3.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani responden melalui wawancara langsung petani dan
pengisian daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan meliputi: 1.
Identitas responden. 2.
Kepemilikan lahan, kondisi usaha tani. 3.
Sarana produksi pertanian. 4.
Produksi. 5.
Sistem pemasaran. 6.
Manajemen usaha tani. 7.
Pendapatan. 8.
Data lain yang mendukung. Sedangkan data sekunder yang berhubungan dengan objek penelitian
dikumpulkan dan berasal dari Instansi Pemerintah seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pertanian, Kantor Statistik, Kecamatan dan dinas terkait
maupun sumber lainnya. Selanjutnya keseluruhan data yang diperoleh diolah secara bertahap dengan
metode tabulasi sesuai dengan urutan prioritasnya. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan program SPSS Statistical Package for
Social Science dan juga analisa deskriptif.
Universitas Sumatera Utara
3.5. Model Analisis Data
3.5.1. Model Analisis Pengaruh Faktor-faktor Produksi Tanaman Pangan
Untuk mengetahui dan menganalisis peningkatan produktivitas dan pengaruhnya terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai
di Kecamatan Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin digunakan model analisis yang secara matematis sederhana dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
Y = bo + X1b1 + X2b2 + X3b3 + eu Model tersebut di atas merupakan bentuk persamaan linear berganda dengan
menggunakan sumber data tidak terkontrol berasal dari hasil survey dan wawancara di lapangan, sedangkan data terkontrol Soekartawi, 1994 adalah data yang diperoleh
berdasarkan kontrol dari peneliti seperti percobaan di laboratorium, pemupukan dan sebagainya.
Di mana: Y
= Tingkat produktivitas Skala 1 – 5 bo
= Konstantaintercept b1 b2, b3
= Koefisien regresi untuk masing-masing variabel X1
= Kebijakan Pemerintah Skala 1 – 5 X2
= Infrastruktur Pendukung Skala 1 – 5 X3
= Kelembagaan Petani Skala 1 – 5 e = Disturbance termerror term
Universitas Sumatera Utara
Untuk menganalisa
pengembangan wilayah
melalui peningkatan
kesejahteraan masyarakat dilihat dengan banyaknya pengembangan fasilitas yang dibutuhkan masyarakat dan kehidupan sosial ekonomi yang semakin berkembang.
1. Pengujian Koefisien Regresi secara Serentak Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah faktor-faktor yang ada di dalam
model mempengaruhi tingkat produktivitas secara bersama-sama, melalui uji “F” dengan kriteria yaitu:
Hipotesa Ho : b1, b2, b3,... bn = 0 Atau b1 = b2 = b3...bn = 0 secara serentak berpengaruh nyata
terhadap produktivitas padi sawah. H1 paling sedikit salah satu b1 ≠ 0 secara serentak tidak berpengaruh nyata
terhadap produktivitas padi sawah. Jika:
F hitung F tabel maka : H1 diterima, Ho ditolak F hitung F tabel maka : Ho diterima, H1 ditolak
Artinya jika Ho diterima maka faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas mulai ke –i sampai ke n secara bersama-sama tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas pada tingkat kepercayaan tertentu, sebaliknya jika Ho ditolak maka faktor-faktor yang mempengaruhi
peningkatan produktivitas mulai ke i sampai ke n secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas padi sawah pada tingkat
kepercayaan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Nilai koefisien determinasi R
2
menunjukkan seberapa besar variasi variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen, nilai ini berkisar antara nol
sampai satu 0 ≤ R
2
≤ 1. Semakin besar nilai R
2
maka semakin besar pula variasi variabel dependen yang mampu menjelaskan variasi variabel independen.
2. Pengujian Koefisien Regresi secara Tunggal Pengujian ini untuk melihat apakah masing-masing faktor yang ada dalam model
mempengaruhi secara terpisah terhadap peningkatan produktivitas. Pengujian dengan menggunakan uji –t yaitu:
Hipotesa Ho : b1 = 0, ada hubungan masing-masing faktor H1 : b1 ≠ 0, tidak ada hubungan masing-masing faktor
Jika t hitung t tabel maka : H1 diterima, Ho ditolak Jika t hitung t tabel maka : H1 ditolak, Ho diterima
Terima Ho berarti faktor Xn secara tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas padi sawah, sebaliknya tolak Ho berarti faktor Xn
secara tunggal berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas padi sawah pada tingkat kepercayaan tertentu.
3. Pengujian Model Regresi dan Korelasi Dengan menggunakan metode ordinary least square OLS akan diperoleh
koefisien regresi masing-masing variabel melalui tahapan sebagai berikut: 3.1. Multikolinearitas, pengujian dengan menggunakan uji korelasi antar variabel
bebas
Universitas Sumatera Utara
3.2. Autokorelasi, dilakukan dengan cara menguji Durban-Watson D-W test yaitu: hipotesis : Ho : ß = 0
H1 : ß ≠ 0 a.
