Sari 30 Julios 30 Informan Tambahan 1. Syarifuddin Lubis 55

86

5.2.3 Informan Tambahan 1. Syarifuddin Lubis 55

Bapak Syarifuddin Lubis adalah Kepala Desa Marindal I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

2. Sari 30

Anggota masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yaitu wanita yang sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, berpendidikan terakhir strata satu yang saat ini bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di salah satu instansi pemerintahan di Kota Medan.

2. Julios 30

Anggota masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yaitu laki-laki yang sudah menikah dan memiliki 1 orang anak, berpendidikan terakhir Diploma D3 yang saat ini bekerja sebagai karyawan di perusahaan asuransi swasta. Universitas Sumatera Utara 87 5.3Hasil Temuan Informan Kunci Biodata Orangtua Tunggal Informan 1 1. Nama : Isti 2. Tempat Lahir : Medan 3. Tanggal Lahir : 17 Juni 1965 4. Usia : 51 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Karo 7. Agama : Kristen Protestan 8. Pendidikan : D3 9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : 3 Orang a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian: Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut saya rumah tangga adalah suatu kumpulan terkecil di masyarakat dimana didalamnya terdapat ayah,ibu dan anak-anak. Walaupun informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan gugup,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai Universitas Sumatera Utara 88 sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Euumm.. bercerai sudah hampir tiga tahun yang lalu.” Informan menjawab dengan nada bicara yang perlahan, dan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Perceraian terjadi karena diakibatkan banyak faktor-faktor, diantaranya ialah faktor ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga, orang ketiga, sering terjadinya konflik, beda visi-misi, dan lain hal menurut saya.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya, ada.. secara singkat saya simpulkan, ya beda visi misi, seperti pendapat dan prinsip setelah menikah.” Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya saja. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Pandangan saya akan fenomena perceraian saat ini, saya pikir perceraian di jaman sekarang bukanlah merupakan hal yang tabu atau memalukan ya. Bila dibandingkan dengan jaman dulu masih dirasakan sangat tabu dan banyak rasa Universitas Sumatera Utara 89 malunya bila bercerai, tapi kalau sekarang orang-orang sudah semakin pintar dan memaklumi. Tidak cocok sedikit langsung bercerai. Euumm.., seperti menganggap pernikahan bukan sesuatu yang sakral. Bisa kita lihat fenomena yang seperti ini marak terjadi di kalangan artis.” Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang ia alami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum. b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan anak-anak saya setelah bercerai, saya bercerai itu sekitar tiga tahun lebih ya, sudah gak terasa terlalui. Pada saat itu anak-anak saya sempat kecewa dengan keinginan dan keputusan saya, jadi begitu saya resmi bercerai anak- anak saya tetap saya rangkul dan bimbing. Saya sebisa mungkin menjadi orangtua tunggal yang tetap mengajarkan hal-hal positif ke anak agar mereka tidak malu akan keadaan ini. Ya.. saya bersyukur, anak-anak tidak pernah merasa malu dan tidak kekurangan kasih sayang dari saya dan pihak keluarga yang lain semenjak perceraian saya.” Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan megutarakan perasaan Universitas Sumatera Utara 90 anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya rasa anak saya tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Mereka sudah pada besar-besar, dewasa. Mereka menerima-nerima saja keadaan orangtuanya.” Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik saja sepengetahuannya dan sebisa mungkin tetap memantau perkembangan kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan orangtua saya baik-baik saja, tidak ada masalah. Tidak pernah merasakan ketidaknyaman setelah saya bercerai. Orangtua saya terus memotivasi, selalu menerima keadaan saya selaku anaknya apa adanya.” Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya komunikasi yang terjalin semakin dipererat. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Hal positifnya kalau dibandingkan saat itu dengan sekarang adalah sekarang lebih tenang dalam artian tidak menjadi beban pikiran keluarga saya lagi dan beban mental bagi anak-anak saya. Rileks-rileks saja saya rasa menjalani keadaan.” Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana kehidupan yang baru dan lebih kondusif dari sebelum bercerai. Dengan begitu Universitas Sumatera Utara 91 perceraian memang salah satu pilihan terbaik menyelesaikan masalah dalam rumah tangga. c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan: Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan kehidupan keluarga saya setelah bercerai baik-baik saja, kami hidup sejahtera dan bahagia.” Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tidak ada dampak. Keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan saya baik-baik saja, kok pada saat itu hingga saat ini. Ya saya tetap berpacu untuk mencari rejeki demi anak-anak.” Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap stabil hingga saat ini dari sebelum memutuskan untuk bercerai. Universitas Sumatera Utara 92 Biodata Orangtua Tunggal Informan 2 1. Nama : Nesita 2. Tempat Lahir : Medan 3. Tanggal Lahir : 18 Maret 1975 4. Usia : 41 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Jawa 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : SMA 9. Pekerjaan : Pedagang 10. Jumlah Anak : 7 Orang a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian: Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut saya rumah tangga itu adalah susunan cerita kehidupan, ada anggota keluarga didalam. Anak,bapak,ibu. Walaupun informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan seadanya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ibu baru bercerai, tahun 2012 putusannya resmi bulan juli bercerai.” Universitas Sumatera Utara 93 Informan menjawab dengan informasi yang lengkap, dan mengatakan merupakan orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Semua orang tidak pernah menginginkan masalah di dalam rumah tangganya, bisa terjadi karena keiginan masing-masing.” Informan menjawab sesuai dengan yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya, tentu..Faktor orang ketiga. Ibu tidak mau dipoligami” Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang ingin disampaikannya. Dengan begitu, peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Pandangan ibu tentang fenomena perceraian, siapa saja bisa terkena musibah didalam rumah tangganya. Tidak asing kalau kita dengar kata cerai, karena semua tau ya arti cerai itu apa. Bercerai bukan sesuatu hal yang sepele, untuk itu perlu dimantapkan hati,pikirannya kalau mau memutuskan. Tidak karena hal kecil setitik minta talak.” Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan ekspresi serius dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang ia alami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui. Universitas Sumatera Utara 94 b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan anak-anak setelah bercerai, ibu bercerai itu keputusannya dulu itu bersama dengan keluarga juga dirundingkan,bertukar pikiran sama-sama. Sampai sekarang masih menjalani kegiatannya masing-masing seperti biasa. Mereka sudah banyak mengerti ibu rasa, baik-baik semua. Hal yang positif,nasehat itu pasti masih ibu arahkan dan selalu dijalankan.” Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan megutarakan perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Kalo perasaan ketidaknyamanan, Ibu rasa si bungsu ibu, Bayu. Tinggalnya disana, sama bapaknya mulai dari resmi cerai. Dengan begitu, informan mencoba menggali informasi ketidaknyamanan seperti apa yang dialami Bayu. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Lingkungannya tidak sama seperti dulu masih serumah, wong lain ibunya.” Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya yang lain menurutnya baik-baik saja sepengetahuannya selain Bayu dan tetap mengawasi kehidupan anak-anaknya. Kemudian peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika Universitas Sumatera Utara 95 resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Namun, ternyata orangtua Ibu Nesita sudah meninggal dunia sebelum perceraiannya dengan mantan suaminya. Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan semua anak-anaknya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya rasa peduli antara anggota keluarga semakin sering dinyatakan. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Hal positifnya mereka kalau dibandingkan saat itu dengan sekarang adalah lebih bijak menanggapi sesuatu hal dari orang.” Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenjadikan kedua belah pihak menjadi sama-sama tentram. c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan: Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan kehidupan keluarga setelah bercerai baik-baik saja, perubahan sedikit pasti ada terjadi. Salah satunya perubahan didalam rumah berubah mulai dari sikap anak-anak dirumah, pola hidupnya. Lebih mawas diri artinya tidak sembarang.” Universitas Sumatera Utara 96 Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya ada dampaknya. Keadaan ekonomi dulu kan masih ada tambahan. Kalau sekarang tidak lagi ada ya, hanya untuk anak-anak biayanya. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.” Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya masih berkondisi baik, tidak kekurangan dan masih tetap berusaha menafkahi anak-anaknya. Biodata Orangtua Tunggal Informan 3 1. Nama : Basir 2. Tempat Lahir : Solok 3. Tanggal Lahir : 14 September 1984 4. Usia : 32 Tahun 5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Suku : Jawa 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : S1 9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : 2 Orang Universitas Sumatera Utara 97 a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian: Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut saya rumah tangga itu adalah beberapa orang yang terkumpul yang didalamnya ada orangtua dan anak. Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan singkat. Kemudian dengan jawaban yang sederhana, informan menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Sudah dua tahun yang lalu.” Informan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Apa yang tidak bisa terjadi. apalagi perceraian, sudah lumrah terjadi bilamana ada masalah yang tidak lagi sepakat antara pasangan suami dan istri.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang sebab apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya, tentu.. Konflik dari orang ketiga, perzinahan.” Universitas Sumatera Utara 98 Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang ditanyakan peneliti. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Pandangan saya tentang fenomena perceraian, sangat disayangkan ketika janji dan sumpah pernikahan tidak bisa dijalankan sesuai agama. Selama perceraian menjadi jalan yang paling baik dan tidak menganggu kehidupan orang, menurut saya wajar saja. Ya walaupun, sebenarnya tidak baik dilakukan karena dampaknya sangat banyak buat anak. Menjalani hal yang terbaik saja.” Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan mempertimbangkan dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai dengan apa yang dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum. b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan anak-anak setelah bercerai, baik-baik saja. Anak-anak saya juga masih kecil, belum mengerti orangtuanya sudah bercerai. Cuma tau orangtuanya uda tidak sama lagi rumahnya, seperti itu.” Informan juga memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan megutarakan perasaan Universitas Sumatera Utara 99 anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tidak pernah. Mungkin nanti dijelaskan ketika mereka sudah bisa mengerti. Saat ini saya melihat masih seperti biasa saja, tidak ada keluhan.” Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik saja dan tetap terus memperhatikan kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tidak mengalami ketidaknyamanan. Orangtua saya baik-baik saja, hubungan saya dan keluarga mantan istri juga masih baik silahturahminya. Mereka menerima, keputusan perceraian semua juga mengetahui alasannya kenapa.” Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya komunikasinya semakin intens. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Hal positifnya buat anak-anak tidak ada. Kalau buat orangtua setelah saya bercerai, lebih tenang sekarang pikirannya kalau dulu banyak sekali yang mau diselesaikan untuk bercerai. Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana kehidupan yang baru dan lebih rumit buat saya walaupun kondisinya saat ini menjadi lebih kondusif dari sebelumnya bercerai dengan mantan istrinya. c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan: Universitas Sumatera Utara 100 Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan kehidupan keluarga setelah bercerai baik-baik saja, tapi tidak lagi sama dengan yang dulu. Ada jarak karena kita bukan suami istri lagi, hanya menjalankan fungsi masing-masing buat anak.” Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tidak ada dampak. “Keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan saya baik- baik saja. Pendapatan saya cukup, kondisi saya stabil.” Informan menjawab dengan apa adanya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap stabil hingga saat ini dari sebelum memutuskan untuk bercerai. Universitas Sumatera Utara 101 Biodata Orangtua Tunggal Informan 4 1. Nama : Riska 2. Tempat Lahir : Siantar 3. Tanggal Lahir : 14 Januari 1965 4. Usia : 51 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Jawa 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : SMA 9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : 4 Orang a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian: Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Rumah tangga itu menurut saya adalah sekumpulan anggota keluarga, ayah,ibu,anak yg berada dalam satu rumah. Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan pengetahuanny. Selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya bercerai tahun 2013.” Informan menjawab dengan suara yang pelan, dan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, Universitas Sumatera Utara 102 peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Perceraian bisa terjadi karena sudah tidak ada lagi keseimbangan, seia sekata, sehati,selaras dalam membina dan menjalani rumah tangga.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum singkat sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya, ada.. pertengkaran, cekcok hampir setiap hari selama dua tahun sebelum memutuskan bercerai. Kesalahan yang tidak lagi ditoleransi oleh hati.” Informan memberikan pernyataannya dengan gugup, walaupun begitu, tidak mempengaruhinya untuk menjawab hal selanjutnya yang ditanyakan peneliti kepada informan. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Pandangan saya tentang fenomena perceraian, siapa saja pasti memiliki masalah didalam rumah tangganya. Bukan lagi persoalan asing jika mendengar kata cerai di jaman ini. Sedapat mungkin dihindari walaupun suami dan istri sama-sama menginginkan bagaimana jalannya yang terbaik.” Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang dia ketahui dan dia rasakan sebagai orangtua tunggal akibat perceraian. Universitas Sumatera Utara 103 b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Anak-anak saya setelah bercerai keadaannya baik-baik saja, hanya saja ada kecewa kenapa orangtuanya bercerai. Tidak lagi bisa bertukar pikiran duduk bersama dengan kedua orangtua. Mereka sudah banyak mengerti ibu rasa, baik-baik semua.” Informan memaparkan hal-hal yang dilaluinya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan mengungkapkan perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tidak pernah. Mereka menerima, hanya perasaan sedikit kecewa dengan keputusan yang dilakukan orangtuanya.” Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik-baik saja, hanya memiliki perasaan kecewa dan kehilangan figur ayah di dalam rumah. Semampu mungkin tetap mengawasi dengan intens kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Awalnya terkejut dengan keputusan yang saya dan mantan suami lakukan, awal tahun 2012. Tetapi sekarang kondisi sudah berjalan baik-baik saja. Tidak Universitas Sumatera Utara 104 pernah merasa seperti tidak nyaman. Ya, menerima. Selalu memberi motivasi rohani,jasmani dari dulu hingga sekarang.” Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, hubungan di dalam keluarganya informan menjadi lebih sering dikunjungi oleh orangtuanya. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Hal positifnya bagi orangtua ibu tidak ada. Bagi anak-anak adalah saat ini semakin mengerti situasi dan kondisi.” Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana kehidupan yang berbeda dan lebih banyak tantangannya dibanding ketika hidup bersama dengan pasangan. c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan: Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Setelah bercerai keadaan baik-baik saja. Hubungan berkeluarga dengan mantan suami juga masih terjalin walaupun sudah bercerai.” Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: Universitas Sumatera Utara 105 “Ya ada dampaknya. Kalau sekarang hanya untuk anak-anak biayanya. Saya tetap bekerja untuk memiliki biaya hidup, kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.” Informan menjawab dengan ekspresi memelas, dan apa adanya sesuai dengan keadaannya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap baik dan dia berharap akan semakin baik lagi. Biodata Orangtua Tunggal Informan 5 1. Nama : Fitraina 2. Tempat Lahir : Pasar baru 3. Tanggal Lahir : 22 Oktober 1980 4. Usia : 36 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Mandailing 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : S1 9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : 1 Orang a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian: Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan Universitas Sumatera Utara 106 oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Rumah tangga adalah kumpulan orang yang terdiri dari ayah,ibu dan anak- anaknya. Informan menyatakan jawaban atas pertanyaan pertama peneliti dengan sederhana sesuai dengan yang diketahuinya. Kemudian menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya baru bercerai di tahun 2014 lalu.” Informan menjawab dengan singkat dan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tentu perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan keluarga manapun, mau golongan keluarga atas atau golongan keluarga bawah. Banyak hal yang membuat seseorang itu mantap untuk bercerai. Tidak lagi sejalanan dalam membina rumah tangga dengan baik.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya, ada.. kekerasan dalam berumahtangga.” Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya saja. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan Universitas Sumatera Utara 107 bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Pandangan saya tentang fenomena perceraian adalah hal biasa dilakukan didalam menyelesaikan persoalan rumah tangga yang tidak ada lagi titik temunya ketika didiskusikan bersama antara keluarga dan antara suami dengan istri. Siapa saja bisa terkena musibah didalam rumah tangganya. Persoalan bercerai bukan sesuatu hal yang sepele, untuk itu perlu diteguhkan hati, pikirannya kalau memang bulat niatnya memutuskan bercerai. Tidak karena hal kecil setitik minta cerai. Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang dialaminyasebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum. b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Anak saya masih satu dan bersama dengan saya. Keadaan anak saya sebelum-setelah saya bercerai tetap baik-baik saja. Tidak ada keluhan dan kendala di lingkungannya beraktivitas, belajar dan di tempat dia bermain.” Informan memberitahukan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan mengutarakan Universitas Sumatera Utara 108 perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya rasa anak saya tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Menerima keadaan orangtuanya yang tidak lagi hidup dan tinggal bersama.” Informan mengaku kondisi anaknya baik-baik saja dan selalu memantau perkembangan kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Setelah saya diputuskan resmi bercerai, keadaan orangtua saya baik dan sehat-sehat saja. Pernah mengalami ketidaknyamanan, ketidaknyamanannya orangtua, saya dijadikan bahan pembicaraan.” Informan memaparkan hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan orangtuanya. Pernyataan yang diberikan informan sebelumnya membuat peneliti memberikan pertanyaan berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak- anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Hal positifnya bagi orangtua tidak ada. Bagi anak saya, sekarang tidak lagi melihat saya menjadi korban kekerasan.” Menurut informan hasil dari putusan perceraiantidak membuatnya menjadi kecil hati dan putus asa di dalam menjalani kehidupannya sebagai orangtua tunggal. c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan: Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan Universitas Sumatera Utara 109 kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Setelah bercerai, keadaan kehidupan keluarga lebih baik. Pasti ada perubahan terjadinya. Hubungan berkeluarga dengan keluarga mantan suami juga masih baik silahturahminya.” Dengan begitu, kemudian peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya ada dampak di perekonomian keluarga. Biaya hidup semuanya hanya untuk anak dan juga masih ikut dinafkahi oleh ayahnya, terlepas dari penghasilan. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.” Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya informan tetap membiayai keperluan anaknya dan menjaga kesehatannya. Universitas Sumatera Utara 110 Biodata Orangtua Tunggal Informan 6 1. Nama : Moer 2. Tempat Lahir : Aceh 3. Tanggal Lahir : 23 September 1963 4. Usia : 53 Tahun 5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Suku : Jawa 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : D3 9. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil 10. Jumlah Anak : 3 Orang a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian: Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut saya, rumah tangga adalah tempat dimana ayah, ibu, anak ada dan hidup bersama. Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan sederhana,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Juli 2015 bercerai, delapan bulan yang lalu.” Informan menjawab dengan memberikan informasi yang lengkap dan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat Universitas Sumatera Utara 111 ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Perceraian bisa terjadi didalam kehidupan rumah tangga adalah karena tidak lagi seia,sekata,selaras didalam membinanya.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara singkat dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya, ada konflik.. saya simpulkan, ya karena orang ketiga.” Informan memberikan jawabannya dengan ringkas sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya saja. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Pandangan saya tentang fenomena perceraian, baik dilakukan dan tidak baik juga dilakukan dampaknya bagi anak semua. Permasalahan di rumah tangga siapa yang tidak ada. Suatu hal yang biasa saja terjadi di dalam kehidupan. Tidak baik juga hidup bersama tetapi masing-masing sama tidak nyaman didalamnya. Tidak perlu malu berkepanjangan karena sebelum memutuskan bercerai seseorang itu memantapkan diri dulu siap atau tidak menjalani kehidupan menjadi sosok orangtua tunggal. Tidak sembarang karena hal kecil setitik.” Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang ia alami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum. Universitas Sumatera Utara 112 b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan anak-anak setelah bercerai, kondisi mereka sampai saat ini masih baik-baik saja. Mereka juga tahu mengapa orangtuanya bercerai.” Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan megutarakan perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya rasa tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Sejauh ini belum pernah ada yang mengeluh, bersikap aneh ataupun menunjukkan rasa-rasa ketidaksukaannya setelah bercerai kepada orangtuanya. Masih menjalani aktivitas masing-masing dengan normal.” Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik-baik saja sepengetahuannya dan sebisa mungkin tetap memantau perkembangan kehidupan anak-anaknya di sela-sela pekerjaannya yg menyita banyak waktu dan membuat perhatiannya terbagi. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Orangtua Pak Moer sudah tidak ada. Informan memberitahu apa saja yang ditanyakan. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya komunikasi Universitas Sumatera Utara 113 yang terjalin semakin dipererat. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak- anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Anak-anak yang tinggal bersama saat ini terlihat lebih mandiri dari yang sebelumnya, itu positifnya bagi saya untuk anak-anak.” Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana kehidupan yang baru dan lebih kondusif dari sebelum bercerai. c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan: Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan kehidupan berkeluarga setelah bercerai baik-baik saja. Semuanya saling mengerti.” Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan setelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tidak ada dampak. Keadaan ekonomi, anak tidak banyak meminta tuntutan untuk biaya sehari-hari dan kondisi kesehatan saya baik-baik saja.” Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap stabil hingga saat ini dari sebelum memutuskan untuk bercerai. Universitas Sumatera Utara 114 Biodata Orangtua Tunggal Informan 7 1. Nama : Jojor 2. Tempat Lahir : Medan 3. Tanggal Lahir : 2 Februari 1976 4. Usia : 40 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Batak 7. Agama : Kristen 8. Pendidikan : S1 9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : 4 Orang a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian: Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut saya rumah tangga adalah sekelompok orang yang terdiri dari orangtua dan anak.