kadar Mg tertinggi berada pada lokasi II 0,254 m.e100 dan mengalami penurunan pada lokasi III 0,165 m.e100.
4.5 Potensi Biomassa dan Cadangan Karbon tersimpan
Nilai karbon tersimpan ditentukan dengan pengukuran biomassa pohon dan pole. Karbon tersimpan merupakan 50 dari biomassa yang diukur. Biomassa pohon
berat kering dihitung menggunakan persamaan allometrik berdasarkan pada pengukuran diameter batang setinggi dada dbh. Data biomassa dan karbon
tersimpan tersaji pada Tabel 9.
Tabel 9. Biomassa dan Karbon Tersimpan pada Pohon di Hutan Gunung Sinabunng Jalur Sigarang-Garang.
Biomassa Tonha Karbon Tersimpan Tonha
Pohon Pole
Pohon Pole
Lok I 283,9601
10,7906 141,9801
5,3953
Lok II 111,0812
12,6644 55,5406
6,3322
Lok III 41,4837
8,4427 20,7418
4,2213
Total 436,525
31,8977 218,2625
15,9488
Tabel. 9 menunjukkan bahwa biomassa dan karbon tersimpan pada pohon dan pole semakin rendah seiring dengan naiknya ketinggian tempat. Hal ini
dipengaruhi oleh semakin berkurangnya jumlah individu ataupun semakin kecinya diameter pohon dan pole. Biomassa tegakan dipengaruhi oleh faktor iklim seperti
curah hujan dan, selain itu juga dipengaruhi oleh umur tegakan, sejarah perkembangan vegetasi, komposisi dan struktur tegakan Kusmana 1993. Lebih
lanjut Rahayu et al 2007 menjelaskan bahwa suatu sistem penggunaan lahan yang
terdiri dari pohon dengan spesies yang mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, biomasanya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan yang mempunyai
spesies dengan nilai kerapatan kayu rendah. Gambar 8 menunjukkan bahwa kurang lebih 65,05 dari total karbon pada
tegakan pohon disimpan dalam pada lokasi I. Semakin naik ketinggian tempat maka semakin kecil karbon yang dapat disimpan. Penurunan nilai tersebut
disebabkan semakin kecilnya diameter pohon dan berkurang jumlah individu pohon. Karbon tersimpan merupakan karbon yang diserap oleh tumbuhan melalui
proses fotosintesis yang kemudian diubah dalam bentuk senyawa organik dan
Universitas Sumatera Utara
ditimbun dalam organ-organ tumbuhan seperti akar, batang dan daun. Tingkatan pole tertinggi yang menyimpan karbon terbesar ditemukan pada lokasi II dengan
nilai 39,70 dari total karbon tersimpan pada semua lokasi. Sama halnya dengan pohon kandungan terendah dijumpai pada lokasi III dengan nilai sebesar 9,50.
Gambar 8. Kandungan Karbon Tersimpan pada Pohon dan Pole di
Setiap Lokasi Penelitian
Analisis korelasi antara jumlah biomassa dengan kandungan organik tanah Lampiran 5 menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif terhadap unsur N, P, K
dan Mg dengan nilai korelasi berturut-turut 0,85, 0,97, 0,75 dan 0,09, sedangkan pada unsur C dan Al berkorelasi negatif. Korelasi negatif terhadap unsur C dalam
tanah disebabkan karena tumbuhan tidak mengambil CO
2
dari tanah tetapi CO
2
dari udara dalam bentuk anorganik. Sedangkan Al merupakan unsur mikro yang sedikit
oleh pertumbuhan tanaman. Kelebihan hara mikro dalam tanah dapat menjadi racun bagi tanaman. Satto dan Madgwick 1982 dalam Hartati 2008 menjelaskan
bahwa jenis pohon merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya akumulasi hara pada biomassa tegakan hutan. Unsur-unsur hara yang
diimmobilisasikan pada vegetasi cenderung meningkat seiring dengan makin dewasanya tegakan Ruhiyat, 1993.
Hasil analisis pada tabel 9 tersebut juga menunjukkan bahwa nilai cadangan karbon tersimpan kategori pohon tertinggi dijumpai pada lokasi I dengan nilai
sebesar 141,9801 tonha, sedangkan nilai cadangan karbon terbesar pada tingkatan pole terdapat pada lokasi II sebesar 6,3322 tonha. Secara keseluruhan cadangan
Universitas Sumatera Utara
karbon yang terdapat pada areal penelitian adalah 218,2625 tonha. Nilai ini tergolong tinggi bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bako
2009 pada tegakan pohon di Kabupaten Pakpak Bharat sebesar 143,7 tonha dan penelitian Bakri 2009 pada tegakan hutan di Taman Eden 100 yaitu sebesar 95,82
tonha. Perbedaan nilai ini mungkin disebabkan karena metode yang digunakan berbeda-beda pada setiap penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Atthorick
2012 pada hutan primer 30 tahun di Ekosistem Leuser menggunakan metode yang sama menunjukkan nilai biomassa yang lebih tinggi 659,22 tonha
dibandingkan dengan penelitian ini 436,525 tonha. Hal ini disebabkan karena kondisi areal penelitian yang berbeda. Semakin tua umur suatu tegakan, maka
semakin besar diameternya dan semakin besar pula biomassanya. Nilai karbon tersimpan menyatakan banyaknya karbon yang mampu diserap
oleh tumbuhan dalam bentuk biomassa. Peningkatan kadar CO
2
di udara harus diimbangi dengan jumlah karbon yang terserap untuk meminimalkan pemanasan
global. Nilai cadangan karbon juga mencerminkan dinamika karbon dari sistem penggunaan lahan yang berbeda, yang nantinya digunakan untuk menghitung time
averaged karbon di atas permukaan tanah pada masing-masing sistem. Time averaged karbon tergantung pada laju akumulasi karbon, karbon maksimum dan
minimum yang tersimpan dalam suatu sistem penggunaan lahan, waktu untuk mencapai karbon maksimum dan waktu rotasi Rahayu et al, 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan