Membangun Dunia Pendidikan di Medan

Taman Siswa Cabang Kutaraja semakin berkurang. Hal ini dikarenakan Pemerintah Belanda memutuskan mengeluarkan siswa-siswa mereka dari sekolah Taman Siswa tersebut. Namun demikian, Sugondo berhasil memimpin Taman Siswa Cabang Kutaraja tersebut dengan baik. Kurang lebih dua tahun Sugondo memimpin Taman Siswa Cabang Kutaraja, dan Sugondo berhasil melahirkan kader-kader perjuang bangsa. Sebut saja Brigjen Purnawiran Samaun Gaharu, Bapak Usman Abdillah yang merupakan salah satu dosen Universitas Padjajaran, Bapak Suwandi yang merupakan eks anggota DPRD Daerah Istimewa Aceh, Said Abu Bakar yang merupakan saudagar ternama, serta murid-murid lainnya yang tak dapat disebutkan namanya. Tidak hanya itu prestasi yang Sugondo capai karena selain menjadi Ketua Perguruan Taman Siswa Kutaraja, Sugondo juga menjadi Pembimbing Taman Siswa Seluruh Aceh.

3.3 Membangun Dunia Pendidikan di Medan

Membicarakan sekolah Taman Siswa cabang Medan maka tidak terlepas dari pengalaman para tokoh yang mendirikannya. Dimulai pada hari Sabtu 22 Desember 1928 di Gedung Budi Utomo yang terletak di Jalan Cong Yong Hian Jalan Bogor sekarang diadakanlah sebuah pertemuan yang bertujuan untuk membangun sebuah perguruan kebangsaan. 39 39 Ali Nur, Taman Siswa Dalam Perspektif Sejarah, Skripsi tidak diterbitkan, Medan,1983,hal.1 R. W Prawirosumo yang merupakan seorang pendiri Budi Utomo memimpin rapat dan menjelaskan keinginannya membangun perguruan kebangsaan tersebut. Akhirnya dibentuklah sebuah komite pendirian sekolah yang pada awalnya bernama Ngudi Tomo. Adapun yang menjadi presiden komite ini adalah R. Mangundinoto, dan wakil presidennya adalah Sastrosumito. Komite ini berusaha keras untuk mencari murid bagi sekolah ini. Universitas Sumatera Utara Setelah mendapatkan 14 murid maka didatangkanlah pamong dari Taman Siswa Galang yaitu Munar Sastromijoyo. 40 Maka pada hari Minggu 6 Januari 1929 resmilah sekolah Ngudi Tomo dibuka, dan keesokan harinya sekolah sudah memulai aktifitas pembelajarannya. Sekolah Ngudi Tomo juga merupakan perguruan swasta di Medan yang tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah. Berkat kepiawaian Munar Sastromijoyo dan kerja keras para pengurus komite maka murid- murid sekolah Ngudi Tomo terus bertambah setiap harinya. Ledakan murid-murid yang bersekolah menyebabkan gedung Budi Utomo yang awalnya menjadi tempat para murid belajar menjadi over kapasitas sehingga memaksa para pengurus komite untuk mencari tempat yang baru. Akhirnya dapatlah gedung baru di Jalan Amplas Medan pada 1 Februari 1929. Kekurangan tenaga pengajar juga dirasakan sekolah Ngudi Tomo sehingga para pengurus mendatangkan dua orang guru dari Jawa yang bernama Sukoco dan Sunarji. 41 Munar sendiri merupakan alumni perguruan Taman Siswa, sehingga Munar pulalah yang berusaha untuk mengganti nama sekolah Ngudi Tomo menjadi sekolah Taman Siswa. Ternyata para pengurus komite serta guru-guru menyetujui keinginan Munar, namun sekolah Budi Utomo tetap menjadi badan penyokong sekolah ini. Oleh karena itu pada 19 Desember 1929, Komite Ngudi Tomo dibubarkan dan diganti dengan nama Instituut-Raad Taman Siswa. Adapun badan pengurusnya masih sama tetapi hanya ditambah dengan beberapa orang lagi. Pimpinan dipegang oleh R.W Prawirosumo. Selanjutnya pada bulan Juli 1930 berdiri pula Taman Antara untuk menampung murid-murid keluaran sekolah desa dan sekolah lanjutan. 