Tri Yuwandani Hayuningtyas : Tinjauan Yuridis Business Judgement Rule Pada Dewan Komisaris Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2010.
BAB II PENGATURAN BUSINESS JUDGEMENT RULE
DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS
A. Pengertian Business Judgement Rule
Business Judgement Rule merupakan suatu konsep corporate governance yang berasal dari Amerika yang telah menjadi bagian dari tradisi hukum common
law lebih dari 150 tahun. Konsep ini secara tradisional digunakan sebagai tameng untuk mencegah pengadilan-pengadilan di Amerika untuk mempertanyakan
pengambilan keputusan usaha oleh Direksi, yang diambil dengan itikad baik, tanpa kepentingan pribadi, dan keyakinan yang dapat dipertanggungjawabkan
bahwa mereka, para anggota Direksi, telah mengambil suatu keputusan yang menguntungkan Perseroan.
15
Isu ini memang sangat penting bagi perlindungan Direksi yang selama ini tidak jelas diatur dalam UUPT yang lama. Dengan diadopsinya prinsip ini,
diharapkan para Direksi berani mengambil resiko dalam keputusan-keputusan Jika Direksi berhak atas perlindungan Business Judgement Rule maka
pengadilan tidak boleh ikut campur apalagi mempertanyakan keputusan yang diambil Direksi.
Prinsip ini memberikan safe harbour bagi para Direksi yang mengambil calculated business decision untuk tidak dipertanggungjawabkan secara hukum
apabila nantinya keputusan bisnisnya merugikan perusahaan.
15
Philip Lipton dan Abraham Herzberg, Understanding Company Law, Brisbane: The Law Book Company Ltd, 1992, hlm. 36.
Tri Yuwandani Hayuningtyas : Tinjauan Yuridis Business Judgement Rule Pada Dewan Komisaris Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2010.
bisnisnya karena tanpa adanya keberanian untuk mengambil resiko ini, perkembangan bisnis di Indonesia dapat terhambat.
Doktrin ini mendudukkan manusia pada proporsi yang sebenarnya dengan segala kekurangannya, yang sering mengalami pencapaian atau harapan dari
prediksi yang dirancang. Seorang Direksi, bagaimanapun tidak mungkin selalu benar dalam menjalankan usahanya, karena error kekeliruan adalah kelengkapan
manusia. Jadi, sudah sepantasnya jika Direksi tidak digeneralisir untuk bertanggung jawab atas kesalahan dalam mengambil keputusan mere errors of
judgement tanpa mempertimbangkan unsur manusiawinya. Oleh karena itu doktrin Business Judgement Rule memberikan
perlindungan kepada Direksi atas kemungkinan adanya kesalahan yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang wajar dan manusiawi.
Henry Campbell Black merumuskan:
16
16
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, 6
th
ed., St. Paul, Minn: West Publishing Co., 1990, hlm. 200.
Business Judgement Rule. This rule immunizes management from liability in corporation undertaken within both power of corporatinand authority
of management where there is reasonable basis to indicate that transaction was made with due care and in good faith.
Aturan ini memberi kekebalan kepada manajemen dari tanggung jawab perusahaan yang diambil dalam hal kekuasaan perusahaan dan wewenang
manajemen dimana terdapat dasar-dasar yang masuk akal untuk mengindikasikan bahwa transaksi tersebut dilakukan dengan hati-hati dan
beritikad baik. Dari pengertian yang diberikan di atas dapat diketahui bahwa Business
Judgement Rule melindungi Direksi atas setiap keputusan bisnis yang merupakan transaksi Perseroan, selama hal tersebut dilakukan dalam batas-batas kewenangan
dengan penuh kehati-hatian dan itikad baik.
Tri Yuwandani Hayuningtyas : Tinjauan Yuridis Business Judgement Rule Pada Dewan Komisaris Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2010.
Aturan Business Judgement Rule didasarkan pada konsepsi bahwa Direksi lebih tahu dari siapapun juga mengenai keadaan perusahaannya dan karenanya
landasan dari setiap keputusan yang diambil olehnya. Untuk itu maka Direksi selama dan sepanjang dalam mengambil
keputusannya, tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan yang memberikan manfaat pribadi self-dealing atau tidak mempunyai kepentingan pribadi
personal interest dan telah melaksanakan prinsip kehati-hatian dengan itikad baik.
