BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kekayaan Jenis Pohon dan Pole
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di hutan Gunung Sinabung jalur sigarang-garang, ditemukan 52 jenis pohon dan pole yang termasuk kedalam 18
Famili dengan kerapatan sebesar 364 individu0,6 ha. Jumlah jenis pohon yang ditemukan adalah sebanyak 43 jenis Lampiran 3 dengan kerapatan 2050,6 ha dan
jumlah jenis pole sebanyak 36 Jenis dengan kerapatan 1590,6 ha seperti yang disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kekayaan Jenis Pohon dan Pole di Setiap Lokasi Penelitian
No Famili
Spesies Pohon
Pole Lokasi
I II
III I
II III
1 Anacardiaceae
Buchanania sessifolia 1
- -
- -
- 2
Araliaceae Aralia sp
2 -
- -
- -
3 Brassaiopsis glomerulata
6 1
- 1
12 8
4 Ericaceae
Lyonia ovalifolia -
- 1
- -
6 5
Vaccinium laurifolium -
- 2
- 1
8 6
Vaccinium lucidum -
- 1
- -
- 7
Euphorbiaceae Antidesma sp
1 1
- 2
- -
8 Ashtonia sp
2 -
- -
- -
9 Baccaurea sp.
1 -
- -
- -
10 Biscofia javanica
3 -
- -
- -
11 Fagaceae Castanopsis sp
1 -
- -
- -
12 Lithocarpus bancana
11 4
- -
3 -
13 Lithocarpus schlechteri
1 -
- -
- -
14 Lithocarpus sp.1
3 7
- -
- -
15 Lithocarpus sp.2
1 6
- -
2 -
16 Quercus lineata
1 -
- -
- -
17 Guttiferae Garcinia cowa
2 1
- 3
2 -
18 Hammamelidaceae Symingtonia populnea -
4 -
- 1
- 19 Lauraceae
Actinodaphne sp. 2
6 -
1 7
- 20
Beilschmieda sp -
2 -
- 1
- 21
Cinnamomum sp 3
2 -
1 -
- 22
Litsea angulata -
- -
1 -
-
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan... 23
Litsea sp -
1 -
- 1
- 24
Neocinnamomum sp 11
2 -
5 5
- 25
Persea sp -
- -
1 -
- 26 Magnoliaceae
Magnolia sp 1
1 2
- -
1 27 Meliaceae
Aglaia sp 16
2 -
14 5
- 28 Moraceae
Ficus lepicarpa 2
- -
3 -
- 29
Ficus sp.1 -
- -
3 -
- 30
Ficus sp.2 -
- -
1 -
- 31 Myristicaceae
Knema sp -
1 -
- 1
- 32
Knema oblongata 2
- -
- -
- 33 Myrtaceae
Eugenia inophylla 3
1 -
- -
- 34
Eugenia operculata -
8 -
- 12
- 35
Eugenia polyantha -
1 -
- -
- 36
Eugenia rugosa -
4 -
1 2
- 37
Eugenia Sp.1 -
1 -
- 1
1 38
Eugenia sp.2 1
- -
1 -
- 39
Eugenia sp.3 -
- -
- 2
- 40
Eugenia sp.4 -
- -
1 -
- 41
Eugenia sp.5 -
- -
1 -
- 42 Rosaceae
Mycromeles corymbifera -
- 43
- -
18 43 Sapotaceae
Diospyros sp 3
- -
1 -
- 44 Styracaceae
Styrax paralleloneurum -
- -
1 -
- 45 Theaceae
Adinandra dumosa 1
- -
1 1
- 46
Anneslea sp 1
- -
- -
- 47
Eurya trichocarpa 1
1 -
3 -
2 48
Gordonia imbricata -
- 5
- -
1 49
Gordonia sp 2
- -
2 -
- 50
Pyrenaria serrata 1
- -
2 -
- 51 Tiliaceae
Grewia sp 2
- -
- -
- 52 Urticaceae
Villebrunea rubescens 5
1 -
5 -
-
Jumlah Jenis 31
22 6
23 17
8 Jumlah Total Individu
93 58
54 55
59 45
Keterangan :
Lokasi 1 : Ketinggian 1700-1800 mdpl Lokasi 2 : Ketinggian 1800-1900 mdpl
Lokasi 3 : Ketinggian 1900-2000 mdpl
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah jenis di hutan Gunung Sinabung jalur Sigarang-garang tergolong rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Arrijani 2008 di zona montana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang memperoleh jumlah jenis sebanyak 63 jenis, hal ini disebabkan
karena areal penelitian berada pada Taman Nasional yang dijaga kelestariannya
Universitas Sumatera Utara
sehingga masih banyak dijumpai jenis-jenis tumbuhan. Selain itu juga dikarenakan zona yang diteliti berada pada ketinggian 1600-1800 mdpl, sedangkan penelitian
ini hanya dilakukan pada ketinggian 1700-2000 mdpl. Hasil penelitian ini juga menunjukkan hasil yang rendah bila dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Purwaningsih 2006 di Bukit Wawouwai, Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara yang memperoleh jumlah jenis sebanyak 88 jenis. Tingginya
jumlah jenis ini karena areal penelitian berada pada dataran rendah 600-800 mdpl yang tidak dipengaruhi oleh faktor suhu, kelembaban dan ketinggian tempat.
Jumlah jenis terbanyak pada tingkatan pohon dijumpai pada lokasi 1 sebanyak 31 jenis diikuti dengan lokasi 2 sebanyak 22 jenis dan disusul oleh lokasi
3 sebanyak 6 jenis. Tabel 1 diatas juga menunjukkan bahwa pada tingkatan pole jumlah jenis terbanyak dijumpai pada lokasi 1 yaitu sebanyak 23 jenis diikuti oleh
lokasi 2 sebanyak 17 jenis dan disusul oleh lokasi 3 sebanyak 8 jenis, demikian juga dengan jumlah individu secara keseluruhan mengalami penurunan seiring
dengan naiknya ketinggian tempat. Hutan-hutan pegunungan bawah komposisinya
didominansi oleh jenis-jenis dari famili Fagaceae dan Lauraceae sehingga hutan ini juga dikenal dengan hutan Laurofagaceum, selain itu juga banyak ditemukan
liana seperti rotan dan jenis-jenis dari famili Myrtaceae. Ketinggian tempat dapat berpengaruh terhadap kekayaan jenis pohon, yaitu semakin tinggi letak lokasi maka
kekayaan jenis semakin rendah Steenis, 1984. Tingginya jumlah jenis pada lokasi 1 dan lokasi 2 disebabkan karena faktor
fisik kimia lingkungan yang mendukung bagi pertumbuhan pohon dan pole serta karakter dari masing-masing pohon dan pole. Menurut Kimins 1987, variasi
struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi tumbuhan, dispersal dan natalitas, sedangkan keberhasilannya
menjadi individu baru dipengaruhi oleh fertilitas dan fekunditas yang berbeda setiap jenis sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing
jenis. Komposisi vegetasi pohon dan pole tertinggi pada lokasi 1 dan 2 ditemukan
pada famili Myrtaceae dengan jumlah jenis sebanyak 9 jenis disusul dengan Lauraceae sebanyak 7 jenis dan diikuti oleh Fagaceae sebanyak 6 jenis juga
Theaceae yang memiliki jumlah jenis yang sama dengan Fagaceae, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
pada lokasi 3 pada kedua tingkatan dijumpai pada famili Ericaceae dengan jumlah sebanyak 3 jenis. famili Myrtaceae, Theaceae dan Ericaceae dapat ditemukan pada
semua ketinggian. Lokasi III merupakan lokasi yang sangat berbeda dengan lokasi I dan lokasi II karena famili Fagaceae tidak dijumpai pada lokasi ini sedangkan
famili Rosaceae tidak dapat dijumpai di lokasi lain selain lokasi ini. Persentase perbandingan jumlah jenis pada masing-masing famili dapat dilihat pada Gambar
1. berikut.
