26
muqayyadah merupakan penyaluran dana langsung kepada
pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha.
Mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito, sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu: tabungan
mudharabah dan deposito mudharabah Muhammad, 2005. 2 Produk Penyaluran Dana : Produk penyaluran dana di bank syariah
dapat dikembangkan dengan tipe tiga model, yaitu: a.
Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip bagi hasil.
b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakukan dengan prinsip sewa. c.
Transaksi pembiayaan sebagai usaha kerjasama yang ditujukan untuk mendapatkan barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil.
Adapun prinsip-prinsip yang digunakan produk-produk bank syariah dalam pola penyaluran dana, antara lain:
1. prinsip Jual Beli Tijaroh : Mekanisme jual beli adalah upaya
yang dilakukan dengan pola: a. Dilakukan untuk transfer of property, b. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan
dan menjadi harga jual barang. Prinsip jual beli dikembangkan menjadi tiga bentuk prinsip
pembiayaan, yaitu: 1. Pembiayaan murabahah : Pembiayaan Murabahah
Bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang diserahkan segera dan pembayaran dilakukan
27
secara tangguh, 2. Pembiayaan Bai As-Salam Jual Beli Barang Belum Ada : Pembayaran dilakukan dengan tunai,
sedangkan barang diserahkan secara tangguh. Bank sebagai pembeli dan nasabah sebagai penjual. Transaksi ini ada
kepastian tentang kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan. dan 3. Pembiayaan Bai Al-Istishna : Jual beli
seperti akad salam, namun pembayarannnya dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. Istishna diterapkan
pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. 2.
Prinsip Sewa Ijarah : Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Pada dasarnya prinsip ini sama dengan
jual beli, namun perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Objek transaksinya adalah barang pada prinsip
jual beli, sedangkan jasa menjadi objek transaksi pada prinsip jasa. Pada Akhir sewa, bank syariah dapat saja menjual barang
yang disewakannya kepada nasabah. Transaksi tersebut dikenal dengan istilah ijarah muntahiya bithamlik sewa yang
diikuti dengan perpindahan kepemilikan. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian. Hal tersebut yang
membedakan antara ijarah dengan ijarah muntahiya bithamlik, yaitu kepemilikan barang atau jasa yang digunakan.
3. Prinsip Bagi Hasil Syirkah : Prinsip ini meliputi beberapa
jenis prinsip,
yaitu: musyarakah,
mudharabah dan
mudharabah muqayyadah. 1. Musyarakah,
merupakan
28
kerjasama dalam suatu usaha oleh dua pihak. 2.
Mudharabah, merupakan kerjasama antara shahibul mal yang memberikan dana 100 kepada mudharib yang memiliki
keahlian. 3.
Mudharabah Muqayyadah,
merupakan kerjasama yang hampir sama dengan mudharabah namun
perbedaannya adalah adanya pembatasan penggunaan modal sesuai dengan permintaan pemilik modal pada prinsip ini
dalam produk bank syariah. 3 Akad Pelengkap : Akad pelengkap dikembangkan sebagai akad
pelayanan jasa. Akad ini dilakukan dengan beberapa prinsip transaksi, yaitu: hiwalah alih utang-piutang, rahn gadai, qardh
pinjaman kebaikan, wakalah, dan kafalah. 1. Hiwalah Alih utang-piutang : Prinsip transaksi ini lazimnya digunakan untuk
membantu supplier dalam mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank yang akan mendapat ganti biaya
atas jasa pemindahan piutang dari transaksi yang berdasarkan prinsip hiwalah, 2. Rahn Gadai : Prinsip transaksi ini
memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam bentuk pembiayaan-pembiayan. Barang yang digadaikan wajib
memenuhi kriteria, yaitu: memiliki nasabah sendiri, jelas ukuran, sifat dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar, dan dapat
dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank. 3. Qardh : Pinjaman Kebaikan Prinsip transaksi ini membantu nasabah
secara cepat, berjangka pendek, dan diarahkan untuk usaha kecil
29
serta keperluan sosial. Jumlah dana yang dikumpulkan dalam pola transaksi ini berasal dari dana Zakat, Infak dan Sedekah ZIS.
4.Wakalah : Prinsip transaksi ini menggambarkan nasabah memberi kuasa kepada bank syariah untuk mewakili dirinya
melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti: transfer, dan sebagainya. Prinsip ini diterapkan pada pengiriman uang atau
transfer, penagihan collection payment, dan lainnya. Bank syariah menerima imbalan fee atas jasanya terhadap nasabah Antonio,
1999. 5. Kafalah : Bank garansi digunakan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank syariah dapat
mempersiapkan nasabah dalam menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank syariah dapat pula menerima dana
tersebut dengan prinsip wadiah dan memperoleh ganti biaya atas jasa yang diberikan. Bank syariah bertindak sebagai pihak
penjamin, sedangkan nasabah sebagai pihak yang dijamin. Prinsip ini juga memberikan pendapatan bagi bank syariah Syafi’i
Antonio, 1999.
E. Manajemen Resiko dalam Perbankan
Dalam Nuryati dan Amethysa Gendis Gumilar, 2011:4 menurut Silalahi 1997, dikutip dari Husein Umar 2001:5 Resiko adalah 1.
Kesempatan timbulnya kerugian, 2. Probabilitas timbulnya kerugian, 3. Ketidakpastian, 4. Penyimpangan aktual dari yang diharapkan, 4.
Probabilitas suatu hasil kan berbeda dari yang diharapkan.
30
Sedangkan Manajemen Resiko adalah suatu cara proaktif, terkoordinasi, bernilai efektif, dan memahami pemrioritasan dalam
menanggulangi ancaman terhadap perusahaan. Menurut Hampel, et.al. 1994:88 resiko perbankan dipengaruhi oleh lingkungan, sumber daya
manusia, layanan keuangan, dan neraca. Berdasarkan karakteristik perbankan tersebut, maka resiko dapat diklasifikasi atas : enviromental risk
resiko lingkungan, management risks resiko manajemen, delivery risk resiko operasi, financial risk resiko keuangan. Resiko keuangan dapat
ditelusuri melalui analisis rasio keuangan dan analisis diskriminan keuangan. Menurut Hempel 1994:89, cara mengukur dan mengelola resiko
keungan perbankan, sebagai berikut : a. Resiko kredit bisa diatasi dengan cara melakukam analisi kredit dengan
baik dan benar, dokumentasi kredit, pengendalian dan pengawasan kredit dan penilaian terhadap resiko khusus.
b. Resiko likuiditas dapat diatasi dengan cara membuat perencanaan likuiditas, membuat rencana kontingensi, analisis biaya dan penetuan
bunga kredit, pengembangan sumber pendanaan. c. Resiko suku bunga dapat diatasi dengan cara membuat analisis kepekaan
bunga terhadap aktiva, membuat analisis durasi, penilaian bunga antar waktu.
d. Resiko leverage dapat diatasi dengan cara membuat perencanaan modal, analisis pertumbuhan usaha berkelanjutan, menetpkan kebijakan
deviden, melakukan penyesuaian resiko terhadap kecukupan modal.
31
F. Pengertian Efisiensi dan Konsep Efisiensi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efisiensi yaitu tepat atau sesuai untuk mengerjakan menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang
waktu, tenaga, biaya, mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna, bertepat guna http:kamusbahasaindonesia.orgefisiensi
Konsep efisiensi berasal dari konsep mikro ekonomi, yaitu teori konsumen dan teori produsen. Sudut pandang teori konsumen mencoba
untuk memaksimalkan kegunaan atau kepuasan individu, sedangkan sudut pandang teori produsen mencoba untuk memaksimalkan profit atau
meminimalkan biaya. Ascarya dan Diana Yumanita, 2007:97 Efisiensi juga dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara
keluaran output dan masukan input, atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi
apabila mempergunakan jumlah unit yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah unit input yang dipergunakan perusahaan lain untuk
menghasilkan jumlah output yang lebih besar. Permono dan Darmawan dalam Priyonggo, 2008 : 34.
