Pengujian Prestasi Mesin Diesel KESIMPULAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN

4.1 Pengujian Prestasi Mesin Diesel

Pengujiaan prestasi mesin diesel satu silinder TecQuipment TD 111 dilakukan dengan pengambilan data yang diperoleh dari pembacaan langsung alat uji melalui instrumentasi dan perlengkapan TecQuipment TD 114 dan Dynamometer TecQuipment TD 115 MK II. Adapun data yang diambil selama pengujian antara lain :  Putaran rpm, melalui tachometer.  Waktu untuk menghabiskan 56 ml bahan bakar s, melalui pembacaan stopwatch.  Torsi N.m, melalui torquemeter.  Tinggi Kolom Udara mm H2O melalui pembacaan padaair flow manometer.  Temperaturgas buang o C, melalui pembacaan exhaust temperaturemeter. Pengujian dilakukan dengan membuat asumsi dalam kondisi standard :  Temperatur ambien = 27 o C  Specific gravity bahan bakar diesel = 0,84 Tecquipment, 2000  Tekanan ambien = 100 kPa  Densitas udara = 1,181 kgm 3 pulkrabek, 1997

4.2 Hasil Pengujian Engine Tes Bed TD -111

Padaengine tes bed TD -111 di lakukan pengujian dan hasil uji diamati pada instrumentasi pembaca TD – 115. Pengujian dilakukan dengan variasi putaran mesin sebanyak 6 variasi, variasi magnet sebanyak 3 variasi dan variasi beban statis sebanyak 2 variasi yakni : 3,5 kg dan 4,5 kg.

4.2.1 Hasil Pengujian Prestasi Mesin Diesel Tanpa Menggunakan Magnet

Berikut hasil pembacaan instrument alat ukur mesin diesel engine tes bed TD -111 pada pengujian dan hasil uji diamati pada instrumentasi pembaca TD – 115 tanpa menggunakan magnet adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil Pengujian Prestasi Mesin Diesel Beban Statis kg Putaraan rpm Waktu detik Torsi N.m Tekanan Udara mmH 2 O Temp.Gas Buang o C 3,5 1600 865 6,6 8,5 150 1800 780 7,1 9,5 155 2000 675 8,3 11 160 2200 606 9,6 13 175 2400 483 11,3 16,5 210 2600 429 11,8 18,5 220 4,5 1600 776 11,4 9 160 1800 708 11,9 10,5 165 2000 628 12,3 12 170 2200 534 12,9 14 185 2400 481 13,5 15,5 205 2600 410 14,2 18 230

