35
dua yaitu Standar profit efficiency dan Alternatif profit efficiency. Secara umum ada tiga pendekatan konsep dasar model efisiensi sektor finansial
perbankan yaitu Cost Efficiency, Standard Profit Efficiency dan Alternative Profit Efficiency. Berger dan Mester dalam Siti Aisyah dan
Jardin A. Husman, 2006:532 Cost efficiency pada dasarnya mengukur tingkat biaya suatu bank
dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi terbaik best practice bank’s cost yang menghasilkan output yang sama dengan
teknologi yang sama. Profit efficiency mengukur tingkat efisiensi dari kemampuan bank dalam menghasilkan laba untuk setiap unit input yang
digunakan. Priyonggo Suseno, 2008:35 Masalah efisiensi berkaitan dengan masalah pengendalian biaya.
Efisiensi berarti biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan lebih kecil daripada keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aktiva
tersebut. Sebuah bank dituntut untuk memperhatikan masalah efisiensi karena meningkatnya persaingan dan standar hidup konsumen. Bank yang
tidak mampu untuk memperbaiki tingkat efisiensinya maka akan menurunkan kinerja bank sehingga bank tersebut dapat kehilangan daya
saing yang baik dalam hal mengerahkan dana masyarkat maupun dalam hal penyaluran dana tersebut dalam bentuk usaha modal.
Menurut Muharram dan Purvitasari 2007 dikutip dalam Ahmad Iqbal, 2011:24, pengukuran efisiensi bisa dilakukan dengan tiga pendekatan,
yaitu :
36
1. Pendekatan Rasio : Mengukur Efisiensi dengan cara menghitung
perbandingan output dan dengan input yang digunakan. Pendekatan rasio akan dinilai efisien yang tinggi jika memproduksi output yang
maksimal dengan input yang minimal. Efisiensi = input output. Menurut Chu-Fen Li 2007 melihat pendekatan rasio sebagai ”the most
critical limitation of the financial ratio is that they fail to consider the multiple input-output.” Oleh karena itu pendekatan ini belum mampu
menilai kinerja lembaga keuangan secara menyeluruh. 2.
Pendekatan regresi : Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan sebuah model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi
dari berbagai tingkat input tertentu. Persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut:
Dimana : Y = output, X = input Pendekatan ini juga tidak dapat mengatasi kondisi banyak output,
karena hanya satu indikator output yang dapat ditampung dalam sebuah persamaan regresi.
3. Pendekatan frontier : Pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Pendekatan frontier non parametrik dapat diukur dengan tes non parametrik yaitu dengan menggunakan
Data Envelopment Analysis DEA dan Pendekatan frontier parametrik dapat diukur dengan tes parametrik yaitu Stockhastic Frontier Analysis
SFA dan Distribution Free Analysis DFA. Persamaan perhitungan menggunakan metode non parametrik dan metode parametrik yaitu
Y = f X ,X , X , X ,......................X n 1 2 3 4
37
sama-sama menggunakan input dan output sebagai variabel. Dalam penelitian ini digunakan metode parametrik non parametrik
Data Envelopment Analysis DEA.
G. Pendekatan Non Parametrik
Data Envelopment Analysis DEA
1. Pendektan Non Parametik Metode DEA Data Envelopment Analysis
Data Envelopment Analysis DEA yang akan digunakan sebagai metode analisa dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini untuk
mengukur efisiensi Bank Syariah dan Bank Konvensional dengan menggunakan Data Envelopment Analysis DEA. Dalam buku
Kinerja Keuangan dan Efisiensi Perbankan oleh Zainal Abidin dkk, 2008: 11-12, Metode DEA merupakan salah satu metode frontier
berbasis non parametrik dengan menggunakan program linier. Tujuan dari penggunaan metode ini adalah untuk mengukur tingkat efisiensi
dari decision-making units DMUs relatif terhadap DMU sejenis, ketika semua unit berada pada atau dibawah “kurva” efisien frontier-
nya. Metode ini bisa digunkan untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari beberapa objek. Selain menghasilkan nilai efisiensi masing-
masing DMU, DEA juga menunjukkan unit-unit yang menjadi referensi bagi unit-unit yang tidak efisien.