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan yang diketahuinya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk tidak menjawab pertanyaan selanjutnya dengan lengkap mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Sekitar tujuh bulan yang lalu.” Universitas Sumatera Utara 115 Informan menjawab dengan seadanya, dan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Perceraian bisa saja terjadi karena apa saja yang bisa dijadikan konflik dan pertengkaran didalam kehidupan berumah tangga.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tentu ada.. konflik keluarga. Secara singkat saya simpulkan ya tidak seia,sekata lagi. Beda visi,misi.” Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya saja. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Pandangan saya tentang fenomena perceraian, siapa saja bisa terkena musibah didalam rumah tangganya. Baik mereka pasangan muda atau pasangan yang sudah lama membina rumah tangga. Tidak asing kalau kita dengar kata cerai, karena semua tau ya arti cerai itu apa. Benar tau rasanya bagaimana perceraian itu mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Sedapat mungkin ya dihindari untuk mengurangi angka perceraian. Universitas Sumatera Utara 116 Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang dialaminyasebagai orangtua tunggal akibat perceraian secara umum. b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan anak-anak setelah bercerai, kondisi dan keadaan mereka baik- baik saja. Mungkin ada perubahan yang dirasakan oleh mereka, saat ini hanya tinggal bersama saya.” Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan mengungkapkan perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Ya, mereka menerima keadaan orangtuanya. Mereka sudah besar dan dewasa, sudah sedikit banyak mengerti saya rasa.” Informan menyatakan kondisi anaknya baik-baik saja sepengetahuannya dan terus memantau kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: Universitas Sumatera Utara 117 “Orangtua saya baik dan sehat, selalu mendukung apa yang terbaik untuk saya dan keluarga. Mereka selalu menerima saya apa adanya dan bagaimana pun keadaannya. Tidak mengalami ketidaknyamanan” Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya komunikasi yang terjalin semakin sering terjadi. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Hal positifnya bagi anak, mereka kalau dibandingkan saat itu dengan sekarang adalah lebih tenang didalam menghadapi sesuatu hal dari orang. Hal positif bagi orangtua tidak ada.” Menurut informan hasil dari putusan perceraianmerupakan hasil yang terbaik yang harus dijalaninya saat ini, yang menciptakan suasana kehidupan yang berbeda baginya dan keluarganya. c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan: Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan kehidupan keluarga setelah bercerai sama seperti sebelum bercerai, baik-baik saja hanya saja ada perubahan sedikit. Salah satunya perubahan Universitas Sumatera Utara 118 didalam rumah, saya bukan lagi istri dan tidak lagi memiliki suami. Hubungan silahturahmi dengan keluarga yang lain juga baik.” Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya ada dampak. Keadaan ekonomi dulu masih ada suami. Kalau sekarang tidak lagi ada ya, jadi masih tetap bekerja untuk biaya dan keperluan saya dan anak- anak. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.” Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap dijaganya agar tidak kekurangan dan selalu berpola hidup sehat. Universitas Sumatera Utara 119 Informan Utama Biodata Anak Orangtua Tunggal Informan 1 1. Nama : Enreni 2. Tempat Lahir : Medan 3. Tanggal Lahir : 7 Juni 1994 4. Usia : 22 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Simalungun 7. Agama : Kristen 8. Pendidikan : S1 9. Pekerjaan : - 10. Jumlah Anak : - a. Mapping tentang pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal: Pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Orangtua tunggal menurut saya orangtua yang telah mengalami perpisahan dalam rumah tangga. Bisa dikarenakan meninggal atau dikarenakan bercerai dan menghidupi anak-anaknya.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan yang diketahuinya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk tidak menjawab pertanyaan selanjutnya dengan lengkap mengenai sudah berapa lama informan hidup bersama Universitas Sumatera Utara 120 dengan orangtuanya yang berstatus orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya tinggal bersama dengan orangtua sejak lahir sampai sekarang.” Informan menjawab dengan seadanya, dan mengatakan dia tinggal bersama dengan ibunya saat ini bersama dan adiknya, Marco setelah perceraian orangtuanya. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan apa dampak negatifnya baginya selaku anak yang orangtuanya mengalami perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Dampak negatifnya paling ya saya hanya sedikit merasa seperti ada yang kurang dalam keluarga. Kekurangan peranan ayah didalam berkehidupan yang terkadang membuat saya miris dengan diri saya sendiri tidak bisa merasakan peran ayah didalam hidup saya, walaupun hubungan saya dengan ayah saya tetap baik, memiliki beban mental tersendiri. Tapi itu bukan menjadi suatu hal yang menghambat saya untuk maju.” Informan menjawab menurut apa yang dia alami sesuai dengan yang terjadi. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang pendapatnya mengenai orangtua tunggal. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Orangtua tunggal itu adalah orangtua yang tangguh menurut saya. Tangguh dalam artian menghidupi anak-anaknya seorang diri, melengkapi kebutuhan apa yang kurang, menjadi sahabat buat anak-anaknya di kondisinya yang tanpa ada peran bantu dari pasangan hidupnya karena sudah bercerai.” Informan memberikan informasi sesuai dengan apa yang diketahui dan dialami juga dirasakannya. Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai orangtua tunggal dengan melihat dari berbagai jenis sebab, akibat dan faktor Universitas Sumatera Utara 121 penyebab jugadengan melihat keadaan orangtuanya, sesuai yang dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian. Biodata Orangtua Tunggal Informan 2 1. Nama : Gibran 2. Tempat Lahir : Binjai 3. Tanggal Lahir : 19 Agustus 1991 4. Usia : 25 Tahun 5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Suku : Jawa 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : S1 9. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil 10. Jumlah Anak : - a. Mapping tentang pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal: Pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal dapat di jabarkan sebagai berikut. Peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: ”Orangtua tunggal adalah orang yang tidak lagi memiliki pasangan hidup untuk mendampingi.