Nova Mega Yanty : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah Di Rindu B3 RSUP. H. Adam Malik Medan, 2010.
2. Tempat lokasi fraktur Fraktur pada tulang yang dikelilingi otot akan sembuh lebih cepat dari pada
tulang yang berada di subkutan atau didaerah persendian. Fraktur pada tulang berongga cancellous bone sembuh lebih cepat dari pada tulang kompakta.
Fraktur dengan garis fraktur yang oblik dan spiral sembuh lebih cepat dari pada garis fraktur yang transversal.
3. Dislokasi fraktur Fraktur tanpa dislokasi, periosteumnya intake, maka lama penyembuhannya
dua kali lebih cepat daripada yang mengalami dislokasi. Makin besar dislokasi maka semakin lama penyembuhannya.
4. Aliran darah ke fragmen tulang Bila fragmen tulang mendapatkan aliran darah yang baik, maka
penyembuhan lebih cepat dan tanpa komplikasi. Bila terjadi gangguan berkurangnya aliran darah atau kerusakan jaringan lunak yang berat, maka proses
penyembuhan menjadi lama atau terhenti.
2. Penatalaksanaan Pasien yang Menjalani Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah
2.1. Jenis Pembedahan Penanganan fraktur pada ekstremitas bawah dapat dilakukan secara
konservatif dan operasi sesuai dengan tingkat keparahan fraktur dan sikap mental pasien Smeltzer Bare, 2001. Operasi adalah tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang
Nova Mega Yanty : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah Di Rindu B3 RSUP. H. Adam Malik Medan, 2010.
akan ditangani Sjamsuhidajat Jong, 2005. Menurut Smeltzer Bare 2002 Prosedur pembedahan yang sering dilakukan pada pasien fraktur ekstremitas
bawah meliputi : 1. Reduksi terbuka dengan fiksasi interna open reduction and internal
fixationORIF. Fiksasi internal dengan pembedahan terbuka akan mengimmobilisasi fraktur dengan melakukan pembedahan untuk memasukkaan
paku, sekrup atau pin kedalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur secara bersamaan. Sasaran pembedahan yang dilakukan untuk
memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan, stabilitas, mengurangi nyeri dan disabilitas.
2. Fiksasi eksterna, digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak. Alat ini dapat memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur
comminuted hancur remuk sementara jaringan lunak yang hancur dapat ditangani dengan aktif. Fraktur complicated pada femur dan tibia serta pelvis
diatasi dengan fiksator eksterna, garis fraktur direduksi, disejajarkan dan diimmobilsasi dengan sejumlah pin yang dimasukkan kedalam fragmen tulang.
Pin yang telah terpasang dijaga tetap dalam posisinya yang dikaitkan pada kerangkanya, Fiksator ini memberikan kenyamanan bagi pasien, mobilisasi dini
dan latihan awal untuk sendi disekitarnya. 3. Graft Tulang yaitu penggantian jaringan tulang untuk stabilisasi sendi, mengisi
defek atau perangsangan untuk penyembuhan. Tipe graft yang digunakan tergantung pada lokasi fraktur, kondisi tulang dan jumlah tulang yang hilang
karena injuri. Graft tulang mungkin dari tulang pasien sendiri autograft atau
Nova Mega Yanty : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah Di Rindu B3 RSUP. H. Adam Malik Medan, 2010.
tulang dari tissue bank allograft. Graft tulang dengan autograft biasanya diambil dari bagian atas tulang iliaka, dimana terdapat tulang kortikal dan cancellous
bone. Cancellous graft mungkin diambil dari ileum, olecranon, atau distal radius; cortical graft mungkin diambil dari tibia, fibula atau iga. Graft tulang dengan
allograft dilakukan ketika tulang dari pasien itu tidak tersedia karena kualitas tidak baik atau karena prosedur sekunder tidak diinginkan pada pasien Meeker
Rothrock, 1999. 2.2. Anastesi bedah fraktur
Anastesi adalah kehilangan sensasi baik sebagian atau keseluruhan dengan atau tanpa kehilangan kesadaran. Ini mungkin terjadi sebagai hasil dari penyakit
dan cedera atau proses kerja obat atau gas. Dua tipe yang menyebabkan anastesi adalah general yang membuat pasien tidak sadar dan anastesi regional
menyebabkan hilangnya kesadaran pada beberapa lokasi tubuh dan membutuhkan pengawasan. Anastesi general mayor adalah suatu obat yang menimbulkan
depresi susunan saraf pusat yang ditandai analgesia dan tidak sadar dengan hilangnya refleks dan tonus otot Groah, 1996.
Proses anastesi dimulai dengan medikasi praoperasi. Tujuan pemberian medikasi pada praoperasi adalah menghilangkan kecemasan, mengurangi sekresi
saluran pernafasan, mengurangi refleks rangsang, menghilangkan nyeri dan mengurangi metabolisme tubuh. Jenis obat yang dipilih adalah golongan
barbiturat, narkotik dan anti kolinergik Groah, 1996. Anastesi regional lokal adalah teknik pembiusan yang digunakan pada
pasien paska bedah muskuloskeletal untuk menghentikan transmisi impuls ke dan
Nova Mega Yanty : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah Di Rindu B3 RSUP. H. Adam Malik Medan, 2010.
dari daerah khusus dengan memblok lintasan sodium pada membran saraf. Fungsi pergerakan mungkin terganggu tetapi bisa juga mungkin tidak terganggu, tetapi
pasien tidak mengalami kehilangan kesadaran. Teknik pemberian anastesi lokal yang digunakan termasuk topikal, lokal infiltrasi, blok saraf, epidural dan spinal
anastesi Groah, 1996. 2.3. Perawatan Pasien Paska Operasi Fraktur Ekstremitas bawah dengan ORIF.
Asuhan keperawatan pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah dengan ORIF mencakup beberapa observasi dan intervensi meliputi: monitor
neurovaskuler setiap 1-2 jam, monitor tanda vital selama 4 jam, kemudian setiap 4 jam sekali selama 1-3 hari dan seterusnya. Monitor hematokrit dan hemoglobin.
Observasi karakteristik dan cairan yang keluar, laporkan pengeluaran cairan dari 100-150 mLhr setelah 4 jam pertama. Rubah posisi klien setiap 2 jam dan
sediakan trapeze gantung yang dapat digunakan pasien untuk melakukan perubahan posisi. Letakkan bantal kecil di antara kaki klien untuk memelihara
kesejajaran tulang. Anjurkan dan bantu pasien malakukan teknik nafas dalam dan batuk. Memberikan pengobatan seperti analgesik, obat relaksasi otot,
antikoagulant atau antibiotik. Anjurkan weight bearing yang sesuai dengan kondisi pasien dan melakukan mobilisasi dini Reeves et al, 2001.
3. Konsep Ambulasi Dini 3.1. Defenisi Ambulasi Dini