4.2.2 Hasil Pengujian Prestasi Mesin Diesel Menggunakan Magnet X.

Berikut hasil pembacaan instrument alat ukur mesin diesel engine tes bed TD -111 pada pengujian dan hasil uji diamati pada instrumentasi pembaca TD – 115 + menggunakan Magnet X bermedan magnet = 2500 Gauss adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Hasil Pengujian Prestasi Mesin Diesel + Magnet X Beban Statis kg Putaraan rpm Waktu detik Torsi N.m Tekanan Udara mmH 2 O Temp.Gas Buang o C 3,5 1600 865 6,9 9 140 1800 780 7,4 10 145 2000 675 8,6 11,5 150 2200 606 9,9 13,5 165 2400 483 11,5 17 200 2600 429 12 19 210 4,5 1600 776 11,7 9,5 155 1800 708 12,2 11 160 2000 628 12,6 12,5 165 2200 534 13,2 14,5 180 2400 481 13,8 16 200 2600 410 14,5 18,5 225 4.2.3 Hasil Pengujian Prestasi Mesin Diesel Menggunkan Magnet Y. Berikut hasil pembacaan instrument alat ukur mesin diesel engine tes bed TD -111 pada pengujian dan hasil uji diamati pada instrumentasi pembaca TD – 115 + menggunakan Magnet Ybermedan magnet = 2000 Gauss adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Hasil Pengujian Prestasi Mesin Diesel + Magnet Y Beban Statis kg Putaraan rpm Waktu detik Torsi N.m Tekanan Udara mmH 2 O Temp.Gas Buang o C 3,5 1600 870 6,8 9 145 1800 785 7,3 10 150 2000 681 8,4 11,5 160 2200 610 9,8 14 175 2400 489 11,5 17 210 2600 433 11,9 18,5 220 4,5 1600 780 11,6 9,5 155 1800 718 12,1 11 160 2000 642 12,4 12,5 170 2200 554 13 14,5 185 2400 501 13,6 16 205 2600 431 14,3 18,5 230 4.2.4 Hasil Pengujian Prestasi Mesin Diesel Menggunkan Magnet Z. Berikut hasil pembacaan instrument alat ukur mesin diesel engine tes bed TD -111 pada pengujian dan hasil uji diamati pada instrumentasi pembaca TD – 115 + menggunakan Magnet Zbermedan magnet = 350 Gauss adalah sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Pengujian Prestasi Mesin Diesel + Magnet Z Beban Statis kg Putaraan rpm Waktu detik Torsi N.m Tekanan Udara mmH 2 O Temp.Gas Buang o C 3,5 1600 865 6,7 8,5 145 1800 780 7,2 9,5 150 2000 675 8,4 11 155 2200 606 9,7 13,5 170 2400 483 11,4 16,5 205 2600 429 11,9 18 215 4,5 1600 776 11,5 9 160 1800 708 12 10,5 165 2000 628 12,4 11,5 170 2200 534 13 13,5 185 2400 481 13,6 15 205 2600 410 14,3 17,5 230 4.3 Pengujian Prestasi Motor Bakar Diesel Data yang diperoleh dari pembacaan langsung alat uji mesin diesel 4 langakah 1 silinder TD – 111 melalui alat pembaca TD – 115 selanjutnya akan dihitung dan diproses guna mendapatkan mendapatkan besar prestasi dari mesin diesel.

4.3.1 Daya Poros Power Brake

Besar daya porosPower Brake yang dihasilkan dari masing-masing pengujian, variasi magnet dan variasi beban dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : P B = 2 60 � Dimana : P B = Daya keluaran ideal kW N = Putaran mesin rpm T = Torsi Nm Untuk pengujian dengan pembebanan statis 3,5 kg menggunakan bahan bakar Solar pada putaran 1800 rpm didapat : Daya Poros : P B = 2 60 � = 2 1600 60 6,6 = 1105,3 W = 1,1053 kW Melalui perhitungan yang sama dengan diatas dapat diketahui besarnya daya yang dihasilkan dari masing-masing pengujian baik dalam semua variasi putaran,variasi magnet dan variasi beban ditunjukan pada tabel 4.5sebagai berikut : Tabel 4.5 Data Perhitungan Untuk DayaPoros kW Beban Statis kg Putaraan rpm Tanpa magnet + Magnet X + Magnet Y + Magnet Z 3,5 1600 1,105 1,156 1,139 1,122 1800 1,338 1,394 1,375 1,356 2000 1,737 1,800 1,758 1,758 2200 2,211 2,280 2,257 2,234 2400 2,839 2,889 2,889 2,864 2600 3,211 3,266 3,238 3,238 4,5 1600 1,909 1,959 1,943 1,943 1800 2,242 2,298 2,280 2,280 2000 2,575 2,638 2,596 2,596 2200 2,970 3,040 2,993 2,993 2400 3,391 3,467 3,416 3,416 2600 3,864 3,946 3,892 3,892  Pada pembebanan statis 3,5 kg daya tertinggi diperoleh dari pengaruhpenggunaan Magnet X pada putaran 2600 yaitu sebesar : 3,266 kW, sedangkan daya terendah diperoleh pada putaran 1600 yaitu : 1,122 kW dengan menggunakan magnet Z.  Pada pembebanan statis 4,5 kg daya tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet X pada putaran 2600 yaitu sebesar : 3.946 kW, sedangkan daya terendah diperoleh pada putaran 1600 yaitu sebesar : 1.926 kW dengan menggunakan Magnet Z. Perbandingan nilai daya untuk masing-masing pengujian dari setiap variasi beban dan putaran mesin dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 4.1 Grafik Daya vs Putaran rpm pada Beban 3,5 kg. 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 1600 1800 2000 2200 2400 2600 D a ya P o ro s k W rpm Daya Poros pada pembebanan 3,5 kg Tanpa Magnet Pakai Magnet X Pakai Magnet Y Pakai Magnet Z Gambar 4.2 Grafik Daya vs Putaran rpm pada Beban 4,5 kg. Dari gambar grafik 4.1 dan gambar grafik 4.2 dapat dilihat daya tertinggi terjadi pada penggunaan magnet X berkekuatan 2500 Gauss, sedangkan daya terendah terjadi pada penggunaaan magnet Z berkekuatan 350 Gauss.