42 40 Ibid., hal.2 41 Ibid., hal.3 42 Ibid., hal.4 Universitas Sumatera Utara Pada bulan Agustus 1930, setelah kembali dari menghadiri kongres di Jawa, Munar mengganti National Onderwijs Institut Taman Siswa menjadi perguruan Nasional Taman Siswa, sedangkan Instituut-Raad Taman Siswa berubah menjadi Majelis Cabang. Di dalam perkembangannya, perguruan Taman Siswa ini tentu saja mendapat banyak hambatan, seperti kurangnya apresiasi masyarakat terhadap perguruan ini. Masyarakat menganggap perguruan Taman Siswa memiliki niat tersendiri yaitu ingin menghidupkan kembali kejayaan Majapahit di Bumi Sumatera. 43 Walau mendapat banyak kecaman dari masyarakat, perguruan Taman Siswa tetap berusaha maju dengan sistem pendidikannya yang mantap. Terbukti dari banyaknya murid-murid Taman Siswa yang berhasil lulus ujian masuk HBS ataupun MULO. Bahkan sekolah Taman Siswa dijuluki dengan reparative school sekolah reparasi. Hal ini dikarenakan banyaknya murid-murid Taman Siswa yang awalnya bekas murid-murid yang dikeluarkan dari sekolah lain tetapi setelah menimba ilmu di Taman Siswa dapat berhasil. 44 Taman Siswa pun semakin berkembang, tidak hanya di Cabang Medan saja tetapi terdapat juga di Kisaran, Pangkalan Brandan, Sipirok, Matur, Kutaraja dan Kayu Laut. Akan tetapi, baru saja Taman Siswa Medan mulai berkembang terjadilah persengketaan dalam Demi memajukan murid-muridnya, Taman Siswa memiliki Persatuan Murid Taman Siswa PMTS sebagai sarana berorganisasi. Namun didalam perjalanannya nama PMTS ini diganti menjadi Persatuan Pelajar Taman Siswa PPTS. Selain itu di luar sekolah, Taman Siswa juga memiliki INPO Indonesiche National Padvinders Organisatie atau Organisasi Pandu Bangsa Indonesia dan KBI Kepanduan Bangsa Indonesia yang dipimpin para pamong dan simpatisannya. 43 Ali, Nur, op.cit., hal.5 44 Ali, Nur, op.cit., hal.34 Universitas Sumatera Utara tubuh perguruan tersebut. 45 Namun pada kenyataannya, keputusan Majelis Luhur tersebut tidaklah menyelesaikan permasalahan secara keseluruhan. Terbukti dari Munar Sastroamijoyo menolak keputusan dipulangkan ke pulau Jawa. Permasalahan tersebut semakin membawa Taman Siswa ke dalam perpecahan diantara pamong-pamongnya sendiri. Akhirnya Majelis Luhur memutuskan untuk memecat Munar Sastroamijoyo sebagai ketua perguruan Taman Siswa pada Juni 1934. Beberapa guru lainnya juga turut diberhentikan. Persengketaan itu melibatkan T. Kamaludin yang merupakan pamong di Taman Siswa dengan pihak Munar Sastroamijoyo. Persengkataan tersebut dikarenakan adanya perebutan pucuk pimpinan Taman Siswa. Untuk mendamaikan permasalahan yang terjadi di Taman Siswa maka didatangkanlah perwakilan dari Majelis Luhur Taman Siswa Yogyakarta yang bernama S.Joyoprayitno. S.Joyoprayitno memutuskan untuk memulangkan Munar Sastroamijoyo ke Pulau Jawa sedangkan T. Kamaludin dan sembilan orang pengikutnya telah dipecat oleh Munar sendiri sebelumnya. Akibat kesalahan Munar tersebut sehingga ia tidak dipulangkan ke Galang tetapi ke pulau Jawa. Tetapi Majelis Luhur yang melihat pemecatan para pamong Taman Siswa tersebut akhirnya memutuskan untuk menskors saja para pamong tersebut. 46 Persengketaan yang melanda tubuh pengurus Taman Siswa Medan ternyata membawa pengaruh negatif bagi tubuh Taman Siswa itu sendiri. Terbukti dari jumlah murid Taman siswa yang berkurang drastis pada saat itu. Dari 1000 murid yang terdaftar di Taman Siswa berkurang menjadi kurang lebih 475 orang saja. Hal ini dikarenakan murid-murid tersebut Sebenarnya perselisihan di tubuh Taman Siswa bukanlah itu saja. Perselisihan juga pernah terjadi akibat masalah gaji yang menyebabkan T.Kamaluddin beserta pengikutnya melarikan bangku-bangku sekolah dan membentuk sekolah yang baru. 45 Ibid.,hal.7 46 Ali Nur,op.cit.,hal.28 Universitas Sumatera Utara memutuskan pindah ke sekolah lain dan ada juga yang mengikuti sekolah baru yang didirikan Munar sastroamijoyo yaitu Perguruan Kita. Untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Perguruan Taman Siswa Cabang Medan, Majelis Luhur memutuskan memanggil Sugondo Kartoprojo yang sebelumnya mengabdi di Taman Siswa Cabang Kutaraja. Maka pada tanggal 31 Januari 1934, beliau tiba di Medan. 47 • Dr. Pirngadi. Ketika sampai di Medan, Sugondo langsung menyelesaikan permasalahan yang ada di tubuh Taman Siswa. Dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi, Sugondo membentuk suatu badan yang bertugas membagikan formulir kepada para murid dan orang tua murid perihal kesediaan mereka apakah masih bersedia melanjutkan pelajaran di sekolah Taman Siswa atau memutuskan keluar dan melanjutkan pelajaran di sekolah Perguruan Kita. Melalui jawaban formulir tersebut Taman Siswa masih berada di hati para murid dan orang tuanya. Tidak hanya itu para pamong Taman Siswa yang berjumlah 16 orang masih memihak Taman Siswa. Sugondo Kartoprojo resmi menjadi Ketua Perguruan Taman Siswa Medan berdasarkan keputusan telegram Majelis Luhur Taman Siswa Pusat pada 1 Februari 1934. Dengan bantuan para pamong senior Taman Siswa seperti Suarjan Ibnu Suroyo, Sunaryo, Zainuddin dan 16 orang pamong Taman Siswa, Sugondo berusaha membangun kembali kejayaan Taman Siswa. Tidak hanya itu, Sugondo juga menjalin hubungan dengan beberapa tokoh pergerakan pada saat itu untuk membangun kembali Taman Siswa. Adapun tokoh-tokoh pergerakan yang dihubungi Sugondo antara lain: 47 Ki Drs H.Suhaimi S,loc.cit.,hal.8 Universitas Sumatera Utara • Dr. Sunaryo. • Mr. Muhammad Yusuf. • Karim MS. • H. Bustami, dan lain-lain. • Serta para pengurus Budi Utomo. Dalam membangun kejayaan Taman Siswa kembali, Sugondo mendapatkan halangan yang cukup signifikan seperti kekurangan tenaga pamong, murid dan barang-barang yang berkurang. Selain halangan di atas, Taman Siswa masih harus bersaing dengan Perguruan Kita di dalam memperoleh murid. Sugondo yang sebelumnya telah berhasil menyelesaikan permasalahan di Cepu dan membangun Taman Siswa cabang Kutaraja telah memiliki pengalaman dalam menyelesaikan permasalahan. Sehingga di dalam membangun kembali Taman Siswa Cabang Medan, Sugondo memiliki strategi sendiri untuk memperbaiki keadaan. Adapun strategi Sugondo antara lain: • Membangun hubungan baik dengan kaum cendikiawan dan masyarakat sekitar. • Membentuk kader-kader perjuangan Taman Siswa • Mengadakan sebuah gedung baru. • Membentuk murid-murid Taman Siswa yang dapat diandalkan bagi lingkungan. Demi mewujudkan strategi yang disusun, Sugondo menjalin hubungan baik dengan tokoh- tokoh masyarakat. Hubungan baik ini dapat terjalin dikarenakan banyak pegawai- pegawai negeri di Medan berasal dari Jawa. Biasanya mereka ini menjabat jabatan yang penting mulai dari dokter, insinyur, sarjana hukum dan aparat militer, polri dan sebagainya. Dengan mereka inilah Sugondo menjalin hubungan baik terbukti dari Adinegoro dan Mangaraja Ihsan merupakan sahabat Sugondo. Jalinan hubungan baik yang dibangun Sugondo berhasil mendapatkan pengaruh positif bagi Taman Siswa karena banyak yang Universitas Sumatera Utara menyumbangkan jasanya untuk menjadi guru sukarela di Taman siswa. Terhadap golongan ulama Islam pun, Sugondo menjalin hubungan baik. Almarhum Hamka, Almarhum Bustami Ibrahim pemimpin Muhammadiyah adalah sahabat karib Ki Sugondo Kartoprojo. 