Air Fuel Ratio AFR

4.3.4 Air Fuel Ratio AFR

Air Flow Ratio AFR Adalah perbandingan banyaknya campuran udara dengan bahan bakar yang terbakar di dalam silinder mesin dari masing-masing pengujian pada setiap variasi magnet, variasi putaran dan variasi beban mesin dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : Air Fuel Ratio AFR = Dimana : = Laju aliran massa udara kgjam = Laju aliran massa bahan bakar kgjam Besarnya laju aliran massa udara diperoleh dengan cara memasukkan data pembacaan air flow manometer Tabel 4.1 ke dalam kurva viscous flow metre calibration. Pada pengujian ini, dianggap tekanan udara sebesar 100 kPa ≈1 bar dan temperatur ambien T a sebesar 27 o C. Kurva viscous flow metre calibration dioperasikan dalam kondisi pengujian tekanan udara sebesar 1013 mb atau 101,3 kPa dan temperatur ambien 20 o C, maka besar laju aliran massa udara yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor koreksi sebagai berikut : = � + 114 � 2,5 3564 = 1 x 27+273+114 27+273 2,5 x 3564 = 0,946531125 Gambar 4.7 Kurva Viscous Flow Meter Calibration Pada pengujian dengan pembebanan statis 3,5 kg menggunakan bahan bakar solar pada tanpa menggunakan magnet padaputaran 1600 rpm, pembacaan manometer menunjukkan tekanan udara masuk hingga 8,5 mm H 2 O Tabel 4.3. Berdasarkan kurva nilai 12 terletak diantara nilai 0 dan 10, untuk itu digunakan interpolasi untuk mengetahui laju aliran massa udara yang terjadi dalam pengujian. Setelah laju aliran massa udara didapat, hasil yang diperoleh dikalikan dengan faktor koreksi C f , maka laju aliran massa udara untuk pembacaan manometer 8,5 mm H 2 O adalah : = 9,505223 x 0,946531125 = 8,99699 kgJam Setelah laju aliran massa udara didapat, dilakukan perhitungan laju aliran massa bahan bakar pada masing-masing variasi campuran bahan bakar dengan menggunakan data pengujian pada waktu menghabiskan 56 ml bahan bakar.Besar laju aliran massa bahan bakar sebesar 0.197 kgjam Dengan demikian diperolehnya laju aliran massa bahan bakar, maka dapat dihitung besar AFR. Air Fuel Ratio AFR = = 8,99699 � 0,197 � = 45,67 Melalui perhitungan yang sama dengan diatas dapat diketahui besarnya AFR yang dihasilkan dari masing-masing pengujian baik pada semua variasi putaran,variasi magnet dan variasi beban ditunjukan pada tabel 4.9 sebagai berikut : Tabel 4.8 Data Perhitungan Air FlowRatio AFR Beban Statis kg Putaraan rpm - magnet + Magnet X + Magnet Y + Magnet Z 3,5 1600 45,67 50,58 50,08 49,19 1800 45,99 50,80 50,24 49,60 2000 46,11 50,85 50,71 49,77 2200 48,89 53,66 55,12 54,86 2400 49,48 54,58 53,42 53,49 2600 49,23 54,28 51,93 51,72 4,5 1600 44,44 49,59 49,06 45,61 1800 46,23 51,31 50,83 47,47 2000 46,80 51,66 51,58 48,07 2200 47,39 52,04 51,87 48,78 2400 47,55 52,09 51,89 48,90 2600 48,40 52,80 52,57 49,75  Pada pembebanan statis 3,5 kg AFR tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet X pada putaran 2400 yaitu sebesar :54,28; sedangkan AFR terendah diperoleh pada putaran 1600 yaitu :49,19 dengan menggunakan Magnet Z.  Pada pembebanan statis 4,5 kg AFR tertinggi diperoleh dari pengaruh penggunaan Magnet Xpada putaran 2600 yaitu sebesar :52,80, sedangkan AFR terendah diperoleh pada putaran1600 yaitu : 45,61 dengan menggunakan Magnet Z. Perbandingan Air Flow RatioAFR untuk masing-masing pengujian dari setiap variasi beban, putaran mesin serta variasi magnet dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.8 Grafik AFR vs Putaran rpm pada Beban 3,5 kg Gambar 4.9 Grafik AFR vs Putaran rpm pada Beban 4,5 kg 10 20 30 40 50 60 1600 1800 2000 2200 2400 2600 A FR rpm AFR pada pembebanan 3,5 kg Tanpa Magnet Pakai Magnet X Pakai Magnet Y Pakai Magnet Z 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 1600 1800 2000 2200 2400 2600 A FR rpm AFR pada pembebanan 4,5 kg Tanpa Magnet Pakai Magnet X Pakai Magnet Y Pakai Magnet Z Dari gambar grafik 4.8 dan gambar grafik 4.9 dapat dilihat Air Flow Ratio AFRtertinggi terjadi pada penggunaan magnet X berkekuatan 2500 Gauss, sedangkanAir Flow Ratio AFRterendah pada penggunaaan magnet Z berkekuatan 350 Gauss.

4.3.5 Efisiensi Volumetris