4.3.2 Laju aliran Massa Bahan Bakar mf

Laju aliran bahan bakar didapat adalah banyaknya bahan bakar yang habis terpakai selama satu jam pemakaian. mf = 10 −3 60 Dimana: sgf = spesifik gravitasi solar = 0.84 Vf = Volume bahan bakar yang diuji 56 ml. tf = Waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan bahan bakar sekon Dengan menggunakan harga sgf dan tf yang didapat dari percobaan, maka didapatlah laju aliran bahan bakar menggunakan solar: 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 1600 1800 2000 2200 2400 2600 D a y a P or os kW rpm Daya poros pada pembebanan 4,5 kg Tanpa Magnet Pakai Maget X Pakai Magnet Y Pakai Magnet Z mf= 10 −3 60 � mf = 0,84 56 10 −3 60 x mf = 0,197 kgjam Melalui perhitungan yang sama dengan diatas dapat diketahui besarnya mf yang dihasilkan dari masing-masing pengujian baik dalam semua variasi putaran,variasi magnet dan variasi beban ditunjukan pada tabel 4.6 sebagai berikut : Tabel 4.6 Data Perhitungan Untuk mf kgjam Beban Statis kg Putaraan rpm mf - Magnet mf+ Magnet X mf + Magnet Y mf+ Magnet Z 3,5 1600 0,197 0,187 0,189 0,192 1800 0,219 0,207 0,209 0,213 2000 0,252 0,238 0,239 0,246 2200 0,281 0,265 0,267 0,274 2400 0,353 0,328 0,335 0,343 2600 0,398 0,368 0,375 0,388 4,5 1600 0,213 0,200 0,203 0,208 1800 0,239 0,224 0,226 0,233 2000 0,270 0,253 0,254 0,263 2200 0,311 0,291 0,292 0,302 2400 0,343 0,321 0,323 0,333 2600 0,391 0,367 0,368 0,381  Pada pembebanan statis 3,5 kg mf tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet Z pada putaran 2600 yaitu sebesar :0.388 kgjam, sedangkan daya terendah diperoleh pada putaran 1600 yaitu : 0,187 kgjam dengan menggunakan Magnet X.  Pada pembebanan statis 4,5 kg mf tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet Z pada putaran 2600 yaitu sebesar :0.381 kgjam, sedangkan daya terendah diperoleh pada putaran 1600 yaitu: 0,200 kgjam dengan menggunakan Magnet X. Perbandingan Laju Bahan Bakar mf untuk masing-masing pengujian dari setiap variasi beban, putaran mesin serta variasi magnet dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 4.3 Grafik mf vs Putaran rpm pada Beban 3,5 kg Gambar 4.4 Grafik mf vs Putaran rpm pada Beban 4,5 kg. Dari gambar grafik 4.3 dan gambar grafik 4.4 dapat dilihat laju aliran massa bahan bakar mf tertinggi terjadi pada penggunaan magnet Z berkekuatan 350 Gauss, sedangkanlaju aliran massa bahan bakar mf terendah terjadi pada penggunaaan magnet X berkekuatan 2500 Gauss. 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 1600 1800 2000 2200 2400 2600 m f k gj a m rpm mf pada pembebanan 3,5 kg Tanpa Magnet Pakai Magnet X Pakai Magnet Y Pakai Magnet Z 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 1600 1800 2000 2200 2400 2600 m f k gj a m rpm mf pada pembebanan 4,5 kg Tanpa Magnet Pakai Magnet X Pakai Magnet Y Pakai Magnet Z

4.3.3 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Specific Fuel Consumption sfc

Besarnyasfc yang terjadi pada masing-masing pengujian dengan menggunakan variasi beban dan putaran dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : Specific Fuel Consumption sfc = 10 3 gkWh Dimana : = Aliran Massa Bahan Bakar kgjam Untuk pengujian dengan pembebanan statis 3,5 kg menggunakan bahan bakar Solar pada putaran mesin 1600 rpm, S FC didapat : Specific Fuel Consumption sfc = 10 3 = 0,197 10 3 1,1053 = 178 gkWh Melalui perhitungan yang sama dengan diatas dapat diketahui besarnyasfc yang dihasilkan dari masing-masing pengujian baik pada semua variasi putaran,variasi magnet dan variasi beban ditunjukan pada tabel 4.8 sebagai berikut : Tabel 4.7 Data Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar sfc gkWh Beban Statis kg Putaraan rpm Tanpa Magnet + Magnet X + Magnet Y + Magnet Z 3,5 1600 178 162 166 172 1800 163 148 152 157 2000 145 132 136 140 2200 127 116 118 123 2400 124 113 116 120 2600 124 113 116 120 4,5 1600 112 102 104 108 1800 107 98 99 103 2000 105 96 98 101 2200 105 96 98 101 2400 101 93 94 98 2600 101 93 95 98  Pada pembebanan statis 3,5 kg sfc tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet z pada putaran 1600 yaitu sebesar :172 gkWh, sedangkan sfc terendah diperoleh pada putaran 2600 yaitu :120gkWh dengan menggunakan Magnet X.  Pada pembebanan statis 4,5 kg sfc tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet Z pada putaran 1600 yaitu sebesar :108 gkWh, sedangkan sfc terendah diperoleh pada putaran 2600 yaitu : 93 gkWh dengan menggunakan Magnet X. Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar mf untuk masing-masing pengujian dari setiap variasi beban, putaran mesin serta variasi magnet dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 4.5 Grafik sfc vs Putaran rpm pada Beban 4,5 kg Gambar 4.6 Grafik sfc vs Putaran rpm pada Beban 4,5 kg Dari gambar grafik 4.5 dan gambar grafik 4.6 dapat dilihat konsumsi bahan bakar Spesific fuel consumtion sfc tertinggi terjadi pada penggunaan magnet Z berkekuatan 350 Gauss, sedangkankonsumsi bahan bakar Spesific fuel consumtion sfcterendah terjadi pada penggunaaan magnet X berkekuatan 2500 Gauss. 100 200 300 400 500 600 700 800 1600 1800 2000 2200 2400 2600 S FC g kW h rpm SFC pada pembebanan 3,5 kg Tanpa Magnet Pakai Magnet X Pakai Magnet Y Pakai Magnet Z 50 100 150 200 250 300 1600 1800 2000 2200 2400 2600 S FC g kW h rpm SFC pada pembebanan 4,5 kg Tanpa Magnet Pakai Magnet X Pakai Magnet Y Pakai Magnet Z

4.3.4 Air Fuel Ratio AFR

Air Flow Ratio AFR Adalah perbandingan banyaknya campuran udara dengan bahan bakar yang terbakar di dalam silinder mesin dari masing-masing pengujian pada setiap variasi magnet, variasi putaran dan variasi beban mesin dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : Air Fuel Ratio AFR = Dimana : = Laju aliran massa udara kgjam = Laju aliran massa bahan bakar kgjam Besarnya laju aliran massa udara diperoleh dengan cara memasukkan data pembacaan air flow manometer Tabel 4.1 ke dalam kurva viscous flow metre calibration. Pada pengujian ini, dianggap tekanan udara sebesar 100 kPa ≈1 bar dan temperatur ambien T a sebesar 27 o C. Kurva viscous flow metre calibration dioperasikan dalam kondisi pengujian tekanan udara sebesar 1013 mb atau 101,3 kPa dan temperatur ambien 20 o C, maka besar laju aliran massa udara yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor koreksi sebagai berikut : = � + 114 � 2,5 3564 = 1 x 27+273+114 27+273 2,5 x 3564 = 0,946531125 Gambar 4.7 Kurva Viscous Flow Meter Calibration Pada pengujian dengan pembebanan statis 3,5 kg menggunakan bahan bakar solar pada tanpa menggunakan magnet padaputaran 1600 rpm, pembacaan manometer menunjukkan tekanan udara masuk hingga 8,5 mm H 2 O Tabel 4.3. Berdasarkan kurva nilai 12 terletak diantara nilai 0 dan 10, untuk itu digunakan interpolasi untuk mengetahui laju aliran massa udara yang terjadi dalam pengujian. Setelah laju aliran massa udara didapat, hasil yang diperoleh dikalikan dengan faktor koreksi C f , maka laju aliran massa udara untuk pembacaan manometer 8,5 mm H 2 O adalah : = 9,505223 x 0,946531125 = 8,99699 kgJam Setelah laju aliran massa udara didapat, dilakukan perhitungan laju aliran massa bahan bakar pada masing-masing variasi campuran bahan bakar dengan menggunakan data pengujian pada waktu menghabiskan 56 ml bahan bakar.Besar laju aliran massa bahan bakar sebesar 0.197 kgjam Dengan demikian diperolehnya laju aliran massa bahan bakar, maka dapat dihitung besar AFR. Air Fuel Ratio AFR = = 8,99699 � 0,197 � = 45,67 Melalui perhitungan yang sama dengan diatas dapat diketahui besarnya AFR yang dihasilkan dari masing-masing pengujian baik pada semua variasi putaran,variasi magnet dan variasi beban ditunjukan pada tabel 4.9 sebagai berikut : Tabel 4.8 Data Perhitungan Air FlowRatio AFR Beban Statis kg Putaraan rpm - magnet + Magnet X + Magnet Y + Magnet Z 3,5 1600 45,67 50,58 50,08 49,19 1800 45,99 50,80 50,24 49,60 2000 46,11 50,85 50,71 49,77 2200 48,89 53,66 55,12 54,86 2400 49,48 54,58 53,42 53,49 2600 49,23 54,28 51,93 51,72 4,5 1600 44,44 49,59 49,06 45,61 1800 46,23 51,31 50,83 47,47 2000 46,80 51,66 51,58 48,07 2200 47,39 52,04 51,87 48,78 2400 47,55 52,09 51,89 48,90 2600 48,40 52,80 52,57 49,75  Pada pembebanan statis 3,5 kg AFR tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet X pada putaran 2400 yaitu sebesar :54,28; sedangkan AFR terendah diperoleh pada putaran 1600 yaitu :49,19 dengan menggunakan Magnet Z.  Pada pembebanan statis 4,5 kg AFR tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet Xpada putaran 2600 yaitu sebesar :52,80, sedangkan AFR terendah diperoleh pada putaran1600 yaitu : 45,61 dengan menggunakan Magnet Z. Perbandingan Air Flow RatioAFR untuk masing-masing pengujian dari setiap variasi beban, putaran mesin serta variasi magnet dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.8 Grafik AFR vs Putaran rpm pada Beban 3,5 kg Gambar 4.9 Grafik AFR vs Putaran rpm pada Beban 4,5 kg 10 20 30 40 50 60 1600 1800 2000 2200 2400 2600 A FR rpm AFR pada pembebanan 3,5 kg Tanpa Magnet Pakai Magnet X Pakai Magnet Y Pakai Magnet Z 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 1600 1800 2000 2200 2400 2600 A FR rpm AFR pada pembebanan 4,5 kg Tanpa Magnet Pakai Magnet X Pakai Magnet Y Pakai Magnet Z Dari gambar grafik 4.8 dan gambar grafik 4.9 dapat dilihat Air Flow Ratio AFRtertinggi terjadi pada penggunaan magnet X berkekuatan 2500 Gauss, sedangkanAir Flow Ratio AFRterendah pada penggunaaan magnet Z berkekuatan 350 Gauss.

