2.2.3 Natrium
Natrium adalah kation utama dalam darah dan cairan ekstraseluler. Fungsi natrium di dalam tubuh bersama-sama dengan kalium menjaga kesimbangan
cairan di dalam tubuh dan sebagai penghantar implus dalam serabut saraf. Kebutuhan natrium diperkirakan sebesar 500 mghari. Kelebihan natrium dapat
menimbulkan edema dan hipertensi sedangkan kekurangan natrium dapat menyebabkan kejang, apatis, serta kehilangan nafsu makan Almatsier, 2013.
2.3 Spektrofotometri Serapan Atom
Spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada
sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Dengan absorpsi energi, berarti
memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi Khopkar, 1985.
Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur- unsur mineral dalam jumlah kecil trace dan sangat kecil ultratrace. Cara ini
memberikan kadar total unsur mineral dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel tersebut Gandjar dan Rohman,
2007. Keuntungan dari metode spektrofotometri serapan atom adalah analisis yang cepat 10-15 detik per sampel per elemen, presisi yang sangat baik,
interferensi sedikit, pelaksanaan yang sederhana, biaya yang murah serta lampu yang spesifik untuk masing-masing logam Koplik, 2014.
Adapun instrumentasi spektrofotometri serapan atom adalah sebagai berikut:
a. Sumber Radiasi
Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga haloow cathode lamp. Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang
mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi dengan logam tertentu Gandjar dan Rohman, 2007.
b. Tempat Sampel
Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam
keadaan dasar. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah sampel menjadi uap atom-atomnya, yaitu:
1. Dengan nyala Flame
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat
dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara suhunya sebesar 2200
o
C. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber yang paling banyak digunakan.
Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pengoksidasi Gandjar dan Rohman, 2007.
2. Tanpa nyala Flameless
Pengatoman dilakukan dalam tungku grafit. Sejumlah sampel diambil sedikit hanya beberapa µL, lalu diletakkan dalam tabung
grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini,
maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi aom-atom netral dan
pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi yang
memenuhi kaidah analisis kuantitatif Gandjar dan Rohman, 2007.
c. Monokromator
Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam
analisis dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan lampu katoda berongga Gandjar dan Rohman, 2007.
d. Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman Gandjar dan Rohman, 2007.
e. Amplifier
Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang diterima dari detektor sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil Redout
Gandjar dan Rohman, 2007. f.
Readout Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan
sebagai pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi Gandjar dan
Rohman, 2014.
Gambar 2.1. Sistem Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom
Anonim, 2014. Menurut Gandjar dan Rohman 2007, gangguan-gangguan yang terjadi
pada Spektrofotometri Serapan Atom adalah: 1.
Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala.
2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya
atom yang terjadi di dalam nyala. 3.
Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom yang dianalisiss, yakni absorbansi oleh molekul-molekul yang
tidak terdisosiasi di dalam nyala. 4.
Gangguan oleh penyerapan non-atomik. Adapun gangguan-gangguan di atas dapat diatasi dengan menggunakan
cara-cara sebagai berikut: a.
Penggunaan nyala suhu atomisasi yang lebih tinggi
b. Penambahan senyawa penyangga
c. Pengekstraksian unsur yang akan dianalisis
d. Pengekstraksian ion atau gugus pengganggu.
2.4 Validasi Metode Analisis