61
Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda t-test ini adalah untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki
nilai rata-rata yang berbeda. Dalam analisis ini ada dua tahapan yang harus dilakukan, pertama harus menguji dahulu asumsi apakah
variance populasi kedua sampel tersebut sama ataukah berbeda dengan melihat nilai levene test. Kedua, melihat nilai t-test untuk
menentukan apakah terdapat perbedaan nilai rata-rata secara signifikan. Signifikansi yang dipakai adalah sebesar 95 dengan α=
0.05. Pengambilan keputusan dalam uji beda Independent Sample T- Test untuk uji variance dengan hipotesis H0 : Bank Syariah dan Bank
Konvensional merupakan variance sama dan Ha: Bank Syariah dan Bank Konvensional merupakan variance berbeda, adalah sebagai
berikut: Jika probabilitas 0.05, maka H0 tidak dapat ditolak, jadi variance
sama.
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Input
Variabel input dalam penelitian ini terdiri dari : a. Asset Tetap yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
keseluruhan dari total asset tetap. Asset tetap bank merupakan aseet bank dengan masa pakai diatas satu tahun, dimaksudkan tidak untuk
dijual akan tetapi untuk menunjang kegiatan operasional bank, antara lain berupa tanah, gedung dan perlatan yang dimiliki ataupun
disewa.
62
b. Simpanan merupakan dana yang berhasil dihimpun oleh bank dari nasabah individu ataupu dari badan hukum yang berupa giro,
tabungan dan deposito. Untuk simpanan bank konvensional sendiri terdiri dari giro, tabungan, simpanan berjangka dan sertifikat
deposito sedangkan simpanan dalam bank syariah terdiri dari giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan mudharabah dan deposito
mudharbah. c. Biaya Operasional Lain merupakan biaya yang langsung
berhubungan dengan operasional bank. Biaya yang termasuk dalam penelitian ini adalah biaya tenaga kerja, biaya administrasi, biaya
keperluan umum dan kantor, biaya jasa konsultan dan biaya aktivitas kantor dana pensiun lembaga keuangan.
2. Variabel output
a. Variabel output dalam penelitian ini yaitu Kredit atau Pembiayaan yang merupakan produk utama bank sebagai lembaga intermediasi
yang menghubungkan unit surplus dan unit defisit. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam total kredit adalah kredit dalam bentuk
mata uang Rupiah dan dalam bentuk valas foreign exchange. Sedangkan yang termasuk pembiayaan adalah pembiayaan
murabahah, mudharabah, musryarakah, sala, istishna, rahn, dan lain- lain.
63
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Perbankan Indonesia
Usaha perbankan dimulai dari zaman Babylonia, dilanjutkan ke zaman Yunani Kuno dan Romawi. Pada saat itu, kegiatan utama bank
hanya sebagai tempat tukar menukar uang. Selanjutnya, kegiatan bank berkembang menjadi tempat penitipan dan peminjaman uang. Uang yang
disimpan oleh masyarakat, oleh bank dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya.
Sementara itu, mengenai sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada saat itu terdapat
beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia Belanda antara lain: De Javasche NV, De Post Paar Bank, De Algemenevolks Crediet
Bank, Nederland Handles Maatscappij NHM, Nationale Handles Bank NHB, dan De Escompto Bank NV.
Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik pribumi, Cina, Jepang, dan Eropa lainnya. Bank-Bank tersebut antara lain: Bank Nasional
Indonesia, Bank Abuah Saudagar, NV Bank Boemi, The matsui Bank, The Bank of China, dan Batavia Bank.
Di zaman kemerdekaan perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh
64 pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan,
antara lain: a.
Bank Negara Indonesia yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 kemudian menjadi BNI 1946.
b. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946.
Bank ini berasal dari DE ALGEMENE VOLKCREDIET bank atau Syomin Ginko.
c. Bank Surakarta MAI Maskapai Adil Makmur tahun 1945 di Solo.
d. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
e. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.
f. Indonesia Banking Corporation tahun 1946 di Yogyakarta, kemudian
menjadi Bank Amerta. g.
NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946. h.
Bank Dagang Indonesia NV di Banjarmasin tahun 1949 Sistem perbankan pada hakekatnya merupakan bagian dari sistem
keuangan yang mempunyai cakupan luas yaitu lembaga keuangan sebagai lembaga intermediasi, instrumen keuangan seperti saham, obligasi, surat
berharga pasar uang, treasury note, dan pasar sebagai tempat perdagangan instrumen keuangan seperti bursa saham dan pasar uang antar bank.
Lembaga keuangan memberikan jasa intermediasi berupa jembatan antara surplus unit dengan defisit unit dalam ekonomi, dan semua bank
termasuk golongan ini. Secondary financial intermediation, adalah lembaga keuangan yang memanfaatkan dana pinjaman dari lembaga
keuangan lain, yang termasuk ke dalam kategori ini adalah lembaga
65 keuangan bukan bank. Jelaslah, bahwa lembaga keuangan terdiri atas
bank, lembaga keuangan bukan bank, di antaranya lembaga pembiayaan pembangunan, lembaga perantara penerbitan dan perdagangan surat-surat
berharga dan lembaga keuangan jenis lain, seperti asuransi, dana pensiun, modal ventura, dan leasing.