Gambar 1. Perbandingan Jumlah Jenis Pohon dan Pole Pada Setiap Famili
Gambar 1 menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah individu pohon, famili Rosaceae memiliki jumlah terbanyak dengan nilai 24,64 disusul oleh famili
Fagaceae dengan jumlah individu 17,06. Jumlah individu terbesar dari jumlah total individu pole ditemukan pada famili Lauraceae disusul oleh famili Araliaceae
dengan nilai berturut-turut 14,56 dan 13,29. Famili-famili tumbuhan tersebut merupakan famili yang sangat umum dijumpai di hutan hujan tropis seperti
Indonesia. Berbeda dengan gunung-gunung yang lain, pegunungan atas hutan Gunung Sinabung jalur Sigarang-garang lebih di dominansi oleh family Rosaceae
sedangkan biasanya pada ketinggian tersebut banyak dijumpai jenis Schima wallichii Theaceae dan jenis Rasamala Altingia excelsa yang termasuk dalam
Universitas Sumatera Utara
famili Hammamelidaceae. Untuk mengetahui sebaran famili dan komposisi hutan Gunung Sinabung jalur Sigarang-garang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
2470 mdpl
2300 mdpl
2100 mdpl
2000 mdpl
1900 mdpl
1800 mdpl
1700 mdpl
Gambar 2. Komposisi Vegetasi Pohon dan Pole pada Setiap Ketinggian di Hutan Gunung Sinabung Jalur Sigarang-Garang
4.2 Luas Bidang Dasar dan Tutupan Tajuk Vegetasi Pohon dan Pole
Salah satu indikator dalam mengkaji struktur hutan adalah data diameter batang yang diukur setinggi dada dbhdiameter breast high. Richards 1952
mengatakan, struktur hutan merupakan hasil dari penataan ruang oleh komponen- komponen tegakan seperti diameter batang, percabangan, tinggi pohon, keadaan
tajuk dan stratifikasinya. Lebih lanjut Istomo 1994 menambahkan, struktur tegakan hutan juga dapat memberikan informasi mengenai dinamika populasi suatu
jenis atau kelompok jenis, berawal dari tingkat semai, pancang, tiang dan pohon. Tabel 2 memperlihatkan data basal area dari setiap jenis pada lokasi penelitian.
Araliaceae Euphorbiaceae Fagaceae Guttiferae Hammamelidaceae Lauraceae Magnoliaceae
Myristicaceae Myrtaceae Theaceae Araliaceae Ericaceae Magnoliaceae
Myrtaceae Rosaceae Theaceae
Anacardiaceae Araliaceae Euphorbiaceae Fagaceae Guttiferae Lauraceae Magnoliaceae Meliaceae Moraceae Myristicaceae
Myrtaceae Sapotaceae Tiliaceae Urticaceae
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Luas Bidang Dasar Pada Setiap Jenis di Setiap Lokasi Penelitian
No Famili
Spesies Pohon
Pole Lokasi
I II
III I
II III
1 Anacardiaceae
Buchanania sessifolia 0,16
- -
- -
- 2
Araliaceae Aralia sp
0,27 -
- -
- -
3 Brassaiopsis glomerulata
1,38 0,03
- 0,01 0,22 0,12
4 Ericaceae
Lyonia ovalifolia -
- 0,04
- -
0,08 5
Vaccinium laurifolium -
- 0,09
- 0,03
- 6
Vaccinium lucidum -
- 0,05
- -
0,13 7
Euphorbiaceae Antidesma sp
0,18 0,15
- 0,04
- -
8 Ashtonia sp
0,06 -
- -
- -
9 Baccaurea sp.
0,04 -
- -
- -
10 Biscofia javanica
0,66 -
- -
- -
11 Fagaceae Castanopsis sp
0,35 -
- -
- -
12 Lithocarpus bancana
1,40 0,20
- -
0,04 -
13 Lithocarpus schlechteri
0,14 -
- -
- 14
Lithocarpus sp.1 1,76
1,12 -
- -
- 15
Lithocarpus sp.2 0,32
0,74 -
- 0,03
- 16
Quercus lineata 0,29
- -
- -
17 Guttiferae Garcinia cowa
0,17 0,03
- 0,06 0,04
- 18 Hammamelidaceae Symingtonia populnea
- 0,39
- 0,01
- 19 Lauraceae
Actinodaphne sp. 0,31
1,02 -
0,02 0,11 -
20 Beilschmieda sp
- 0,13
- -
0,02 -
21 Cinnamomum sp
0,45 0,29
- 0,03
- -
22 Litsea angulata
- -
- 0,02
- -
23 Litsea sp
- 0,05
- -
0,01 -
24 Neocinnamomum sp
0,99 0,08
- 0,11 0,11
- 25
Persea sp -
- -
0,03 -
- 26 Magnoliaceae
Magnolia sp 0,21
0,13 0,12 -
- 0,01
27 Meliaceae Aglaia sp
0,82 0,21
- 0,26 0,10
- 28 Moraceae
Ficus lepicarpa 0,26
- -
0,04 -
- 29
Ficus sp.1 -
- -
0,05 -
- 30
Ficus sp.2 -
- -
0,02 -
- 31 Myristicaceae
Knema sp -
0,11 -
- 0,02
- 32
Knema oblongata 0,12
- -
- -
- 33 Myrtaceae
Eugenia inophylla 0,41
0,13 -
- -
- 34
Eugenia operculata -
0,48 -
- 0,28
- 35
Eugenia polyantha -
0,05 -
- -
- 36
Eugenia rugosa -
0,36 -
0,02 0,05 -
37 Eugenia Sp.1
- 0,10
- 0,02 0,02
38 Eugenia sp.2
0,58 -
- 0,01
- -
39 Eugenia sp.3
- -
- -
0,02 -
40 Eugenia sp.4
- -
- 0,02
-
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan... 41
Eugenia sp.5 -
- -
0,02 -
- 42 Rosaceae
Mycromeles corymbifera -
- 2,36
- -
0,37 43 Sapotaceae
Diospyros sp 0,55
- -
0,03 -
- 44 Styracaceae
Styrax paralleloneurum -
- -
0,01 -
- 45 Theaceae
Adinandra dumosa Jack. 0,11
- -
0,01 0,03 -
46 Anneslea sp
0,03 -
- -
- -
47 Eurya trichocarpa
0,04 0,03
- 0,06
- 0,03
48 Gordonia imbricata
- -
0,21 -
- 0,01
49 Gordonia sp
0,19 -
- 0,03
- -
50 Pyrenaria serrata
0,03 -
- 0,02
- -
51 Tiliaceae Grewia sp
0,71 -
- -
- 52 Urticaceae
Villebrunea rubescens 0,27
0,06 -
0,08 -
-
Total 13,25 5,90 2,87
1,01 1,14 0,78
Luas Bidang Dasar LBD Pohon tertinggi pada lokasi 1 dijumpai pada jenis Lithocarpus sp.1 sebesar 1,76 m
2
disusul oleh Lithocarpus bancana dengan LBD sebesar 1,40 m
2
. Jenis Lithocarpus sp.1 hanya terdiri dari tiga individu tetapi diameter batangnya besar, sedangkan Lithocarpus bancana terhitung banyak
jumlah individunya sehingga LBD kedua jenis ini lebih besar dibandingkan jenis lainnya yang hanya memiliki jumlah individu yang sedikit dan diameter yang kecil.
