipelajari dari kitab Weda. Hubungan antara etnisitas Bali dengan agama Hindu, sudah berlangsung
dalam waktu yang cukup lama. Hindu sudah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Bali, sehingga sulit dipisahkan antara kebudayaan yang berasal dari
agama maupun yang dari etnis Bali sendiri. Ikatan ini berlangsung sejak abad 8 masehi, yang dibuktikan dengan penemuan candi-candi berangka tahun 8 masehi
di Bali dan wilayah Jawa, seperti candi Kalasan di Jawa Tengah. Pada bagain dinding candi sudah banyak ditemukan mantra-mantra yang diyakini sebagai
mantra-mantra agama Hindu.
17
16
Ahmad Shalabi Ali, Perbandinagan Agama-agama Besar di India, Jakarta. Hlm. 37
17
Renggo Astuti, Op.cit., Hal.45
Universitas Sumatera Utara
Kerajaan Bali sejak sejak abad ke 8 masehi, dipastikan telah menjadi kerajaan yang bernuansa agama Hindu. Nama-nama raja yang menduduki tahta
kerajaan Bali diberi gelar Warmadewa, gelar yang merupakan pengaruh dari agama hindu. Pemberian gelar ini diketahui sudah digunakan masyarakat Bali
sejak 835 tahun saka, yaitu seorang rajanya yang bernama Sang Ratu Uraseno
18
.
Selanjutnya kerajaan Bali beralih ketangan Sang Ratu Sriaji Taba Hendra Warmadewa bersama permaisurinya yang bernama Sang Ratu Luhur
Trisubradika Darmadewi. Hal yang sangat mendukung yang dapat
membuktikan bahwa kerajaan Hindu sudah beraplikasi dengan kerajaan Bali adalah adalah peninggalan di Thira Tamapt di Tampak Siring, sebagai wilayah
kekuasaan kerajaan Bali.
Seorang raja yang bernama Dharma Udayana Warmadewa pernah
memimpin kerajaan Bali pada tahun 905 sampai 923 yang dapat meyakinkan kita bahwa kerajaan Bali adalah kerajaan Hindu yang paling banyak meninggalkan
nilai-nilai kehinduan. Ketika Dharma Yudayana digantikan oleh Paduka Batara Sri Asta Ratna Bumi Banten pengaruh kebudayaan Hindu tetap dikembangkan
Hubungan antara masyarakat Bali dengan agama Hindu sudah berjalan bersama sejak masyarakat Bali mengenal budaya yang religius, yaitu sejak abad
ke-8 hingga saat ini, sehingga penyatuan antara dua komponen ini dinamakan dengan masyarakat Hindu-Bali
19
. Kerajaan Islam segera mengganti posisi kerajaan Hindu, tetapi kerajaan yang ada di wilayah Bali tetap mempertahakan
pengaruh kehinduannya.
18
Nurhabsyah, Sejarah Agama dan Kebudayaan Hindu di Indonesia, Skripsi tidak diterbitkan pada Universitas Sumatera Utara, Medan: Fakultas Sastra USU. Hlm. 11
19
Renggo Astuti, Op.cit., Hlm. 49
Universitas Sumatera Utara
Sampai tahun 1990, budaya masyarakat Bali tetap bercorakkan agama Hindu, termasuk bentuk keakrapan, organisasi sosial masyarakat Bali tetap ditata
dengan ajaran Hindu, misalnya bentuk-bentuk upacara adat, menyerahkan sesajen dalam pura, melaksanakan acara Voedalan dan upcara agama Hindu lainnya yang
rutin dilaksanakan oleh Masyarakat Hindu-Bali. Begitu pula dengan masyarakat Hindu Bali yang bermukim di desa Pegajahan kecamatan Perbaungan. Mereka
tetap menjalankan acara-acara ritual keagamaan seperti ketika mereka masih tinggal di pulau Bali, walaupun disini mereka telah bergaul dengan masyarakat
lainnya.
3.2 Peristiwa Meletusnya Gunung Agung