Batal Mutlak Pembatalan Perkawinan Fasakh

2. Larangan disebabkan karena melanggar ketentuan-ketentuan administrasi Pasal 12 UU Perkawinan dan sebagainya. Perkawinan yang melanggar larangan –larangan pada angka 1 point a dan b maka mutlak harus dibatalkan atau batal demi hukum. Sedangkan larangan pada angka 2 maka dapat dibatalkan atau diteruskan. Hal ini tergantung pada pertimbangan Hakim yang memeriksa perkara tersebut. Perlu diperhatikan bahwa pengertian kata ”dapat” pada pasal 22 UUP memiliki dua pengertian yaitu ”bisa batal” dan ”bisa tidak batal”, bila mana menurut ketentuan agamanya masing- masingtidak menentukan lain.

1. Batal Mutlak

Batal mutlak artinya pernikahan yang dilakukan karena melanggar ketentuan yang sudah ditetapkan oleh agama baik di dalam al-quran ataupun hadits. Ketentuan tersebut berdasarkan firman Allah SWT di dalam Q.S. an-Nisa: 23. ☺ ⌧ Artinya: “Diharamkan atas kamu mengawini ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu mertua; anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu dan sudah kamu ceraikan, Maka tidak berdosa kamu mengawininya; dan diharamkan bagimu isteri-isteri anak kandungmu menantu; dan menghimpunkan dalam perkawinan dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. an-Nisa: 23 Ayat di atas merupakan ayat yang mengharamkan wanita yang disebut muhrim karena pertalian nasab, susuan maupun mushaharah persemendaan. 1. Larangan Karena Pertalian Nasab Para ulama mazhab sepakat bahwa wanita tersebut di bawah ini haram dikawini karena hubungan nasabnya: 1 Ibu, termasuk nenek dari pihak ayah atau pihak ibu 2 Anak-anak perempuan, termasuk cucu perempuan dari anak laki-laki atau anak perempuan, hingga keturunan di bawahnya 3 Saudara-saudara perempuan, baik saudara seayah, seibu maupun seayah dan seibu. 4 Saudara perempuan ayah, termasuk saudara perempuan kakek dan nenek dari pihak ayah, dan seterusnya. 5 Saudara perempuan ibu, termasuk saudara perempuan kakek dan nenek dari pihak ibu, dan seterusnya. 6 Anak-anak perempuan saudara laki-laki hingga keturunan di bawahnya. 7 Anak-anak perempuan saudara perempuan hingga keturunan di bawahnya. 24 2. Larangan Karena Sebab Susuan Larangan karena sebab susuan berdasarkan firman Allah SWT, “Dan ibu- ibumu yang menyusui kamu dan saudara perempuan sepersusuan”. Dari ayat ini dapat diambil hukum haram kawin karena susuan ialah, ibu yang menyusukan dan saudara satu susuan. Yang lain ditetapkan dengan jalan kias atau ”fahw al- khithab ”. Secara umum Nabi Muhammad SAW bersabda: ﺣﺮ ا ﻦ مﺮ ﺎ ﺔ ﺎ ﺮ ا ﻦ مﺮ و 25 Artinya:“Diharamkan karena susuan apa yang diharamkan karena perhubumhan darah kerabat”. Dengan keterangan hadis ini ternyata, kerabat perempuan yang menyusukan ini menjadi kerabat anak yang menyusu, tapi tidak sebaliknya yaitu kerabat anak yang menyusu tidak menjadi kerabat perempuan yang menyusukan. Diharamkan sebab susuan itu ada 7 orang, yaitu: 1. Ibu yang menyusuinya dan ibu dari ibu yang menyusuinya; 2. Saudara perempuan yang satu susuan; 24 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, cet. 22, Jakarta: Lentera, 2008, h.326. 25 Jalaluddin Abdurrahman Ibn Abu Bakar al-Syuti, Jami’u al-Shogir Fi Ahadits Basyiran Nazir , Bab huruf “ ى ”, Kairo: Dar al-Katib, 1967, h.241. 3. Anak perempuan dari yang menyusukan; 4. Anak perempuan dari bapak sesusuan; 5. Saudara perempuan dari ibu sesusuan; 6. Anak perempuan dari anak laki-laki sesusuan, dan 7. Anak perempuan dari saudara perempuan sesusuan. 26 3. Karena Ikatan Perkawinan Mushaharah Mushaharah adalah hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang dengan ini menyebabkan dilarangnya suatu perkawinan, yaitu mencakup hal- hal sebagai berikut: 1 Istri ayah haram dinikahi oleh anak ke bawah, semata-mata karena adanya akad nikah, baik sudah dicampuri atau belum; 2 Istri anak laki-laki haram dikawini oleh ayah ke atas, semata-mata karena adanya akad nikah; 3 Ibu istri mertua wanita dan seterusnya ke atas adalah haram dikawini hanya semata-mata adanya akad nikah dengan anak perempuannya, sekalipun belum dicampuri; 4 Anak perempuan istri anak perempuan tiri jika ibunya sudah dicampuri.

2. Batal tidak mutlak