Degradasi Hutan dan Pemanasan Global

2.4 Diagram Profil Hutan

Kondisi lingkungan dimasa depan dapat diprediksi dari komposisi dan struktur biota pada saat ini. Spesies atau komunitas tertentu yang interaksinya unik dalam ekosistem dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kualitas lingkungan, mengidentifikasi permasalahan kawasan, dan memberikan peringatan awal berbagai perubahan yang kemungkinan terjadi pada masa depan Setyawan, 2008. Stratifikasi kanopi merupakan salah satu konsep tertua dalam ekologi hutan tropis. Konsep ini telah dikembangkan sejak permulaan abad ke-19, namun masih menjadi perdebatan Whitmore, 1985. Beberapa peneliti menyatakan bahwa adanya strata pada kanopi hutan, namun peneliti lain tidak menemukannya. Penyebab utama kerancuan ini adalah subyektifitas, defenisi dan metode yang digunakan. Istilah stratifikasi digunakan untuk tiga hal yang saling terkait, yaitu: stratifikasi vertikal biomassa, stratifikasi vertikal kanopi dan stratifikasi vertikal spesies Ashton dan Hall, 1992. Diagram profil hutan dibuat dengan meletakkan plot, biasanya dengan panjang 40-70 m dan lebar 10 m, tergantung densitas pohon. Ditentukan posisi setiap pohon, digambar arsitekturnya berdasarkan skala tertentu, diukur tinggi, diameter setinggi dada, tinggi cabang pertama, serta dilakukan pemetaan proyeksi ke tanah. Profil hutan menunjukkan situasi nyata posisi pepohonan dalam hutan secara visual dan kulaitatif. Dalam kasus tertentu, histogram kelas ketinggian atau biomassa dibuat sebagai pelengkap profil hutan Ashton dan Hall, 1992.

2.5 Degradasi Hutan dan Pemanasan Global

Pemanasan global merupakan isu penting di awal abad ke 21 yang penyebab utamanya adalah peningkatan kadar CO 2 di atmosfer sebagai akibat pembakaran bahan bakar fosil Yuliasmara et al., 2009. Menurut Watson et al. 2000 selama 150 tahun terakhir telah terjadi peningkatan konsentrasi CO 2 sebesar ± 28 sehingga suhu bumi meningkat 0,5 C dibandingkan zaman pra-industri. Konsentrasi CO 2 di atmosfer telah meningkat 35 semenjak era pra- industri, dimana 21,8 dari jumlah peningkatan tersebut disebabkan oleh deforestasi dan degradasi hutan. Sekitar 75 deforestasi dan degradasi hutan Universitas Sumatera Utara terjadi di wilayah negara-negara berkembang dengan hutan tropis yang luas, seperti Brazil, Indonesia, Malaysia, Papua New Guinea, Gabon, Kosta Rika, Kamerun, Republik Kongo dan Republik Demokratik Kongo IPCC, 2007. Menurut FAO 2006, 13 juta hektar hutan tropis hilang setiap tahunnya, sementara 7,3 juta hektar telah mengalami berbagai tingkat degradasi hutan per tahunnya. Emisi global dari penggunaan lahan, perubahan lahan dan kehutanan telah mencapai 1,65 Gt karbon per tahun. Peranan pohon-pohon dalam komunitas hutan semakin sulit dipertahankan mengingat tekanan masyarakat terhadap kelompok tumbuhan dari waktu ke waktu terus meningkat Yusuf et al., 2005. Pembakaran hutan banyak dilakukan untuk mengubah fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian baik monokultur maupun polikultur menyebabkan hilangnya sebagian dari fungsi hutan yaitu fungsi hidrologi, penyerap CO 2 di atmosfer, mempertahankan biodiversitas, dan mempertahankan produktivitas tanah Van Noordwijk et al., 2002. Hutan alami merupakan penyimpan karbon C tertinggi bila dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan SPL pertanian, dikarenakan keragaman pohonnya yang tinggi, dengan tumbuhan bawah dan seresah di permukaan tanah yang banyak. Hutan hujan tropis merupakan penyerap karbon terbesar serta memiliki kontribusi secara kuantitatif terhadap perubahan karbon global Chave et al., 2005. Berdasarkan semua tipe penggunaan lahan, dilaporkan bahwa hutan gambut memiliki potensi yang besar dalam menyimpan carbon. Menurut Murdiyarso 2004, hutan gambut adalah tempat pemendaman karbon yang telah berlangsung ribuan tahun. Secara global biomassa pada lahan gambut menyimpan sekitar 329- 525 Gt C atau 15-35 dari total karbon daratan. Sekitar 86 455 Gt dari karbon di lahan gambut tersebut tersimpan di daerah temperate atau beriklim sedang Kanada dan Rusia, sedangkan sisanya sekitar 14 70 Gt terdapat di daerah tropis. Jika diasumsikan bahwa kedalaman rata-rata lahan gambut di Indonesia adalah 5 m, bobot isi biomassa 114 kgm , dengan kadar karbon 50 dan luas lahan tersebut 16 juta ha, maka stok massa karbon di lahan gambut Indonesia adalah sebesar 46 Gt. Jadi sekitar 65 stok massa karbon di daerah tropis tersimpan di hutan gambut di Indonesia. Universitas Sumatera Utara Sektor kehutanan dianggap sebagai salah satu kontributor yang cukup besar bagi total emisi Gas Rumah Kaca GRK karena adanya aktifitas deforestasi, degradasi dan perambahan hutan. Meningkatkan cadangan karbon dan mengurangi emisi GRK hasil aktifitas manusia merupakan cara mitigasi efektif dalam menekan perubahan iklim global Bakhtiar et al., 2008

2.6 Mitigasi dan Penyelamatan