Gambaran Umum Panti Sosial Asuhan AnakPSAA Nurul Qur’an

10 11 Fakuh Fadilah Mariyah SMA SMK Pembina Asrama Putra Pembina Asrama Putri Dari data diatas maka dapat diketahui bahwa guru yang mengajar di panti asuhan Nurul Qur’an sudah sesuai dengan pendidikan dan kemampuan yang sesuai dengan bidangnya. Namun para pembina yang masih berpendidikan dibawah S1 merupakan anak asuh yang telah lama tingal di panti asuhan Nurul Qur’an dan membantu menjadi pembina berasarkan kemmapuannya dalam hal yang dibinanya. Jika dilihat dari jumlah tenaga pengajar dan pembina tersebut dengan jumlah anak, belum seimbang dan masih dibutuhkan tenaga pembina dalam mengurus anak di panti asuhan Nurul Qur’an. Selain itu belum adanya guru atau pembina yang memiliki kemampuan dibidang psikologi yang dibutuhkan untuk membantu mengatasi permasalahan psikologi yang dialami anak asuh. 5. Proses Penerimaan Anak Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala yayasan diketahui bahwa jumlah anak terlantar di panti asuhan Nurul Qur’an adalah 53 anak terdiri dari 27 anak berjenis kelamin perempuan dan 26 anak berjenis kelamin laki-laki. Dari hasil wawancara tersebut juga diketahui bahwa latar belakang anak terlantar anak tersebut adalah karena meninggalnya salah satu kedua orang tua sehingga anak tersebut menjadi anak terlantar, dari latar belakang keluarga tidak mampu, anak korban perceraian orang tua dan sebagian tidak diketui keberadaan orang tua. Adapun daerah asal anak tersebut berasal dalam wawancara disebutkan berasal dari daerah sekitar panti asuhan, Bantar gebang, Karawang, Bogor, Cilacap, Wonogiri, Medan, Aceh dan Padang. 3 Proses kedatangan anak tersebut ke panti asuhan melalui beberapa cara yaitu: 3 Hasil wawancara dengan H.Syahroji M.Ali, kepala yayasan Nurul Qur’an pada senin, 5 mei 2014 a. Informasi guru sekolah mereka, yang melihat anak dari kalangan keluarga tidak mampu yang tidak bisa memenuhi kebutuhan operasional anak sehari-hari meskipun biaya pendidikan telah di bebaskan. b. Melalui orang tua, anak yang orang tuaya berpisah diantarkan ke panti langsung oleh ayah atau ibu mereka. c. Melalui tetangga, karena merasa kasihan kepada anak yang terlantar dan mengetahui panti asuhan Nurul Qur’an. d. Datang sendiri, mereka yang mualaf dan tidak diterima kembali oleh keluarganya dan tinggal di panti asuhan. 6. Sarana dan Prasarana Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Yayasan F a s i l i t a s y a n g JENIS RUANG JUMLAHRUANG KONDISI RUANGAN Masjid 2 lantai Baik Asrama Putra 6 Kamar Baik Asrama Putri 7 Kamar Baik Perpustakaan 1 Cukup Baik Aula 1 Baik Lapangan Bermain 2 Baik Ruang Tamu 1 Baik Transportasi 1 Mobil Baik Kamar Mandi Masjid 4 Baik Kamar Mandi ASPA 8 Baik Kamar Mandi ASPI 8 Baik disediakan panti asuhan Nurul Qur’an bagi anak-anak yang tinggal didlamnya cukup memadai, dilihat dari jumlah ruangan, kondisi dan jumlah anak, kamar mandi, aula kegiatan, sarana ibadah, lapangan bermain disediakan agar tidak menjadi hambatan bagi anak, namun kondisi perpstakaan masih perlu ditata dan dikelola keberadaannya agar lebih baik. Dalam hal prasarana pendukung kegiatan seperti alat olah raga, laboratorium komputer belum disediakan pihak panti asuhan Nurul Qur’an. Keterbatasan sarana tersebut tentunya akan menjadi kendala mengingat sarana dan prasarana diperlukan mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. 7. Kerjasama Panti Asuhan Dalam menjalani kegiatan di PSAA sehari-hari tentunya lembaga tidak bisa berjalan sendiri ada pihak-pihak lain yang terkait dalam penyelenggaran pendidikan di Panti Asuhan, untuk memenuhi kebutuhan dalam pendidikan formal anak asuhnya, PSAA berkerja sama dengan beberapa sekolah untuk mempermudah proses pendidikan serta keringanan biaya dengan lembaga terkait. Berikut lembaga yg bekerja sama dalam hal pendidikan formal baik jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi: a. SD, SMP dan SMK Nurul Hikmah II b. Mts dan SMA Yayasan Fisabilillah c. MI dan Mts Tarbiyatul Falah d. SMA Ar-Ridwan e. MtsN Jatiasih f. STIT Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah INSIDA

