BAB III GHARIM DALAM PANDANGAN FUKAHA DAN
KEDUDUKANNYA DALAM FIKIH
A. Makna Gharim Dalam Fikih Klasik
1. Madzhab Hambali
Kata gharimin adalah bentuk jamak dari gharim yang artinya wajib karena hutang itu harus dibayar.
64
a. Orang yang berhutang untuk kepentingan pribadi, untuk hal-hal yang
diperbolehkan atau hal-hal yang haram dengan syarat ia bertaubat, maka ia dapat memperoleh zakat sebatas untuk menutupi sisa hutangnya.
65
b. Orang yang berhutang untuk kepentingan sosial.
2. Madzhab Maliki
Yang dimaksud gharim adalah orang yang mempunyai hutang, sedang ia tidak mempunyai apa-apa untuk melunasi hutangnya. Maka hutangnya itu
dapat dilunasi dari zakat, sekalipun setelah ia meninggal dunia.
66
3. Madzhab Hanafi
Yang dimaksud gharim menurut madzhab ini adalah orang yang mempunyai hutang dan tidak mempunyai harta lebih selain untuk membayar
64
Anshari Taslim, Fiqh Imam Syafi’I, Puasa dan Zakat, terj. Jakarta: Pustaka Azzam, 2003, h. 205.
65
Moch. Anwar, dkk. Fathul Mu’in. Bandung Sinar Baru Agensindo, 1994, h. 583.
66
M. Zuhri, dkk, Fiqh Empat Madzhab, Semarang: As-Syifa, 1994, cet. ke 1, jilid 4, h. 164.
hutangnya, membayar zakat kepadanya untuk menutupi hutang lebih utama daripada memberikan kepada fakir.
67
4. Madzhab Syafi’i
Sedangkan yang dimaksud gharim menurut madzhab syafi’I adalah terdiri dari empat macam:
a. Mereka yang berhutang untuk mendamaikan kedua kubu yang
bersengketa agar terhindar dari perkelahian yang menyebabkan pembunuhan, maka golongan ini berhak menerima zakat meskipun yang
menerimanya adalah orang kaya. Tujuannya adalah untuk memberikan dukungan kepada mereka karena telah melakukan suatu amalan yang
sangat terpuji. Allah berfirman didalam Al-Quran:
Š‹ HG -
H ¤Xx
]S GMv£
n¥6 Š‹ 7
n +S + +Sg
0: g
E+S
g Ÿ1 I?n• 7
[‰ A+ 3
3 j
+S GTEC=+Z
[¦ f:œ
+ .G
M §
“: +
G : :
nog b© 8+
F I \
:
Artinya: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh manusia
memberi sedekah, atau berbuat maruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa yang berbuat
demikian Karena mencari keredhaan Allah, Maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar.
Q.S. An-Nisaa 4: 114
b. Orang yang berhutang karena menjamin seseorang.
67
M. Zuhri, dkk, Fiqh Empat Madzhab, Semarang: As-Syifa, 1994, cet. ke 1, jilid 4, h.158
c. Orang yang berhutang untuk diri atau keluarganya dalam hal yang
diperbolehkan. d.
Orang yang berhutang untuk kemaslahatan umum, seperti membangun rumah, persinggahan untuk para tetamu, membangun masjid atau rumah
sakit dan sebagainya. Maka mereka berhak untk menerima zakat seandainya tidak sanggup membayarnya.
68
Pada Madzhab Syafi’I dan Hambali diatas, gharim terbagi menjadi beberapa bagian. Sedangkan pada Madzhab Hanafi dan Maliki tidak
membahaskan bagian-bagian gharim yang harus diberi zakat, namun kedua madzhab tersebut hanya memberikan pengertiannya saja, sebagaimana yang
telah disebutkan diatas. Menurut ulama fikih klasik dalam arti global pada empat madzhab ini,
gharim adalah orang yang mempunyai hutang, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan sosial, pada madzhab Hambali pula orang yang
mempunyai hutang dalam hal-hal yang haram boleh mendapatkan zakat hanya sebatas untuk menutupi sisa hutangnya, tapi dengan syarat sebelumnya harus
bertaubat. Pada madzhab Hanafi pula memberikan zakat kepada orang yang mempunyai hutang lebih utama dari pada memberikannya kepada orang fakir.
Menurut madzhab Maliki pula gharim adalah orang yang mempunyai hutang, maka hutangnya dapat dilunasi dari pemberian zakat, sekalipun setelah ia
meninggal dunia.
68
Anshari Taslim, Fiqh Imam Syafi’I, Puasa dan Zakat, terj. Jakarta: Pustaka Azzam, 2003, h.205.
Dari keempat definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan gharim adalah orang yang berhutang dan tidak mempunyai
harta yang cukup untuk menutupi hutangnya, baik hutang itu untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan masyarakat. Mereka berhak
menerima zakat untuk menutupi hutangnya. Dengan syarat hutang tersebut tidak digunakan untuk kemaksiatan atau pun hal-hal yang dilarang oleh syariat
Islam.
B. Makna Gharim Dalam Fikih Kontemporer