Struktur Pemerintahan Desa Pegajahan

2.4 Struktur Pemerintahan Desa Pegajahan

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk, yang didasari oleh hukum dan sistem sosial, yang dipimpin langsung oleh seorang Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri. Sebagai unit terendah dari sistem administrasi pemerintahan, desa dipimpin oleh Kepala Desa, dengan beberapa aturan yaitu sebagai berikut: - Karangka atau struktur pemerintahan desa yang menjadi wadah kerja sama - Pembagian tugas dan fungsi serta wewenang dan tanggung jawab - Pengaturan dan penyusunan staf pelaksana - Pengaturan hubungan kerja antara antara satuan kerja organisasi dan suatu tata hubungan kerja 15 Desa Pegajahan juga mempunyai struktur organisasi pemerintahan yang unsur-unsurnya, Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan Kepemerintahan, Kepala Urusan Pembangunan, Kepala Urusan Umum, dan Kepala Dusun. Semua unsur pemerintahan desa Pegajahan ini saling kerja sama satu sama lain. Pada pelaksanaan pemerintahan di desa Pegajahan, unsur yang sering aktif menjalankan tugasnya adalah Kepala Desa dan Sekretaris Desa, sedangkan unsur- unsur yang lainnya kurang aktif. Bagan yang seharusnya dilaksanakan dalam suatu desa adalah sebagai berukut: 15 C. S. T Kansil, Undang-undang No 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa, Jakrta: Ghalia Indonesia, 1983, Hal.3 Universitas Sumatera Utara BAGAN I STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA PEGAJAHAN KEPALA DESA K UMUM K PEMBANGUNAN K.PEMERINTAHAN SEKDES LKMD LMD K DUSUN DUSUN I DUSUN II DUSUN DUSUN IV DUSUN V DUSUN VI Sumber: Kantor kepala Desa Pegajahan 1990 Universitas Sumatera Utara

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT HINDU BALI

3.1 Latar Belakang Sosial Masyarakat Hindu Bali

Propinsi Bali merupakan salah satu propinsi yang menyimpan peninggalan Agama Hindu tertua di Indonesia. Masyarakat Indonesia mengakui bahwa Bali menjadi pusat agama Hindu di Indonesia, hingga sampai saat ini bentuk-bentuk kebudayaan agama Hindu masih ditemukan di Bali. Sama seperti masyarakat India yang mengaplikasikan kehinduannya dalam menjalankan kehidupannya, demikian juga dengan masyarakat Hindu Bali yang sudah menjadikan agama Hindu sebagai proses hidup pada setiap harinya. Agama Hindu tidak kurang menjadi suatu cara hidup dari pada kumpulan kepercayaan 16 . Hal ini dibuktikan dari proses pelaksanaan kegiatan hidup setiap hari yang dipelajari dari kitab Weda. Hubungan antara etnisitas Bali dengan agama Hindu, sudah berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Hindu sudah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Bali, sehingga sulit dipisahkan antara kebudayaan yang berasal dari agama maupun yang dari etnis Bali sendiri. Ikatan ini berlangsung sejak abad 8 masehi, yang dibuktikan dengan penemuan candi-candi berangka tahun 8 masehi di Bali dan wilayah Jawa, seperti candi Kalasan di Jawa Tengah. Pada bagain dinding candi sudah banyak ditemukan mantra-mantra yang diyakini sebagai mantra-mantra agama Hindu. 17 16 Ahmad Shalabi Ali, Perbandinagan Agama-agama Besar di India, Jakarta. Hlm. 37 17 Renggo Astuti, Op.cit., Hal.45 Universitas Sumatera Utara