BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Umat Islam adalah umat yang mulia, umat pertengahan yang dipilih Allah untuk mengembangkan risalah agar mereka menjadi saksi atas segenap umat dan
bangsa. Tugas umat Islam adalah untuk mewujudkan tata kehidupan dunia yang adil, makmur, tenteram dan sejahtera dimana pun mereka berada.
Bahwa kenyataannya umat Islam kini jauh dari kondisi yang diharapkan, yaitu sebagai akibat yang belum mampu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.
Umat Islam memiliki potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah. Jika seluruh potensi itu dikembangkan dengan saksama, diangkat dengan potensi
akidah Islamiyyah dan kandungan Islam yang jernih, akan memperoleh hasil yang optimal.
1
Salah satu pokok ajaran Islam yang belum ditangani secara serius adalah penanggulangan kemiskinan, dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan
pendayaan zakat dalam arti yang seluas-luasnya sebagaimana yang telah dilakukan dan dicontohkan oleh Baginda Rasulullah SAW. serta para penerusnya dizaman
kegemilangan Islam.
2
1
Gustian Djuanda, S.E., M.M, dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, h.285.
2
Didin Hafidhuddin, dkk, Panduan Zakat Praktis: Edisi Penghasilan Jakarta: PT. Parindo Tri Pustaka, 2005, h. 1.
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang merupakan kewajiban agama yang dibebankan atas harta kekayaan seseorang menurut aturan yang tertentu.
3
Zakat juga adalah salah satu kewajiban yang sangat penting bagi masyarakat mukmin yang
memenuhi syarat Syariah Islam sebagai muzakki untuk mengeluarkan sebagian pendapatan atau harta guna yang diberikan kepada mustahik yang telah ditetapkan
oleh Syariah Islam.
4
Hampir setiap ayat yang menyuruh mengerjakan shalat akan selalu diiringi dengan perintah mengeluarkan zakat. Perkataan zakat yang disebut
didalam Al-Quran ada sebanyak 82 kali.
5
Setiap ayat yang menyuruh mengeluarkan zakat selalu dirangkaikan dengan perintah mendirikan shalat karena zakat merupakan
rukun Islam yang kedua. Ini menunjukan bahwa zakat adalah kewajiban yang sangat penting. Shalat adalah merupakan sarana komunikasi utama diantara manusia dengan
penciptanya Allah SWT., sedangkan zakat pula adalah sarana komunikasi utama diantara manusia dengan manusia lainnya didalam masyarakat.
6
Zakat termasuk dalam kategori ibadah wajib seperti shalat, haji, dan juga puasa dibulan Ramadhan yang telah diatur berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah. Ia
juga sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia sejagat.
7
3
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf Jakarta:UI Press,1998, h.1.
4
Lili Bariadi, dkk, Zakat Wirausaha Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005, Cet. Ke-1, h. 6.
5
Ahmad M Saepudin, Studi Nilai-Nilai Ekonomi Islam Jakarta: Media Dakwah, 1984, h. 68.
6
Gustian Djuanda, S.E., M.M, dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, h. 10.
7
Ibid., h. 13.
Dalam kehidupan manusia, pasti mengharapkan kesejahteraan, baik dari kesejahteraan duniawi maupun kesejahteraan ukhrawi. Sehingga pantas jika manusia
sering berdoa dan memohon kepada Allah SWT., untuk keselamatan dunia dan akhirat. Salah satu doa yang sering diucapkan dan dibacakan adalah doa yang termuat
didalam Al-Quran yaitu:
+ ,-. -0
1+
3 \
\
Artinya: …Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka
Q.S. Al-Baqarah: 201
Jelas sudah dengan dibaca ayat ini, akan menjadi petunjuk bahwa setiap manusia mengharapkan kehidupan yang sejahtera di dunia dan akhirat. Dalam upaya
mencari kesejahteraan itu, disinilah zakat mempunyai peranan yang sangat penting terutama manfaat zakat bagi penerimanya yaitu membantunya didalam memenuhi
keperluan hidup yang tidak dapat dipenuhinya sendiri. Sedangkan manfaat zakat bagi yang mengeluarkannya adalah membersihkan hartanya.
Zakat diwajibkan kepada golongan yang mempunyai kemampuan lebih dalam hal materi atau dalam istilah lain yaitu golongan ini disebut dengan sebutan orang
kaya atau berkemampuan untuk membantu golongan yang tidak mampu dilingkungan mereka, seperti orang fakir, miskin dan sebagainya. Semua itu adalah bentuk
kebaikan agama Islam terhadap golongan yang tidak berkemampuan.
Dalam zakat terdapat dua aspek penting, salah satunya adalah kemana zakat tersebut akan disalurkan, sehingga zakat menjadi suatu nilai ibadah bagi yang
menjalankannya. Allah SWT. telah menyebutkan delapan golongan yang berhak menerima zakat dan orang yang berhak menerima zakat ini lebih dikenal dengan
nama mustahik zakat sebagaimana yang terdapat didalam firman Allah SWT.:
4 56 7
89 :; + :78=?
A,B 5C +D
5 EC FGHI?+J
1=K 1:5C
GMFJO E?E P
:QR +A SQ
+ C
P T UV
C T U
W XYZQ :
[\ ]S B
_ ?+J
Y ,U ﺏ
\ :
Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang- orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk
hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana
Q.S. At-Taubah: 60
Oleh karena itu, penulis melihat ada perlunya suatu kajian serius mengenai masalah mustahik yang dari dulu tidak pernah jelas akan jalan penyelesaiannya. Akan
tetapi pada penulisan ini, penulis akan hanya membatasi dalam permasalahan mengenai mustahik yang berhutang atau dikenal dengan nama gharim, yaitu orang
yang berhutang sehingga timbul pertanyaan gharim yang bagaimana yang berhak dan layak untuk menerima zakat dan yang tidak berhak menerima zakat.
Gharim juga termasuk didalam golongan mustahik zakat. Didalam hal ini seringkali diperdebatkan baik yang dikemukakan oleh Imam Madzhab maupun
pendapat perorangan. Namun demikian, praktek di Johor bahwa gharim tidak
mendapat haknya dengan adil dan permasalahan seperti ini seringkali terjadi dan persoalan akan timbul terhadap mustahik tersebut dan juga amil zakat itu sendiri.
Dari uraian diatas, perlu dibuat kajian untuk mendalami hal tersebut. Oleh
karena itu penulis memilih judul PEMBAGIAN ZAKAT TERHADAP GHARIM MENURUT FIKIH KLASIK DAN FIKIH KONTEMPORER Studi Kasus di
Wilayah Johor Darul Takzim, Malaysia .
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah