Peran Lingkungan dalam Pendidikan Karakter

pendidikan karakter akan menjadi lebih efektif. Sejak anak lahir berada di lingkungan rumah, ketika berada di lingkungan sekolah, kembali kerumah dan dalam lingkungan masyarakat supaya menjadi tempat bagi anak-anak untuk belajar, mencontoh dan menerapkan nilai-nilai yang dipelajari dan dilihatnya. Kemendikbud mengamanatkan pendidikan karakter budaya bangsa tersebut tidak hanya untuk pendidikan formal saja, namun kemendikbud menegaskan bahwa nilai-nilai tersebut diintegrasikan kedalam mata pelajaran, kegiatan kulikuler, ekstrakulikuler dan kedalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut menunjukan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter budaya bangsa tersebut diterapkan tidak saja di pendidikan formal, tapi juga pendidikan nonformal dan juga informal. Bagi anak terlantar yang tinggal di panti asuhan, panti asuhan tersebut berfungsi sebagai pengganti keluarga, dan panti asuhan menjadi lingkungan pertama bagi anak terlantar yang tinggal di panti asuhan. Sebagai suatu lembaga sosial yang ikut berperan dalam pendidikan non formal, maka penting bagi panti asuhan untuk berpartisipasi mengintegrasikan nilai budaya karakter bangsa tersebut dalam kegiatan keseharian anak terlantar di panti asuhan. Untuk memaksimalkan proses pendidikan karakter bagi anak terlantar tersebut, tentunya pihak panti asuhan perlu berkerja sama dengan pihak sekolah dan masyarakat agar pendidikan karakter budaya bangsa yang telah dirumuskan pemerintah tersebut dapat diintegrasikan di panti asuhan, sekolah dan masyarakat, demi membentuk karakter pada anak terlantar.