Dasar pengukuran efisiensi dengan DEA adalah program linier, transformasi program linier yang kita sebut dengan DEA adalah
sebagai berikut : maksimumkan
m maxsimasi h
t
= ∑ v
rt
q
rt
38
r=1 Dengan batasan atau kendala
m n
kendala ∑ v
rt
q
rs
- ∑ u
it
x
it
≤ 0 , r = 1,2 …… m r=1
i=1
n ∑ u
ik
x
ik
= 1 , dan Ui dan Vr ≥ 0, dimana: i=1
q
rt
: adalah jumlah output r pada bidang t x
it
: adalah jumlah input i pada bidang t q
rs
: adalah jumlah input r pada bidang s x
it
: adalah jumlah ouput i pada bidang t m : adalah jumlah sampel yang dianalisis
s : Jumlah input yang digunakan u
ik
: nilai terbesar input I pada bidang k u
it :
nilai tertimbang dari output r yang dihasilkan pada bidang t h
t
: adalah nilai yang dioptimalisasikan sebagai indikator efisiensi Dalam menggunakan DEA, perlu diperhatikan beberappa hal penting,
yaitu positivity, jumlah DMU, homogeneity, isotonicity, windows analysis dan bobot. Karena menggunakan program linier, maka DEA
mensyaratkan variable input dan outputnya bernilai positif 0. Dan untuk memastikan terpenuhinya degree of freedo, DEA mensyaratkan
jumlah DMU yang dianalisis minimal 3 unit, yang seluruhnya mempunyai kesamaan input dan outputnya. Isotonicity berarti bahwa
setiap terdapat kenaikan pada variable input, harus mendapatkan respon berupa kenaikan setidaknya satu variabel output dan tidak ada
39
variabel output yang mengalami penurunan. Mengingat bahwa nilai produktivitas DMU seringkali dipengaruhi oleh waktu, maka perlu
dilakukan windows analysis ketika terjadi pemecahan data DMU tahunan menjadi triwulan atau bulanan misalnya.
Beberapa keunggulan serta keterbatasan DEA Beberapa hal yang menjadi keunggulan Pendekatan DEA adalah :
a. Metode DEA merupakan prosedur yang dirancang secara khusus untuk mengukur efisiensi relative suatu DMU yang menggunakan
banyak input dan output sehingga dapat menhasilkan suatu skor atau nilai.
b. Metode DEA tidak memerlukkan aasumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output.
c. DMU decision making unit dapat dibandingkan secra langsung dengan sesamanya.
d. Satuan pengukuran input dan output dapat berbeda. Keterbatasan DEA di antaranya adalah :
a. Metode DEA mensyaratkan semua input dan output harus spesifik dan dapat diukur. Kesalahan dalam memasukkan input dan output
akan memberikan hasil pengukuran yang bias. b. Nilai-nilai yang dihasilkan dari DEA merupakan nilai relative
bukan nilai absolute. c. Uji hipotesis secara statistic atas hasil DEA sulit dilakukan.
40
d. Menggunakan perumusan linear programming terpisah untuk tiap DMU perhitungan secaramanual sulit dilakukan apalagi untuk
masalah berskala besar. Ada dua model yang sering digunakan dalam pendekatan ini, yaitu:
a. Model CCR 1978 Disebut CCR karena dikembangkan oleh Charnes, Cooper dan
Rhodes Model CCR pada tahun 1978. Model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan output adalah sama
constant return to scale. Artinya, jika ada penambahan input sebesar x kali, maka output juga akan meningkat sebesar x kali.
Asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah setiap perusahaan bank beroperasi pada skala yang optimal optimum
scale b. Model BCC 1984
Model yang dikembangkan oleh Banker, Charnes dan Chooper pada tahun 1984 ini merupakan pengembangan dari model CCR.
Model ini beranggapan bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi dalam skala yang optimal. Persaingan dan kendala-
kendala keuangan dapat menyebabkan perusahaan untuk tidak beroperasi pada skala optimalnya. Asumsi dari model ini adalah
bahwa rasio antara penambahan input dan output tidak sama variabel return to scale. Artinya penambahan input sebesar x kali
tidak akan menyebabkan output meningkat sebesar x kali, bisa lebih kecil atau lebih besar dari x kali.
41
2 . Penentuan Variabel Input dan Output Mengutip dari pendapat Leong et al. 2003 dan Barrr et al. 2002
dalam Zainal Abidin dkk, 2008:18, terdapat tiga pendekatan dalam konsep variabel input dan output yaitu :
a. Pendekatan Produksi dimana dalam pendekatan ini bank sebagai
produser dari rekening tabungan dan kredit pinjaman. Dengan demikian, definisi output pada pendekatan ini adalah penjumlahan
dari rekening-rekening tersebut. Sedangkan inputnya adalah jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal pada aktiva tetap dan material
lainnya. Pendekatan ini lebih cocok untuk mengevaluasi kinerja efisiensi untuk suatu cabang pada suatu bank.
b. Pendekatan Intermediasi dimana pendekatan ini mendefinisikan
bank sebagai perantara, yang mengubah dan mentransfer aset-aset keuangan, dari unit-unit yang kelebihan dana ke unit-unit yang
kekurangan dana. Output dalam pendekatan ini diukur melalui kredit pinjaman dan investasi keuangan, sedang inputnya adalah biaya
tenaga kerja dan modal serta pembayaran bunga pada deposit. Pendekatan ini lebih tepat untuk mengevaluasi kinerja efisiensi bank
sebagai lembaga intemediasi atau DMU. c.
Pendekatan Aset dimana pendekatan ini merupakan pengembangan dari pendekatan intermediasi, yaitu melihat fungsi primer sebuah
bank sebagai pencipta kredit pinjaman. Sehingga, output dari pendekatan ini adalah kemampuan perbankan dalam menanamkan
dana dalam bentuk kredit, surat-surat berharga dan alternatif aset