Bentuk Pembatalan Perkawinan Pembatalan Perkawinan Fasakh

C. Pembatalan Perkawinan Fasakh

1. Pengertian. Batalnya perkawinan adalah rusaknya atau tidak sahnya statu perkawina karena tidak memenuhi salah satu syarat atau salah asta rukunnya, atau sebab lain yang dilarang atau diharamkan oleh agama. 21 Kemudian pengertian lain, fasakh menurut bahasa adalah, ْ ا ﺪْﻌﻘْا وأ ﺮْ ﻷا ْﻘ ﻮه ﺦ 22 Fasakh adalah merusakkan pekerjaan atau akad Menurut istilah syar’i fasakh berarti: Fasakh akad perkawinan adalah membatalkan akad perkawinan dan memutuskan tali perhubungan yang mengikat antara suami istri. 23 Jadi, pembatalan perkawinan adalah pembatalan hubungan suami isteri setelah dilangsungkannya akad nikah.

2. Bentuk Pembatalan Perkawinan

Perkawinan yang batal adalah perkawinan yang melanggar ketentuan- ketentuan agama yang sifatnya abadi, yaitu sesuai dengan pasal 70 Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi: Perkawinan batal apabila: 21 Abdrahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, h.141. 22 Abu Yahya Zakaria Anshori, Fathu Al-Wahab Syarah Minhaj Al-Thullab, Indonesia: dar al-Ihya, t.t, h.48. 23 Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1989, h.52 a. Suami melakukan perkawinan, sedang ia tidak berhak melakukan akad nikah karena sudah mempunyai empat orang isteri, sekalipun salah satu dari keempat isterinya itu dalam iddah talak raj’i. b. Seseorang menikahi bekas isterinya yang telah dili’annya. c. Seseorang menikahi bekas isterinya yang pernah dijatuhi tiga kali talak olehnya, kecuali bila bekas isteri tersebut pernah menikah dengan pria lain yang kemudian bercerai lagiba’da al-dukhul dari pria tersebut dan telah habis masa iddahnya. d. Perkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai hubungan darah semenda dan sesusuan sampai drajat tertentu yang menghalngi perkawinan menurut pasal 8 UUP, yaitu: 1. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah atau ke atas. 2. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya. 3. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan bu atau ayah tirinya 4. Berhubungan sesusuan, yaitu orang tua sesusuan, anak sesususan, saudara sesusuan dan bibi atau paman sesusuan. e. Isteri adalah saudara kandung atau sebagai bibi atau kemenakan dari isteri atau isteri-isterinya. Perkawainan yang dapat dibatalakan adalah sebagai berikut, sesuai dengan pasal 71 KHI: 1. Seorang suami melakukan poligami tanpa izin Pengadilan Agama; 2. Perempuan yang dikawini, ternyata diketahui masih menjadi istri orang lain yang mafqud; 3. Perempuan yang dikawini masih dalam iddah suami; 4. Perkawinan melanggar batas umur perkawinan sebagaimana ditetapkan dalam pasal 7 undang-undang No.1 tahun 1974; 5. Perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali yang tidak berhak; 6. Perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan. Untuk mempermudah pengertian pembatalan perkawinan, maka akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai macam-macam larangan perkawinan, yaitu: 1. Larangan disebabkan melanggar ketentuan hukum agama dalam hal perkawinan. terbagi menjadi dua, yaitu: a Larangan yang bersifat abadi. Misalnya larangankawin sebagaimana yang disebut dalam pasal 8 UU perkawinan atau Q.S. an-Nisa: 22-23 dan sebagainya b Larangan yang bersifat sementara. Misalnya seperti Perempuan yang dikawini, ternyata diketahui masih menjadi istri orang lain yang mafqud dan lain sebagainya. 2. Larangan disebabkan karena melanggar ketentuan-ketentuan administrasi Pasal 12 UU Perkawinan dan sebagainya. Perkawinan yang melanggar larangan –larangan pada angka 1 point a dan b maka mutlak harus dibatalkan atau batal demi hukum. Sedangkan larangan pada angka 2 maka dapat dibatalkan atau diteruskan. Hal ini tergantung pada pertimbangan Hakim yang memeriksa perkara tersebut. Perlu diperhatikan bahwa pengertian kata ”dapat” pada pasal 22 UUP memiliki dua pengertian yaitu ”bisa batal” dan ”bisa tidak batal”, bila mana menurut ketentuan agamanya masing- masingtidak menentukan lain.

1. Batal Mutlak