Jika D-W hitung lebih kecil dari pada d
L
atau lebih besar dari pada 4- d
L
maka Ho ditolak dengan kata lain terdapat autokorelasi. b.
Jika D-W hitung terletak antara d
u
dan 4- d
u
maka Ho diterima yang berarti tidak ada autokorelasi.
c. Jika D-W hitung terletak antara d
L
dan d
u
atau diantara 4- d
u
dan 4- d
L
maka uji D-W tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti inconclusive.
3.3. Heteroskedastisitas, pengujian dengan menggunakan cara Scatterplot antara nilai individual variabel bebas dengan variabel terikat.
3.4. Normalitas, pengujian ini menggunakan grafik yang menggambarkan distribusi nilai residiual variabel dependen dan independen dalam regresi
yang akan digunakan. Dari hasil pengujian ini akan diperoleh distribusi residual berdistribusi normal apabila titik-titik penyebarannya mengikuti
arah garis diagonal Santosa, 1999. Asumsi klasik menyatakan bahwa model regresi harus memenuhi asumsi normalitas.
Untuk mengolah data yang diperoleh digunakan paket komputer Statistical
Package for Social Sciences SPSS 13 for Windows. Soekartawi 1989 mengatakan bahwa Fungsi produksi Cobb-Douglas
merupakan fungsi produksi yang paling utama digunakan dalam bidang pertanian.
Universitas Sumatera Utara
Keunggulan fungsi ini adalah pangkat dari fungsi atau koefisien âi i = 1, 2, …, n merupakan elasititas produksi Ep yang dapat digunakan secara langsung dan
penjumlahan dari koefisien dapat menduga bentuk skala usaha return to scale atau tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Dengan skala usaha return to
scale akan dapat diketahui apakah kegiatan suatu usaha tani yang diteliti dapat mengikuti kaidah increasing, constant atau decreasing return to scale.
1. Increasing returns to scale, bila b1 + b2 + …. b5 1. Ini artinya bahwa
proporsi penambahan faktor-faktor produksi akan menghasilkan tambahan hasil produksi yang proporsinya lebih besar. Jadi, misalnya masukan produksi
ditambah 10 persen, maka produksi akan bertambah sebesar 20 persen. 2.
Constant returns to scale, bila b1 + b2 + …. b5 = 1. Dalam keadaan demikian
penambahan faktor-faktor produksi akan proporsional dengan penambahan hasil produksi yang diperoleh. Bila faktor produksi ditambah 20 persen, maka hasil
produksi akan bertambah juga sebesar 20 persen. 3.
Decreasing returns to scale, bila b1 + b2 + …. b5 1. Dalam keadaan
demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor-faktor produksi melebihi proporsi penambahan hasil produksi. Misalnya, bila penggunaan faktor-
faktor produksi ditambah 20 persen, maka hasil produksi akan bertambah lebih kecil dari 20 persen.
Besaran elastisitas produksi dapat menggambarkan batas-batas yang penting dalam fungsi produksi usaha tani padi sawah. Batas-batas tersebut terdiri dari tiga
daerah, seperti terlihat pada gambar.
Universitas Sumatera Utara
Tahap I Tahap II Tahap III PM
Gambar 3.1. Elastisitas Produksi dan Daerah-daerah Produksi
PT = Produk Total PR = Produk Rata-rata
PM = Produk Marjinal Gambar ini menunjukkan hubungan produk total PT, produk rata-rata PR,
produk marjinal PM, elastisitas produksi Ep, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Daerah pertama menunjukkan, bahwa produk marjinal PM lebih besar dari
produk rata-rata PR. Pada daerah ini, produk rata-rata PR terus meningkat sampai mencapai maksimum. Produksi masih bisa ditingkatkan karena belum
tercapainya tingkat efisiensi. Berdasarkan nilai dari elastisitas produksi, maka penambahan faktor produksi sebesar satu persen pada daerah ini akan
PT C
B
A Q
PR L
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan penambahan produk yang selalu lebih besar dari satu persen. Produksi masih dapat ditingkatkan selama produk rata-rata PR masih terus naik.
2. Daerah kedua menunjukkan produk marjinal PM lebih kecil dari produk rata-
rata PR. Pada daerah ini, efisiensi teknis dari faktor-faktor produksi telah tercapai. Berdasarkan nilai dari elastisitas produksi, penambahan faktor produksi
sebesar satu persen pada daerah ini akan menyebabkan penambahan produk sebesar satu persen. Selain itu daerah ini merupakan daerah ekonomis yang sesuai
dengan penggunaan faktor-faktor produksi. Untuk mendapatkan ketepatan penggunaan faktor-faktor produksi, terlebih dahulu diketahui harga faktor-faktor
produksi itu sendiri dan harga produk. 3.
Daerah ketiga menunjukkan produk marjinal PM lebih kecil dari nol. Keadaan ini terjadi pada saat antara input tetap dengan input variabel jumlahnya tidak
seimbang, dan produk total PT akan menurun. Berdasarkan nilai dari elastisitas produksi, penambahan faktor produksi akan menyebabkan pengurangan produk.