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan yang diketahuinya dengan singkat,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk tidak menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan hidup Universitas Sumatera Utara 122 bersama dengan orangtuanya yang berstatus orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya tinggal bersama orangtua sejak lahir hingga sekolah menengah atas berusia 17 tahun sebelum bercerai. bercerai setahun sebelum saya kembali tinggal disini. Tinggal bersama tiga tahun setelah bercerai.” Informan menjawab dengan lengkap, dan mengatakan dia tinggal bersama dengan ibunya saat ini bersama dan ketiga adiknya Prinanti, Juani, Juana setelah perceraian orangtuanya. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan apa dampak negatifnya baginya selaku anak yang orangtuanya mengalami perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Dampak negatif yang saya rasakan memiliki orangtua tunggal dan kebetulan saya tinggal bersama ibu saya adalah saya tidak bisa merasakan peran ayah di keluarga, saya dituntut lebih dari adik saya yang perempuan semua yang ada, seolah-olah saya adalah pengganti sosok ayah dirumah ini.” Informan menjawab menurut apa yang dia alami sesuai dengan yang terjadi. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang pendapatnya mengenai orangtua tunggal. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Kalau menurut saya orangtua tunggal adalah orangtua yang hebat, dengan segala problematika dihidupnya, segala kecemasannya berjuang sendiri bertahan hidup untuk diri dan anak-anaknya tanpa ada pendamping, dengan berbagai gunjingan sana-sini. Orangtua tunggal bukan sosok pribadi yang kuat seperti yang terlihat. Mereka juga terkadang lemah, namanya juga manusia. Tetapi memang orangtua tunggal itu memang sosok yang cukup berani mengambil resiko untuk memutuskan hidup sendiri.” Universitas Sumatera Utara 123 Informan memberikan informasi sesuai dengan apa yang diketahuinya dan dialami, dilihat juga dirasakannya. Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai orangtua tunggal dengan melihat dari berbagai jenis sebab, akibat, dan faktor penyebab jugadengan melihat keadaan orangtuanya, sesuai yang dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian. Biodata Orangtua Tunggal Informan 3 1. Nama : Jofta 2. Tempat Lahir : Medan 3. Tanggal Lahir : 12 Januari 1986 4. Usia : 30 Tahun 5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Suku : Batak 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : S1 9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : - a. Mapping tentang pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal: Pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal dapat di jabarkan sebagai berikut. peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut saya, orangtua tunggal adalah pejuang kehidupan. Individu yang melakukan tugas ganda, baik sebagai ayah dan ibu.” Universitas Sumatera Utara 124 Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan versinya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk tidak menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan hidup bersama dengan orangtuanya yang berstatus orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Hingga saat ini dari sejak lahir tinggal bersama orangtua.” Informan menjawab pertanyaan yang diberikan, dan mengatakan dia tinggal bersama dengan ibunya saat ini bersama dan kedua adik perempuannya Dita, Shinta setelah perceraian orangtuanya. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan apa dampak negatifnya baginya selaku anak tertua yang orangtuanya mengalami perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Dampak negatif yang saya rasakan ketika ibu saya tidak lagi memiliki pasangan hidup untuk berbagi suka dan duka adalah saya tidak berasal dari keluarga yang utuh, yang mungkin orang ataupun lawan jenis saya menilai saya selaku anak korban perceraian adalah anak yang buruk dan akan bernasib sama dengan orangtua.” Informan menjawab menurut apa yang dia alami sesuai dengan yang terjadi. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang pendapatnya mengenai orangtua tunggal. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Pandangan saya mengenai orangtua tunggal, terkhususnya bagi ibu saya adalah orang yang luar biasa.. The best teacher in the world is mommy. Ibu harus menjalankan dua peran sekaligus yakni, berperan sebagai kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga dan berperan sebagai seorang ibu yang bertugas untuk mengurus semua kebutuhan keluarga serta Universitas Sumatera Utara 125 mendidik anak anaknya. Kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar seperti sandang, pangan,papan dan kebutuhan akan pendidikan juga sangat penting di zaman sekarang ini. Kesehatan dan tempat tinggal yang layak juga menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Sangatlah berat semua kebutuhan tersebut dipikul oleh seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal, apalagi di zaman sekarang semua kebutuhan yang terus meningkat.” Informan memberikan penjelasan secara panjang lebar sesuai dengan apa yang diketahui dan dialami juga dirasakannya di usianya yang juga sudah matang untuk membina sebuah rumah tangga. Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai orangtua tunggal dengan melihat dari berbagai jenis sebab, akibat dan faktor penyebab jugadengan melihat keadaan orangtuanya, sesuai yang dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian. Biodata Orangtua Tunggal Informan 4 1. Nama : Arta 2. Tempat Lahir : Kutacane 3. Tanggal Lahir : 10 April 1996 4. Usia : 20 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Jawa 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : Sedang berkuliah 9. Pekerjaan : - 10. Jumlah Anak : - Universitas Sumatera Utara 126 a. Mapping tentang pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal: Pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal dapat di paparkan sebagai berikut. Pertama peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “ Orangtua tunggal adalah kondisi dimana seorang ayah atau ibu yang memikul tugasnya sendiri sebagai kepala rumah rumah tangga sekaligus sebagai ibu rumah tangga.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sepengetahuannya saja,hal ini untuk memacu informan untuk menjawab pertanyaan selanjutnya dengan lengkap mengenai sudah berapa lama informan hidup bersama dengan orangtuanya yang berstatus orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tinggal bersama ayah dari sejak lahir hingga saat ini.” Informan menjawab dengan sederhana, dan mengatakan dia tinggal bersama dengan ayahnya saat ini bersama dan abangnya, Muhammad Fuad setelah perceraian orangtuanya. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan apa dampak negatifnya baginya selaku anak yang orangtuanya mengalami perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Dampak negatifnya bagi saya setelah orangtua saya bercerai adalah saya tidak melihat sosok ibu lagi setiap harinya secara langsung, tidak bisa mendapat kasih sayang dari ibu seperti dulu lagi sebelum bercerai, menjadi bersikap lebih tertutup ke orang lain.” Informan menjawab sesuai dengan yang terjadi. Peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang pendapatnya mengenai orangtua tunggal. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan: Universitas Sumatera Utara 127 “Orangtua tunggal menurut saya adalah orangtua yang rentan. Semua harus dilakukan dan diusahakan seorang diri tanpa ada pendamping yang membantu meringankan beban. Belum lagi mengatasi permasalahan yang lain-lain mungkin ada.” Informan memberikan informasi sesuai dengan apa yang diketahui dan dialami juga dirasakannya. Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai orangtua tunggal dengan melihat dari berbagai jenis sebab, akibat dan faktor penyebab jugadengan melihat keadaan orangtuanya, sesuai yang dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian. Biodata Orangtua Tunggal Informan 5 1. Nama : Winna 2. Tempat Lahir : Medan 3. Tanggal Lahir : 10 Desember 1996 4. Usia : 20 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Karo 7. Agama : Kristen 8. Pendidikan : Sedang berkuliah 9. Pekerjaan : - 10. Jumlah Anak : - a. Mapping tentang pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal: Pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan Universitas Sumatera Utara 128 memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Orangtua tunggal menurut saya orangtua yang berperan sebagai kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga karena mengalami perpisahan atau ditinggal meninggal yang mengharuskannya mengurusi anak seorang diri yang perannya merangkap menjadi ayah dan ibu.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan panjang lebar sesuai dengan yang diketahuinya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk tidak menjawab pertanyaan selanjutnya dengan lengkap mengenai sudah berapa lama informan hidup bersama dengan orangtuanya yang berstatus orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya hidup sama orangtua saya sekitar sepuluh tahun.” Informan menjawab dengan seadanya, dan mengatakan dia tinggal berdua bersama dengan ibunya saat ini setelah perceraian orangtuanya. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan apa dampak negatifnya baginya selaku anak yang orangtuanya mengalami perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Dampak negatifnya bagi saya, saya tidak merasakan kasih sayang kedua orangtua yang utuh, karena hidup berpisah. Tapi itu bukan jadi alasan saya untuk melakukan hal yang buruk. Bahkan saya bisa menjadi anak dengan jalan yang tidak melenceng, seperti anak-anak broken home lainnya. Menjadi anak korban perceraian juga memiliki anggapan yang buruk pada orang dan itu dampak yang saya sangat rasakan sekali, saya memiliki beban mental tersendiri ketika disinggung mengenai orangtua.” Universitas Sumatera Utara 129 Informan menjawab menurut apa yang dia alami sesuai dengan yang terjadi. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang pendapatnya mengenai orangtua tunggal. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut saya orangtua tunggal itu orangtua yang kuat, yang bisa menjalani hidup dan mengurus anak sendiri. Tanpa ada yang mendampingi. Dan bisa mendidik anak dan menafkahi anak seorang diri. Banyak anggapan yang buruk bagi wanita single parent, untuk itu saya merasa sangat salut dengan keberadaan ibu saya saat ini. Berjuang untuk anak-anaknya.” Informan memberikan informasi sesuai dengan apa yang diketahui dan dialami juga dirasakannya. Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai orangtua tunggal dengan melihat dari berbagai jenis sebab, akibat dan faktor penyebab jugadengan melihat keadaan orangtuanya, sesuai yang dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian. Universitas Sumatera Utara 130 Informan Tambahan Biodata Informan 1 1. Nama : Drs. Syarifuddin Lubis 2. Tempat Lahir : Medan 3. Tanggal Lahir : 20 Agustus 1961 4. Usia : 55 Tahun 5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Suku : Mandailing 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : S1 9. Pekerjaan : Kepala Desa 10. Jumlah Anak : 4 Orang a. Mapping tentang pengetahuan terhadap perceraian: Pengetahuan terhadap perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Perceraian adalah berakhirnya hubungan pasangan antara suami dan istri yang masing-masing pihak telah sepakat dan menjadikan hidupnya berpisah dalam waktu kurun tertentu atau bahkan selamanya yang statusnya secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan panjang lebar sesuai dengan yang diketahuinya menurut pengetahuannya. Dengan begitu, peneliti menanyakan pandangan informan mengenai perceraian yang terjadi di Dusun III B Universitas Sumatera Utara 131 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Berikut pemaparan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut pandangan saya mengenai perceraian yang terjadi di Dusun III B adalah sangat disayangkan sebuah rumah tangga yang dibangun harus berujung kepada talak. Pada dasarnya perceraian merugikan semua pihak,suatu kasus yang biasa saja terjadi dan terdengar dalam kehidupan. Namun ada ketertarikan pada sebuah kasus perceraian sehingga menyita banyak perhatian dari orang banyakpublik karena atas dasar keingintahuan orang lain tentang penyebab apa yang membuat suatu pasangan memutuskan untuk berpisah. Pernikahan tanpa cinta, pernikahan dinibelum siap secara mental,emosi,materi dan pernikahan campuran sebaiknya ya lebih baik dihindari supaya mengurangi angka perceraian yang terus meningkat yang sangat mempengaruhi kehidupan anak nantinya setelah bercerai.” Informan mengutarakan pandangannya dengan ringkas. Kemudian peneliti menanyakan dan meminta saran yang diperuntukkan bagi orang-orang yang ingin melakukan perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Bagi saya, orang-orang yang ingin melakukan perceraian adalah orang- orang yang sudah sangat memahami apa yang ingin dilakukan, diputuskan dan apa yang ingin dijalani dikehidupannya. Pernikahan itu tujuannya mulia, tujuan yang mulia itu seharusnya menjadi pegangan untuk melanjutkan kehidupan sesuai agama masing-masing. Semua menginginkan yang terbaik,maka jalanilah yang baik. Saran saya berdamailah terlebih dahulu dengan diri sendiri sebelum memutuskan untuk bercerai.” Informan memberikan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peneliti. Informan memandang fenomena perceraian seperti sudah menjadi salah satu hal yang biasa terjadi di kehidupan keluarga yang berkonflik. Universitas Sumatera Utara 132 Biodata Informan 2 1. Nama : Sari 2. Tempat Lahir : Medan 3. Tanggal Lahir : 28 September 1986 4. Usia : 30 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Jawa 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : S1 9. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil 10. Jumlah Anak : 2 Orang a. Mapping tentang pengetahuan terhadap perceraian: Pengetahuan terhadap perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut saya perceraian adalah putusnya ikatan perkawinan pada suatu pasangan sebagai akibat dari tidak bisa menjalankan status perannya sehingga salah satu diantaranya memutuskan untuk berpisah.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan yang diketahuinya, kemudian informan memaparkan pandangannya dengan lengkap menjawab pertanyaan selanjutnya yang ditanyakan peneliti mengenai perceraian yang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya. Berikut kutipan hasil wawancara peneliti dengan informan: Universitas Sumatera Utara 133 “Menurut pandangan saya mengenai perceraian adalah hal yang memalukan ya bagi keluarga kedua belah pihak yang bercerai karena sebelum dan sesudah itu pastinya menjadi bahan-bahan gunjingan orang sekitar, tentangga dan kerabat. Cukup banyak pasangan disini yang mengalami perceraian, saya prihatin dengan pasangan-pasangan yang tidak mempertimbangkan dengan baik sebelum memutuskan untuk berpisah. Tidak ada ya menurut saya tujuan menikah seseorang untuk bercerai, untuk itu apa salahnya suatu masalah atau konflik itu diselesaikan secara baik saja tanpa melalui proses perceraian.” Informan menjelaskan pandangannya dengan pemaparan yang singkat dan ringkas. Dengan begitu, peneliti kemudian menanyakan dan meminta saran informan bagi orang-orang yang ingin melakukan perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “ Saran saya bagi pasangan yang ingin melakukan perceraian adalah sebaiknya memutuskan berpisah bukan karena sebatas faktor ekonomi dan emosi sesaat. Sebagai orangtua tentunya memikirkan bagaimana dampaknya ke semua sisi kehidupan terkhususnya anak setelah bercerai. Sebagai suami dan istri sama-sama menjalani yang terbaik untuk keluarga.” Informan memberikan saran sesuai pengetahuannya yang juga memiliki kehidupan rumah tangga, sesuai dengan apa yang dilihat juga dirasakannya. Universitas Sumatera Utara 134 Biodata Informan 3 1. Nama : Julios 2. Tempat Lahir : Tanah Jawa 3. Tanggal Lahir : 24 November 1986 4. Usia : 30 Tanah 5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Suku : Batak 7. Agama : Katolik 8. Pendidikan : D3 9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : 1 Orang a. Mapping tentang pengetahuan terhadap perceraian: Pengetahuan terhadap perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Perceraian menurut pemahaman saya adalah terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai suami istri.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan versinya sesuai dengan yang diketahuinya, kemudian informan mengutarakan pandangannya dengan lengkap menjawab pertanyaan selanjutnya yang ditanyakan peneliti mengenai perceraian yang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya. Berikut kutipan hasil wawancara peneliti dengan informan: Universitas Sumatera Utara 135 “Pandangan saya mengenai kasus-kasus perceraian yang terjadi disini adalah saya sangat prihatin rumah tangga yang dibina berakhir dengan konflik ataupun masalah yang mungkin sebenarnya sepele namun menjadi besar. 50 tahun yang lalu perceraian itu sangat ditabukan. Tetapi seiring dengan perubahan jaman, dimana pergerakan manusia makin dinamis, pergaulan makin luas, perkembangan teknologi, maka sulit untuk mempertahankan tali pernikahan seumur hidup, sehingga mau tidak mau budaya perceraian akan menjadi bagian hidup dari manusia. Semua itu tergantung masing-masing pasangan bagaimana menjalani kehidupan rumah tangganya.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui sesuai dengan yang terjadi. Kemudian peneliti menanyakan dan meminta saran darinya bagi orang-orang yang ingin melakukan perceraian. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saran dari saya sebaiknya bukan karena paksaan dari orang lain ataupun bercerai karena masalah sepele. Tujuan pernikahan di semua agama baik adanya, sebagai manusia apa salahnya kita menjalani apa yang telah ditetapkan oleh agama.” Informan memberikan informasi dengan panjang lebar sesuai dengan apa yang ingin disampaikan olehnya. Informan memberikan pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari faktor penyebab dan dampak perceraian tersebut. Universitas Sumatera Utara 136 5.4 Analisis Data 5.4.1 Analisis Persepsi Orangtua Tunggal tentang Rumah Tangga Rumah tangga merupakan suatu oganisasi terkecil dalam masyarakat. Rumah tangga yang dibangun berdasarkan cinta sering menjadi suatu tolak ukur bahwa rumah tangga itu akan bahagia sampai akhir hayat. Namun, pada kenyataannya banyak fenomena perceraian terjadi di sekitar kita. Perceraian di dalam rumah tangga disebabkan oleh banyak faktor. Perbedaan pendapat atau visi dan misi dalam membangun rumah tangga sering menimbulkan cekcok yang hampir setiap hari antara suami dan istri. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan. Padahal, di dalam rumah tangga harus ada satu tujuan, satu pendapat. Hal ini membuktikan komunikasi yang tidak baik. Selain itu, kekerasan rumah tangga KDRT yang dilakukan suami atau istri terhadap pasangannya menjadi alasan perceraian. KDRT yang dialami ada yang berupa kekerasan fisik dan psikis. Adanya orang ketiga dalam rumah tangga merupakan satu faktor dalam kegagalan rumah tangga. Tidak didapatkannya perhatian, kasih sayang, diskomunikasi membuat salah satu pasangan mencari pemenuhan kebutuhan tersebut dari orang lain. Krisis keuangan di dalam rumah tangga merupakan faktor yang sering memicu timbulnya masalah-masalah baru di dalam rumah tangga. Faktor –faktor inilah yang membuat suami dan istri tidak dapat melanjutkan rumah tangganya dan mengambil keputusan untuk bercerai. Bagi orang tua tunggal bercerai merupakan jalan yang terbaik. Jika tidak bisa dipertahankan, lebih baik bercerai daripada harus hidup bersama tetapi saling menyakiti. Bercerai dengan pasangan bukanlah hal yang tabu menurut pandangan para orang tua tunggal ini. Universitas Sumatera Utara