4.3.5 Efisiensi Volumetris

Besarnya dari nilai efisiensi volumetris yang terjadi pada motor diesel ini pada masing-masing pengujian dengan menggunakan variasi beban, variasi putaran dan variasi magnet ditung dengan menggunakan persamaan berikut : Efisiensi Volumetris � = 1 60 2 untuk mesin 4 langkah Dimana : = Laju aliran massa udara kgjam N = Putaran mesin rpm = Densitasudara kgm 3 = Volume langkah torak m 3 = 0,00023 m 3 [berdasarkan spesifikasi mesin] Untuk pengujian dengan pembebanan statis 3,5 kg menggunakan bahan bakar solar,tanpa menggunkan magnet pada putaran mesin 1600 rpm didapat : Efisiensi Volumetris � = 1 2 60 � = 2 8,99699 60 1600 1,181 3 0,00023 3 = 68,9711 = 68,97 Melalui perhitungan yang sama dengan diatas kita dapat mengetahui besarnya AFR yang dihasilkan dari masing-masing pengujian baik pada semua variasi putaran,variasi magnet dan variasi beban ditunjukan pada tabel 4.10 sebagai berikut : Tabel 4.9 Data Perhitungan Efisiensi Volumetris Beban Statis kg Putaraan rpm - Magnet +Magnet X +Magnet Y +Magnet Z 3,5 1600 68,97 72,60 72,60 72,60 1800 68,52 71,70 71,70 72,12 2000 71,40 74,21 74,21 75,16 2200 76,71 79,20 82,13 83,85 2400 89,25 91,42 91,42 93,95 2600 92,37 94,31 91,83 94,61 4,5 1600 72,60 76,23 76,23 72,60 1800 75,29 78,46 78,46 75,29 2000 77,44 80,24 80,24 77,44 2200 82,13 84,61 84,61 82,13 2400 83,35 85,59 85,59 83,35 2600 89,35 91,35 91,35 89,35  Pada pembebanan statis 3,5 kg Efisiensi Volumetris tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet X pada putaran 2400 dan yaitu sebesar :94,61, sedangkan Efisiensi Volumetris terendah diperoleh pada putaran 1800 yaitu : 68,97 dengan menggunakan Magnet Z.  Pada pembebanan statis 4,5 kg Efisiensi Volumetris tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet X pada putaran 2600 yaitu sebesar :91,35 , sedangkan Efisiensi Volumetris terendah diperoleh pada putaran 1600 yaitu : 72,44 dengan menggunakan Magnet Z. Perbandingan Efisiensi Volumetris untuk masing-masing pengujian dari setiap variasi beban, putaran mesin serta variasi magnet dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 4.10 Grafik Efisiensi Volumetris vs Putaran rpm pada beban 3,5 kg. Gambar 4.11 Grafik Efisiensi Volumetris vs Putaran rpm pada beban 4,5 kg. Dari gambar grafik 4.10 dan gambar grafik 4.11 dapat dilihat efisiensi volumetris tertinggi terjadi pada penggunaan magnet X berkekuatan 2500 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1600 1800 2000 2200 2400 2600 E fi si e n si V ol u m e tr is rpm Efisiensi Volumetris pada pembebanan 3, 5 kg Tanpa Magnet Pakai Magnet X Pakai Magnet Y Pakai Magnet Z 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1600 1800 2000 2200 2400 2600 E fi si e n si V ol u m e tr is rpm Efisiensi Volumetris pada pembebanan 4,5 kg Tanpa Magnet Pakai Magnet X Pakai Magnet Y Pakai Magnet Z Gauss, sedangkanefisiensi volumetris terendah pada penggunaaan magnet Z berkekuatan 350 Gauss.