LBD tertinggi pada lokasi II ditemukan pada jenis Lithocarpus sp.1 Fagaceae sebesar 1,12 m
2
disusul oleh jenis
Actinodaphne sp Lauraceae dengan nilai sebesar 1,02 m
2
. Lokasi ini masih termasuk dalam zona Laurofagaceum sehingga LBD kedua jenis tersebut relatif tinggi pada lokasi ini. LBD tertinggi di lokasi III
dijumpai pada jenis Micromeles corymbifera Rosaceae sebesar 2,36 m
2
disusul oleh Gordonia imbricata dengan nilai 0,21 m
2
. Tingginya nilai LBD Micromeles corymbifera tersebut disebabkan jumlah individu jenis ini sangat melimpah
dilokasi III seperti yang dipaparkan pada Tabel 1 yaitu sebesar 43 individu. Akumulasi data dari ketiga lokasi pada tingkatan pohon menunjukkan bahwa famili
Fagaceae merupakan famili yang memiliki LBD terbesar dengan nilai sebesar 28,96 di hutan Gunung Sinabung jalur Sigarang-garang, disusul oleh famili
Lauraceae dan Rosaceae dengan nilai berturut-turut 15,227 dan 10,82 seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Perbandingan LBD Pohon pada Masing-Masing Famili di Hutan Gunung Sinabung Jalur Sigarang-Garang
Luas Bidang Dasar pada tingkatan Pole tertinggi pada lokasi I dan lokasi II dijumpai pada jenis Neocinnamomum sp Lauraceae dengan nilai LBD yang sama
pada kedua lokasi yaitu sebesar 0,11 m
2
, sedangkan pada lokasi III dijumpai pada jenis Micromeles corymbifera Rosaceae sebesar 0,37 m
2
dan disusul oleh jenis Vaccinium lucidum dengan nilai 0,13 m
2
. Tingginya LBD pada tingkatan pole menyatakan bahwa hutan ini berkembang dengan baik dan diharapkan dapat
menggantikan pohon-pohon yang telah mati sehingga terus terjadi regenerasi. LBD menyatakan penguasaan ruang oleh setiap jenis di tempat tumbuhnya sehingga
tingginya nilai LBD juga dapat meggambarkan kecocokan jenis tertentu dalam habitatnya. Dari ketiga lokasi penelitian dapat dilihat bahwa pada tingkatan pole
famili Lauraceae dan famili Myrtaceae merupakan famili yang memiliki nilai tertinggi dengan nilai yang sama yaitu sebesar 15,81 disusul oleh famili
Rosaceae dengan nilai 12,71. Tingginya nilai LBD famili Lauraceae pada tingkat pole menyatakan bahwa jenis dari famili ini berhasil menyebarkan bijinya
dan berhasil tumbuh di hutan ini. Famili Fagaceae memiliki LBD yang tergolong tinggi pada tingkat pohon, tidak menunjukkan hal yang sama dengan famili
Universitas Sumatera Utara
Lauraceae. Penyebaran biji dari famili Fagaceae dapat dikatakan berhasil karena banyak sekali bijinya dapat ditemukan dalam lantai hutan. Biji dari famili ini
tergolong keras dan mempunyai masa dormansi yang lama sehingga anakan dari famili ini jarang sekali dijumpai di hutan ini. Persentase LBD pada tingkatan pole
ditunjukkan oleh Gambar 4 berikut.
Gambar 4. Perbandingan LBD Pole pada Masing-Masing Famili di Hutan Gunung Sinabung Jalur Sigarang-Garang
Salah satu cara untuk mengetahui struktur suatu hutan selain dari pengukuran LBD adalah dengan mengukur luas tutupan tajuk. Pengukuran luasan
tajuk menunjukkan areal yang dapat dinaungi oleh suatu jenis tanaman pada lokasi penelitian. Penutupan tajuk cover dapat dituangkan dalam diagram profil pohon.
Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6 berturut-turut menunjukkan kondisi penutupan tajuk pada setiap ketinggian di hutan Gunung Sinabung Jalur Sigarang-garang.
