Cara dan Metode Penghitungan PPN Ketentuan Pengkreditan Pajak Masukan

27 c. Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat diubah menjadi paling rendah 5 lima persen dan paling tinggi 15 lima belas persen yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

11. Cara dan Metode Penghitungan PPN

Berdasarkan UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN dan PPn BM Pasal 8A ayat 1, PPN yang terhutang dihitung dengan cara tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 tarif PPN dengan DPP. Menurut UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN dan PPn BM Pasal 9 ayat 2, Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama. a. Bagi PKP yang berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang, Pajak Masukan atas perolehan danatau impor barang modal dapat dikreditkan Pasal 9 ayat 2a. b. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakan PPN yang harus disetor oleh PKP Pasal 9 ayat 3. c. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya Pasal 9 ayat 4.

12. Ketentuan Pengkreditan Pajak Masukan

Menurut Mardiasmo 2008:274, Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP danatau 28 penerimaan JKP danatau pemanfaatn BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean danatau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean danatau impor BKP. Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, atau ekspor BKP. Menurut Resmi 2009:40, Pajak Masukan dapat dikreditkan terhadap Pajak Keluaran jika dipenuhi ketentuan berikut ini: a. PKP Penjual menerbitkan Faktur Pajak Standar. Faktur Pajak Sederhana yang diterima oleh pembeli tentu saja tidak dapat digunakan sebagai dasar pengkreditan Pajak Masukan sehingga merugikan pembeli . b. Faktur Pajak Standar diisi dengan lengkap dan tidak cacat. Faktur Pajak Standar yang tidak lengkap dan cacat diperlakukan sebagai Faktur Pajak Sederhana. c. Pajak Masukan dengan Faktur Pajak Standar dapat dikreditkan terhadap Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama. Apabila dalam masa suatu Masa Pajak belum ada Pajak Keluaran, maka Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan. d. Pajak Masukan dengan Faktur Pajak Standar yang belum dikreditkan pada Masa Pajak yang sama dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya selambat-lambatnya 3 tiga bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan. 29 e. Setelah batas akhir pengkreditan Pajak Masukan terlampaui, maka Faktur Pajak Standar tidak dapat lagi dikreditkan dan kesempatan mengkreditkan dapat dilakukan lagi jika PKP melakukan pembetulan SPT Masa PPN. Menurut Mardiasmo 2008:297, Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan bagi pengeluaran untuk: a. Perolehan BKP danatau JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP; b. Perolehan BKP danatau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha; c. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor, sedan, jeep, station wagon, van dan kombi. d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP; e. Perolehan BKP danatau JKP yang buktinya pungutan pajaknya berupa Faktur Pajak Sederhana; f. Perolehan BKP danatau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan; g. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP diluar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan; h. Perolehan BKP danatau JKP yang Pajak Masukannya ditagih dengan penertiban ketetapan pajak; 30 i. Perolehan BKP danatau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan didalam SPT massa PPN yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; j. Berkenaan dengan: 1 Penyerahan kendaraan bermotor bekas; 2 Penyerahan jasa yang dilakukan oleh pengusaha biro perjalanan atau biro pariwisata; 3 Jasa pengiriman paket; 4 Jasa anjak piutang; 5 Kegiatan membangun sendiri.

13. Faktur Pajak