Hubungan kemampuan metakognitif dan kemampuan pemecahan masalah asuhan

commit to user 32 Sedangkan ditinjau dari nilai Adjusted R square pada persamaan regresi yang bernilai 62.2 . Artinya kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan diperoleh dari variabel kemampuan metakognitif dan lingkungan belajar RS, sedangkan sisanya yaitu 37.8 dipengaruhi oleh variabel faktor lain.

B. Pembahasan

1. Hubungan kemampuan metakognitif dan kemampuan pemecahan masalah asuhan

keperawatan. Hasil analisis regresi linier ganda hubungan kemampuan metakognitif dan kemampuan pemecahan masalah asuhan keperawatan menunjukkan setiap kenaikan 1 skor kemampuan metakognitif akan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah sebesar 0.3 Hasil ini mendukung penelitian Imel 2002 yang menyebutkan bahwa kesadaran pebelajar secara metakognitif adalah lebih strategis dan memberi hasil yang lebih baik dari pada pebelajar yang tidak mempunyai kesadaran metakognisi. Dukungan metakognisi yang kuat tersebut adalah pengetahuan dan pengaturan metakognisi itu sendiri, dengan demikian ada hubungan kuat antara kemampuan metakognisi dengan kemandirian siswa dalam belajar. Pada temuan penelitian Pamungkasari 2007 menunjukkan makin tinggi kemampuan metakognitif seseorang maka makin tinggi juga kemampuan pemecahan masalah. Selain itu hasil penelitian ini sejalan pendapat Toccasu Project 2008 mengatakan bahwa metakognitif pada dasarnya adalah kemampuan belajar bagaimana seharusnya belajar dengan mempertimbangkan salah satunya berperan serta dalam pemecahan suatu masalah. commit to user 33 Pada penelitian ini fokus pemecahan masalah didasarkan pada pemberian pelayanan asuhan keperawatan ketika mahasiswa melakukan praktik klinik keperawatan sesuai dengan konsep keperawatan menurut Kozier 1997 bahwa pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien dalam bentuk asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah klien sesuai dengan 14 kebutuhan dasar manusia Hendersen,1964. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Hsu LL 2010 yang menyimpulkan bahwa kemampuan keterampilan metakognitif pada mahasiswa keperawatan di Taiwan dapat berkembang baik di kelas maupun di tempat praktik klinik keperawatan. Hal ini juga sejalan hasil penelitian Kuiper 2005 yang mengatakan penggunaan metode pembelajaran self regulation di lingkungan praktik dapat merangsang aktivitas metakognitif terutama pengalaman klinik dan ketrampilan berfikir kritis dalam pemecahan masalah keperawatan. Di dalam praktik pemberian pelayanan asuhan keperawatan menurut Nursalam 2003 hasil akhir yang diharapkan mahasiswa praktik profesi adalah memiliki kemampuan professional salah satunya dapat melaksanakan asuhan keperawatan dari masalah yang sederhana sampai yang kompleks secara tuntas melalui tahapan pengkajian, merumuskan diagnose keperawatan masalah keperawatan, merencanakan tindakan keperawatan, melakukan implementasi pelaksanaan tindakan keperawatan dan terakhir tahapan evaluasi terhadap apa yang sudah dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan masalah keperawatan dapat diatasi problem solving. Pernyataan di atas juga mendukung hasil penelitian Pesut 1992 yang mengatakan bahwa kemampuan ketrampilan metakognitif berpengaruh pada pembelajaran di klinik terutama dalam menemukan masalah keperawatan karena kemampuan keterampilan metakognitif dapat digunakan untuk tahapan observasi, analisis, perencanaan dan evaluasi proses keperawatan. commit to user 34 Bila mahasiswa memiliki dasar kemampuan metakognitif yang cukup diharapkan mahasiswa akan mampu melakukan kegiatan asuhan keperawatan mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan, implementasi tindakan keperawatan serta evaluasi dengan berhasil. Hal itu dapat dijelaskan menurut Flavel Livingston,1997 bahwa metakognisi memiliki dua macam yaitu pertama pengetahuan metakognisi itu sendiri dan kedua regulasi metakognisi. Selain itu menurut OLRC News, 2004 masing-masing kedua metakognisi terbagi beberapa sub kemampuan metakognisi antara lain: pengetahuan tentang metakognisi terdiri declarative knowledge yaitu pengetahuan tentang dirinya sebagai pebelajar serta strategi, ketrampilan dan sumber belajar yang dibutuhkan. Yang kedua procedural knowledge yaitu pengetahuan bagaimana menggunakan apa saja yang telah diketahui dalam declarative knowledge dalam aktivitas belajarnya serta conditional knowledge yaitu pengetahuan bilamana menggunakan suatu prosedur, ketrampilan atau strategi dan bilamana hal-hal tersebut tidak digunakan, dan mengapa suatu prosedur lebih baik dari prosedur-prosedur yang lain. Untuk regulasi metakognisi terdiri sub kemampuan planning atau perencanaan, information management strategies yaitu kemampuan strategi mengelola informasi berkenaan dengan proses belajar, comprehension monitoring yaitu kemampuan dalam memonitor proses belajarnya, debugging yaitu kemampuan strategi yang digunakan untuk membetulkan tindakan yang salah dalam belajar, serta sub komponen evaluation yaitu kemampuan mengevaluasi keefektifan strategi belajarnya apakah ia akan mengubah strateginya, menyerah atau mengakhiri kegiatan tersebut. Sehingga dalam perencanaan pelaksanaan pemecahan masalah asuhan keperawatan ada keterkaitan kemampuan metakognitif karena masing-masing sub kemampuan dari metakognisi menjadi dasar dalam proses pemberian asuhan keperawatan. commit to user 35 Pada tahap pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, kegiatan ini adalah upaya melakukan pengkajian secara komprehensif data dari klien sehingga pada akhirnya dapat ditemukan masalah keperawatan yang muncul pada klien sesuai dengan 14 kebutuhan dasar manusia menurut Henderson 1964. Untuk mencapai keberhasilan tahap pengkajian dan rumusan diagnosa keperawatan kemampuan metakognitif yang dimiliki akan menggunakan landasan sub komampuan declarative knowledge, procedural knowledge, conditional knowledge yaitu mahasiswa akan menggunakan strategi serta menggunakan prosedur, ketrampilan yang tepat untuk menggali data klien dengan harapan bisa merumuskan masalah keperawatan klien. Pada tahap perencanaan dan tahap implementasi keperawatan, untuk memperoleh keberhasilan tahap-tahap ini diharapkan menggunakan subkemampuan regulasi metakognitif jenis planning, information management, comprehension monitoring dan debugging. Pada tahap-tahap ini dibutuhkan kemampuan suatu perencanaan yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah klien sehingga bila mahasiswa memiliki kemampuan perencanaan, pengelolaan informasi data pengkajian atau analisis data, kemampuan memonitir perkembangan data klien serta kemampuan memilih strategi tindakan keperawatan yang tepat maka akan menunjang keberhasilan pada pemecahan masalah klien. Sedangkan pada tahap evaluasi yaitu diharapkan mahasiswa mampu melakukan proses evaluasi sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Untuk menunjang keberhasilan proses tahapan evaluasi maka dibutuhkan kemampuan metakognitif yang berlandasan evaluation karena mahasiswa akan berfikir strategi yang paling tepat tindakan untuk mengatasi masalah klien atau pemecahan masalah klien berdasarkan data perkembangan klien. commit to user 36

2. Hubungan lingkungan belajar rumah sakit dan kemampuan pemecahan masalah