Profil Informan Syarat - Syarat Perkawinan

III. PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN TAMBAHAN Kepala Desa Pemuka Desa, Masyarakat

A. Profil Informan

1. Nama : 2. Tempat Lahir : 3. Tanggal Lahir : 4. Usia : 5. Jenis Kelamin : 6. Suku : 7. Agama : 8. Pendidikan : 9. Pekerjaan : 10. Jumlah Anak :

B. Pengetahuan Terhadap Perceraian

1. Menurut anda, apa itu perceraian? 2. Bagaimana pandangan anda terhadap perceraian yang terjadi di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang 3. Apa saran dari anda bagi orang-orang yang ingin melakukan perceraian? Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Adi, Isbandi R. 2004. Psikologi Pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ahmadi, Abu.2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Astarhadi.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format – Format Kuantitatif dan Kualitatif.Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. DedyMulyana, 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi.Bandung : Remaja. Rosadakarya. Djamarah, Bahri, Syaiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam. Keluarga. Jakarta : PT.Rineka Cipta. Egelman, Wiliam. 2004. Pemahaman Keluarga. Jakarta: Pearson Education. Goode, William J. Sosiologi Keluarga. 2007. Jakarta: PT Bumi Aksara. Ihromi, T.O.2000. Pluralisme Hukum dan Masalah Perkawinan Campuran. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Kertamuda, Fatchiah E.2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia: Salemba Humanika. Moeleong, Lexy J. 2005.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja. Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Universitas Sumatera Utara Prawirohamidjojo, Soetojo. 2002. Pluralisme dalam perundang-undangan Perkawinan di Indonesia. Surabaya: Airlangga University Press. Cetakan ke III. Robins, Stephen P. Perilaku Organisasi. 2000. Jakarta: Salemba Siagian, Matias.2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: Grafindo Monoratama. Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung; PT. Refika Aditama. Suadah.2005. Sosiologi Keluarga.Malang: UMM Press 2003. Sudarsono.2000. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Suhendi, Hendi, WahyuRamdani. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung: Pustaka Setia. Suyanto, Bagong, dkk. 2008. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana. Sobur, Alex.20003. Psikologi Umum. Bandung: IKAPI Jawa Barat. Undang – Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Walgito, Bimo.2002. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: Andi Press. Walgito, Bimo.2003. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: Andi Press. Walgito, Bimo.2010. Bimbingan dan Konseling Perkawinan: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta. Universitas Sumatera Utara Sumber lain : http:digilib.uinsby.ac.id92745bab202.pdf, diakses pada tanggal 06 Februari 2016 pukul 09.24 WIB http:fyoonamyart.blogspot.com201210perceraian-definisi-faktor-penyebab.html, diakses pada tanggal 08 Februari 2016 Pukul 11:57 WIB http:health.kompas.comread20150630151500123Kasus.Perceraian.Meningkat, diakses pada tanggal 03 Februari 2016 pukul 19.20 WIB https:jojobafancech.wordpress.com-hukum-perkawinan, diakses pada tanggal 08 Februari 2016 Pukul 12.24 WIB http:kumpulan.infokeluargaperkawinan284.html, diakses pada tanggal 07 Februari 2016 pukul 15.51 WIB http:lib.unnes.ac.id59211203, diakses pada tanggal 05 Februari 2016 pukul 16.40 WIB http:luk.staff.ugm.ac.idaturUU1-1974Perkawinan.pdf, diakses pada tanggal 07 Februari 2016 pukul 20.18 WIB http:putusan.mahkamahagung.go.idpengadilanpn-lubuk- pakamperiodeputus,diakses pada tanggal 09 Februari 2016 pukul 20.40 WIB http:repository.usu.ac.idbitstream123456789194384Chapter20I, diakses pada tanggal 03 Februari 2016 pukul 16.59 WIB https:tommizhuo.wordpress.comyurisprudensi-hukum-keluarga-dan-hukum- perkawinan-perkawinan-menurut-uu-no-1-tahun-1974, diakses pada tanggal 05 Februari 2016 pukul 18.25 WIB http:www.bkkbn.go.idViewBerita.aspx?BeritaID=967, diakses pada tanggal 01 Februari pukul 12.39 WIB Universitas Sumatera Utara http:www.jurnalhukum.computusnya-perkawinan, diakses pada tanggal 09 Februari 2016 pukul 17.18 WIB http:www.kompasiana.compakcahdi-indonesia-40-perceraian-setiap- jam_54f357c07455137a2b6c7115, diakses pada tanggal 01 Februari pukul 12.39 WIB http:www.koran-sindo.comnews.php?r=5n=124date=2015-11-05, diakses pada tanggal 03 Februari 2016 pukul 19.45 WIB http:www.medanbisnisdaily.comnewsreadfenomena-perceraian, diakses pada tanggal 04 Februari 2016 pukul 17.57 WIB http:www.republika.co.idberitagaya-hidupparenting, diakses pada tanggal 06 Februari 2016 pukul 16.40 WIB http:www.republika.co.idberitanasionalumum141114nf0ij7-tingkat-perceraian indonesia-meningkat-setiap-tahun-ini-datanya, diakses pada tanggal 01 Februari 2016 pukul 20.20 WIB Universitas Sumatera Utara 59

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriftif dengan metode pendekatan kualitatif. Penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variable penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung Siagian, 2011:52. Pada penelitian kualitatif, penelitian dilakukan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian. Misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah Moeleong, 2014:6. Melalui penelitian ini, penulis ingin memberikan gambaran tentang bagaimana persepsi orangtua tunggal terhadap perceraian di Dusun III B kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena desa ini memiliki jumlah rumah tangga yang mengalami perceraian yabg banyak, belum ada yang meneliti mengenai persepsi orangtua tunggal terhadap perceraian di desa ini dan juga peneliti juga ingin mengetahui secara pasti bagaimana persepsi orangtua tunggal sebagai seseorang yang mengalami perceraian terhadap perceraian di Dusun III B Kecamatan Patumbak Universitas Sumatera Utara 60 Kabupaten Deli Serdang.

3.3 Unit Analisa dan Informan

3.3.1 Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian adalah satuan yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian Arikunto, 2002:121. Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah anggota masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yaitu keluarga yang mengalami perceraian. 3.3.2 Informan Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian Moleong, 2010:132. Jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Adapun orang-orang yang menjadi sumber informasi dari data penelitian ini selanjutnya disebut informan. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini, dibedakan menjadi 3 jenis yaitu : informan kunci, informan utama dan informan tambahan yang dapat mendukung penelitian. Maka dalam penelitian ini informan terbagi tiga, yaitu : a. Informan Kunci Informan kunci adalah orang yang paling memahami tentang permasalahan dari penelitian ini karena ia terlibat langsung dalam masalahnya. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah orang tua tunggalsingle parent yaitu janda atau duda yang bercerai karena keinginan atau putusan pengadilan bukan karena kematian di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yang telah mengalami perceraian sebanyak 7 orang. b. Informan Utama Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung didalam dalam Universitas Sumatera Utara 61 interaksi sosial yang ditelitiSuyanto dan Sutinah,2005:171-172. Yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah anak yang diasuh oleh orangtua tunggal di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang sebanyak 5 orang c. Informan Tambahan Informan tambahan adalah orang yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosialHendarso dalam Sutinah, 2005:171. Yang menjadi informan tambahan dalam penelitian ini sebanyak 3 orang, yaitu : • Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. • Masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang sebanyak 2 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan penelitian untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut: a. Penelitian Kepustakaan Library Research Penelitian Kepustakaan merupakan cara mengumpulkan data yang ada mengenai permasalahan dalam penelitian dengan mengolah berbagai sumber kepustakaan seperti buku ilmiah, makalah, media massa, media elektronik serta bentuk tulisan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Universitas Sumatera Utara 62 b. Penelitian Lapangan Penelitian lapangan merupakan pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun kelokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yang terdiri dari: 1. Metode pengamatan atau observasi yaitu teknik pengumpulan data yang mengharuskan si peneliti melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang ditelitinya untuk dapat melihat, mendengar, dan memahami gejala- gejala yang ada, sesuai dengan makna yang diberikan atau yang dipahami oleh masyarakat yang diteliti. 2. Wawancara mendalam yaitu percakapan tanya jawab yang dilakukan pengumpul data dengan informan memberikan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian Siagian, 2011:207.

3.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan, yang dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data, serta mendefinisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian Moeloeng, 2007:247. Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif, dimana analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai rumus- rumus tertentu, namun lebih ditujukan sebagai penelitian dekriptif. Hasil observasi Universitas Sumatera Utara 63 dan wawancara akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan, hingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian. Universitas Sumatera Utara 64

BAB IV DESKRIPSI LOKASI

4.1 Gambaran Umum Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

4.1.1 Sejarah Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu dari 12 dusun yang ada di Desa Marindal I Kecamatan Patumbak. Pada awalnya merupakan sebuah wilayah perkebunan hingga tahun 1980 sampai pada akhirnya hak guna usaha HGU PTP habis, maka desa ini berubah menjadi wilayah pemukiman. Jarak antara Desa Marindal I dengan Ibukota Kecamatan adalah ± 4,6 km, sedangkan ke Ibukota Kabupaten ± 20 km dan jarak ke Ibukota Provinsi ± 7 km. Desa ini merupakan suatu daerah dataran rendah yang saat ini dikenal sebagai desa perdagangan dan jasa dengan rata-rata ketinggian 4,5 m dari permukaan laut, dengan suhu rata-rata 37º C dan rata-rata curah hujan 2000 mmtahun. Hingga saat kini telah banyak perubahan dari struktur pembangunan jalan dan pembangunan sarana dan prasarana di Desa Marindal I.

4.1.2 Keadaan Geografi

Batas-batas Desa Marindal I : a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Harjosari II b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sigare-gareLantasan lamaDelitua c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Patumbak Kampung d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Suka Makmur Delitua Universitas Sumatera Utara 65