48  Taman Indria yang terletak di Oranje Nassaustraat sekarang jalan Thanrin dan Emmastraat 37. Adapun bagian-bagian Taman Siswa Medan yang dikelola Sugondo terdiri dari:  Taman Anak yang terletak di Prinst Hendrikstraat 42 sekarang jalan Merbabu, Emmastraat 37 dan di Amalastraat sekarang di ujung jalan Jose Rizal Jalan Sun Yat Sen.  Taman Muda yang terletak di Jalan Amplas.  Taman Antara yang terletak di jalan Amplas dan jalan Jose Rizal.  Taman Dewasa di Jalan Amplas.  Taman Rakyat yang didirikan Sugondo sebagai kursus Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda pada malam hari.  Taman Guru Muda Taman Guru Kweek School Adapun Taman Guru Kweek School ini sama seperti yang ada di Yogyakarta. Murid- murid tamatan dari Taman Guru inilah yang nantinya disebar menjadi pamong di Cabang Taman Siswa lama ataupun Cabang Taman Siswa yang baru dibuka. Pamong-pamong ini disebar ke seluruh Taman Siswa Sumatera Timur dan Tapanuli. Di dalam memajukan sekolah Taman Siswa cabang Medan, Sugondo memiliki pekerjaan yang berat yaitu berusaha mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada Taman Siswa. Sejak berdirinya Perguruan Kita yang didirikan oleh salah satu bekas orang Taman Siswa, membuat masyarakat beranggapan Taman Siswa telah berkurang mutunya. Sugondo 48 Ki Drs H.Asuhaimi S, op.cit., hal.9 Universitas Sumatera Utara berusaha menjawab keraguan masyarakat dengan bekerja keras agar kualitas para muridnya dapat ditingkatkan. Pelajaran sejarah, bahasa dan ilmu pasti sangat diutamakan di dalam pendidikan Taman Siswa. Para pamong dan murid saling bekerja sama demi kejayaan Taman Siswa. Terbukti dari akhir tahun ajaran, banyak murid Taman Siswa yang lulus dengan nilai yang baik dan dapat melanjutkan sekolah lanjutan yang terbaik. Melihat keberhasilan Taman Siswa membuat banyak orang tua yang menarik anaknya dari sekolah lain dan masuk ke sekolah Taman Siswa. Terutama yang anaknya dirasa kurang berhasil di tempat lain maka dimasukkan ke sekolah Taman Siswa. Sehingga Taman Siswa kembali terkenal menjadi sekolah reparasi. Kejayaan Taman Siswa dibawah kepemimpinan Sugondo juga tidak dapat dilepaskan dari bantuan sang istri yaitu R.A Sumarni. Di mana Sumarni memangku jabatan sebagai ketua Taman Indria dan Taman Anak Kelas I dan III, sementara itu disore harinya beliau mengajarkan pekerjaan tangan di Taman Guru Muda Perguruan Taman Siswa Medan. 49 Pada bidang kesenian, seperti menyanyi, tari, dan sandiwara selalu ditampilkan dalam pentas tonil. Jika liburan panjang tiba, sekolah Taman Siswa selalu menampilkan lakon sandiwara. Sugondo sangat senang mengarang sandiwara terutama yang berceritakan tentang perjuangan. Apabila sekolah Taman Siswa menampilkan sandiwara dalam bentuk tonil maka penuh sesaklah pengunjung yang hadir. Cerita yang paling disenangi pengunjung adalah Tidak hanya bidang pengetahuan saja sekolah Taman Siswa maju tetapi juga dalam bidang lainnya seperti olahraga. Kesebelasan sepak bola Taman Siswa sangat terkenal dan selalu menang di setiap pertandingan. Sehingga nama-nama seperti Gurdi, Sulaiman Siregar, Fakhruddin, Azhari Pulungan, Zubir Adam, Dollah, Unai, Sunarto, Wibisono adalah pemain- pemain terkenal di zamannya dan merupakan murid Taman Siswa. 