Latar Belakang Analisis Potensi Karbon Tersimpan 19

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dan bermanfaat bagi hidup dan kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung dari keberadaan hutan di antaranya adalah kayu, hasil hutan bukan kayu dan satwa, sedangkan manfaat tidak langsungnya adalah berupa jasa lingkungan, baik sebagai pengatur tata air, fungsi estetika, maupun sebagai penyedia oksigen dan penyerap karbon. Penyerapan karbon terjadi didasarkan atas proses kimiawi dalam aktivitas fotosintesis tumbuhan yang menyerap CO 2 dari atmosfer dan air dari tanah menghasilkan oksigen dan karbohidrat yang selanjutnya akan diubah mejadi selulosa dan lignin sebagai cadangan karbon Kementrian Kehutanan, 2010. Pohon memegang peranan yang sangat penting sebagai penyusun komunitas hutan dan berfungsi sebagai penyangga kehidupan, baik dalam mencegah erosi, siklus hidrologi, menjaga stabilitas iklim global, dan sebagai penyimpan karbon. Perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini dikarenakan ketidakseimbangan antara konsentrasi CO 2 di atmosfer dengan ketersediaan vegetasi tanaman, yang dalam hal ini adalah pohon Daniel et al., 1979. Hairiah dan Rahayu 2007 mengemukakan bahwa pemanasan global disebabkan karena terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer yang dipengaruhi oleh peningkatan gas rumah kaca GRK. Konsentrasi GRK di atmosfer meningkat sebagai akibat pembakaran batu bara dan minyak bumi, dan diikuti dengan deforestasi yang semakin meningkat sehingga sumberdaya alam yang semula berfungsi sebagai rosot sink karbon berubah menjadi sumber source emisi karbon. Kemampuan hutan dalam menyerap dan menyimpan karbon tidak sama baik di hutan alam, hutan tanaman, hutan payau, hutan rawa maupun di hutan Universitas Sumatera Utara rakyat tergantung pada jenis pohon, tipe tanah dan topografi. Oleh karena itu, informasi mengenai cadangan karbon dari berbagai tipe hutan, jenis pohon, jenis tanah dan topografi di Indonesia sangat penting Kementrian kehutanan, 2010. Selanjutnya Hairiah dan Rahayu 2007 menjelaskan bahwa hutan alami merupakan penyimpan karbon C tertinggi bila dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan pertanian. Oleh karena itu, hutan alami dengan keragaman jenis pepohonan berumur panjang dan seresah yang banyak merupakan gudang penyimpan C tertinggi. Bila hutan diubah fungsinya menjadi lahan-lahan pertanian atau perkebunan atau ladang penggembalaan maka jumlah C tersimpan akan merosot. Jumlah C tersimpan antar lahan tersebut berbeda-beda, tergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta cara pengelolaannya. Setiap tumbuhan dalam hutan mempunyai kisaran toleransi untuk tumbuh permanen di dalam habitatnya. Di luar itu terdapat zona pinggir, yaitu tempat mereka tinggal tetapi tidak permanen yang kadang-kadang dapat dicapai dengan pemencaran alami dari spora, buah dan biji, keadaan iklim, tanah atau topografi yang menunjukkan mereka tumbuh secara lokal dan sementara. Telah kita ketahui bahwa suhu merupakan faktor utama bagi kisaran elevasi tumbuhan di pegununungan Steenis, 2006. Kawasan hutan gunung Sinabung masuk dalam kawasan hutan Sibayak II dan merupakan suatu bahan studi yang menarik. Menurut Laporan Eksplorasi Flora Nusantara yang dikemukakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, kawasan hutan Sibayak II yang berada di sekitar hutan gunung Sinabung memiliki kondisi yang masih bagus. Kawasan ini ditumbuhi pohon-pohon berukuran besar dengan berbagai jenis yang mempunyai kualitas kayu sangat bagus. Jenis-jenis dari suku Fagaceae seperti Quercus sp. dan Castanopsis sp. sangat banyak dijumpai di hutan ini. Selain itu juga ada jenis-jenis lain seperti Styrax benzoin, Schima wallichii, Calophyllum dan Flacourtica rukam juga termasuk pohon-pohon yang mendominasi kawasan ini LIPI, 2003. Gunung Sinabung termasuk jenis gunung vulkano tipe B. Gunung ini pertama kalinya meletus pada tanggal 27 Agustus 2010 pukul 18.00 WIB setelah non-aktif selama 400 tahun, namun letusan gunung Sinabung ini tidak besar, hanya Universitas Sumatera Utara mengeluarkan sedikit lahar yang hanya terdapat pada puncak gunung. Asap yang mengandung debu vulkanik terbawa angin yang berasal dari arah timur laut yang cukup kencang menyusuri lereng-lereng gunung kearah tenggara menerpa sejumlah desa yang dilewatinya. Desa yang terparah yang terkena asap dan debu vulkanik adalah desa Sukanalu dan desa Sigarang-garang. Debu dan pasir vulkanik yang disemburkan keatas mulai dari berukuran besar sampai berukuran yang lebih halus. Debu dan pasir vulkanik ini merupakan salah satu batuan induk tanah yang nantinya akan melapuk menjadi bahan induk tanah dan selanjutnya akan mempengaruhi sifat dan ciri tanah yang terbentuk Fiantis, 2006. Sifat-sifat tanah yang dipengaruhi yaitu sifat fisik, kimia serta biologi tanah. Hal ini tentunya juga sangat berpengaruh pada keadaan vegetasi terutama dalam menjalankan metabolisme tubuhnya seperti melakukan fotosintesis sehingga juga dapat mempengaruhi laju pembentukan biomassa. Penelitian seperti ini penting artinya karena kehadiran vegetasi yang berupa pohon pada suatu landskap umumnya akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen di udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah, dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisinya. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya penurunan laju erosi tanah tergantung pada struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut Arrijani, 2008. Mengerti tentang cadangan karbon tersimpan pada setiap gradien ketinggian dapat membantu kita untuk memprediksi dengan lebih baik respon terhadap keseimbangan karbon dan perubahan iklim dimasa mendatang Zhu et al., 2010. Hutan gunung Sinabung jalur Sigarang-garang merupakan hutan primer yang telah mengalami gangguan akibat adanya aktifitas masyarakat seperti pengambilan belerang, dan juga karena letusan gunung Sinabung. Struktur dan komposisi vegetasi dijalur ini diyakini berbeda dengan jalur lainnya. Penelitian di jalur Sigarang-garang belum pernah dilakukan karena jalur ini hanya diketahui oleh Universitas Sumatera Utara masyarakat di sekitar gunung Sinabung, selain itu jalur ini juga bukan merupakan jalur yang umum untuk mendaki gunung Sinabung. Belum lengkapnya data tentang struktur dan komposisi serta kandungan karbon tersimpannya mendorong peneliti untuk mengetahui potensi vegetasi di jalur ini.

1.2. Permasalahan