3.5.2. Kontribusi
Hasil Pertanian
Tanaman Pangan
Padi terhadap
Pengembangan Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai
Berkenaan dengan latar belakang, permasalahan dan tujuan penelitian untuk mengetahui kontribusi usaha taninya terhadap pengembangan wilayah Kabupaten
Serdang Bedagai dilakukan dengan analisis deskriptif.
Universitas Sumatera Utara
3.6. Definisi Variabel Operasional
1. Produktivitas pertanian tanaman pangan dalam arti sempit dapat diartikan sebagai
kemampuan berproduksi dalam satu satuan luas. Namun secara luas produktivitas diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh dengan menggunakan segala potensi
sumber daya yang ada disertai dengan kemampuan untuk meminimumkan segala resiko yang dapat memperkecil pendapatan tersebut dalam satu satuan periode
yang dibutuhkan. 2.
Petani dengan lahan luas adalah jika lahan yang dimiliki lebih dari 1 hektar, sedangkan petani lahan sedang jika memiliki lahan 0,5 –1 hektar dan petani lahan
sempit adalah petani dengan lahan kurang dari 0,5 hektar. 3.
Produksi adalah hasil out put yang dicapai oleh suatu pertanaman dalam satu kali musim tanam.
4. Kebijakan Pemerintah merupakan arahan ataupun keputusan peraturan yang
ditujukan untuk meningkatkan produksi pertanian melalui berbagai cara, metode maupun program yang telah ditetapkan untuk dapat diaplikasikan di tengah-
tengah masyarakat. 5.
Infrastruktur pendukung merupakan sarana dan prasarana yang berfungsi sebagai pendukung dicapainya suatu produksi optimum dari suatu pertanaman seperti
misalnya sarana pendukung ketersediaan air irigasi, jalan-jalan desa guna memperlancar pengangkutan bahanhasil pertanian termasuk juga mesin-mesin
pengolah hasil pertanian.
Universitas Sumatera Utara
6. Kelembagaan adalah wadahorganisasi tempat berkumpulnya petani dalam
memajukan bidang pertaniannya selain itu juga berfungsi sebagai sarana tukar menukar informasi, dan pengetahuan para petani.
7. Pengembangan wilayah adalah suatu usaha untuk mengelola segala potensi yang
ada pada suatu daerah dengan melaksanakan pembangunan di berbagai sektor melalui beberapa program kegiatan dalam upaya meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi
Indikator Pengukuran
Kebijakan Pemerintah X
1
Merupakan arahan ataupun keputusan peraturan
yang ditujukan
untuk meningkatkan
produksi pertanian
melalui berbagai cara, metode maupun program yang telah ditetapkan untuk
dapat diaplikasikan di tengah-tengah masyarakat.
Penggunaan pupuk pestisida
Likert Skala 1-5
Infrastruktur X
2
Merupakan sarana dan prasarana yang berfungsi
sebagai pendukung
dicapainya suatu produksi optimum dari suatu pertanaman seperti misalnya
sarana pendukung ketersediaan air irigasi,
jalan-jalan desa
guna memperlancar pengangkutan bahan
hasil pertanian termasuk juga mesin- mesin pengolah hasil pertanian.
Irigasi. Kondisi jalan.
Luas lahan. Tata cara kepemilikan
teknologi. Pengolahan.
Likert Skala 1-5
Kelembagaan X
3
Wadahorganisasi tempat berkumpul- nya petani dalam memajukan bidang
pertaniannya selain itu juga berfungsi sebagai
sarana tukar
menukar informasi, dan pengetahuan para
petani. Koperasi
Kelompok tani P3A
GP3A PPL
Likert Skala 1-5
Produktivitas Petani
Y Pendapatan yang diperoleh dengan
menggunakan segala potensi sumber daya
yang ada
disertai dengan
kemampuan untuk
meminimumkan segala resiko yang dapat memperkecil
pendapatan tersebut dalam satu satuan periode yang dibutuhkan.
Luas lahan Benih
Pupuk Pestisida
Tenaga Kerja Jumlah Produksi
Likert Skala 1-5
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Wilayah Serdang Bedagai
4.1.1. Letak Wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai adalah salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang berdasarkan
Undang-Undang No. 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Propinsi Sumatera Utara dan diresmikan pada tanggal
7 Januari 2004. Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2
o
57” Lintang Utara, 3
o
16” Lintang Selatan, 98
o
33” Bujur Timur, 99
o
27” Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Serdang
Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km
2
yang terdiri dari 17 kecamatan, 237 desa dan 6 kelurahan definitif. Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai di sebelah Utara
berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan dengan Kabupaten Simalungun, sebelah Timur dengan Kabupaten Batu Bara dan Kabupaten Simalungun, serta
sebelah Barat dengan Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan Tabel 4.1 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara