Siska Yolanda T. : Aspek Hukum Perjanjian Kredit Usaha Kecil KUK Bank Dengan Jaminan Fidusia Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia BRI Unit Melati Medan, 2008.
USU Repository © 2009
yang dimaksud dengan jaminan fidusia adalah suatu jaminan yang berupa penyerahan hak atas benda yang berdasarkan kepercayaan yang disepakati
sebagai jaminan bagi pelunasan piutang kredit. Penerima fidusia tidak menanggung kawajiban atas akibat tindakan
atau kelalaian pemberi fidusia baik yang timbul dari hubungan kontrak atau yang timbul dari perbuatan melanggar hukum sehubungan dengan penggunaan
dan pengalihan benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Beban itu dilimpahkan kepada pemberi fidusia. Hal ini karena pemberi
fidusia tetap menguasai fisik benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dan dia memakainya serta sepenuhnya memperoleh manfaat ekonomis dari
pemakaian benda tersebut. Jadi sudah sewajarnya pemberi fidusia yang bertanggung jawab atas
semua akibat dan risiko yang timbul berkenaan dengan pemakaian dan keadaan benda tersebut. Ketentuan ini juga terdapat dalam perjanjian
“financial lease” yang mengatur bahwa “leasse” bertanggung jawab atas semua risiko yang berkenaan dengan benda yang menjadi obyek perjanjian
leasing karena memang leasse-lah yang menggunakan benda tersebut dan memperoleh manfaat ekonomisnya.
B. Objek Jaminan Fidusia
Jaminan fidusia merupakan salah satu bentuk dari jaminan kebendaan, yang merupakan perkembangan dari lembaga jaminan gadai. Pada ketentuan
gadai mewajibkan kekuasaan atas benda yang dijaminkan harus pindah atau berada ditangan pemegang gadai. Hal tersebut mengakibatkan pemberi gadai
Siska Yolanda T. : Aspek Hukum Perjanjian Kredit Usaha Kecil KUK Bank Dengan Jaminan Fidusia Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia BRI Unit Melati Medan, 2008.
USU Repository © 2009
tidak dapat mempergunakan benda jaminan tersebut untuk keperluan usahanya, sehingga dalam praktek timbul suatu perkembangan baru dimana si
peminjam menyerahkan hak milik secara kepercayaan atas suatu benda yang dijaminkan milik debitur kepada kreditur dengan penguasaan fisik atas
barang-barang itu tetap pada debitur. Debitur menguasai fisik barang tersebut bukan lagi sebagai pemilik melainkan sebagai peminjam pakai. Pada awalnya
objek fidusia terbatas pada benda bergerak yang berwujud peralatan, tetapi pada perkembangan selanjutnya objek jaminan fidusia juga meliputi benda
yang tidak berwujud walaupun benda tidak bergerak. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia, lembaga jaminan fidusia telah memperoleh suatu tempat khusus dalam hierarchie Perundang-Undangan di Indonesia. Dengan
adanya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dimaksudkan untuk menampung kebutuhan Masyarakat dengan pengaturan
jaminan fidusia sebagai sarana untuk membantu kegiatan usaha dan untuk memberikan kepastian hukum kepada pihak yang berkepentingan berupa
benda bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda tak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan Hak Tanggungan.
Dengan lahirnya Undang-Undang jaminan fidusia yaitu dengan mengacu pada Pasal 1 angka 2 dan 4 serta Pasal 3 Undang-Undang Jaminan
Fidusia dapat dikatakan bahwa yang menjadi objek Jaminan Fidusia adalah benda apapun yang dapat dimiliki dan dialihkan hak kepemilikannya. Benda
itu dapat berupa benda berwujud maupun tidak berwujud, terdaftar maupun tidak terdaftar, bergerak maupun tidak bergerak, dengan syarat bahwa benda
tersebut tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak tanggungan atau
Siska Yolanda T. : Aspek Hukum Perjanjian Kredit Usaha Kecil KUK Bank Dengan Jaminan Fidusia Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia BRI Unit Melati Medan, 2008.
USU Repository © 2009
hipotek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 314 Kitab Undang-Undang Dagang jis Pasal 1162 dst. Kitab Undang-Undang Perdata.
19
Dalam perkembangan sejarah, jaminan fidusia yang pernah diputus oleh Badan Peradilan baik Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi maupun
Mahkamah Agung bahwa masalah objek jaminan fidusia atas benda tidak bergerak belum tuntas dan masih terus berbeda pendapat. Sebagian hakim
pengadilan berpandangan bahwa objek jaminan fidusia hanya dibebankan kepada benda bergerak saja sesuai, sedangkan sebagian lagi Hakim
berpendapat bahwa jaminan fidusia bukan saja dapat diletakkan kepada benda bergerak tetapi juga terhadap benda tidak bergerak karena pengaruh
perkembangan kebutuhan ekonomi dan hukum posotif. Lembaga jaminan lain seperti gadai dan hipotik dianggap belum
memenuhi keinginan masyarakat untuk mendapat kredit dari Bank. Karena menggunakan dengan lembaga gadai dan hipotik, maka benda yang
dijaminkan harus berada ditangan kreditur. Berbeda dengan jaminan fidusia, dimana benda sebagai objek jaminan itu benda jaminan tetap berada ditangan
debitur, agar dapat dipergunakan untuk kelancaran usahanya sehingga debitur dapat membayar utang beserta bunga pada Bank sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
20
19
Gunawan Widjaja, Ibid, hal 134
20
H. Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia, Bandung : Alumni, 2004, hal 232
C. Asas-Asas Dalam Jaminan Fidusia