Keputusan bisnis yang diambil Direksi tidak dapat ditentang atau dipertanyakan, kecuali keputusan tersebut telah diambil secara ceroboh in
negligent manner, dilakukan dengan cara curang tainted by fraud, adanya benturan kepentingan conflict of interest atau didasarkan pada suatu perbuatan
melawan hukum illegality. Business Judgement Rule secara tradisional, memang dikonsep untuk
melindungi kepentingan anggota Direksi dari pertanggungjawaban atas setiap keputusan usaha tertentu yang diambilnya yang menerbitkan atau mengakibatkan
kerugian bagi Perseroan.
17
Business Judgement Rule dapat juga dilihat sebagai suatu standard of conduct standar perilaku yang memberitahukan apa dan bagaimana seseorang
harus bertindak dalam suatu keadaan tertentu atau untuk memutuskan suatu hal tertentu. Untuk dapat menilai apakah telah terjadi pelanggaran terhadap Business
Judgement Rule, maka harus ada standard of review, yang menjadi dasar bagi
17
Lewis D. Salomon, Donald E. Schwartz, Jeffry D. Bauman, and Elliot J. Weiss. Corporations Law and Policy Materials and Problems, 4
th
ed., St. Paul. Minn: West Group, 1998, hlm. 685.
Tri Yuwandani Hayuningtyas : Tinjauan Yuridis Business Judgement Rule Pada Dewan Komisaris Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2010.
penilaian apakah tindakan yang dilakukan memang sudah sewajarnya dan seharusnya dilakukan.
18
Besarnya pengaruh prinsip Business Judgement Rule telah menyebabkan beberapa negara bagian di Amerika mengecualikan berbagai kerugian Perseroan
dari tanggung jawab Direksi, kerugian yang terbit sebagai akibat perbuatan Dengan demikian jelaslah bahwa perlindungan Business Judgement Rule
dikatakan tidak berlaku bagi Direksi, jika dalam tindakan atau perbuatannya diketahui bahwa ia telah berupaya untuk mengendapkan kepentingan pribadinya.
Ini berarti judgement atau keputusan yang telah diambilnya itu tidak dapat dikatakan sebagai discretionary exercises of power on behalf of the corporation
karena tindakan atau perbuatan hukum tersebut di dalamnya mengandung kecurangan fraud, dan benturan kepentingan conflict of interest.
Perkembangan mengenai Business Judgement Rule belakangan ini menunjukkan bahwa hakim pengadilan dalam memeriksa perkara yang terkait
dengan Business Judgement Rule ini, tidak hanya melihat semata-mata pada keberadaan conflict of interest, namun lebih kearah concept of neutrality konsep
netralis yang melahirkan fairness keadilan. Yang dimaksud dengan konsep netralis ini adalah bahwa suatu perbuatan
hukum yang di dalamnya terdapat unsur benturan kepentingan antara kepentingan salah satu atau lebih anggota Direksi maupun Dewan Komisaris dengan
kepentingan Perseroan masih dapat dilaksanakan, selama dan sepanjang perbuatan tersebut adalah wajar dan telah disetujui oleh pihak-pihak yang tidak memiliki
benturan kepentingan.
18
Melvin A. Einsberg, Whether the Business Judgement Rule Should Be Codified, Vol. 28, 1998, hlm. 35.
Tri Yuwandani Hayuningtyas : Tinjauan Yuridis Business Judgement Rule Pada Dewan Komisaris Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2010.
Direksi Perseroan berikut di bawah ini, tidak dapat diberlakukan Business Judgement Rule. Tindakan-tindakan tersebut adalah:
19
1. pelanggaran terhadap duty of loyality, khususnya terkait dengan
keterbukaan informasi dari transaksi yang mengandung benturan kepentingan;
2. melakukan atau tidak melakukan suatu hal tidak dengan itikad baik atau
melibatkan perbuatan yang dengan sengaja melawan hukum atau patut diduga akan melawan hukum ;
3. pembagian dividen atau pembelian kembali saham yang tidak layak;
4. transaksi yang membawa akibat Direksi memperoleh keuntungan secara
tidak layak. Dari berbagai penjelasan tersebut di atas, secara umum dapat dikatakan
bahwa pertimbangan dan keputusan seorang anggota Direksi tidak dapat diganggu gugat kecuali apabila keputusan tersebut didasarkan atas suatu kecurangan
fraud, atau lahir dari tidak adanya keterbukaan mengenai keberadaan benturan kepentingan conflict of interest, atau terjadi sebagai akibat atau merupakan
kesalahan atau perbuatan yang melanggar hukum illegality, dan telah menerbitkan kerugian sebagai akibat kelalaian berat gross negligence.
Dari keempat hal menyebabkan hapusnya perlindungan Business Judgement Rule bagi Direksi, masalah penentuan kelalaian adalah hal yang paling
sulit untuk ditegaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, dikatakan bahwa
19
Kilpatrick Stockton, Director Fiduciary Duties After Sarbanes-Oxley, hlm. 28.
Tri Yuwandani Hayuningtyas : Tinjauan Yuridis Business Judgement Rule Pada Dewan Komisaris Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2010.
penerapan standard of careful conduct bagi Direksi adalah antara lain sebagai berikut:
20
1. Direksi harus secara sewajarnya terus-menerus melakukan monitoring dan
pengawasan terhadap jalannya usaha Perseroan dan mengevaluasi apakah kegiatan usaha tersebut telah dikelola atau diurus dengan baik;
2. Direksi harus secara sewajarnya mengikuti guna memperoleh data dan
informasi yang diperlukan melalui proses monitoring atau dengan cara lainnya agar Direksi terus memperoleh informasi yang up to date;
3. Direksi harus membuat keputusan yang wajar terhadap hal-hal yang
memang dan harus diputuskan diambil; 4.
Direksi harus melaksanakan proses pengambilan keputusan yang wajar sebelum suatu keputusan diambil.
Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk memperoleh perlindungan Business Judgement Rule ada 4 empat syarat yang perlu
diperhatikan, yaitu:
21
1. Direksi harus mengambil keputusan judgement. Kelalaian Direksi untuk
meminta dokumen yang diperlukan untuk mengambil suatu keputusan sudah cukup membuat Direksi yang bersangkutan dikeluarkan dari
perlindungan Business Judgement Rule; 2.
Direksi dalam mengambil keputusan harus sudah memperoleh masukan yang menurutnya selayaknya diperlukan yang terkait dengan keputusan
yang akan diambil tersebut dan bahwa proses atau langkah-langkah yang sewajarnya untuk mengambil suatu keputusan bisnis sudah juga ditempuh;
20
Melvin A. Einsberg, Whether the Business Judgement Rule Should Be Codified, Vol. 28, 1998, hlm. 38-39.
21
Ibid, hlm. 40.
Tri Yuwandani Hayuningtyas : Tinjauan Yuridis Business Judgement Rule Pada Dewan Komisaris Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2010.
3. keputusan tersebut harus diambil berdasarkan pada itikad baik, dengan
pengertian bahwa tidak ada seorangpun dari anggota Direksi yang mengetahui bahwa akibat dari keputusan tersebut akan menerbitkan
kerugian bagi Perseroan secara nyata, yang merupakan perbuatan curang atau melawan hukum ;
4. tidak ada seorang anggota Direksi pun yang mempunyai benturan
kepentingan secara finansial dengan kepentingan Perseroan terhadap keputusan yang diambil tersebut.
Jika dibandingkan dengan fiduciary duty Direksi, maka semua hal yang dikatakan sebagai pelanggaran yang menyebabkan tidak berlakunya Business
Judgement Rule adalah pelanggaran terhadap fiduciary duty Direksi. Dengan demikian secara sederhana dapat dikatakan bahwa Direksi yang melanggar
fiduciary duty tidak dilindungi oleh Business Judgement Rule. Dalam sistem pengurusan dengan dua dewan, Direksi dan Dewan
Komisaris merupakan satu-kesatuan yang dipersamakan dengan sistem pengurusan dalam satu dewan. Dalam sistem pengurusan satu dewan, Direksi
disamping sebagai pengurus, juga melaksanakan fungsi pengawasan, yang pada sistem dua dewan dilaksanakan oleh Dewan Komisaris.
Dengan demikian jelaslah bahwa baik bagi Direksi maupun Dewan Komisaris, keduanya memiliki fiduciary duty, yang jika dilaksanakan
sebagaimana mestinya melindungi kedua dewan tersebut dari setiap tindakan, perbuatan, maupun keputusan yang diambil olehnya berdasarkan pada prinsip
Business Judgement Rule.
Tri Yuwandani Hayuningtyas : Tinjauan Yuridis Business Judgement Rule Pada Dewan Komisaris Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2010.
Hal ini berarti bahwa segala ketentuan mengenai Business Judgement Rule yang berlaku bagi Direksi, secara mutatis mutandis juga berlaku bagi Dewan
Komisaris. Hanya saja pada Dewan Komisaris ketentuan mengenai Business Judgement Rule ini bukan mengenai tindakan atau keputusan dalam fungsi
pengurusan, melainkan dalam fungsi pengawasan.
B. Perkembangan Prinsip Business Judgement Rule