Siska Yolanda T. : Aspek Hukum Perjanjian Kredit Usaha Kecil KUK Bank Dengan Jaminan Fidusia Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia BRI Unit Melati Medan, 2008.
USU Repository © 2009
10. Asas bahwa benda yang dijadikan objek jaminan fidusia tidak dapat
dimiliki oleh kreditur penerima jaminan fidusia sekalipun hal itu diperjanjikan, dalam ilmu hukum disebut asas pendakuan.
11. Asas bahwa jaminan fidusia memberikan hak prioritas kepada kreditur
penerima fidusia yang terlebih dahulu mendaftarkan ke kantor fidusia dari pada kreditur yang mendaftrakan kemudian.
12. Asas bahwa pemberian jaminan fidusia yang tetap menguasai benda
jaminan harus mempunyai itikad baik te goeder trouw, in good faith. Asas itikad baik di sini memiliki arti subjektif sebagi kejujuran bukan
arti objektif sebagai kepatutan seperti dalam hukum perjanjian. Dengan asas ini diharapkan bahwa pemberi jaminan fidusia wajib memelihara
benda jaminan, tidak mengalihkan, menyewakan dan mengadaikannya kepada pihak lain.
13. Asas bahwa jaminan fidusia mudah dieksekusi.
Kemudahan pelaksanaan eksekusi dilakukan dengan mencantumkan irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa” pada
sertifikat jaminan fidusia.
24
Ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang – Undang Jaminan Fidusia menyatakan bahwa Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak
baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana
D. Sifat Jaminan Fidusia
24
H. Tan Kamello, Op.Cit, hal 157-170
Siska Yolanda T. : Aspek Hukum Perjanjian Kredit Usaha Kecil KUK Bank Dengan Jaminan Fidusia Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia BRI Unit Melati Medan, 2008.
USU Repository © 2009
dimaksud dalam Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam pengupasan Pemberi Fidusia, sebagai
agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima fidusia terhadap kreditor lainnya.
Ini berarti Undang – undang Jaminan Fidusia secara tegas menyatakan Jaminan Fidusia adalah agunan atas kebendaan atau jaminan kebendaan
Zakelijke zekerheid, security right rem yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima Fidusia, yaitu hak yang didahulukan terhadap
kreditor lainnya. Hal ini tidak hapus karena adanya kepailitan dan atau likuidasi Pemberi Fidusia Pasal 27 ayat 3 Undang – Undang Jaminan
Fidusia. Dengan demikian tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa Jaminan
Fidusia hanya merupakan perjanjian obligatoir yang melahirkan hak yang bersifat personil perorangan bagi kreditor.
Pasal 4 Undang – Undang Jaminan Fidusia juga secara tegas menyatakan bahwa Jaminan Fidusia merupakan perjanjian assesoir dari suatu
perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi yang berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu,
atau tidak berbuat sesuatu, yang dapat dinilai dengan uang. Sebagai suatu perjanjian assesoir, perjanjian jaminan fidusia memiliki
sifat sebagai berikut: a. Sifat ketergantungan terhadap perjanjian pokok.
Siska Yolanda T. : Aspek Hukum Perjanjian Kredit Usaha Kecil KUK Bank Dengan Jaminan Fidusia Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia BRI Unit Melati Medan, 2008.
USU Repository © 2009
b. Keabsahannya semata – mata ditentukan oleh sah tidaknya perjanjian pokok.
c. Sebagai perjanjian bersyarat, maka hanya dapat dilaksanakan jika ketentuan yang disyaratkan dalam perjanjian pokok telah atau tidak dipenuhi.
d. Sifat Mendahului Droit de Preference Dalam Jaminan Fidusia
25
25
Hoey Tiong Oey, Fidusia sebagai Jaminan unsur-unsur perikatan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994.
Sama halnya seperti hak agunan atas kebendaan lainnya seperti gadai yang diatur dalam Pasal 1150 Kitab Undang – Undang Perdata, hak
tanggungan Pasal 1 angka 1 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dan hipotek, maka jaminan fidusia mengantut prinsip droit
de preference. Sesuai ketentuan pasal 28 Undang – undang Fidusia, prinsip ini berlaku sejak tanggal pendaftarannya pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Jadi di
sini berlaku adagium first registered, first secured. Hak yang didahulukan sebagaimana dimaksud di atas adalah hak
penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.
Hak untuk mengambil pelunasan ini mendahului kreditor – kreditor lainnya. Bahkan sekalipun Pemberi Fidusia dinayatakan pailit atau dilikuidasi,
Hak yang didahulukan dari Penerima Fidusia tidak hapus karena benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia tidak termasuk dalam harta pailit Pemberi
Fidusia. Dengan demikian Penerima Fidusia tergolong dalam kelompok kreditor separatis.
Siska Yolanda T. : Aspek Hukum Perjanjian Kredit Usaha Kecil KUK Bank Dengan Jaminan Fidusia Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia BRI Unit Melati Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Jadi dapat dikatakan bahwa Ketentuan di atas berhubungan dengan ketentuan bahwa Jaminan Fidusia merupakan hak agunan atas kebendaan bagi
pelunasan utang. Disamping itu, ketentuan dalam Undang – Undang tentang Kepailitan menentukan bahwa Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia
berada di luar kepailitan dan atau likuidasi. Jika kita berfikir sebaliknya, yang bagaimana jika Penerima Fidusia
yang dinayatakan pailit? Apakah benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia dan yang hak kepemilikannya secara fidusia ada pada Penerima Fidusia
termasuk dalam harta pailitnya? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus melihat ketentuan bahwa setiap janji yang memberi kewenangan kepada
penerima Fidusia untuk memiliki benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia apabila debitor cidera janji, batal demi hukum. Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa objek Jaminan Fidusia tidak menjadi bagian harta pailit penerima Fidusia, oleh karena hak kepemilikan atas objek tersebut
diperolehnya semata – mata sebagai jaminan.
E. Pendaftaran Jaminan Fidusia