4. Implementasi Pendidikan Karakter

Perkembangan karakter sebagai proses yang tiada henti terbagi menjadi empat tahapan: pertama, pada usia dini, disebut sebagai tahap pembentukan karakter. Kedua, pada usia remaja, disebut sebagai tahap pengembangan; ketiga, tahap usia dewasa, disebut sebagai tahap pemantapan; dan keempat, pada usia tua disebut tahap pembijaksanaan. Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan knowing, acting, menuju kebiasaan habit. 46 Dalam proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter maka, prinsip internalisasi nilai-nilai yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menentukan pendirian dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial sebagai makhluk sosial. 47 Prinsip-prinsip yang digunakan dalam internalisasi nilai-nilai dalam pendidikan karakter adalah sebagai berikut : a. Berkelanjutan Berkelanjutan adalah proses internalisasi niliai yang merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari satuan pendidikan. b. Integrasi Integrasi pendidikan karakter merupakan langkah untuk internalisasi nilai-nilai kepada peserta didik. Internalisasi nilai-nilai dilakukan melaui setiap mata pelajaran, setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler. c. Internalisasi Nilai Nilai-niali yang terkandung dalam pendidikan karakter tidak diajarkan tapi diinternalisaikan. 48 Proses internalisasi perlu 46 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta:KENCANA.2011 h.110 47 Deni Damayanti, Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Araksa.2014 h.54 48 Ibid h.57 dilakukan dengan tahapan-tahapan berjenjang mulai dari penanaman, penumbuhan, pengembangan dan pemantapan. 49 1 Tahap penanaman Penanaman atau internalisasi merupakan tahap ditanamkannya nilai-nilai kebaikan agar menjadi kebiasaan. pada tahap penanaman ini anak dibiasakan berbuat kebaikan. Dalam pembiasaan ini, aspek keteladanan dengan prinsip keteladanan sangat diperlukan. Faktor keteladanan ini akan menjadi landasan yang fundamental bagi anak dalam menginternalisasikan nilai-nilai yang sedang atau telah diterima dari lingkungan di mana dia berada. 2 Tahap penumbuhan Pada tahap penumbuhan ini nilai-nilai telah ditanamkan kepada anak ditumbuhkan secara maksimal. Tahap penumbuhan dapat dilakukan dengan memberikan tanggung jawab kepada anak sesuai dengan tingkat perkembangan usianya. Dengan memberikan tanggung jawab nilai-nilai yang ditanamkan dapat tumbuh dan melekat dalam dirinya menjadi jati diri. Dengan demikian, karakter anak terisi dari nilai-nilai yang telah diinternalisasi dan dilaksanakan. 3 Tahap pengembangan Nilai-nilai yang telah ditanamkan dan ditumbuhkan pada anak perlu dikembangkan menjadi nilai-nilai diri. Nilai-nilai yang suda menjadi satu dalam diri anak harus tercermin dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. 4 Tahap pemantapan Nilai-nilai yang sudah ditanamkan, ditumbuhkan dan dikembangkan kemudian dimantapkan. Pada tahapan ini anak diberikan kepercayaan dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan yang berhubungan langsung kehidupan 49 Ibid h.59-61 dalam masyarakat. Dengan pemantapan ini, diharapkan anak-anak sudah siap untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 50 Dengan prinsip-prinsip tersebut dapat dilakukan strategi dalam pengembangan karater berkelanjutan sebagi berikut: 51 Gambar 2.2 Strategi Pengembangan karakter yang berkelanjutan Strategi penerapan pendidikan karakter dimulai dengan pengajaran makna nilai-nilai, setelah diajarkan nilai tersebut ditanamkan melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, kemudian nilai-nilai ditumbuhkan dengan penguatan oleh orag tua atau guru dalam kegiatan anak yang memuat nilai-nilai tersebut. Setelah ditanamkan dan di tumbuhkan, nilai tersebut dikembangkan melalui nilai-nilai diri dengan keteladanan orang-orang dilingkungan sekitarnya dan kemudian dimantapkan dengan melakukan pengontrolan, jika yang dilakukan sesuai 50 Deni Damayanti, Op.Cit., h59-61 51 Kusnaedi, Op.Cit.137 Pengontrolan Pengajaran Makna Nilai Hukuman Pembinaan Menyimpang Penghargaan Sesuai Nilai Keteladanan Penguatan Pembiasaan dengan nilai yang sudah dikembangkan maka anak perlu mendapatkan penghargaan dan tahap ini kembali pada tahap penguatan, jika perilaku yang dilakukan menyimpang maka perlu diberi hukuman atau pembinaan dan kembali pada tahapan pengajaran makna nilai-nilai. Prinsip-prinsip dan strategi tersebut perlu diterapkan dan dikembangkan dalam pengimplementasian nilai karakter budaya bangsa di panti asuhan, dengan strategi tersebut penerapan nilai-nilai di panti asuhan akan efektif dan mampu menjadikan anak terlantar di panti asuhan menjadi anak-anak yang memiliki nilai karakter budaya bangsa. 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempatdanwaktupenelitian

Penelitianinidilakukan di Panti Sosial Asuhan Anak Nurul Qur’an yang berlokasi di Jl.Sa’ar Kp.Pedurenan RT0404 no.2 Jatiluhur Jatiasih- Bekasi, penelitimemilihpanti asuhaninidijadikanobjekpenelitian karena lembaga tersebut merupakan salah satu lembaga non formal yang aktif dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak terlantar.Sedangkanwaktupenelitianinidilaksanakanpada15 April -28 Juni

2014. Berikutperinciankegiatanpenelitian di pantiasuhantersebut:

Tabel. 3.1 KegiatanPenelitian di PantiAsuhanNurul Qur’an Bekasi Tanggal Kegiatan 15 April 2014 IjinPenelitian di PSAA Nurul Qur’an 28 April 2014 - ObservasiAwal - Meminta data-data lembagaterkaitdenganpenelitian 5 Mei 2014 WawancaraKepalaYayasan 19 Mei 2014 - Wawancara Pembina I - Observasikegiatanba’daasar 22 Mei 2014 - Wawancara Pembina II - Observasikegiatanmalamjum’at