Dikutip dalam Priyonggo 2008, Efisiensi juga bisa diartikan sebagai rasio sebagai rasio antara input dan output. Ada tiga faktor yang
menyebabkan efisiensi, yaitu 1. Apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar, 2. Input yang lebih kecil dapat
menghasilkan output yang lebih besar lagi, 3. Dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi. Ghofur dalam
Atmawardhana, 2006 ; 40.
32
Terdapat dua macam pengertian efisiensi, yaitu efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang makro,
karena menganggap harga sudah ditentukan given dan dipengaruhi oleh kebijakan makro yang jangkauannya lebih luas dibanding efisiensi teknik.
Pengukuran efisiensi teknik mempunyai sudut pandang ekonomi mikro, karena terbatas pada pengkuran proses konversi input menjadi output.
Sarjana dalam Zaenal Abidin dkk, 2008 : 4 Farrel 1957 dalam Zaenal Abidin dkk, 2008:5 membagi efisiensi
perusahaan menjadi dua, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Efisiensi teknis mencerminkan kemampuan dari perusahaan dalam
menghasilkan output dengan sejumlah input yang tersedia. Sedangkan efisiensi
alokatif mencerminkan
kemampuan perusahaan
dalam mengoptimalkan penggunaan inputnya, dengan struktur harga dan teknologi
produksinya. Kedua ukuran ini yang kemudian dikombinasikan menjadi efisiensi ekonomi economic efficiency.
Kumbhaker dan Lovell 2000 dalam Ascarya dan Diana Yumanita, 2007:98 berpendapat bahwa efisiensi teknis hanya merupakan satu
komponen dari efisiensi ekonomi secara keseluruhan. Namun, syarat untuk efisiensi ekonominya, sebuah perusahaan harus efisien secara teknis.
Dengan demikian, dalam rangka mencapai tingkat keuntungan yang maksimal, sebuah perusahaan harus memproduksi output yang maksimal
dengan jumlah input tertentu efisiensi teknis dan memproduksi output dengan kombinasi yang tepat dengan tingkat harga tertentu efisiensi
alokatif
33
Menurut Yi-Kai Chen 2001 seperti yang dikutip oleh Zaenal dkk, 2008:5 dalam penelitiannya mengenai efisiensi lembaga perbankan
memberikan konsep efisiensi yang agak berbeda dari yang telah dikemukan diatas. Efisiensi perbankan dapat dibagi menjadi empat macam efisiensi
yaitu : 1.
Scale efficiency : Pengukuran tingkat efisiensi dikaitkan dengan skala usaha bank yang ditunjukkan oleh jumlah asetnya. Semakin besar aset
yang dimiliki, maka semakin efisien sebuah bank, karena biaya rata- rata yang ditanggung menjadi lebih rendah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Humprey 1990 dalam Zaenal, 2008 mengungkapkan bahwa kurva biaya rata-rata industri perbankan
berbentuk U-shape agak datar, dimana kelompok bank berskala medium terlihat lebih sedikit efisien dibandingkan dengan kelompok
bank berskala besar dan kecil. Namun demikian, penelitian ini tidak dapat menunjukkan secara tepat, bahwa titik terendah dari kurva U-
shape tersebut merupakan titik efisiennya Scale efficien point. 2.
Scope efficiency : Efisiensi diukur berdasarkan dengan tingkat scope economics dari sebuah bank. Jika terdapat Scope economics, yaitu
bank yang mempunyai berbagai produk sebagai outputnya, maka bank tersebut akan lebih efisien dari pada bank spesialis. Sebaliknya,
dikatakan dalam keadaan Scope economies, jika bank spesialis beroperasi secaralebih efisien dibandingkan dengan produk beragam.
3. Pure technical efficiency : Mengukur efisiensi dari maksimalisasi
output atau minimaisasi input. Pengertian ini sama dengan pengertian