C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan  identifikasi  masalah  diatas,  makauntuk  menentukan  fokus penelitian  peneliti  hanya  meneliti  mengenai  pelaksanaan  18  nilai  pendidikan
karakter bangsa bagi anak terlantar di Panti Asuhan Nurul Qur’an Bekasi.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan  pembatasan  masalah  diatas,  maka  penulis  merumuskan masalah mengenai :
“Bagaimana  Implementasi  18  Nilai  Pendidikan  KarakterBangsadi Panti Asuhan Nurul Qur’an Bekasi?”
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk  peneliti,  memberikan  dorongan  dan  motivasi  penulis  untuk belajar  lebih  banyak  serta  mendapatkan  pengalaman  mengenai
pendidikan karakter. 2.
Untuk  panti,  penelitian  ini  memberikan  sumbangan  pemikiran  bagi Panti  Asuhan  Nurul  Q
ur’an  dalam  mengimplementasikan  pendidikan karakter khususnya nilai pendidikan karakter bangsa.
F. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui  internalisasi    pendidikan  karakter  bagi  anak  terlantar  di
Panti Asuhan Nurul Qur’an Bekasi. 2.
Mengetahui Implementasi Pendidikan Karakter Budaya Bangsa di Panti A
suhan Nurul Qur’an Bekasi. 3.
Mengetahui  kendala-kendala  dan  upaya  dalam  yang  dilakukan  panti asuhan  dalam  mengimplementasi  pendidikan  karakterdi  Panti  Asuhan
Nurul Qur’an Bekasi.
7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Permasalahan Anak Terlantar
1. Anak Terlantar
Dalam Undang Undang tentang perlindungan anak BAB I pasal 1 ayat 1  disebutkan  bahwa  anak  adalah  seseorang  yang  belum  berusia  18
delapan  belas  tahun,  termasuk  anak  yang  masih  dalam  kandungan.
1
Sedangkan  pengertian  anak  terlantar  dalam  Kamus  Umum  Bahasa Indonesia  anak  terlantar  berarti  anak  yang  tidak  terpelihara.
2
Dalam  UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak pada BAB I Pasal 1 ayat 6
disebutkan  bahwa  anak  terlantar  adalah  anak  yang  karena  suatu  sebab tidak  dapat  terpenuhi  kebutuhan  dasarnya  dengan  wajar,  baik  secara
rohani,  jasmani,  maupun  sosial.
3
Pengertian  tersebut  memfokuskan permasalahan  ketelantaran  anak  karena  ketidak  terpenuhinya  kebutuhan
dasar  anak  dan  belum  jelas  tentang  siapa  yang  menjadi  pemenuh kebutuhan anak tersebut.
1
Anggota IKAPI,  Undang-undang Perlindungan Anak, Bandung: Fokus Media:2013 h.3
2
Purwardarminta,W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakara.PT.Balai Pustaka.2011 Edisi III h.1232
3
Anggota IKAPI, Op.Cit  h.4
Istilah anak terlantar digunakan untuk mengacu pada anak-anak yang orang  tuanya  dengan  alasan  tertentu  tidak  mampu  memenuhi  kebutuhan
anak  mereka,  akibatnya  anak  tersebut  menjadi  terlantar.
4
Istilah  tersebut diartikan  anak  dengan  orang  tua  yang  tidak  bisa  memenuhi  kebutuhan
anak. Menurut  Bagong  Suyaanto,  anak  terlantar  adalah  yang  karena  suatu
sebapb tidak mendapatkan hak-hak untuk tumbuh dan berkembang secara wajar,  untuk  mendapatkan  pendidikan  yang  layak,  untuk  memperoleh
kesehatan  yang  memadai  hak-haknya  tidak  terpenuhi  karena  kelalainan, ketidak  mengertian  orang  tua,  ketidak  kemampuan  atau  merupakan  suatu
kesengajaan.
5
Pengertian  tersebut  menunjukan bahwa anak terlantar tidak terpenuhi haknya disebabkan orangtua.
Walter A Friedlander mendefinisikan anak terlantar sebagai anak yang tidak mendapatkan asuhan secara minimal dari orang tuanya sebab kondisi
keluarganya  baik  ekonomi,  sosial,  kesehatan  jasmani  maupun  psikisnya tidak  layak  sehingga  anak-anak  tersebut  membutuhkan  adanya  bantuan
pelayanan dari sumber-sumber yang ada di masyarakat sebagai pengganti orang  tuanya.
6
Menunjukan  bahwa  anak  terlantar  merupakan  anak  yang membutuhkan  bantuan  karena  orang  tuanya  memiliki  keterbatasan  dalam
pemenuhan hak anak. Menurut  Howard  Dubowitz,  anak  terlantar  diberi  pengertian  sebagai
suatu bentuk pengabaian terhadap perawatan anak sehingga  menimbulkan resiko bagi anak. Orangtua sebagai pemberi perawatan caregiver parents
melalaikan  tanggung  jawabnya  untuk  memenuhi  kebutuhan  anak. Pengabaian  terhadap  anak  tersebut  tidak  semata-mata  disebabkan  karena
kemiskinan orangtua, tetapi faktor-faktor lain seperti perceraian orangtua,
4
Save The Children, DEPSOS RI dan UNICEF, Seseorang Yang Berguna: Kualitas Pengasuhan Panti Asuhan Anak di Indonesia, PT.Panji Grafika Jaya: 2007 h.27
5
Bagong suyanto, Masalah Sosial Anak, Jakarta:Kencana, 2010 h.