4.3.6 Efisiensi Termal

Efisiensi termal adalah perbandingan antara daya keluaran aktual terhadap laju panas rata-rata yang dihasilkan dari pembakaran, dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini : ɳ = x 100 Dimana : = . .4,184 3600 kW ɳ = Effisiensi thermal brake CV = Nilai kalor pembakaran bahan bakar, calor value kjkg CV = 42642,4704  Untuk pengujian tanpa menggunakan magnet : Putaran 1600 rpm ɳ = x100 Qf = 42642 ,4704 . 0,197 . 4,184 3600 Qf = 9,763 kW ɳ = 1,105 9,763 x 100 ɳ = 11,33 Dengan mengunakan perhitungan diatas untuk menghitungefisiensi thermal ideal brake pada masing-masing pengujian variasi magnet dapat diketahui efisiensi thermal brake pada tabel 4.10 sebagai berikut: Tabel 4.10 Data Perhitungan Efisiensi Termal Beban Statis kg Putaraan rpm - Magnet +Magnet X +Magnet Y +Magnet Z 3,5 1600 11,33 12,46 12,16 11,76 1800 12,35 13,59 13,26 12,83 2000 13,89 15,27 14,88 14,41 2200 15,86 17,38 17,05 16,45 2400 16,23 17,80 17,42 16,82 2600 16,30 17,90 17,44 16,86 4,5 1600 18,08 19,73 19,35 18,72 1800 18,94 20,68 20,32 19,61 2000 19,27 21,02 20,66 19,95 2200 19,29 21,04 20,65 20,01 2400 19,96 21,77 21,37 20,68 2600 19,94 21,72 21,33 20,63  Pada pembebanan statis 3,5 kg efisiensi thermal brake tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet X pada putaran 2600 yaitu sebesar :17,90 ; sedangkan efisiensi thermal brake terendah diperoleh pada putaran 1600 yaitu : 11,76 menggunakan Magnet Z.  Pada pembebanan statis 4,5 kg efisiensi thermal brake tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet X pada putaran 2600 yaitu sebesar :21,72 ; sedangkanefisiensi thermal brake terendah diperoleh pada putaran 1600 yaitu : 18,72 menggunakan Magnet Z. Perbandingan efisiensi thermal ideal untuk masing-masing pengujian dari setiap variasi beban, putaran mesin serta variasi magnet dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 4.12 Grafik Efisiensi Termal vs Putaran rpm pada beban 3,5 kg. Gambar 4.13 Grafik Efisiensi Termal vs Putaran rpm pada 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 1600 1800 2000 2200 2400 2600 E f. T er ma l B ra ke rpm Efisiensi Termal pada pembebanan 3,5 kg Tanpa Magnet Pakai Magnet X Pakai Magnet Y Pakai Magnet Z 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 1600 1800 2000 2200 2400 2600 E f. T e rma l B ra k e Axis Title Efisiensi termal pada pembebanan 4,5 kg Tanpa Magnet Pakai Magnet X Pakai Magnet Y Pakai Magnet Z beban 4,5 kg Dari gambar grafik 4.12 dan gambar grafik 4.13 dapat dilihat efisiensi thermal tertinggi terjadi pada penggunaan magnet X berkekuatan 2500 Gauss, sedangkan efisiensi volumetris terendah pada penggunaaan magnet Z berkekuatan 350 Gauss.

4.3.7 Heat Loss

Nilai besarnya Heat Loss pada saluran gas buangpada yang terjadi pada masing-masing pengujian dengan menggunakan variasi beban, variasi putaran dan variasi magnet dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : Heat loss exhaust = � −� + �� 100 Dimana : � = Temperatur Gas Buang o C � = Temperatur Ambien o C = Laju aliran massa udara kgjam = Laju aliran massa bahan bakar kgjam �� = Nilai Kalor Sampel kJkg Untuk pengujian dengan pembebanan statis 3,5 Kg menggunakan bahan bakar Solar pada putaran mesin 1800 rpm, Heat Loss Exhaust didapat : Heat loss pada exhaust= � −� + �� 100 = 150−27 9,23339 +0,1970 42642,47040 � 0,1970 100 = 13,460 Melalui perhitungan yang sama dengan diatas kita dapat mengetahui besarnya Heat Loss pada Exhaust yang dihasilkan dari masing-masing pengujian baik pada semua variasi putaran,variasi magnet dan variasi beban ditunjukan pada tabel 4.11 sebagai berikut: Tabel 4.11 Data Perhitungan Heat Loss Beban Statis kg Putaraan rpm Tanpa magnet + Magnet X + Magnet Y + Magnet Z 3,5 1600 13,460 13,669 14,135 13,888 1800 14,106 14,334 14,781 14,596 2000 14,693 14,956 16,128 15,238 2200 17,315 17,689 19,479 18,733 2400 21,662 22,550 23,355 22,746 2600 22,735 23,723 23,957 23,245 4,5 1600 14,171 15,186 15,028 14,537 1800 15,286 16,314 16,166 15,687 2000 16,030 17,042 17,634 16,455 2200 17,928 19,032 19,588 18,443 2400 20,267 21,539 22,079 20,830 2600 23,519 24,981 25,503 24,158  Pada pembebanan statis 3,5 kg Heat loss tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet X pada putaran 2600 dan yaitu sebesar :23,245 , sedangkan Heat Loss terendah diperoleh pada putaran 1600 yaitu : 13,669 dengan menggunakan Magnet Z.  Pada pembebanan statis 4,5 kg Heat loss tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet X pada putaran 2600 yaitu sebesar :22,812 , sedangkan Efisiensi Volumetris terendah diperoleh pada putaran 1600 yaitu : 14,214 dengan menggunakan Magnet Z. Perbandingan Efisiensi Volumetris untuk masing-masing pengujian dari setiap variasi beban, putaran mesin serta variasi magnet dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 4.14 Grafik Heat Loss vs Putaran rpm pada Beban 3,5 kg Gambar 4.15 Grafik Heat Loss vs Putaran rpm pada Beban 4,5 kg Dari gambar grafik 4.14 dan gambar grafik 4.15 dapat dilihat efisiensi thermal braketertinggi terjadi pada penggunaan magnet X berkekuatan 2500 Gauss, sedangkanefisiensi volumetris terendah pada penggunaaan magnet Z berkekuatan 350 Gauss. 5 10 15 20 25 30 1600 1800 2000 2200 2400 2600 H ea t Lo ss rpm Heat Loss pada pembebanan 3,5 kg Tanpa Magnet Pakai Magnet X Pakai Magnet Y Pakai Magnet Z 5 10 15 20 25 30 1600 1800 2000 2200 2400 2600 H e a t lo ss rpm Heat Loss pada pembebanan 4,5 kg Tanpa Magnet Pakai Magnet X Pakai Magnet Y Pakai Magnet Z