4.1.3 Keadaan Demografi

Dusun III B mempunyai jumlah penduduk sebanyak 30.721 jiwa yang terdiri dari 18.433 jiwa perempuan dan 12.288 jiwa laki-laki. Adapun komposisi penduduk dan distribusi penduduk di Dusun III B dapat dilihat berdasarkan umur, pekerjaan, pendidikan, dan agama yang masing-masing disajikan dalam tabel. 4.1.3a Umur Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan umur dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 4.1 Komposisi Penduduk BerdasarkanUmur No Umur Jumlah orang Persentase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0-5 6-11 12-17 18-23 24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54 ke atas 2790 2860 2577 3317 4184 2861 3514 2635 2730 3253 9,08 9,31 8,39 10,80 13,62 9,31 11,44 8,58 8,86 10,59 Jumlah 30721 100 Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016 Universitas Sumatera Utara 66 Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui mayoritas masyarakat Dusun III B berusia 24-29 tahun sebanyak 4184 orang 13,62. Masyarakat yang berada pada usia 36-41 tahun sebanyak 3514 orang 11,44, usia 18-23 tahun sebanyak 3317 orang 10,80, masyarakat yang berusia 54 tahun keatas sebanyak 3253 orang 10,59, usia 6-11 tahun sebanyak 2860 orang 9.31, usia 30-35 tahun sebanyak 2861 orang 9,31, usia 0-5 tahun sebanyak 2790 orang 9,08, usia 48-53 tahun sebanyak 2730 orang 8,86, masyarakat yang berusia 42-47 tahun sebanyak 2635 orang8,58. Minoritas masyarakat sebanyak 2577 orang 8,39 berusia 12-17 tahun. 4.1.3b Pekerjaan Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan pekerjaan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan No Jenis Pekerjaan Jumlah Orang 1 2 3 4 5 6 Pedagang PetaniBuruh Pegawai SwastaWiraswasta Pegawai Negeri Sipil PolisiABRI Pensiunan 131 90 246 124 187 110 Jumlah 888 Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016 Maju mundurnya suatu daerah tergantung pada sumber mata pencahariannya, dan untuk melihat keadaan ekonomi rumah tangga dapat dilihat dari mata Universitas Sumatera Utara 67 pencahariannya. Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang tidak ada yang mayoritas akan tetapi masih dalam tahap yang berimbang. Adapun yang menempati posisi teratas adalah pegawai swastawiraswasta sebanyak 246 jiwa, posisi kedua ditempati pegawai swasta sebanyak 187 jiwa. Meskipun dusun ini dikenal sebagai dusun perdagangan dan jasa, jumlah pedagang menempati posisi ketiga sebanyak 131 jiwa. Pedagang di pasar tersebut ada yang menggelar dagangnnya setiap hari, dan ada juga yang mingguan dikenal dengan sebutan pedagang mingguan yang hanya berdagang pada hari sabtu dan minggu. Disusul oleh pensiunan sebanyak 110 jiwa, dan posisi terakhir ditempati oleh petaniburuh sebanyak 90 jiwa. Sesuai dengan temuan penulis di lapangan, perceraian yang dilakukan di Pengadilan Agama maupun Pengadilan Negeri kebanyakan terjadi pada masyarakat yang mempunyai ekonomi golongan atas. Sedangkan masyarakat golongan bawah biasanya melakukan proses perceraian secara kekeluargaan karena keterbatasan dana untuk menjalankan proses perceraian secara resmi di pengadilan. Universitas Sumatera Utara 68 4.1.3c Pendidikan Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan pendidikan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah Persentase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Belum sekolah Usia 7-45 tidak pernah sekolah Pernah sekolah SD tapi tidak tamat Tamat SDsederajat SLTPsederajat SMAsederajat D-1 D-2 D-3 S-1 S-2 4131 4497 608 6648 5068 8322 245 301 463 353 85 13,45 14,64 1,98 21,64 16,50 27,09 0,80 0,98 1,51 1,15 0,27 Jumlah 30721 100 Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016 Pendidikan merupakan kunci dari keberhasilan dan kemajuan, melalui pendidikan maka manusia akan memiliki suatu pola berpikir dan sikap mental yang baik sehingga memungkinkan adanya pencapaian taraf hidup yang baik. Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui mayoritas masyarakat Dusun III B berpendidikan sampai tingkat sekolah menegah atas sebanyak 8322 orang 27,09, berpendidikan Universitas Sumatera Utara 69 sampai hanya tamat sekolah dasarsederajat sebanyak 6648 orang 21,64, berpendidikan sampai tamat sekolah menengah pertama sebanyak 5068 orang 16,50. Masyarakat berusia dari 7- 45 tahun tidak pernah bersekolah sebanyak 4497 orang 14,64, belum sekolah sebanyak 4131 orang 13,45, berpendidikan pernah sekolah di sekolah dasar tetapi tidak tamat sebanyak 608 1,98, berpendidikan hingga Diploma 3 sebanyak 463 orang 1,51, berpendidikan hingga Strata 1 sebanyak 353 orang 1,15, berpendidikan hingga Diploma 2 sebanyak 301 orang 0,98, berpendidikan hingga Diploma 1 sebanyak 245 orang 0,80, dan paling sedikit masyarakat yang berpendidikan hingga Strata 2 sebanyak 85 orang 0,27 di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Dari komposisi penduduk berdasarkan pendidikan yang telah disajikan pada tabel 4.3, tampak bahwasanya tingkat pendidikan masyarakat di Dusun III B termasuk kedalam kategori tinggi dimana terdapat persentase penduduk yang telah mendapatkan pendidikan hingga ke jenjang S2. Tentunya hal ini disebabkan karena masyarakat di Dusun III B menyadari akan pentingnya pendidikan. Dari tingkat ekonomi masyarakat di Dusun III B termasuk kedalam golongan ekonomi menengah. Sehingga dengan demikian, usaha-usaha untuk meningkatkan taraf pendidikan di Dusun III B terus diupayakan dalam penyediaan sarana ataupun prasarana pendidikan. Universitas Sumatera Utara 70 4.1.3d Agama Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan aggama dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama No Agama Jumlah 1 2 3 4 5 6 Islam Kristen Katolik Kristen Protestan Hindu Budha Konghucu 18360 3090 6180 1030 1534 527 Jumlah 30721 Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016 Masyarakat Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang termasuk masyarakat yang majemuk baik dari segi suku bangsa maupun dari segi agama. Mayoritas adalah suku Jawa, dalam agama terdapat pemeluk agama mayoritas yaitu agama Islam dengan jumlah 18360 orang berdasarkan tabel diatas, diikuti urutan kedua agama Kristen Protestan dengan jumlah orang 6180, agama Kristen Katolik sebanyak 3090 orang, agama Budha sebanyak 1534 orang, agama Hindu sebanyak 1030 orang dan minoritas agama Konghucu sebanyak 527 orang dari keseluruhan jumlah masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara 71

4.1.4 Sarana dan Prasarana

Fasilitas sarana dan prasarana merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi terciptanya pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Dengan terpenuhinya sarana dan prasarana dalam sebuah tatanan lingkungan masyarakat maka masyarakat sekitar akan lebih mudah dalam memenuhi segala tujuan dan rencana-rencananya. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada masing-masing tabel yang terdiri dari sarana peribadatan, prasarana kesehatan dan sarana transportasi: 4.1.4a Sarana Peribadatan Tabel 4.5 Sarana Peribadatan Di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang No Agama Jumlah 1 2 3 4 5 6 Islam Katolik Kristen Protestan Hindu Budha Konghucu 10 Mesjid 5 Musholla 2 Gereja 6 Gereja 1 Kuil 2 Klenteng 1 Litang Jumlah 28 Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.5 dapat diketahui jumlah sarana peribadatan yang paling banyak di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang adalah mesjid, hal ini dapat dimaklumi karena mayoritas menganut agama islam. Terdapat 6 gereja bagi masyarakat beragama kristen protestan, 2 gereja Universitas Sumatera Utara 72 bagi masyarakat beragama katolik, 2 klenteng bagi masyarakat beragama budha dan hanya 1 kuil dan 1 litang bagi masyarakat beragama Hindu dan Konghucu di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. 4.1.4b Prasarana Kesehatan Tabel 4.6 Prasarana Kesehatan Di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang No Agama Jumlah 1 2 3 Rumah Sakit Puskesmas Balai Pengobatan Umum BPU - 1 5 Jumlah 6 Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016 Masyarakat yang sehat merupakan sebuah indikator dalam melihat tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut. Untuk itu terpenuhinya fasilitas prasarana kesehatan akan mendukung bagi terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data yang disajikan di tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sarana kesehatan yang ada di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 1 buah Puskesmas, dan Balai Pengobatan Umum sebanyak 5 buah. Prasarana kesehatan di desa ini belum memadai jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Universitas Sumatera Utara 73 4.1.4c Sarana Transportasi Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang memiliki sarana transportasi yang baik. Selain memiliki kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil, bagi yang tidak memiliki kendaraan sendiri mereka dapat menggunakan angkutan umum daerah atau becak mesin yang ada di daerah ini. Angkutan umum yang ada pada desa ini antara lain Koperasi Pengangkutan Umum Medan KPUM dan Mitra.

4.2 Organisasi Sosial Tabel 4.7

Organisasi Sosial Di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang No Jenis Organisasi Sosial Anggota Fungsi 1 Serikat Tolong Menolong Orang-orang yang berada disekitaran tempat tinggal untuk dapat saling membantu Membantu penduduk yang terkena musibah, misalnya penyakit. Yang membutuhakan pengobatan dan atau sedang kemalangan 2 Perwiritan Khusus beragama Islam Menjalin persatuan dan kesatuan sesama umat Islam 3 Karang Taruna Muda-mudi di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Menjalin persatuan dan kesatuan antar muda mudi yang menjadi anggota Universitas Sumatera Utara 74 Berdasarkan data yang disajikan di tabel 4.7 dapat diketahui bahwa Dusun III B Kecamatan Patumbak memiliki beberapa organisasi sosial diantaranya Serikat Tolong Menolong STM yaitu organisasi masyarakat yang bersifat resmi dengan tujuan membantu penduduk yang mengalami musibah seperti sakit, meninggal dunia dan lain-lain. Pertolongan yang diberikan berupa materi yang jumlahnya sudah ditetapkan pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi. Kemudian perwiritan di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah organisasi yang bersifat keagamaan yang terbagi dua bagian yaitu perwiritan kaum bapak dan kaum ibu yang bertujuan untuk menjalin persatuan dan kesatuan sesama umat beragama Islam, dan karang taruna yaitu organisasi yang keanggotaanya terbuka bagi muda-mudi yang ada di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, bertujuan menjalin persatuan dan kesatuan antar muda mudi tanpa membedakan suku atau agama. Kegiatan organisasi ini adalah memberi bantuan bagi anggota, memeriahkan hari-hari besar nasional seperti 17 Agustus. Universitas Sumatera Utara 75

4.3 Struktur Pemerintahan Desa Marindal 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

Berikut merupakan susunan Pemerintahan Desa Desa Marindal 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang: Badan Permusyawaratan Desa : Drs.Burhanuddin Sitompul, MH Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa : Poge Juniardi SE, MH Kepala Desa : Drs.Syarifuddin Lubis Sekretaris Desa : Drs.Juliono Bendahara : Witriani Kepala Urusan Umum : Nurhamida Kepala Urusan Pemerintah : Mismanto Kepala Urusan Pembangunan : M.Romzi Kepala Dusun I : Tuono Kepala Dusun II : M Simanjuntak Kepala Dusun III A : Samio G.P Kepala Dusun III B : Sami Juhardi Hasim Kepala Dusun IV : Sahman Kepala Dusun V : Sutrisno Kepala Dusun VI : Agus Riswanto Universitas Sumatera Utara 76 Kepala Dusun VII : Tukiran Kepala Dusun VIII : Andi Gapta Kepala Dusun IX : Rasimin Kepala Dusun X : Erianto Kepala Dusun XI : Tular Keterangan: Kepala Urusan Umum mengurus SKTP, surat menikah; Kepala Urusan Pemerintah mengurus urusan tanah,organisasi dan pemuda; Kepala Urusan Pembangunan mengurus keadaan jalan, saluran air, saluran pembuangan. Universitas Sumatera Utara 77 Gambar 2.2 Bagan Struktur Pemerintahan Desa Marindal 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Drs. Burhanuddin Sitompul, MH Badan Permusyawaratan Desa BPD Drs. Syarifuddin Lubis Kepala Desa Poge Juniardi SE, MH Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa LKMD Drs. Juliono Sekretaris Desa M.Romzi Kepala Urusan Pembangunan Mismanto Kepala Urusan Pemerintah Nurhamida Kepala Urusan Umum Witriani Bendahara I II III A III B IV V VI VII VIII IX X XI Kepala Dusun Universitas Sumatera Utara 78

BAB V ANALISA DATA

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan melalui teknik wawancara mendalam, informan yang memenuhi syarat untuk dianalisis telah diwawancara. Informan pada penelitian ini berjumlah 15 orang, terdiri dari informan kunci berjumlah 7 orang, informan utama berjumlah 5 orang dan informan tambahan berjumlah 3 orang. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas data yang telah terkumpul dapat dilihat pada data yang telah dianalisis sebagai berikut: 5.1 Karakteristik Informan 5.1.1 Identitas Informan Kunci Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan Adapun data informan kunci pada tabel berikut ini: Tabel 5.1 Data Informan Kunci Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan No Nama Jenis Kelamin Usia Pendidikan Terakhir Pekerjaan Pendapatan 1 2 3 4 5 6 7 Isti Nesita Basir Riska Fitraina Moer Jojor Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan 51 42 32 51 36 53 40 D3 SMA S1 SMA S1 D3 S1 Wiraswasta Pedagang Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta PNS Wiraswasta 3.000.000 1.500.000 5.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 4.000.000 Sumber: Hasil Temuan Lapangan Tahun 2016 Universitas Sumatera Utara 79 Informan kunci keseluruhan berjumlah 7 orang, terdiri atas 5 orang informan bermata pencaharian sebagai wiraswasta dan 2 orang bukan wiraswasta. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pendapatan informan yang paling tinggi sebanyak 5.000.000. Hal ini merupakan salah satu faktor dominan terjadinya perceraian yaitu masalah ekonomi, tingginya biaya hidup sementara pemasukan rendah. 5.1.2 Identitas Informan Utama Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan Adapun data informan utama pada tabel berikut ini: Tabel 5.2 Data Informan Utama Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan No Nama Jenis Kelamin Usia Pendidikan Terakhir Pekerjaan Pendapatan 1 2 3 4 5 Enreni Gibran Jofta Arta Winna Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan 22 25 30 20 20 S1 S1 S1 SMA SMA - PNS Wiraswasta Mahasiswi Mahasiswi - 2.500.000 5.000.000 - - Sumber: Hasil Temuan Lapangan Tahun 2016 Informan utama berjumlah 5 orang dari jumlah keseluruhan orangtua tunggal yang dijadikan sebagai informan. Terdiri atas 3 orang informan berusia dibawah 24 tahun dan 2 orang berusia diatas 24 tahun. Informan utama merupakan anak dari anak orangtua tunggal di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara 80 5.1.3 Identitas Informan Tambahan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan Adapun data informan tambahan pada tabel berikut ini: Tabel 5.3 Data Informan Tambahan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan No Nama Jenis Kelamin Usia Pendidikan Terakhir Pekerjaan Pendapatan 1 2 3 Syarifuddin Lubis Sari Julios Laki-laki Perempuan Laki-laki 55 30 30 S1 S1 D3 Kepala Desa PNS Wiraswasta 2.000.000 2.500.000 3.000.000 Sumber: Hasil Temuan Lapangan Tahun 2016 Informan tambahan berjumlah 3 orang, yaitu Kepala Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, dan 2 informan yang merupakan masyarakat Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yang sudah menikah. Hal ini dimaksudkan karena dinilai informan memiliki pandangan, penilaian dan rencana tersendiri tentang rumah tangga. Universitas Sumatera Utara 81 5.2 Profil Informan 5.2.1 Informan Kunci

1. Isti 51

Ibu bernama panggilan Is, lahir di Medan pada 17 Juni 1965 bersuku Karo adalah ibu dari 3 orang anak, masing-masing bernama Gezka 27, Enreni 22, dan Marco 20 yang telah membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 1988 hingga pada akhirnya resmi bercerai pada tahun 2012. Kesibukan Ibu Isti setiap harinya yaitu mengurus usaha butik yang digelutinya semenjak bercerai sampai saat ini. Ibu Isti adalah seorang kristen yang aktif di berbagai kegiatan-kegiatan dengan kalangannya sebagai wanita. Tinggal bersama kedua anaknya Enreni dan Marco.

2. Nesita 42

Ibu bernama panggilan Ita, lahir di Medan pada 18 Maret 1974 bersuku Jawa adalah ibu dari 7 orang anak, masing-masing bernama Santun 29, Reski 27, Gibran 25, Prinanti 19, Juani 16, Juana 16 dan Bayu 12 yang telah membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 1985 hingga pada akhirnya memutuskan bercerai pada tahun 2012. Ibu Ita adalah seorang Islam. Tinggal bersama keempat anaknya Gibson, Prinanti, Juani dan Juana. Aktifitas keseharian yang dilakukan oleh Ibu Ita ialah setiap pagi berjualan sarapan pagi, gorengan dan kue-kue di depan rumahnya. Usaha yang sudah Ibu Ita lakukan sebelum bercerai untuk menambah pendapatan biaya hidup. Letak rumah Ibu Ita yang berada tepat di pinggir jalan sehingga banyak yang melewati dan melihat membuat usaha jualannya selalu habis sebelum siang. Universitas Sumatera Utara 82

3. Basir 32

Bapak bernama panggilan Sir, lahir di Solok pada 14 September 1984 bersuku Jawa adalah bapak dari 2 orang anak, masing-masing bernama Miracle 10 dan Axany 7 yang telah membina rumah tangga dengan mantan istrinya sejak tahun 2004 hingga akhirnya memutuskan bercerai pada tahun 2014. Pak Sir adalah seorang Islam. Aktifitas keseharian yang dilakukan oleh Pak Sir ialah setiap pagi pergi berangkat kerja di salah satu perusahaan swasta di bidang asuransi, hingga sore pulang dan tinggal bersama orangtua dari 2 tahun lalu pasca bercerai.

4. Riska 51

Ibu bernama panggilan Ika, lahir di Siantar pada 14 Januari 1965 bersuku Jawa adalah ibu dari 4 orang anak, masing-masing bernama Jofta 30, M. Rahman 26, Dita 22 dan Shinta 16 yang telah membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 1985 hingga pada akhirnya resmi bercerai pada tahun 2013. Tinggal bersama anaknya Jofta, Dita dan Shinta. Ibu Riska adalah seorang Islam. Kesibukan Ibu Ika setiap harinya yaitu bekerja di perusahaan swasta di bidang tekstil dari hari senin hingga jumat mulai dari tahun 1990 saat ibu ika berusia 25 tahun setelah menikah.

5. Fitraina 36

Ibu bernama panggilan fit, lahir di Pasar Baru pada 22 Oktober 1980 bersuku Mandailing adalah ibu dari 1 orang anak bernama Purnawira 14 yang telah membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 2001 hingga bercerai pada tahun 2014. Tinggal bersama dengan anaknya setelah resmi bercerai. Ibu Fitra Universitas Sumatera Utara 83 adalah seorang Islam. Kesibukan Ibu Fit setiap harinya yaitu bekerja di perusahaan kimia swasta di bidang obat-obatan.

6. Moer 53

Bapak bernama panggilan Moer lahir di Aceh pada 23 November 1963 bersuku Jawa adalah ayah dari 3 orang anak, masing-masing bernama M.Fuad 22, Arta 20 dan Witra 15 yang telah membina rumah tangga dengan mantan istrinya sejak tahun 1994 hingga bercerai pada tahun 2015 yang lalu. Tinggal bersama dengan anaknya M. Fuad dan Arta setelah resmi bercerai. Pak Moer adalah seorang Islam. Kesibukan Pak Moer setiap harinya yaitu bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di salah satu Instansi Pemerintahan.

7. Jojor 40

Ibu bernama panggilan jojor lahir di Medan pada 2 Februari 1976 bersuku Batak adalah ibu dari 4 orang anak, masing-masing bernama Israeli 29, Medina 26, Bintang 22 dan Winna 20 yang telah membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 1988 hingga bercerai pada tahun 2015. Tinggal bersama dengan anaknya Bintang dan Winna setelah resmi bercerai. Ibu Jojor adalah seorang Kristen. Kesibukan Ibu Jojor setiap harinya yaitu bekerja di perusahaan swasta di bidang penyedia jasa layanan. Universitas Sumatera Utara 84

5.2.2 Informan Utama 1. Enreni 22

Anak kedua Ibu Isti dari tiga bersaudara, lahir di Medan pada 7 Juni 1994 bersuku Simalungun dan beragama Kristen. Baru saja menyelesaikan pendidikan terakhir strata satu dari universitas swasta di medan. Saat ini kesibukan yang dijalani oleh Enreni adalah ikut membantu mengurus usaha butik Ibu Isti mengisi kekosongan waktu senggangnya.

2. Gibran 25

Anak ketiga Ibu Nesita dari tujuh bersaudara, lahir di Binjai pada 19 Agustus 1991 bersuku Jawa. Memiliki pendidikan terakhir strata satu dari universitas negeri di padang dan sudah bekerja sebagai pegawai negeri sipil di salah satu instansi pemerintahan di Kota Medan. Saat ini kesibukan yang dijalani oleh Gibran adalah setiap pagi berangkat kerja, ikut membantu sedikit biaya hidup dan sekolah adik- adiknya Prinanti,Juani dan Juana.

3. Jofta 30

Anak sulung Ibu Riska dari empat bersaudara, lahir di Medan pada 12 Januari 1986 bersuku Batak. Memiliki pendidikan terakhir strata satu dari universitas negeri di jawa barat dan sudah bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan swasta asing di Kota Medan. Saat ini kesibukan yang dijalani oleh Jofta adalah setiap pagi berangkat kerja, ikut membantu sedikit biaya hidup dan sekolah adik-adiknya Dita dan Shinta. Universitas Sumatera Utara 85

4. Arta 20

Anak kedua Pak Moer dari tiga bersaudara, lahir di Kutacane pada 10 April 1996 bersuku Jawa, memiliki pendidikan terakhir sekolah menengah atas. Saat ini kesibukan yang dijalani oleh Arta adalah mengikuti perkuliah tingkat empat di salah satu sekolah tinggi ekonomi swasta di Kota Medan.

5. Winna 20

Anak bungsu Ibu Jojor dari empat bersaudara, lahir di Medan pada 10 Desember 1996 bersuku Karo, memiliki pendidikan sekolah menegah atas. Saat ini kesibukan yang dijalani oleh Winna adalah mengikuti perkuliahan tingkat empat di salah satu universitas swasta di Kota Medan. Universitas Sumatera Utara 86

5.2.3 Informan Tambahan 1. Syarifuddin Lubis 55

Bapak Syarifuddin Lubis adalah Kepala Desa Marindal I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

2. Sari 30

Anggota masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yaitu wanita yang sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, berpendidikan terakhir strata satu yang saat ini bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di salah satu instansi pemerintahan di Kota Medan.

2. Julios 30

Anggota masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yaitu laki-laki yang sudah menikah dan memiliki 1 orang anak, berpendidikan terakhir Diploma D3 yang saat ini bekerja sebagai karyawan di perusahaan asuransi swasta. Universitas Sumatera Utara 87 5.3Hasil Temuan Informan Kunci Biodata Orangtua Tunggal Informan 1 1. Nama : Isti 2. Tempat Lahir : Medan 3. Tanggal Lahir : 17 Juni 1965 4. Usia : 51 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Karo 7. Agama : Kristen Protestan 8. Pendidikan : D3 9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : 3 Orang a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian: Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut saya rumah tangga adalah suatu kumpulan terkecil di masyarakat dimana didalamnya terdapat ayah,ibu dan anak-anak. Walaupun informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan gugup,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai Universitas Sumatera Utara 88 sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Euumm.. bercerai sudah hampir tiga tahun yang lalu.” Informan menjawab dengan nada bicara yang perlahan, dan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Perceraian terjadi karena diakibatkan banyak faktor-faktor, diantaranya ialah faktor ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga, orang ketiga, sering terjadinya konflik, beda visi-misi, dan lain hal menurut saya.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya, ada.. secara singkat saya simpulkan, ya beda visi misi, seperti pendapat dan prinsip setelah menikah.” Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya saja. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Pandangan saya akan fenomena perceraian saat ini, saya pikir perceraian di jaman sekarang bukanlah merupakan hal yang tabu atau memalukan ya. Bila dibandingkan dengan jaman dulu masih dirasakan sangat tabu dan banyak rasa Universitas Sumatera Utara 89 malunya bila bercerai, tapi kalau sekarang orang-orang sudah semakin pintar dan memaklumi. Tidak cocok sedikit langsung bercerai. Euumm.., seperti menganggap pernikahan bukan sesuatu yang sakral. Bisa kita lihat fenomena yang seperti ini marak terjadi di kalangan artis.” Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang ia alami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum. b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan anak-anak saya setelah bercerai, saya bercerai itu sekitar tiga tahun lebih ya, sudah gak terasa terlalui. Pada saat itu anak-anak saya sempat kecewa dengan keinginan dan keputusan saya, jadi begitu saya resmi bercerai anak- anak saya tetap saya rangkul dan bimbing. Saya sebisa mungkin menjadi orangtua tunggal yang tetap mengajarkan hal-hal positif ke anak agar mereka tidak malu akan keadaan ini. Ya.. saya bersyukur, anak-anak tidak pernah merasa malu dan tidak kekurangan kasih sayang dari saya dan pihak keluarga yang lain semenjak perceraian saya.” Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan megutarakan perasaan Universitas Sumatera Utara 90 anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya rasa anak saya tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Mereka sudah pada besar-besar, dewasa. Mereka menerima-nerima saja keadaan orangtuanya.” Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik saja sepengetahuannya dan sebisa mungkin tetap memantau perkembangan kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan orangtua saya baik-baik saja, tidak ada masalah. Tidak pernah merasakan ketidaknyaman setelah saya bercerai. Orangtua saya terus memotivasi, selalu menerima keadaan saya selaku anaknya apa adanya.” Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya komunikasi yang terjalin semakin dipererat. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Hal positifnya kalau dibandingkan saat itu dengan sekarang adalah sekarang lebih tenang dalam artian tidak menjadi beban pikiran keluarga saya lagi dan beban mental bagi anak-anak saya. Rileks-rileks saja saya rasa menjalani keadaan.” Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana kehidupan yang baru dan lebih kondusif dari sebelum bercerai. Dengan begitu Universitas Sumatera Utara 91 perceraian memang salah satu pilihan terbaik menyelesaikan masalah dalam rumah tangga. c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan: Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan kehidupan keluarga saya setelah bercerai baik-baik saja, kami hidup sejahtera dan bahagia.” Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tidak ada dampak. Keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan saya baik-baik saja, kok pada saat itu hingga saat ini. Ya saya tetap berpacu untuk mencari rejeki demi anak-anak.” Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap stabil hingga saat ini dari sebelum memutuskan untuk bercerai. Universitas Sumatera Utara 92 Biodata Orangtua Tunggal Informan 2 1. Nama : Nesita 2. Tempat Lahir : Medan 3. Tanggal Lahir : 18 Maret 1975 4. Usia : 41 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Jawa 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : SMA 9. Pekerjaan : Pedagang 10. Jumlah Anak : 7 Orang a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian: Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut saya rumah tangga itu adalah susunan cerita kehidupan, ada anggota keluarga didalam. Anak,bapak,ibu. Walaupun informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan seadanya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ibu baru bercerai, tahun 2012 putusannya resmi bulan juli bercerai.” Universitas Sumatera Utara 93 Informan menjawab dengan informasi yang lengkap, dan mengatakan merupakan orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Semua orang tidak pernah menginginkan masalah di dalam rumah tangganya, bisa terjadi karena keiginan masing-masing.” Informan menjawab sesuai dengan yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya, tentu..Faktor orang ketiga. Ibu tidak mau dipoligami” Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang ingin disampaikannya. Dengan begitu, peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Pandangan ibu tentang fenomena perceraian, siapa saja bisa terkena musibah didalam rumah tangganya. Tidak asing kalau kita dengar kata cerai, karena semua tau ya arti cerai itu apa. Bercerai bukan sesuatu hal yang sepele, untuk itu perlu dimantapkan hati,pikirannya kalau mau memutuskan. Tidak karena hal kecil setitik minta talak.” Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan ekspresi serius dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang ia alami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui. Universitas Sumatera Utara 94 b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan anak-anak setelah bercerai, ibu bercerai itu keputusannya dulu itu bersama dengan keluarga juga dirundingkan,bertukar pikiran sama-sama. Sampai sekarang masih menjalani kegiatannya masing-masing seperti biasa. Mereka sudah banyak mengerti ibu rasa, baik-baik semua. Hal yang positif,nasehat itu pasti masih ibu arahkan dan selalu dijalankan.” Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan megutarakan perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Kalo perasaan ketidaknyamanan, Ibu rasa si bungsu ibu, Bayu. Tinggalnya disana, sama bapaknya mulai dari resmi cerai. Dengan begitu, informan mencoba menggali informasi ketidaknyamanan seperti apa yang dialami Bayu. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Lingkungannya tidak sama seperti dulu masih serumah, wong lain ibunya.” Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya yang lain menurutnya baik-baik saja sepengetahuannya selain Bayu dan tetap mengawasi kehidupan anak-anaknya. Kemudian peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika Universitas Sumatera Utara 95 resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Namun, ternyata orangtua Ibu Nesita sudah meninggal dunia sebelum perceraiannya dengan mantan suaminya. Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan semua anak-anaknya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya rasa peduli antara anggota keluarga semakin sering dinyatakan. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Hal positifnya mereka kalau dibandingkan saat itu dengan sekarang adalah lebih bijak menanggapi sesuatu hal dari orang.” Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenjadikan kedua belah pihak menjadi sama-sama tentram. c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan: Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan kehidupan keluarga setelah bercerai baik-baik saja, perubahan sedikit pasti ada terjadi. Salah satunya perubahan didalam rumah berubah mulai dari sikap anak-anak dirumah, pola hidupnya. Lebih mawas diri artinya tidak sembarang.” Universitas Sumatera Utara 96 Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya ada dampaknya. Keadaan ekonomi dulu kan masih ada tambahan. Kalau sekarang tidak lagi ada ya, hanya untuk anak-anak biayanya. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.” Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya masih berkondisi baik, tidak kekurangan dan masih tetap berusaha menafkahi anak-anaknya. Biodata Orangtua Tunggal Informan 3 1. Nama : Basir 2. Tempat Lahir : Solok 3. Tanggal Lahir : 14 September 1984 4. Usia : 32 Tahun 5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Suku : Jawa 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : S1 9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : 2 Orang Universitas Sumatera Utara 97 a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian: Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut saya rumah tangga itu adalah beberapa orang yang terkumpul yang didalamnya ada orangtua dan anak. Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan singkat. Kemudian dengan jawaban yang sederhana, informan menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Sudah dua tahun yang lalu.” Informan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Apa yang tidak bisa terjadi. apalagi perceraian, sudah lumrah terjadi bilamana ada masalah yang tidak lagi sepakat antara pasangan suami dan istri.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang sebab apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya, tentu.. Konflik dari orang ketiga, perzinahan.” Universitas Sumatera Utara 98 Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang ditanyakan peneliti. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Pandangan saya tentang fenomena perceraian, sangat disayangkan ketika janji dan sumpah pernikahan tidak bisa dijalankan sesuai agama. Selama perceraian menjadi jalan yang paling baik dan tidak menganggu kehidupan orang, menurut saya wajar saja. Ya walaupun, sebenarnya tidak baik dilakukan karena dampaknya sangat banyak buat anak. Menjalani hal yang terbaik saja.” Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan mempertimbangkan dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai dengan apa yang dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum. b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan anak-anak setelah bercerai, baik-baik saja. Anak-anak saya juga masih kecil, belum mengerti orangtuanya sudah bercerai. Cuma tau orangtuanya uda tidak sama lagi rumahnya, seperti itu.” Informan juga memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan megutarakan perasaan Universitas Sumatera Utara 99 anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tidak pernah. Mungkin nanti dijelaskan ketika mereka sudah bisa mengerti. Saat ini saya melihat masih seperti biasa saja, tidak ada keluhan.” Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik saja dan tetap terus memperhatikan kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tidak mengalami ketidaknyamanan. Orangtua saya baik-baik saja, hubungan saya dan keluarga mantan istri juga masih baik silahturahminya. Mereka menerima, keputusan perceraian semua juga mengetahui alasannya kenapa.” Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya komunikasinya semakin intens. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Hal positifnya buat anak-anak tidak ada. Kalau buat orangtua setelah saya bercerai, lebih tenang sekarang pikirannya kalau dulu banyak sekali yang mau diselesaikan untuk bercerai. Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana kehidupan yang baru dan lebih rumit buat saya walaupun kondisinya saat ini menjadi lebih kondusif dari sebelumnya bercerai dengan mantan istrinya. c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan: Universitas Sumatera Utara 100 Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan kehidupan keluarga setelah bercerai baik-baik saja, tapi tidak lagi sama dengan yang dulu. Ada jarak karena kita bukan suami istri lagi, hanya menjalankan fungsi masing-masing buat anak.” Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tidak ada dampak. “Keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan saya baik- baik saja. Pendapatan saya cukup, kondisi saya stabil.” Informan menjawab dengan apa adanya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap stabil hingga saat ini dari sebelum memutuskan untuk bercerai. Universitas Sumatera Utara 101 Biodata Orangtua Tunggal Informan 4 1. Nama : Riska 2. Tempat Lahir : Siantar 3. Tanggal Lahir : 14 Januari 1965 4. Usia : 51 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Jawa 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : SMA 9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : 4 Orang a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian: Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Rumah tangga itu menurut saya adalah sekumpulan anggota keluarga, ayah,ibu,anak yg berada dalam satu rumah. Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan pengetahuanny. Selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya bercerai tahun 2013.” Informan menjawab dengan suara yang pelan, dan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, Universitas Sumatera Utara 102 peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Perceraian bisa terjadi karena sudah tidak ada lagi keseimbangan, seia sekata, sehati,selaras dalam membina dan menjalani rumah tangga.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum singkat sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya, ada.. pertengkaran, cekcok hampir setiap hari selama dua tahun sebelum memutuskan bercerai. Kesalahan yang tidak lagi ditoleransi oleh hati.” Informan memberikan pernyataannya dengan gugup, walaupun begitu, tidak mempengaruhinya untuk menjawab hal selanjutnya yang ditanyakan peneliti kepada informan. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Pandangan saya tentang fenomena perceraian, siapa saja pasti memiliki masalah didalam rumah tangganya. Bukan lagi persoalan asing jika mendengar kata cerai di jaman ini. Sedapat mungkin dihindari walaupun suami dan istri sama-sama menginginkan bagaimana jalannya yang terbaik.” Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang dia ketahui dan dia rasakan sebagai orangtua tunggal akibat perceraian. Universitas Sumatera Utara 103 b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Anak-anak saya setelah bercerai keadaannya baik-baik saja, hanya saja ada kecewa kenapa orangtuanya bercerai. Tidak lagi bisa bertukar pikiran duduk bersama dengan kedua orangtua. Mereka sudah banyak mengerti ibu rasa, baik-baik semua.” Informan memaparkan hal-hal yang dilaluinya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan mengungkapkan perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tidak pernah. Mereka menerima, hanya perasaan sedikit kecewa dengan keputusan yang dilakukan orangtuanya.” Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik-baik saja, hanya memiliki perasaan kecewa dan kehilangan figur ayah di dalam rumah. Semampu mungkin tetap mengawasi dengan intens kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Awalnya terkejut dengan keputusan yang saya dan mantan suami lakukan, awal tahun 2012. Tetapi sekarang kondisi sudah berjalan baik-baik saja. Tidak Universitas Sumatera Utara 104 pernah merasa seperti tidak nyaman. Ya, menerima. Selalu memberi motivasi rohani,jasmani dari dulu hingga sekarang.” Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, hubungan di dalam keluarganya informan menjadi lebih sering dikunjungi oleh orangtuanya. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Hal positifnya bagi orangtua ibu tidak ada. Bagi anak-anak adalah saat ini semakin mengerti situasi dan kondisi.” Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana kehidupan yang berbeda dan lebih banyak tantangannya dibanding ketika hidup bersama dengan pasangan. c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan: Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Setelah bercerai keadaan baik-baik saja. Hubungan berkeluarga dengan mantan suami juga masih terjalin walaupun sudah bercerai.” Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: Universitas Sumatera Utara 105 “Ya ada dampaknya. Kalau sekarang hanya untuk anak-anak biayanya. Saya tetap bekerja untuk memiliki biaya hidup, kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.” Informan menjawab dengan ekspresi memelas, dan apa adanya sesuai dengan keadaannya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap baik dan dia berharap akan semakin baik lagi. Biodata Orangtua Tunggal Informan 5 1. Nama : Fitraina 2. Tempat Lahir : Pasar baru 3. Tanggal Lahir : 22 Oktober 1980 4. Usia : 36 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Mandailing 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : S1 9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : 1 Orang a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian: Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan Universitas Sumatera Utara 106 oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Rumah tangga adalah kumpulan orang yang terdiri dari ayah,ibu dan anak- anaknya. Informan menyatakan jawaban atas pertanyaan pertama peneliti dengan sederhana sesuai dengan yang diketahuinya. Kemudian menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya baru bercerai di tahun 2014 lalu.” Informan menjawab dengan singkat dan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tentu perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan keluarga manapun, mau golongan keluarga atas atau golongan keluarga bawah. Banyak hal yang membuat seseorang itu mantap untuk bercerai. Tidak lagi sejalanan dalam membina rumah tangga dengan baik.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya, ada.. kekerasan dalam berumahtangga.” Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya saja. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan Universitas Sumatera Utara 107 bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Pandangan saya tentang fenomena perceraian adalah hal biasa dilakukan didalam menyelesaikan persoalan rumah tangga yang tidak ada lagi titik temunya ketika didiskusikan bersama antara keluarga dan antara suami dengan istri. Siapa saja bisa terkena musibah didalam rumah tangganya. Persoalan bercerai bukan sesuatu hal yang sepele, untuk itu perlu diteguhkan hati, pikirannya kalau memang bulat niatnya memutuskan bercerai. Tidak karena hal kecil setitik minta cerai. Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang dialaminyasebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum. b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Anak saya masih satu dan bersama dengan saya. Keadaan anak saya sebelum-setelah saya bercerai tetap baik-baik saja. Tidak ada keluhan dan kendala di lingkungannya beraktivitas, belajar dan di tempat dia bermain.” Informan memberitahukan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan mengutarakan Universitas Sumatera Utara 108 perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya rasa anak saya tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Menerima keadaan orangtuanya yang tidak lagi hidup dan tinggal bersama.” Informan mengaku kondisi anaknya baik-baik saja dan selalu memantau perkembangan kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Setelah saya diputuskan resmi bercerai, keadaan orangtua saya baik dan sehat-sehat saja. Pernah mengalami ketidaknyamanan, ketidaknyamanannya orangtua, saya dijadikan bahan pembicaraan.” Informan memaparkan hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan orangtuanya. Pernyataan yang diberikan informan sebelumnya membuat peneliti memberikan pertanyaan berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak- anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Hal positifnya bagi orangtua tidak ada. Bagi anak saya, sekarang tidak lagi melihat saya menjadi korban kekerasan.” Menurut informan hasil dari putusan perceraiantidak membuatnya menjadi kecil hati dan putus asa di dalam menjalani kehidupannya sebagai orangtua tunggal. c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan: Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan Universitas Sumatera Utara 109 kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Setelah bercerai, keadaan kehidupan keluarga lebih baik. Pasti ada perubahan terjadinya. Hubungan berkeluarga dengan keluarga mantan suami juga masih baik silahturahminya.” Dengan begitu, kemudian peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya ada dampak di perekonomian keluarga. Biaya hidup semuanya hanya untuk anak dan juga masih ikut dinafkahi oleh ayahnya, terlepas dari penghasilan. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.” Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya informan tetap membiayai keperluan anaknya dan menjaga kesehatannya. Universitas Sumatera Utara 110 Biodata Orangtua Tunggal Informan 6 1. Nama : Moer 2. Tempat Lahir : Aceh 3. Tanggal Lahir : 23 September 1963 4. Usia : 53 Tahun 5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Suku : Jawa 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : D3 9. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil 10. Jumlah Anak : 3 Orang a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian: Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut saya, rumah tangga adalah tempat dimana ayah, ibu, anak ada dan hidup bersama. Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan sederhana,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Juli 2015 bercerai, delapan bulan yang lalu.” Informan menjawab dengan memberikan informasi yang lengkap dan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat Universitas Sumatera Utara 111 ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Perceraian bisa terjadi didalam kehidupan rumah tangga adalah karena tidak lagi seia,sekata,selaras didalam membinanya.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara singkat dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya, ada konflik.. saya simpulkan, ya karena orang ketiga.” Informan memberikan jawabannya dengan ringkas sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya saja. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Pandangan saya tentang fenomena perceraian, baik dilakukan dan tidak baik juga dilakukan dampaknya bagi anak semua. Permasalahan di rumah tangga siapa yang tidak ada. Suatu hal yang biasa saja terjadi di dalam kehidupan. Tidak baik juga hidup bersama tetapi masing-masing sama tidak nyaman didalamnya. Tidak perlu malu berkepanjangan karena sebelum memutuskan bercerai seseorang itu memantapkan diri dulu siap atau tidak menjalani kehidupan menjadi sosok orangtua tunggal. Tidak sembarang karena hal kecil setitik.” Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang ia alami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum. Universitas Sumatera Utara 112 b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan anak-anak setelah bercerai, kondisi mereka sampai saat ini masih baik-baik saja. Mereka juga tahu mengapa orangtuanya bercerai.” Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan megutarakan perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya rasa tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Sejauh ini belum pernah ada yang mengeluh, bersikap aneh ataupun menunjukkan rasa-rasa ketidaksukaannya setelah bercerai kepada orangtuanya. Masih menjalani aktivitas masing-masing dengan normal.” Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik-baik saja sepengetahuannya dan sebisa mungkin tetap memantau perkembangan kehidupan anak-anaknya di sela-sela pekerjaannya yg menyita banyak waktu dan membuat perhatiannya terbagi. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Orangtua Pak Moer sudah tidak ada. Informan memberitahu apa saja yang ditanyakan. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya komunikasi Universitas Sumatera Utara 113 yang terjalin semakin dipererat. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak- anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Anak-anak yang tinggal bersama saat ini terlihat lebih mandiri dari yang sebelumnya, itu positifnya bagi saya untuk anak-anak.” Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana kehidupan yang baru dan lebih kondusif dari sebelum bercerai. c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan: Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan kehidupan berkeluarga setelah bercerai baik-baik saja. Semuanya saling mengerti.” Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan setelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tidak ada dampak. Keadaan ekonomi, anak tidak banyak meminta tuntutan untuk biaya sehari-hari dan kondisi kesehatan saya baik-baik saja.” Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap stabil hingga saat ini dari sebelum memutuskan untuk bercerai. Universitas Sumatera Utara 114 Biodata Orangtua Tunggal Informan 7 1. Nama : Jojor 2. Tempat Lahir : Medan 3. Tanggal Lahir : 2 Februari 1976 4. Usia : 40 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Batak 7. Agama : Kristen 8. Pendidikan : S1 9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : 4 Orang a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian: Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut saya rumah tangga adalah sekelompok orang yang terdiri dari orangtua dan anak.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan yang diketahuinya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk tidak menjawab pertanyaan selanjutnya dengan lengkap mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Sekitar tujuh bulan yang lalu.” Universitas Sumatera Utara 115 Informan menjawab dengan seadanya, dan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Perceraian bisa saja terjadi karena apa saja yang bisa dijadikan konflik dan pertengkaran didalam kehidupan berumah tangga.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tentu ada.. konflik keluarga. Secara singkat saya simpulkan ya tidak seia,sekata lagi. Beda visi,misi.” Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya saja. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Pandangan saya tentang fenomena perceraian, siapa saja bisa terkena musibah didalam rumah tangganya. Baik mereka pasangan muda atau pasangan yang sudah lama membina rumah tangga. Tidak asing kalau kita dengar kata cerai, karena semua tau ya arti cerai itu apa. Benar tau rasanya bagaimana perceraian itu mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Sedapat mungkin ya dihindari untuk mengurangi angka perceraian. Universitas Sumatera Utara 116 Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang dialaminyasebagai orangtua tunggal akibat perceraian secara umum. b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan anak-anak setelah bercerai, kondisi dan keadaan mereka baik- baik saja. Mungkin ada perubahan yang dirasakan oleh mereka, saat ini hanya tinggal bersama saya.” Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan mengungkapkan perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Ya, mereka menerima keadaan orangtuanya. Mereka sudah besar dan dewasa, sudah sedikit banyak mengerti saya rasa.” Informan menyatakan kondisi anaknya baik-baik saja sepengetahuannya dan terus memantau kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: Universitas Sumatera Utara 117 “Orangtua saya baik dan sehat, selalu mendukung apa yang terbaik untuk saya dan keluarga. Mereka selalu menerima saya apa adanya dan bagaimana pun keadaannya. Tidak mengalami ketidaknyamanan” Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya komunikasi yang terjalin semakin sering terjadi. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Hal positifnya bagi anak, mereka kalau dibandingkan saat itu dengan sekarang adalah lebih tenang didalam menghadapi sesuatu hal dari orang. Hal positif bagi orangtua tidak ada.” Menurut informan hasil dari putusan perceraianmerupakan hasil yang terbaik yang harus dijalaninya saat ini, yang menciptakan suasana kehidupan yang berbeda baginya dan keluarganya. c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan: Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Keadaan kehidupan keluarga setelah bercerai sama seperti sebelum bercerai, baik-baik saja hanya saja ada perubahan sedikit. Salah satunya perubahan Universitas Sumatera Utara 118 didalam rumah, saya bukan lagi istri dan tidak lagi memiliki suami. Hubungan silahturahmi dengan keluarga yang lain juga baik.” Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya ada dampak. Keadaan ekonomi dulu masih ada suami. Kalau sekarang tidak lagi ada ya, jadi masih tetap bekerja untuk biaya dan keperluan saya dan anak- anak. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.” Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap dijaganya agar tidak kekurangan dan selalu berpola hidup sehat. Universitas Sumatera Utara 119 Informan Utama Biodata Anak Orangtua Tunggal Informan 1 1. Nama : Enreni 2. Tempat Lahir : Medan 3. Tanggal Lahir : 7 Juni 1994 4. Usia : 22 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Simalungun 7. Agama : Kristen 8. Pendidikan : S1 9. Pekerjaan : - 10. Jumlah Anak : - a. Mapping tentang pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal: Pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Orangtua tunggal menurut saya orangtua yang telah mengalami perpisahan dalam rumah tangga. Bisa dikarenakan meninggal atau dikarenakan bercerai dan menghidupi anak-anaknya.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan yang diketahuinya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk tidak menjawab pertanyaan selanjutnya dengan lengkap mengenai sudah berapa lama informan hidup bersama Universitas Sumatera Utara 120 dengan orangtuanya yang berstatus orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya tinggal bersama dengan orangtua sejak lahir sampai sekarang.” Informan menjawab dengan seadanya, dan mengatakan dia tinggal bersama dengan ibunya saat ini bersama dan adiknya, Marco setelah perceraian orangtuanya. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan apa dampak negatifnya baginya selaku anak yang orangtuanya mengalami perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Dampak negatifnya paling ya saya hanya sedikit merasa seperti ada yang kurang dalam keluarga. Kekurangan peranan ayah didalam berkehidupan yang terkadang membuat saya miris dengan diri saya sendiri tidak bisa merasakan peran ayah didalam hidup saya, walaupun hubungan saya dengan ayah saya tetap baik, memiliki beban mental tersendiri. Tapi itu bukan menjadi suatu hal yang menghambat saya untuk maju.” Informan menjawab menurut apa yang dia alami sesuai dengan yang terjadi. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang pendapatnya mengenai orangtua tunggal. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Orangtua tunggal itu adalah orangtua yang tangguh menurut saya. Tangguh dalam artian menghidupi anak-anaknya seorang diri, melengkapi kebutuhan apa yang kurang, menjadi sahabat buat anak-anaknya di kondisinya yang tanpa ada peran bantu dari pasangan hidupnya karena sudah bercerai.” Informan memberikan informasi sesuai dengan apa yang diketahui dan dialami juga dirasakannya. Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai orangtua tunggal dengan melihat dari berbagai jenis sebab, akibat dan faktor Universitas Sumatera Utara 121 penyebab jugadengan melihat keadaan orangtuanya, sesuai yang dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian. Biodata Orangtua Tunggal Informan 2 1. Nama : Gibran 2. Tempat Lahir : Binjai 3. Tanggal Lahir : 19 Agustus 1991 4. Usia : 25 Tahun 5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Suku : Jawa 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : S1 9. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil 10. Jumlah Anak : - a. Mapping tentang pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal: Pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal dapat di jabarkan sebagai berikut. Peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: ”Orangtua tunggal adalah orang yang tidak lagi memiliki pasangan hidup untuk mendampingi.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan yang diketahuinya dengan singkat,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk tidak menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan hidup Universitas Sumatera Utara 122 bersama dengan orangtuanya yang berstatus orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya tinggal bersama orangtua sejak lahir hingga sekolah menengah atas berusia 17 tahun sebelum bercerai. bercerai setahun sebelum saya kembali tinggal disini. Tinggal bersama tiga tahun setelah bercerai.” Informan menjawab dengan lengkap, dan mengatakan dia tinggal bersama dengan ibunya saat ini bersama dan ketiga adiknya Prinanti, Juani, Juana setelah perceraian orangtuanya. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan apa dampak negatifnya baginya selaku anak yang orangtuanya mengalami perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Dampak negatif yang saya rasakan memiliki orangtua tunggal dan kebetulan saya tinggal bersama ibu saya adalah saya tidak bisa merasakan peran ayah di keluarga, saya dituntut lebih dari adik saya yang perempuan semua yang ada, seolah-olah saya adalah pengganti sosok ayah dirumah ini.” Informan menjawab menurut apa yang dia alami sesuai dengan yang terjadi. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang pendapatnya mengenai orangtua tunggal. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Kalau menurut saya orangtua tunggal adalah orangtua yang hebat, dengan segala problematika dihidupnya, segala kecemasannya berjuang sendiri bertahan hidup untuk diri dan anak-anaknya tanpa ada pendamping, dengan berbagai gunjingan sana-sini. Orangtua tunggal bukan sosok pribadi yang kuat seperti yang terlihat. Mereka juga terkadang lemah, namanya juga manusia. Tetapi memang orangtua tunggal itu memang sosok yang cukup berani mengambil resiko untuk memutuskan hidup sendiri.” Universitas Sumatera Utara 123 Informan memberikan informasi sesuai dengan apa yang diketahuinya dan dialami, dilihat juga dirasakannya. Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai orangtua tunggal dengan melihat dari berbagai jenis sebab, akibat, dan faktor penyebab jugadengan melihat keadaan orangtuanya, sesuai yang dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian. Biodata Orangtua Tunggal Informan 3 1. Nama : Jofta 2. Tempat Lahir : Medan 3. Tanggal Lahir : 12 Januari 1986 4. Usia : 30 Tahun 5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Suku : Batak 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : S1 9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : - a. Mapping tentang pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal: Pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal dapat di jabarkan sebagai berikut. peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut saya, orangtua tunggal adalah pejuang kehidupan. Individu yang melakukan tugas ganda, baik sebagai ayah dan ibu.” Universitas Sumatera Utara 124 Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan versinya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk tidak menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan hidup bersama dengan orangtuanya yang berstatus orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Hingga saat ini dari sejak lahir tinggal bersama orangtua.” Informan menjawab pertanyaan yang diberikan, dan mengatakan dia tinggal bersama dengan ibunya saat ini bersama dan kedua adik perempuannya Dita, Shinta setelah perceraian orangtuanya. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan apa dampak negatifnya baginya selaku anak tertua yang orangtuanya mengalami perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Dampak negatif yang saya rasakan ketika ibu saya tidak lagi memiliki pasangan hidup untuk berbagi suka dan duka adalah saya tidak berasal dari keluarga yang utuh, yang mungkin orang ataupun lawan jenis saya menilai saya selaku anak korban perceraian adalah anak yang buruk dan akan bernasib sama dengan orangtua.” Informan menjawab menurut apa yang dia alami sesuai dengan yang terjadi. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang pendapatnya mengenai orangtua tunggal. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Pandangan saya mengenai orangtua tunggal, terkhususnya bagi ibu saya adalah orang yang luar biasa.. The best teacher in the world is mommy. Ibu harus menjalankan dua peran sekaligus yakni, berperan sebagai kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga dan berperan sebagai seorang ibu yang bertugas untuk mengurus semua kebutuhan keluarga serta Universitas Sumatera Utara 125 mendidik anak anaknya. Kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar seperti sandang, pangan,papan dan kebutuhan akan pendidikan juga sangat penting di zaman sekarang ini. Kesehatan dan tempat tinggal yang layak juga menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Sangatlah berat semua kebutuhan tersebut dipikul oleh seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal, apalagi di zaman sekarang semua kebutuhan yang terus meningkat.” Informan memberikan penjelasan secara panjang lebar sesuai dengan apa yang diketahui dan dialami juga dirasakannya di usianya yang juga sudah matang untuk membina sebuah rumah tangga. Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai orangtua tunggal dengan melihat dari berbagai jenis sebab, akibat dan faktor penyebab jugadengan melihat keadaan orangtuanya, sesuai yang dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian. Biodata Orangtua Tunggal Informan 4 1. Nama : Arta 2. Tempat Lahir : Kutacane 3. Tanggal Lahir : 10 April 1996 4. Usia : 20 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Jawa 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : Sedang berkuliah 9. Pekerjaan : - 10. Jumlah Anak : - Universitas Sumatera Utara 126 a. Mapping tentang pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal: Pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal dapat di paparkan sebagai berikut. Pertama peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “ Orangtua tunggal adalah kondisi dimana seorang ayah atau ibu yang memikul tugasnya sendiri sebagai kepala rumah rumah tangga sekaligus sebagai ibu rumah tangga.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sepengetahuannya saja,hal ini untuk memacu informan untuk menjawab pertanyaan selanjutnya dengan lengkap mengenai sudah berapa lama informan hidup bersama dengan orangtuanya yang berstatus orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tinggal bersama ayah dari sejak lahir hingga saat ini.” Informan menjawab dengan sederhana, dan mengatakan dia tinggal bersama dengan ayahnya saat ini bersama dan abangnya, Muhammad Fuad setelah perceraian orangtuanya. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan apa dampak negatifnya baginya selaku anak yang orangtuanya mengalami perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Dampak negatifnya bagi saya setelah orangtua saya bercerai adalah saya tidak melihat sosok ibu lagi setiap harinya secara langsung, tidak bisa mendapat kasih sayang dari ibu seperti dulu lagi sebelum bercerai, menjadi bersikap lebih tertutup ke orang lain.” Informan menjawab sesuai dengan yang terjadi. Peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang pendapatnya mengenai orangtua tunggal. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan: Universitas Sumatera Utara 127 “Orangtua tunggal menurut saya adalah orangtua yang rentan. Semua harus dilakukan dan diusahakan seorang diri tanpa ada pendamping yang membantu meringankan beban. Belum lagi mengatasi permasalahan yang lain-lain mungkin ada.” Informan memberikan informasi sesuai dengan apa yang diketahui dan dialami juga dirasakannya. Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai orangtua tunggal dengan melihat dari berbagai jenis sebab, akibat dan faktor penyebab jugadengan melihat keadaan orangtuanya, sesuai yang dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian. Biodata Orangtua Tunggal Informan 5 1. Nama : Winna 2. Tempat Lahir : Medan 3. Tanggal Lahir : 10 Desember 1996 4. Usia : 20 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Karo 7. Agama : Kristen 8. Pendidikan : Sedang berkuliah 9. Pekerjaan : - 10. Jumlah Anak : - a. Mapping tentang pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal: Pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan Universitas Sumatera Utara 128 memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Orangtua tunggal menurut saya orangtua yang berperan sebagai kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga karena mengalami perpisahan atau ditinggal meninggal yang mengharuskannya mengurusi anak seorang diri yang perannya merangkap menjadi ayah dan ibu.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan panjang lebar sesuai dengan yang diketahuinya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk tidak menjawab pertanyaan selanjutnya dengan lengkap mengenai sudah berapa lama informan hidup bersama dengan orangtuanya yang berstatus orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya hidup sama orangtua saya sekitar sepuluh tahun.” Informan menjawab dengan seadanya, dan mengatakan dia tinggal berdua bersama dengan ibunya saat ini setelah perceraian orangtuanya. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan apa dampak negatifnya baginya selaku anak yang orangtuanya mengalami perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Dampak negatifnya bagi saya, saya tidak merasakan kasih sayang kedua orangtua yang utuh, karena hidup berpisah. Tapi itu bukan jadi alasan saya untuk melakukan hal yang buruk. Bahkan saya bisa menjadi anak dengan jalan yang tidak melenceng, seperti anak-anak broken home lainnya. Menjadi anak korban perceraian juga memiliki anggapan yang buruk pada orang dan itu dampak yang saya sangat rasakan sekali, saya memiliki beban mental tersendiri ketika disinggung mengenai orangtua.” Universitas Sumatera Utara 129 Informan menjawab menurut apa yang dia alami sesuai dengan yang terjadi. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang pendapatnya mengenai orangtua tunggal. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut saya orangtua tunggal itu orangtua yang kuat, yang bisa menjalani hidup dan mengurus anak sendiri. Tanpa ada yang mendampingi. Dan bisa mendidik anak dan menafkahi anak seorang diri. Banyak anggapan yang buruk bagi wanita single parent, untuk itu saya merasa sangat salut dengan keberadaan ibu saya saat ini. Berjuang untuk anak-anaknya.” Informan memberikan informasi sesuai dengan apa yang diketahui dan dialami juga dirasakannya. Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai orangtua tunggal dengan melihat dari berbagai jenis sebab, akibat dan faktor penyebab jugadengan melihat keadaan orangtuanya, sesuai yang dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian. Universitas Sumatera Utara 130 Informan Tambahan Biodata Informan 1 1. Nama : Drs. Syarifuddin Lubis 2. Tempat Lahir : Medan 3. Tanggal Lahir : 20 Agustus 1961 4. Usia : 55 Tahun 5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Suku : Mandailing 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : S1 9. Pekerjaan : Kepala Desa 10. Jumlah Anak : 4 Orang a. Mapping tentang pengetahuan terhadap perceraian: Pengetahuan terhadap perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Perceraian adalah berakhirnya hubungan pasangan antara suami dan istri yang masing-masing pihak telah sepakat dan menjadikan hidupnya berpisah dalam waktu kurun tertentu atau bahkan selamanya yang statusnya secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan panjang lebar sesuai dengan yang diketahuinya menurut pengetahuannya. Dengan begitu, peneliti menanyakan pandangan informan mengenai perceraian yang terjadi di Dusun III B Universitas Sumatera Utara 131 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Berikut pemaparan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut pandangan saya mengenai perceraian yang terjadi di Dusun III B adalah sangat disayangkan sebuah rumah tangga yang dibangun harus berujung kepada talak. Pada dasarnya perceraian merugikan semua pihak,suatu kasus yang biasa saja terjadi dan terdengar dalam kehidupan. Namun ada ketertarikan pada sebuah kasus perceraian sehingga menyita banyak perhatian dari orang banyakpublik karena atas dasar keingintahuan orang lain tentang penyebab apa yang membuat suatu pasangan memutuskan untuk berpisah. Pernikahan tanpa cinta, pernikahan dinibelum siap secara mental,emosi,materi dan pernikahan campuran sebaiknya ya lebih baik dihindari supaya mengurangi angka perceraian yang terus meningkat yang sangat mempengaruhi kehidupan anak nantinya setelah bercerai.” Informan mengutarakan pandangannya dengan ringkas. Kemudian peneliti menanyakan dan meminta saran yang diperuntukkan bagi orang-orang yang ingin melakukan perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Bagi saya, orang-orang yang ingin melakukan perceraian adalah orang- orang yang sudah sangat memahami apa yang ingin dilakukan, diputuskan dan apa yang ingin dijalani dikehidupannya. Pernikahan itu tujuannya mulia, tujuan yang mulia itu seharusnya menjadi pegangan untuk melanjutkan kehidupan sesuai agama masing-masing. Semua menginginkan yang terbaik,maka jalanilah yang baik. Saran saya berdamailah terlebih dahulu dengan diri sendiri sebelum memutuskan untuk bercerai.” Informan memberikan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peneliti. Informan memandang fenomena perceraian seperti sudah menjadi salah satu hal yang biasa terjadi di kehidupan keluarga yang berkonflik. Universitas Sumatera Utara 132 Biodata Informan 2 1. Nama : Sari 2. Tempat Lahir : Medan 3. Tanggal Lahir : 28 September 1986 4. Usia : 30 Tahun 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Suku : Jawa 7. Agama : Islam 8. Pendidikan : S1 9. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil 10. Jumlah Anak : 2 Orang a. Mapping tentang pengetahuan terhadap perceraian: Pengetahuan terhadap perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Menurut saya perceraian adalah putusnya ikatan perkawinan pada suatu pasangan sebagai akibat dari tidak bisa menjalankan status perannya sehingga salah satu diantaranya memutuskan untuk berpisah.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan yang diketahuinya, kemudian informan memaparkan pandangannya dengan lengkap menjawab pertanyaan selanjutnya yang ditanyakan peneliti mengenai perceraian yang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya. Berikut kutipan hasil wawancara peneliti dengan informan: Universitas Sumatera Utara 133 “Menurut pandangan saya mengenai perceraian adalah hal yang memalukan ya bagi keluarga kedua belah pihak yang bercerai karena sebelum dan sesudah itu pastinya menjadi bahan-bahan gunjingan orang sekitar, tentangga dan kerabat. Cukup banyak pasangan disini yang mengalami perceraian, saya prihatin dengan pasangan-pasangan yang tidak mempertimbangkan dengan baik sebelum memutuskan untuk berpisah. Tidak ada ya menurut saya tujuan menikah seseorang untuk bercerai, untuk itu apa salahnya suatu masalah atau konflik itu diselesaikan secara baik saja tanpa melalui proses perceraian.” Informan menjelaskan pandangannya dengan pemaparan yang singkat dan ringkas. Dengan begitu, peneliti kemudian menanyakan dan meminta saran informan bagi orang-orang yang ingin melakukan perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “ Saran saya bagi pasangan yang ingin melakukan perceraian adalah sebaiknya memutuskan berpisah bukan karena sebatas faktor ekonomi dan emosi sesaat. Sebagai orangtua tentunya memikirkan bagaimana dampaknya ke semua sisi kehidupan terkhususnya anak setelah bercerai. Sebagai suami dan istri sama-sama menjalani yang terbaik untuk keluarga.” Informan memberikan saran sesuai pengetahuannya yang juga memiliki kehidupan rumah tangga, sesuai dengan apa yang dilihat juga dirasakannya. Universitas Sumatera Utara 134 Biodata Informan 3 1. Nama : Julios 2. Tempat Lahir : Tanah Jawa 3. Tanggal Lahir : 24 November 1986 4. Usia : 30 Tanah 5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Suku : Batak 7. Agama : Katolik 8. Pendidikan : D3 9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : 1 Orang a. Mapping tentang pengetahuan terhadap perceraian: Pengetahuan terhadap perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Perceraian menurut pemahaman saya adalah terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai suami istri.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan versinya sesuai dengan yang diketahuinya, kemudian informan mengutarakan pandangannya dengan lengkap menjawab pertanyaan selanjutnya yang ditanyakan peneliti mengenai perceraian yang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya. Berikut kutipan hasil wawancara peneliti dengan informan: Universitas Sumatera Utara 135 “Pandangan saya mengenai kasus-kasus perceraian yang terjadi disini adalah saya sangat prihatin rumah tangga yang dibina berakhir dengan konflik ataupun masalah yang mungkin sebenarnya sepele namun menjadi besar. 50 tahun yang lalu perceraian itu sangat ditabukan. Tetapi seiring dengan perubahan jaman, dimana pergerakan manusia makin dinamis, pergaulan makin luas, perkembangan teknologi, maka sulit untuk mempertahankan tali pernikahan seumur hidup, sehingga mau tidak mau budaya perceraian akan menjadi bagian hidup dari manusia. Semua itu tergantung masing-masing pasangan bagaimana menjalani kehidupan rumah tangganya.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui sesuai dengan yang terjadi. Kemudian peneliti menanyakan dan meminta saran darinya bagi orang-orang yang ingin melakukan perceraian. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saran dari saya sebaiknya bukan karena paksaan dari orang lain ataupun bercerai karena masalah sepele. Tujuan pernikahan di semua agama baik adanya, sebagai manusia apa salahnya kita menjalani apa yang telah ditetapkan oleh agama.” Informan memberikan informasi dengan panjang lebar sesuai dengan apa yang ingin disampaikan olehnya. Informan memberikan pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari faktor penyebab dan dampak perceraian tersebut. Universitas Sumatera Utara 136 5.4 Analisis Data 5.4.1 Analisis Persepsi Orangtua Tunggal tentang Rumah Tangga Rumah tangga merupakan suatu oganisasi terkecil dalam masyarakat. Rumah tangga yang dibangun berdasarkan cinta sering menjadi suatu tolak ukur bahwa rumah tangga itu akan bahagia sampai akhir hayat. Namun, pada kenyataannya banyak fenomena perceraian terjadi di sekitar kita. Perceraian di dalam rumah tangga disebabkan oleh banyak faktor. Perbedaan pendapat atau visi dan misi dalam membangun rumah tangga sering menimbulkan cekcok yang hampir setiap hari antara suami dan istri. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan. Padahal, di dalam rumah tangga harus ada satu tujuan, satu pendapat. Hal ini membuktikan komunikasi yang tidak baik. Selain itu, kekerasan rumah tangga KDRT yang dilakukan suami atau istri terhadap pasangannya menjadi alasan perceraian. KDRT yang dialami ada yang berupa kekerasan fisik dan psikis. Adanya orang ketiga dalam rumah tangga merupakan satu faktor dalam kegagalan rumah tangga. Tidak didapatkannya perhatian, kasih sayang, diskomunikasi membuat salah satu pasangan mencari pemenuhan kebutuhan tersebut dari orang lain. Krisis keuangan di dalam rumah tangga merupakan faktor yang sering memicu timbulnya masalah-masalah baru di dalam rumah tangga. Faktor –faktor inilah yang membuat suami dan istri tidak dapat melanjutkan rumah tangganya dan mengambil keputusan untuk bercerai. Bagi orang tua tunggal bercerai merupakan jalan yang terbaik. Jika tidak bisa dipertahankan, lebih baik bercerai daripada harus hidup bersama tetapi saling menyakiti. Bercerai dengan pasangan bukanlah hal yang tabu menurut pandangan para orang tua tunggal ini. Universitas Sumatera Utara 137 Perceraian ini menyebabkan salah satu dari mereka akan kehilangan hak asuh anak, karena anaknya diasuh oleh mantan istri atau mantan suami. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa Persepsi Orangtua tunggal terhadap perceraian di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang memiliki bentuk persepsi positif tentang rumah tangga, pandangan terhadap suatu objek menuju pada suatu keadaan dimana subjek yang mempersepsikan cenderung menerima objek yang ditangkap karena sesuai dengan pribadinya. Hal ini terungkap dari semua pernyataan tujuh informan yang hampir serupa mengenai arti rumah tangga “Menurut saya rumah tangga adalah suatu kumpulan terkecil di masyarakat dimana didalamnya terdapat ayah,ibu dan anak-anak. “Menurut saya rumah tangga itu adalah susunan cerita kehidupan, ada anggota keluarga didalam. Anak,bapak,ibu. “Menurut saya rumah tangga itu adalah beberapa orang yang terkumpul yang didalamnya ada orangtua dan anak. “Rumah tangga itu menurut saya adalah sekumpulan anggota keluarga, ayah,ibu,anak yg berada dalam satu rumah. “Rumah tangga adalah kumpulan orang yang terdiri dari ayah,ibu dan anak- anaknya. “Menurut saya, rumah tangga adalah tempat dimana ayah, ibu, anak ada dan hidup bersama. “Menurut saya rumah tangga adalah sekelompok orang yang terdiri dari orangtua dan anak.” Universitas Sumatera Utara 138