B. Deskripsi dan Analisis Data

1. Internalisasi Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter diasumsikan dapat memebentuk kepribadian generasi mendatang yang lebih berkualitas. Namun dengan demikian semua proses internalisasi tersebut tidak dapat dilakukan secara cepat dan tiba-tiba, proses implementasi tersebut pada perlu diinternaisasikan kedalam tahapan-tahapan yang berjenjang. Berikut merupakan hasil wawancara, observasi, dan studi dokumen yang peneliti lakukan terhadap kepala yayasan, pengurus dan guru mengenai implementasi pendidikan karakter bangsa di Panti A suhan Nurul Qur’an. Adapun proses tahapan dalam internalisasi tersebut adalah sebagai berikut: 4 1 Berkelanjutan Salah satu kewajiban anak asuh ialah tinggal diasrama, dimana pendidikan karakter tersebut dimulai dari awal mereka tinggal di asrama ada yang memulai dari usia TK, SD, SMP dan SMA hingga mereka selesai menjalani pendidikan tinggi, atau secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Selama anak tinggal diasrama maka proses internalisai nilai karakter secara berkelanjutan di kembangkan. Prinsip berkelanjutan merupaka proses yang panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai satuan pendidikan, prinsip tersebut di Panti A suhan Nurul Qur’an dimulai saat anak terlantar tinggal di panti asuhan hingga keluar dari panti asuhan. Tahapan perkembangan karakter anak pada dasarnya dikelompokan pada empat tahapan yaitu pada usia dini, usia remaja, usia dewasa dan usia tua. Pada saat anak asuh masuk dan tinggal di panti asuhan mereka berbeda usia, sebagian saat masih usia dini, sebagian pada saat remaja saat melanjutkan pendidikan SMP dan SMA. Hal tersebut menunjukan bahwa jangka waktu dalam prinsip berkelajutan anak pada dasarnya berbeda-beda, tergantung tahapan usia saat mereka datang ke panti asuhan. Selain itu pada beberapa kasus anak terlantar dengan alasan tertentu keluar dari panti asuhan sebelum tahapan tersebut berakhir, hal tersebut menunjukan bahwa prinsip berkelanjutan tersebut akan benar-benar terlaksana apabila anak terlantar 4 Hasil Wawancara dengan Ustd.Syahroni Jamhuri S.Ag pada kamis, 22 mei 2014 tinggal di panti asuhan hingga usia dewasa, karena selama anak berada di panti asuhan prinsip berkelanjutan tersebut akan terlaksana dengan baik. 2 Integrasi Pendidikan karakter yang dijalankan di panti Nurul Qur’an diterapkan melalui berbagai kegiatan yang berlangsung di panti. Prinsip integrasi pendidikan karakter dilakukan melalui setiap mata pelajaran, kegiatan kulikuler dan ekstrakulikuler. Sebagai lembaga pendidikan non formal maka integrasi pendidikan di panti asuhan dilakukan melalui mata pelajaran yang diterima anak terlantar di panti asuhan dan kegiatan ekstrakulikuler. Selain itu integrasi juga melalui kegiatan keseharian anak terlantar di panti asuhan mengandung nilai-nilai karakter. Integrasi nilai di panti asuhan tersebut dilakukan dibawah pengawasan para pembina dan guru maka, setiap kegiatan keseharian yang dilakukan anak jika dilakukan pengawasan yang baik prosesnya akan lebih efektif. 3 Internalisasi nilai Prinsip internalisasi dimaksud bahwa setiap nilai tidak hanya diajarkan namun juga diterapkan dalam kehidupan dengan proses berjenjang. Tahapan-tahapan internalisasi nilai di panti Nur ul Qur’an ialah sebagai berikut: a Penanaman Penanaman nilai karakter dimulai dengan mengenalkan tata tertib, pengenalan lingkungan panti, pengenalan pengurus, pengenalan antar anak asuh, mengajarkan nilai-nilai melalui pengajian di panti. b Penumbuhan Dengan megenal lingkungan panti dan teladan yang dilihat maka anak diberi tanggung jawab untuk mengikuti aturan dan teladan yang dilihatnya dan pengawasan dari guru, pengurus dan senior untuk beradaptasi dengan nilai tersebut. c Pengembangan Perilaku yang telah ditumbuhkan melalui tanggung jawab dan contoh secara perlahan menjadi suatu kebiasaan dan nilai dalam kehidupan sehari-hari di asrama. d Pemantapan Tahap pemantapan anak asuh yang telah secara mandiri melakukan kegiatan dengan kehidupan diluar panti dimana mereka sudah mulai memasuki jenjang pendidikan perkuliahan atau masuk kedalam dunia kerja namun tetap tinggal di asrama dan tetap berkewajiban menjalankan nilai-nilai yang telah diajarkan. Proses internalisasi tersebut dimaksudkan bahwa setiap nilai-nilai yang telah diajarkan tidak hanya sebagai suatu pengetahuan tapi juga diterapkan melaui proses penanaman, penumbuhan, pengembangan dan pemantapan, prinsip-prinsip tersebut telah dijalankan di panti asuhan Nurul Qur’an tergantung jengang usia saat anak tersebut masuk ke dalam panti asuhan. Proses internalisasi nilai-nilai karakter di panti asuhan Nurul Qur’an menjadi tidak hanya sekedar pengajaran atau pengenalan saja, tapi juga diterapkan menjadi kehidupan sehari-hari, hingga menjadi kebiasaan pada diri anak asuh. Tentunya pada proses-proses tersebut merupakan proses yang panjang dari anak masuk ke dalam panti hingga anak tersebut kembali kepada keluarga dan masyarakat. Walaupun jenjang umur jika dilihat berdasarkan data anak asuh berbeda, namun tidak ada perbedaan dalam hak pelayanan pada anak. Anak asuh tetap dianggap anak sendiri, yang membedakan hanyalah dalam masalah tugas, kewajiban dan tanggung jawab. Tugas pada anak asuh SD diutamakan pada kemandiriannya mengurus dirinya sendiri, dan pada tugas piket akan dikelompokan dengan anak SMP atau SMA, maka anak SMP dan SMA mempunyai tugas membantu adik-adiknya di asrama, dan anak dengan pendidikan tinggi membantu pihak yayasan mengurus adik- adik juniornya sebagai pembina di asrama. Maka tanggung jawab setiap anak pun menjadi berbeda-beda, Anak SD bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dengan bantuan kakak-kakaknya, anak SMP bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan memberi bantuan kepada anak SD, anak SMA bertanggung jawab terhadap dirinya dan adik-adiknya, anak pendidikan tinggi bertanggung jawab atas dirinya dan adik-adiknya selaku pengawas dan pembina, memberi teladan bagi adik-adiknya, karena keterbatasan jumlah pembina maka anak perguruan tinggi dilibatkan atas tanggung jawab tersebut.Dari hasil proses-proses internalisasi nilai tersebut, maka didapatkan strategi pengembangan karakter yang berkelanjutan di Panti suhan sebagai berikut: Gambar 4.1 Strategi Pengembangan Karakter yang Berkelajutan di Panti Asuhan Nurul Qur’an Bekasi Pengajaran Makna dan Nilai Melalui pengajian, ceramah agama Keteladanan Para pengurus,pembina, guru dan senior menjadi teladan bagi anak asuh. Terjadi Penyimpangan Hukuman dan Pembinana Diberi hukuman sesuai pelanggaran mulai dari peneguran, membersihkan asrama, hingga dikembalikan pada keluarga. Kemudian dilakukan pembinaan kembali Pembiasaan Nilai-nilai duterapkan dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Penguatan: Penguatan dengan memberi motivasi Sesuai Nilai Penghargaan: Memberikan pujian, memberi hadiah. Pengontrolan: Pengawasan dilakukan oleh pembina, pengurus, guru, senior serta masyarakat sekitar.

2. Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa di Panti Asuhan Nurul

Qur’an Bekasi Rumusan pemerintah dalam hal ini Kemendikbud mengenai 18 nilai pendidikan karakter bangsa menjadi hal yang harus diterapkan dalam mata pelajaran, kulikuler, ekstarkulikuler dan kegiatan sehari- hari. Maka, sebagai salah satu lembaga pendidikan Panti Asuhan Nurul Qur’an wajib menerapkan nilai-nilai tersebut dalam mendidik karakter anak terlantar. Namun, berdasarkan hasil wawancara kepada kepala yayasan, pembina dan guru diketahui bahwa sebenarnya panti asuhan Nurul Qur’an tidak mengetahui keputusan pemerintah tentang 18 nilai karakter bangsa tersebut. 5 Dalam kegiatan yang telah dilakukan di Panti Asuhan Nurul Qur’an sebenarnya nilai-nilai tersebut sudah diimplementasikan karena pada dasarnya nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang juga diajarkan dalam ajaran agama. Berikut merupakan implementasi nilai-nilai pendidikan karakter budaya bangsa di Panti asuhan Nurul Qur’an Bekasi. 6 1 Religius Deskripsi pada nilai karakter ini adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup 5 Hasil Wawancara Kepala Yayasan, Guru dan Pembina 6 Hasil observasi kegaiatan sehari-hari oleh peneliti 15 April-28 Juni 2014