Di dalam kiprahnya, bank dapat ditinjau dari sisi fungsi dan dari sisi kepemilikan. Dari sisi fungsi bank dikategorikan sebagai bank umum,
bank tabungan, bank pembangunan, dan bank sekunder. Fungsi sebuah bank umum antara lain menyediakan fasilitas penyimpanan dana
masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, maupun deposito dan dapat dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Di
samping itu, bank mampu menciptakan uang giral dan uang kuasi melalui proses pelipatgandaan simpanan uang yang sebagian besar diterima dari
masyarakat untuk disampaikan kembali pada masyarakat. Selain itu bank bertugas menyiapkan mekanisme pembayaran atau transfer dana yang
dapat meminimalkan biaya dan kendala serta menyediakan pinjaman yang manfaatnya besar bagi peningkatan produksi, perluasan penanaman modal,
dan penaikan standar hidup. Bank tabungan, sesuai dengan namanya, mengutamakan penerimaan simpanan dalam bentuk tabungan dengan
prioritas usaha pembungaan dalam bentuk kertas berharga. Adapun bank pembangunan mengumpulkan dananya melalui simpanan deposito serta
mengeluarkan kertas berharga yang berjangka, dan menjalankan usahanya dengan memberi kredit jangka panjang. Bank sekunder memiliki kegiatan
bersifat lokal, menerima simpanan serta memberi kredit kepada para
66 pedagang pasar dan penduduk desa sekitarnya. Termasuk jenis ini adalah
bank desa, lumbung desa, bank pasar, dan bank pegawai. Jenis bank ini disebut Bank Rural yang tidak diijinkan menerima simpanan giro. Apabila
ditinjau dari segi kepemilikan, bank terbagi dalam kategori: bank pemerintah yang kepemilikan seluruh modalnya dari pemerintah, dan
menjadi kekayaan atau aset pemerintah yang terpisah; Bank Pemerintah Daerah, yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki Pemerintah
Daerah Pemda dan menjadi kekayaan Pemda yang terpisah; bank swasta nasional dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum dengan
pimpinan dan anggota yang berkewarganegaraan Indonesia; bank asing sebagai cabang bank di luar negeri atau bank campuran joint venture
antara pihak luar negeri dan pihak swasta Indonesia. Patut diketahui, bahwa tidak semua bank diperbolehkan melakukan transaksi dengan pihak
luar negeri, kecuali bank yang diberi ijin dan biasanya disebut bank devisa. Sedangkan perkembangan Bank Syariah di Indonesia banyak
dipengaruhi oleh bank-bank syariah di negara-negara Islam di dunia. Pada awal 1980-an, diskusi tentang bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam
mulai dilakukan oleh para tokoh muslim Indonesia. Prakarsa pendirian bank syariah di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Berdasarkan
hasil kerja Tim Perbankan Majelis Ulama Indonesia MUI, lahir bank syariah pertama di Indonesia, yaitu Bank Muamalat Indonesia BMI pada
tanggal 1 November 1991 M. Syafe’i A., 1999.
M. Syafe’i A. 1999 juga menjelaskan bahwa penetapan UU No. 10 Tahun 1998 mulai dilakukan pasca reformasi, sebagai landasan hukum serta
67
jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank
konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah. Menurut Adiwarman Karim 2004,
perkembangan syariah di Indonesia cenderung lambat dibandingkan negara- negara Islam lainnya. Jumlah bank syariah pada tahun 1992-1998 hanya
terdapat satu bank syariah, namun data Bank Indonesia 2004 menggambarkan prospek perkembangan perbankan syariah selanjutnya
diperkirakan cukup baik.
2. Perkembangan Bank Konvensional dan Bank Syariah
Adapun perkembangan jumlah Bank Syariah pada tahun 2006 sampai dengan juni 2012 dapat dilihat dalam tabel 4.1 dimana Bank
Syariah maupun Unit Usaha syariah terus mengalami kenaikan. Walaupun pada tahun 2009-2011 Unit Usaha Syariah mengalami penurunan akan
tetapi pada tahun 2012 terjadi kenaikan secara signifikan. Hal ini akan memperbesar peluang Bank Syariah untuk berkembang lebih luas.
Peningkatan jumlah perbankan diakibatkan oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan otoritas moneter di Indonesia sebagai
pendukung perkembangannya. Tabel 4.1
Perkembangan Bank Syariah Tahun 2006-juni 2012
Kelompok Bank
2006 2007
2008 2009
2010 2011
2012
Bank Syariah
3 3
5 6
11 11
11
Unit Usaha Syariah
20 26
27 25
23 23
29 Sumber : Bank Indonesia