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Daya poros power brake yang tertinggi dihasilkan dari besar pengaruh medan magnet terhadap mesin diesel ini adalah 3,238 kW pada putaran 2600 pada beban 4,5 kg dengan menggunakan Magnet X berkekuatan 2500 Gauss. Daya yang terendah dihasilkan dari pengaruh medan magnet terhadap mesin diesel ini adalah 1,122 kW pada putaran 1600 rpm dengan beban 3,5 kg menggunakan magnet Z berkekuatan 350 Gauss. 2. Laju bahan bakar mf tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet Z berkekuatan 350 Gauss pada putaran 2600 yaitu sebesar : 0.388 kgjam pada pembebanan 4,5 kg, sedangkan laju bahan bakar mf terendah diperoleh pada putaran 1600 yaitu: 0,200 kgjam dengan menggunakan Magnet Xberkekuatan 2500 Gauss pada pembebanan 3,5 kg. 3. Konsumsi bahan bakar sfc tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet Z berkekuatan 350 Gauss pada putaran 1600 yaitu sebesar : 172 gkWh pada pembebanan statis 3,5 kg, sedangkan sfc terendah diperoleh pada putaran 1600 yaitu : 113 gkWh dengan menggunakan Magnet X berkekuatan 2500 Gauss pada pembebanan statis 3,5 kg. 5. AFR tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet X berkekuatan 2500 Gauss pada putaran 2400 yaitu sebesar : 54,58 pada pembebanan statis 3,5 kg, sedangkan AFR terendah diperoleh pada putaran1600 yaitu : 45,61 dengan menggunakan Magnet Z berkekuatan 350 Gauss pada pembebanan 4,5 kg. 6. Efisiensi Volumetris tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet X berkekuatan 2500 Gauss pada putaran 2400 dan yaitu sebesar : 94,61 pada pembebanan statis 3,5 kg, sedangkan Efisiensi Volumetris terendah diperoleh pada putaran 1600 yaitu : 72,60 dengan menggunakan Magnet Z berkekuatan 350 Gauss. 7. Efisiensi Termal Brake tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet X berkekuatan 2500 Gauss pada putaran 2600 yaitu sebesar : 24,29 pada pembebanan statis 4,5 kg, sedangkan efisiensi termal brake terendah diperoleh pada putaran 1600 yaitu : 13,13 dengan menggunakan Magnet Z berkekuatan 350 Gauss.. 8. Heat loss tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet X berkekuatan 2500 Gauss pada putaran 2600 yaitu sebesar : 23,24 pada pembebanan statis 4,5 kg, sedangkan Heat Loss terendah diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet Z berkekuatan 350 Gauss pada putaran 1600 yaitu : 13,53 pada pembebanan 3,5 kg. 9. Penggunaan dari magnet pada saluran minyak dengan kekuatan medan magnet 350 Gauss, 2000 Gauss dan 2500 Gauss menunjukkan peningkatan prestasi dari mesin diesel stasioner satu silinder.

5.2 SARAN