6
Torehana  Jalanan,  “Anak  Jalanan”,  http:benradit.wordpress.com20120414anak- jalanan 27092014, 15:28.
atau  karena  kesibukan  orangtua  dalam  mengejar  karier.
7
Pengertian tersebut  menjelaskan  bahwa  anak  terlantar  merupakan  pengabaian
orangtua akan hak-hak anak. Dari  pengertian  tersebut  dapat  diketahui  bahwa  sebenarnya  anak
terlantar  ialah  seseorang  yang  berusia  dibawah  usia  18  tahun  yang terabaikan  segala  hak  dan  kebutuhannya  karena  adanya  hambatan  dari
orang tua karena keadaan maupun kesengajaan. Anak terlantar sebagaimana pada umumnya anak mereka memerlukan
kebutuhan dasar sebagai mana haknya karena hal tersebut sangat berkaitan dengan  tumbuh  kembang  anak.  Anak  akan  mampu  tumbuh  dan
berkembang  secara  wajar  apabila  terpenuhi  kebutuhannya.  Pendapat Oswal Kroh dalam Kartini Kartono mengungkapkan kebutuhan dasar yang
meliputi: a.
Kebutuhan  fisik,  biologis,  sebagai  tuntutan  yang  harus  dipenuhi yang menghambat pertumbuhan fisiknya.
b. Kebutuhan  mental  psikis,  yaitu  menjamin  kesehatan  jasmani  dan
rohani anak yang berkaitan dengan eksistensinya sebagai mahluk mental psikis.
c. Kebutuhan  sosial,  yaitu  kebutuhan  yang  berkaitan  dengan
eksistensi  manusia  sebagai  mahluk  yang  tidak  dapat  hidup  tanpa mahluk lain.
8
Berkaitan  dengan  pemenuhan  hak-hak  tersebut,  Undang-undang kesejahteraan anak tahun 1979bdengan jelas mengatakan bahwa tanggung
jawab  untuk  memenuhi  kebutuhan  fisik,  psikologis  dan  sosial  tersebut merupakan  tanggung  jawab  utama  orang  tua.
9
Namun  pada  kasus  anak terlantar, hak-hak tersebut tidak terpenuhi akibat kelalaian oleh orang tua.
7
Torehan Jalanan.,Ibid
8
Andayani Listyawati, Penanganana Anak Terlantar Melalui Panti Asuhan Milik Perseorangan. Yogyakarta.2008.B2P3KS PRESS h.12-13
9
Save the children h.28
Anak-anak  sebagai  penerus  cita-cita  bangsa  dimasa  yang  akan datang,  maka  perlu  mempersiapkan  hal  dengan  memberikan  kesempatan
yang  seluas-luasnya  untuk  terpenuhi  segala  haknya.  Pada  kasus  anak terlantar,  maka  diperlukan  bantuan  akan  pelayanan  pemenuhan  hak
tersebut.  Pada  Pasal  34  ayat  1  dan  2  Undang-undang  dasar  Republik Indonesia  bahwa  fakir  miskin  dan  anak  terlantar  dipelihara  oleh  negara.
Hal  tersebut  menunjukan  bahwa  negara  berkewajiban  membantu  anak telantar  untuk  terpenuhi  segala  hak-haknya  tersebut.  Keterbatasan
pelayanan  pemerintah  dengan  jumlah  anak  terlantar  yang  tersebar  di seluruh Indonesia menjadi kendala dalam pemenuhan hak anak tersebut.
Undang-undang  nomor  11  tahun  2009  ditegaskan  bahwa  usaha terhadap  anak-anak  terlantar  tersebut  bukan  hanya  tanggung  jawab
pemerintah saja tapi juga masyarakat memiliki kesempatan seluas-luasnya untuk  berpartisipasi.
10
Salah  satu  upaya  partisipasi  masyarakat  dalam  hal tersebut dengan adanya panti asuhan yang dikelola swasta guna membantu
anak  terlantar  dalam  memenuhi  haknya  karena  panti  asuhan  merupakan lembaga  kesejahteraan  sosial  yang  dibentuk  oleh  pemerintah  atau
masyarakat  yang  bertanggung  jawab  memberikan  pelayanan  penganti dalam  pemenuhan  kebutuhan  fisik,  mental  dan  sosial  pada  anak  asuhnya,
sehingga  mereka  memperoleh  kesempatan  yang  luas,  tepat  dan  memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan harapan.
Penyelesaian kasus anak terlantar tersebut memang harus diupayakan agar jumlah anak terlantar semakin berkurang demi kebaikan para penerus
generasi bangsa.
10
Eni Hardiati, Evaluasi Model Pelayanan Sosial Anak Terlantar di dalam Panti, Yogyakarta: B2P3KS.2010 h.22-23