Tri Yuwandani Hayuningtyas : Tinjauan Yuridis Business Judgement Rule Pada Dewan Komisaris Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2010.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan hukum nasional dilakukan diantaranya dengan membentuk peraturan perundang-undangan yang menampung aspirasi
masyarakatnya, berintikan keadilan dan kebenaran yang mengabdi kepada kepentingan rakyat dan bangsa yang tentunya dibuat dan dilaksanakan dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut, antara lain
dilakukan dengan: 1.
menyempurnakan peraturan perundang-undangan yang ada yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman;
2. membentuk peraturan perundang-undangan yang baru untuk mempercepat
reformasi, mendukung pemulihan ekonomi, dan perlindungan hak asasi manusia;
3. membentuk peraturan perundang-undangan baru sesuai dengan tuntutan
masyarakat dan kemajuan zaman.
1
Sejalan dengan kebijakan dasar tersebut, keberadaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas merupakan salah satu undang-
undang yang perlu disempurnakan untuk diubah dan diganti dengan yang baru. Penyempurnaan tersebut dimaksudkan untuk lebih meningkatkan peranan
Perseroan Terbatas dalam pembangunan perekonomian nasional dan sekaligus
1
Sujud Margono, Hukum Perusahaan Indonesia Catatan atas UU Perseroan Terbatas, Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri, 2008, hlm. 22.
Tri Yuwandani Hayuningtyas : Tinjauan Yuridis Business Judgement Rule Pada Dewan Komisaris Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2010.
memberikan landasan yang kokoh bagi dunia usaha dalam menghadapi perkembangan perekonomian di era globalisasi.
Maka dari itu kemudian ini lahirlah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut UUPT. Lahirnya
UUPT yang baru vmemberikan warna baru bagi berbagai pelaku usaha di berbagai bidang. Beberapa isu baru yang berkembang dalam UUPT antara lain
diadopsinya prinsip tanggung jawab sosial dan lingkungan Corporate Social ResponsibilityCSR, pembelian kembali saham oleh perusahaan Buy Back,
pemisahan perusahaan tidak murni Spin Off, larangan kepemilikan silang Cross Holding, dan prinsip Business Judgement Rule yang tidak saja berlaku bagi
Direksi, tetapi juga bagi Dewan Komisaris. Perubahan signifikan yang terdapat dalam UUPT adalah semakin besarnya
tanggung jawab Dewan Komisaris. Secara eksplisit dijelaskan bahwa setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
Perseroan Terbatas apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai manjalankan tugasnya.
2
Kewajiban Dewan Komisaris adalah membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya, melaporkan kepada Perseroan Terbatas
mengenai kepemilikan sahamnya danatau keluarganya pada Perseroan Terbatas tersebut dan Perseroan Terbatas lain serta memberikan laporan tentang tugas
pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada Rapat Umum Pemegang Saham selanjutnya disebut RUPS.
3
2
Pasal 114 ayat 3 UUPT.
3
Pasal 116 UUPT.
Tri Yuwandani Hayuningtyas : Tinjauan Yuridis Business Judgement Rule Pada Dewan Komisaris Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2010.
Pada penjabaran kewajiban ini menuntut para Dewan Komisaris yang lebih aktif dibandingkan sebelumnya. Dengan demikian tidak ada lagi ruang bagi
anggota Dewan Komisaris yang hanya sekedar aksesoris atau rubber stamp. Kewajiban ini secara otomatis juga memberikan warning kepada anggota Dewan
Komisaris karena apabila kewajiban ini tidak dijalankan maka sanksi hukum akan dijatuhkan, karena undang-undang menempati posisi kedua setelah UUD dalam
sistem hukum Indonesia. Dewan Komisaris memiliki 2 dua wewenang yang diatur dalam UUPT,
yaitu wewenang preventif dan wewenang represif.
4
Wewenang preventif Dewan Komisaris yaitu di dalam Anggaran Dasar Perseroan dapat ditetapkan
kewenangan Dewan Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu.
5
Kewenangan Dewan Komisaris yang bersifat represif yaitu bahwa anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara oleh Dewan Komisaris dengan
menyebutkan alasannya.
6
Dengaan pertimbangan tersebut maka dalam UUPT kembali diperkenalkan konsep Komisaris Utusan, yang ditunjuk dari anggota Dewan Komisaris yang
sedang menjabat dan ditunjuk berdasarkan keputusan rapat Dewan Komisaris. Oleh sebab itu perlu adanya pengawasan melekat oleh
Dewan Komisaris.
7
Komisaris Utusan merupakan perwakilan dari Dewan Komisaris yang melakukan pengawasan dengan lebih intens dengan komitmen waktu yang lebih
banyak dibandingkan anggota Dewan Komisaris lainnya. Dalam menjalankan
4
IKAI, Artikel: Kedudukan dan Tanggung Jawab Komisaris dan Komite Audit Pasca UU Perseroan Terbatas, terakhir diakses dari_____________
5
Pasal 117 ayat 1 UUPT.
6
Pasal 106 UUPT.
7
Pasal 120 ayat 3 UUPT.
Tri Yuwandani Hayuningtyas : Tinjauan Yuridis Business Judgement Rule Pada Dewan Komisaris Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2010.
fungsinya Komisaris Utusan tidak boleh keluar dari koridor tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris.
Perluasan tanggung jawab Dewan Komisaris dalam UUPT membawa konsekuensi hukum yang cukup berat. Setiap anggota Dewan Komisaris wajib
dengan itikad baik dan bertanggung jawab dalam pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi untuk kepentingan Perseroan Terbatas.
8
Begitu pula jika terjadi pailit, apabila kepailitan terjadi akibat kesalahan atau kelalaian Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap
pengurusan yang dilaksanakan Direksi dan kekayaan Perseroan Terbatas tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan Terbatas akibat kelalaian
tersebut, setiap anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi.
Setiap anggota Dewan Komisaris juga bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan Terbatas apabila yang bersangkutan lalai dalam
menjalankan tugasnya. Lalai di sini dimaksudkan sebagai tidak melakukan yang selayaknya,
sepatutnya, sewajarnya dilakukan oleh anggota Dewan Komisaris dalam keadaan tertentu. Dengan demikian seorang anggota Dewan Komisaris harus proaktif
dalam menjalankan fungsi pengawasan.
9
Satu hal yang harus dipahami mengenai tanggung renteng adalah bahwa tanggung renteng berlaku untuk masing-masing jointly and severely, tidak ada
rumusan proporsi maupun urutan prioritas, misalnya Direktur Utama lebih besar atau Komisaris Utama harus bertanggung jawab terlebih dahulu. Namun demikian
8
Pasal 114 ayat 2 UUPT.
9
Pasal 115 ayat 1 UUPT.
Tri Yuwandani Hayuningtyas : Tinjauan Yuridis Business Judgement Rule Pada Dewan Komisaris Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2010.
secara internal diantara Direksi dan Dewan Komisaris dapat dibicarakan secara proporsional besaran tanggung jawab dari masing-masing individu.
Berbagai konsekuensi hukum di atas dapat dihindari dan Dewan Komisaris memperoleh kebebasan diskulpasi bila hal tersebut terjadi bukan
karena kesalahan ataupun kelalaiannya, telah beritikad baik dan penuh kehati- hatian, tidak mempunyai kepentingan pribadi atas tindakan tersebut serta telah
memberikan nasihat kepada Direksi agar tidak terjadi hal yang merugikan Perseroan Terbatas, termasuk kepailitan.
Hal inilah yang merupakan inti dari Business Judgement Rule terhadap Dewan Komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap pengurusan
Perseroan Terbatas yang dilakukan oleh Direksi.
B. Perumusan Masalah