Zonasi Elevasi Hutan Pegunungan

2.2 Zonasi Elevasi Hutan Pegunungan

Penurunan suhu karena bertambahnya elevasi akan menimbulkan efek zonasi atau efek lingkar yang secara kasar dalam posisi tegak meniru zonasi menurut garis lintang dari khatulistiwa sampai kutub-kutub utara dan selatan. Reaksi dunia tumbuhan terhadap zona suhu ini mengakibatkan suatu pengelompokan menurut perbedaan kepekaan atau toleransi ekologi. Tampaknya banyak terjadi keselarasan antara reaksi terhadap elevasi, garis lintang yang menyebabkan bahwa penyebab mendasarnya adalah suhu Steenis, 2006. Hutan pegunungan adalah hutan yang tumbuh di daerah ketinggian 1.000 meter di atas permukaan air laut Arief, 1994. Menurut Damanik et al.1992, ketinggian rata-rata tempat dari berbagai tipe hutan pegunungan di Sumatera kira- kira adalah sebagai berikut: a. Daerah ketinggian 0 - 1.200 diatas permukaan laut, disebut dataran rendah b. Daerah ketinggian 1.200 - 2.100 meter diatas permukaan laut, disebut hutan pegunungan bagian bawah c. Daerah ketinggian 2.100 - 3.000 meter diatas permukaan laut, disebut hutan pegunungan bagian atas d. Daerah ketinggian diatas 3.000 meter diatas permukaan laut, disebut hutan subalpin Mintakat dasar dalam suatu deretan gunung-gunung pada umumnya mempunyai curah hujan yang lebih tinggi daripada daratan-daratan rendah di dekatnya, dan sebagai akibatnya sering ditempati oleh komunitas-komunitas yang mirip dengan komunitas-komunitas yang suka kelembaban yang terdapat di dataran-dataran rendah. Hutan basah dapat tersebar sangat luas dan sering kali sangat lebat pada lereng-lereng bagian bawah di gunung-gunung. Tipe vegetasi mintakat gunung lebih mirip dengan daerah iklim sedang, atau dengan kata lain lebih sesuai dengan hutan basah daerah iklim sedang Polunin, 1990. Perbedaan ketinggian memberikan efek yang nyata terhadap kekayaan jenis, dimana setiap keanekaragaman semakin menurun setiap naiknya ketinggian 100 m, komposisi spesies juga berubah seiring dengan perubahan ketinggian tersebut, hal ini dapat dilihat dari jumlah pohon per hektar pada plot-plot yang dibuat di setiap ketinggian yang berbeda Sheikh et al., 2009. Universitas Sumatera Utara Sifat tanah pegunungan berubah dengan pertambahan ketinggian tempat, umumnya menjadi lebih masam dan miskin zat hara, terutama ditempat-tempat dimana terdapat gambut asam. Tanah di puncak gunung, dibagian atas pungung- punggung gunung, dan di bukit-bukit kecil, yang hanya menerima air dari atmosfer, kering dan lebih miskin zat hara daripada tanah-tanah di dalam cekungan atau di lereng-lereng yang lebih rendah, yang menerima masukan air tanah yang tertapis dari atas. Selain itu kemiringan lereng dan keterbukaan vegetasi penutup juga merupakan factor-faktor yang penting. Suhu rendah memperlambat proses pembentukan tanah karena evapotranspirasi menurun, reaksi kimia lebih lambat dan kerapatan organisme tanah lebih rendah Mackinnon et al., 2000.

2.3 Struktur dan Komposisi Hutan