Universitas Sumatera Utara
a
b Gambar 5. Diagram Vertikal a dan horizontal b Profil Vegetasi di lokasi I
1700-1800 mdpl
Keterangan : Go = Gordonia sp
VR = Villebrunea rubescens LB = Lithocarpus bancana
Gw = Grewia sp Ag = Aglaia sp
Fc = Ficus sp
Banyaknya jumlah jenis pada lokasi ini menyebabkan penutupan semakin besar. Garis putus-putus pada gambar menunjukkan terjadinya tumpang tindih dari
setiap tajuk pohon yang menghuni tempat yang berdekatan. Besarnya tutupan tajuk mempengaruhi iklim mikro dalam tempat tumbuhnya sehingga juga mempengaruhi
jenis lain yang bernaung dibawahnya. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Rose 2000 yang menjelaskan bahwa rumpang gaps yang terbentuk mempengaruhi
iklim mikro seperti suhu udara,intensitas cahaya, kelembababan tanah dan kadar air
Universitas Sumatera Utara
yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan seedling. Selanjutnya Yamamoto 2000 mengatakan jenis-jenis yang toleran terhadap cahaya akan berkembang
dengan baik pada areal yang penutupan tajuknya kecil, sebaliknya pada areal yang tutupan tajuk nya lebih besar dibawahnya akan tumbuh jenis yang resisten terhadap
cahaya atau hanya membutuhkan sedikit cahaya saja. Keberhasilan sebuah pohon untuk mencapai kanopi hutan tergantung
karakterpenampakan anak pohon. Variasi ketersediaan cahaya dan perbedaan kemampuan antar spesies anak pohon dalam memanfaatkannya dapat
mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi hutan. Perbedaan kemampuan antara spesies anakan pohon dalam menoleransi naungan mempengaruhi dinamika
hutan. Pada kondisi cahaya rendah, perbedaan kecil dalam pertumbuhan pohon muda dapat menyebabkan perbedaan mortalitas yang besar, sehingga
mempengaruhi kemelimpahan relatifnya Pacala, 1996.
a
b Gambar 6. Diagram Vertikal a dan Horizontal b Profil Vegetasi di lokasi II
1800-1900 mdpl
Keterangan : Ac = Actinodaphne sp
SP = Symingtonia populnea Ag = Aglaia sp
LB = Lithocarpus bancana Eu
2
= Eugenia sp.2 Eu
4
= Eugenia sp.4
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran faktor fisik kimiawi lingkungan menunjukkan pada lokasi ini suhu rata-ratanya 19
C, suhu tanah berkisar 15 C dan kelembaban 91. Rendahnya
nilai tersebut disebabkan karena besarnya kanopi yang menutupi wilayah tersebut. Luas tutupan tajuk dibentuk dari banyaknya pohon-pohon besar yang tumbuh
dilokasi ini. Penguasaan ruang juga dapat diamati pada tutupan tajukkanopi yang dibentuk oleh pohon dan pole.
Lokasi II Gambar 6 dan lokasi III Gambar 7 menunjukkan tumpang tindih tajuk yang mulai berkurang seiring dengan menurunnya jumlah individu
pohon dan pole. Walaupun demikian, pada lokasi ini penyebaran vegetasinya cenderung menyebar tumbuh pada jarak yang jauh sehingga wilayah yang tertutup
oleh tajuk juga semakin luas.
a
b Gambar 7. Diagram Vertikal a dan Horizontal b Profil Vegetasi di Lokasi
III 1900-2000 mdpl
Keterangan : Mc = Mycromeles corimbifera
Vc = Vaccinium lucidum Lo = Lyonia ovalifolia
Universitas Sumatera Utara
Lokasi III menunjukkan pola penyebaran yang lebih acak dibanding dengan lokasi I dan lokasi II. Gambar 7 memperlihatkan tersebarnya pohon dan pole
dengan jarak tumbuh yang berjauhan, sehingga rumpang gaps yang terbentuk juga besar. Rumpang gaps yang relatif besar pada lokasi ini disebabkan karena
mulai berkurang nya jumlah jenis dan jumlah individu pada lokasi ini. Selain itu perumpangan juga dapat terbentuk karena adanya pohon-pohon yang tumbang atau
yang mati Marthews, 2008. Lokasi ini merupakan lokasi yang paling dekat dengan puncak Gunung Sinabung sehingga dampak erupsi yang diterima juga lebih
besar, yang dapat diamati dengan banyaknya pohon-pohon yang mati. Besarnya intensitas cahaya yang masuk menyebabkan suhu menjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan lokasi I dan lokasi II Tabel. 7.
4.3 Analisis Vegetasi