49 Zuraidi Zainal, Serumpun Melati di Bumi Pertiwi, Medan: Keluarga Besar Wirawati Catur Panca, 1985, hal.34 Universitas Sumatera Utara cerita-cerita di bawah panji-panji Sriwijaya. Taman Siswa juga menghasilkan penyanyi terkenal puteri bapak Usman yaitu Hj. Ivo Nila Krisna. Sugondo sangat memperhatikan pengembangan bakat para muridnya, terbukti apabila ada murid-muridnya yang berbakat dalam bidang tulis-menulis atau jurnalistik, Sugondo menyediakan majalah dinding Taman Siswa. Disinilah tampak bakat-bakat yang menonjol dari murid-murid Sugondo, seperti B.M Diah, Ani Idrus, Nur Jannah, Sutardjo, adalah bekas- bekas murid Taman Siswa yang berhasil dalam bidang jurnalistik. Seperti yang kita ketahui B.M Diah adalah pemimpin Surat Kabar Merdeka, Hj. Ani Idrus sebagai pemimpin surat kabar harianWaspada, serta pasangan suami istri Sutardjo dan Nur Jannah adalah pemimpin Pustaka Endang Jakarta. Keberhasilan Sugondo dalam memimpin Taman Siswa juga terbukti dari bagaimana Taman Siswa memiliki hubungan yang baik dengan Philipina, India dan Jepang. Sekolah Taman Siswa sangat terkenal di Negara-negara tersebut. Sehingga apabila ada orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya ke luar negeri, maka Sugondolah yang memeberi surat pengantar bagi anak-anak terebut. Roesli yang berhasil sebagai pelukis dan penari di India, atau Tiasno Kaliprogo yang merupakan pemimpin salah satu bank di Jakarta yang bersekolah di Jepang adalah beberapa nama yang berhasil di luar negeri dan merupakan bekas murid Taman Siswa. Singkat kata, Sugondo cukup berhasil di dalam memimpin sekolah Taman Siswa. Selama masa pendudukan Jepang, hanya sekolah rendah saja yang diperbolehkan dibuka, sehingga karena itu murid Taman Siswa banyak yang berkurang. Walaupun begitu Sugondo tetap aktif di dalam perjuangan melawan pendudukan Jepang, sampai proklamasi dan usaha untuk mempertahankan kemerdekaan di Medan. Riwayat perjuangan Sugondo akan dibahas pada bab selanjutnya. Universitas Sumatera Utara Selain menjadi pendidik dan pemimpin Taman Siswa, Sugondo juga menjabat sebagai ketua Musyawarah Perguruan Swasta MPS yang kelak menjadi Badan Musyawarah Perguruan Swasta BMPS Sumatera Utara. Badan inilah yang aktif mengadakan penataran guru-guru swasa. Tidak hanya itu, Sugondo juga menjadi ketua curator Perguruan Tinggi Swasta, dan juga anggota Majelis Pembimbing Pramuka Daerah Sumatera Utara Mabida. Berikut ini adalah nama-nama bekas murid Sugondo yang nantinya turut andil dalam perjuangan yaitu: 1. Causa Utama yang menjadi Bupati Labuhan Batu 2. Azhari Pulungan sebagai residen 3. Rakuta Sembiring yang menjadi Bupati Tanah KaroAsahan dan Walikota Pematang Siantar 4. Deblot Sundoro dan Sutardjo yang gugur dibunuh Jepang di daerah Tebing Tinggi 5. Abdullah yang menjadi wedana di Batubara 6. M.Yunus Lubis, Burhan Kuncoro, Sarwono dan Kusman yang merupakan anggota Barisan Pemuda Indonesia 7. Nur Amansyah yang menjadi Ketua IPR di Kabupaten Asahan 8. Muljono yang menjadi anggota Brigjen TNI.

3.4 Ki Sugondo Kartoprojo Sebagai Pinisepuh Taman Siswa