5.4.2 Analisis Persepsi Orangtua Tunggal Tentang Dampak Perceraian Bagi Anak dan Orangtua

Perceraian antara kedua orangtua memberikan dampak kepada anak. Anak akan merasa kekurangan kasih sayang. Tetapi, jika orangtua yang mengasuh, baik ibu atau ayah dapat memberikan kasih sayang double, maka anak akan merasa nyaman. Dengan demikian, anak tidak merasa sendiri dan kehidupannya akan berjalan normal seperti teman-temannya yang kedua orangtuanya masih hidup bersama. Anak yang sudah menginjak usia dewasa pada umumnya dapat memahami kondisi orangtuanya. Selain anak, orangtua tunggal juga mendapat dampak dari perceraian. Pada awalnya, perceraian akan memberikan dampak negatif seperti trauma karena kegagalan dalam rumah tangga. Namun, orangtua tunggal ini berusaha untuk menjalani hidup baru sebagai single parent orang tua tunggal yang harus membesarkan anaknya seoarang diri. Pandangan dari masyarakat yang negatif untuk mereka tidak menjadi masalah yang berarti. Bagi orangtua tunggal pada umumnya, perceraian tidak selamanya memberikan dampak negatif, ada juga dampak positifnya. Orangtua tunggal merasa beban mereka sudah berkurang, dapat menjalani hidup yang baru tanpa adanya perselisihan dalam rumah tangga. Anak dan orangtua tunggal juga akan saling memotivasi dalam menjalani kehidupan mereka yang tidak lagi utuh. Bagi orangtua tunggal yang masih memiliki orangtua, akan menjadi perhatian bagi orangtuanya sampai kondisi berangsur normal dan membaik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa Persepsi Orangtua tunggal terhadap perceraian di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang memiliki bentuk persepsi positif dan persepsi negatif Universitas Sumatera Utara 139 tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua, pandangan terhadap suatu objek menuju pada suatu keadaan dimana subjek yang mempersepsikan cenderung menerima objek yang ditangkap karena sesuai dengan pribadinya. Hal ini terungkap dari pernyataan informan kunci pertama, kedua, informan keempat sampai ketujuh yang masing-masing mengutarakan terdapat hal positif yang terjadi pada anak setelah bercerai atau berstatus orangtua tunggal. Seperti salah satu pernyataan dari informan yang mengatakan: “Anak-anak yang tinggal bersama saat ini terlihat lebih mandiri dari yang sebelumnya, itu positifnya bagi saya untuk anak-anak.” Pak Moer, 53 Thn. Pandangan terhadap suatu objek dan menunjukkan pada keadaan dimana subjek yang mempersepsikan cenderung menolak objek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya. Hal ini terungkap dari pernyataan informan kunci keempat, kelima dan ketujuh yang ketiganya mengutarakan tidak terdapat hal positif yang terjadi bagi orangtuanya setelah bercerai atau berstatus orangtua tunggal. Seperti salah satu pernyataan dari informan yang mengatakan: “Hal positifnya bagi orangtua tidak ada. Pernah mengalami ketidaknyamanannya pada orangtua saya, dijadikan bahan pembicaraan.” Ibu Fitraina, 36 Thn. Sementara, informan ketiga menyatakan terdapat hal positif yang terjadi pada orangtua namun, tidak bagi anak setelah bercerai atau berstatus orangtua tunggal. Seperti pernyataan yang diutarakannya kepada peneliti: “Hal positifnya buat anak-anak tidak ada. Kalau buat orangtua setelah saya bercerai, lebih tenang sekarang pikirannya kalau dulu banyak sekali yang mau diselesaikan untuk bercerai.” Pak Basir, 32 Thn. Universitas Sumatera Utara 140

5.4.3 Analisis Persepsi Orangtua Tunggal Terhadap Perceraian Dari Segi Sosial Ekonomi dan Kesehatan

Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab suami dan istri bercerai. Tetapi, sosial ekonomi juga menjadi salah satu dampak dari perceraian. Orangtua tunggal yang mendapat hak asuh anak berarti harus bertanggungjawab atas semua kebutuhan anaknya. Orangtua tunggal ini menganggap kondisi keuangan mereka baik-baik saja. Semua kebutuhan hidup dapat dicukupi. Anak-anak mereka juga mengerti kondisi keluarga dan tidak banyak menuntut. Namun, ada juga yang mantan suami masih memberikan nafkah untuk anaknya yang diasuh mantan istrinya. Hubungan dengan kerabat dari mantan istri atau mantan suami masih dapat dijaga dengan baik. Menurut orangtua tunggal, keluarga besar itu masih ada hubungannya dengan anaknya. Orangtua tunggal tidak melarang mereka untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga dari mantan istri atau mantan suami. Hubungan anak dengan kedua orangtuanya yang sudah bercerai tetap dapat terjalin dengan baik. Kesehatan anak dan orangtua tunggal masih dapat terjaga. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa Persepsi Orangtua tunggal terhadap perceraian di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang memiliki bentuk persepsi positif dan persepsi negatif tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan dampak perceraian, pandangan terhadap suatu objek menuju pada suatu keadaan dimana subjek yang mempersepsikan cenderung menerima objek yang ditangkap karena sesuai dengan pribadinya. Hal ini terungkap dari pernyataan informan kunci pertama, ketiga dan informan keenam yang ketiganya mengutarakan tidak mendapatkan dampak yang tidak baik dari setelah perceraian atau menjadi orangtua tunggal dari segi sosial Universitas Sumatera Utara 141 ekonomi dan kesehatan. Seperti salah satu pernyataan dari informan yang mengatakan: “Tidak berdampak. Keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan saya baik-baik saja, kok pada saat itu hingga saat ini. Ya saya tetap berpacu untuk mencari rejeki demi anak-anak.” Ibu Isti, 51 Thn. Pandangan terhadap suatu objek dan menunjukkan pada keadaan dimana subjek yang mempersepsikan cenderung menolak objek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya. Hal ini terungkap dari pernyataan informan kunci kedua, keempat,kelima dan informan ketujuh yang keempatnya mengutarakan merasakan dampak yang tidak baik dari setelah perceraian atau menjadi orangtua tunggal dari segi sosial ekonomi dan kesehatan. Seperti pernyataan dari kedua informan yang mengatakan: “Keadaan ekonomi dulu kan masih ada tambahan. Kalau sekarang tidak lagi ada ya, hanya untuk anak-anak biayanya. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.” Ibu Nesita, 42 Thn. “Keadaan ekonomi dulu masih ada suami. Kalau sekarang tidak lagi ada ya, jadi masih tetap bekerja untuk biaya dan keperluan saya dan anak-anak. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.”Ibu Jojor, 40 Thn. Dampak pada segi ekonomi yang dirasakan kedua dari empat informan tersebut menghasilkan suatu pikiran yang menjadi beban tersendiri bagi orangtua tunggal didalam menjalani kehidupannya disamping juga mereka berusaha memenuhi kebutuhan pokok hidupnya dan anak-anaknya. Universitas Sumatera Utara 142

5.4.4 Analisis Persepsi Informan Utama Terhadap Perceraian

Perkawinan merupakan pesekutuan antara seorang pria dengan wanita yang diakui oleh agama dan negara. Namun, tidak semua perkawanian dapat berpisah dipertahankan hingga akhir hayat. Ada yang harus berpisah karena kematian dan ada yang berpisah karena alasan tidak dapat lagi mempertahankan perkawinan itu. Jika perceraian sudah diputuskan, maka mereka akan menjadi orangtua tunggal. Banyak orang berpendapat bahwa orangtua tunggal adalah orangtua yang hebat, tangguh, dan tabah dalam menjalani dengan berbagai masalah. Walaupun, orangtua tunggal menghadapi masalah, tetapi mereka tetap berusaha tegar dihadapan anak-anaknya. Anak dari orangtua tunggal berpendapat, bahwa orangtua tunggal adalah orang terhebat di dalam hidupnya karena memperjuangkan anaknya dengan sungguh-sungguh. Orangtua tunggal adalah orangtua yang tidak lagi hidup dengan pasangan karena kematian atau perceraian. Pada penelitian ini, orangtua tunggal yang dimaskud adalah orangtua tunggal karena perceraian. Anak korban perceraian biasanya akan tinggal bersama salah satu dari orangtua mereka yang mendapatkan hak asuh atas dirinya. Anak korban perceraian sering sekali merasakan ada yang kurang dalam hidupnya. Ada yang tidak merasakan kasih sayang seorang ayah atau kasih sayang seorang ibu. Jika melihat oranglain mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya, anak korban perceraian ini merasa sedih. Walaupun, orangtua tunggal memberikan kasih sayang yang luar biasa kepada mereka, tetapi di dalam hati kecilnya, mereka tetap membutuhkan figur seoarang ayah atau figur seorang ibu. Namun, semua masalah itu tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk maju. Universitas Sumatera Utara 143

5.4.5 Analisis Informan Tambahan Terhadap Pengetahuan Perceraian

Perceraian meruapakan suatu kondisi untuk mengakhiri hubungan suami dan istri karena merasa tidak bisa lagi mempertahankan rumah tangganya. Perceraian sudah manjadi yang biasa pada zaman sekarang ini. Dari hari ke hari, angka perceraian semakin bertambah. Tujuan pernikahan yang mulia harus kandas karena kedua belah pihak tidak ada niat untuk rujuk. Seharusnya, tujuan mulia pernikahan untuk membina rumah tangga sehidup semati hingga akhir hayat harus dapat diperjuangkan walaupun ada masalah yang mengguncang rumah tangga. Karena, perceraian memberikan dampak negatif bagi kehidupan suami istri yang bercerai, khususnya pada anak. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan semua anggota masyarakat yang menjadi informan pada penelitian ini mengikuti kegiatan perkumpulan keagamaan sesuai dengan agama yang mereka anut. Pada umumnya mereka sangat menyadari pentingnya hidup beragama dan hidup dalam rasa persaudaraan yang mereka wujudkan dalam perkumpulan keagamaan. Untuk yang beragama Kristen bergabung dalam kegiatan perpulungen atau partangiangan yaitu berupa kebaktian bersama yang diadakan sekali dalam seminggu secara bergulir dari rumah yang satu kerumah yang lainyang bersedia rumahnya dijadikan tempat berkumpul. Sementara umat yang beragama islam mengikuti pengajian yang dilakukan secara bergilir juga dari rumah masing-masing anggotanya. Terkhususnya yang menjadi informan kunci pada penelitian ini, mereka berusaha untuk selalu mengikuti kegiatan tersebut setiap minggunya walaupun terkadang mereka sering dipandang sebelah mata tetap mengikuti kegiatan yang ada sebagai bentuk partisipasinya bersosialisasi dengan yang lain. Universitas Sumatera Utara 144

BAB VI PENUTUP

Pada bab terakhir ini, penulis akan mengemukakan kesimpulan hasil penelitian. Selain kesimpulan, peneliti akan memberikan saran yang sifatnya berupa sumbangan pemikiran mengenai persepsi orangtua tunggal terhadap perceraian di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik orangtua tunggal tahun 2012-2015 di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang berusia antara 30-55 tahun, Tingkat pendidikan umumnya sampai jenjang sarjana Strata 1, Suku Jawa, PendapatanPenghasilan 1.500.000 2. Persepsi orangtua tunggal tentang rumah tangga adalah suatu organisasi dalam masyarakat yang dibangun melalui sebuah ikatan perkawinan dalam suatu pasangan. 3. Persepsi orangtua tunggal tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua adalah terjadinya gangguan psikologis pada anak seperti lebih sering untuk menyendiri, merasa bersalah dan menganggap diri mereka sebagai penyebab masalah, gangguan dari luar diri dari teman-temannya atau lingkungan sekitar, memiliki beban mental tersendiri. Bagi orangtua, mereka hanya merasa takut anak mereka yang memutuskan untuk bercerai akan menderita, tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan anak-anak dan akan merasa Universitas Sumatera Utara 145 berkecil hati dengan pergunjingan orang-orang yang mungkin bisa menimbulkan masalah yang baru. 4. Persepsi orangtua tunggal terhadap perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan adalah setelah bercerai pada umumnya banyak mengalami penurunan standar kehidupan hingga kondisi membaik untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang sudah berstatus orangtua tunggal atau single parentdan anak-anak demi kesejahteraan keluarga. Serangkaian problem kesehatan pada orangtua tunggal, anak, maupun keluarga seperti merasa kondisi tidak bugar, tidak fit akibat mengalami depresi setelah bercerai.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, penulis memberikan saran yang ditujukan kepada semua pihak yang berkepentingan, antara lain: 1. Kepada orangtua tunggal agar selalu memberikan perhatian juga motivasi kepada anak-anaknya yang tidak lagi memiliki orangtua yang lengkap dan hidup bersama. Sehingga, anak yang mengalami trauma setelah perceraian kedua orangtuanya dapat tetap menjadi anak yang berjalan sesuai nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak baik yang bisa saja terjadi sebagai salah satu akibat dirinya berasal dari keluarga yang broken home. 2. Kepada anak agar selalu memberikan perhatiannya juga kepada orangtuanya yang telah berstatus sebagai orangtua tunggal atau single parent, yang mana orangtua menjalankan peran gandanya sendiri tanpa ada dampingan dari pasangannya. Semakin meningkatkan prestasi dan kualitas kehidupannya. Universitas Sumatera Utara 146 3. Kepada pihak instansilembaga pernikahan perlu melakukan peningkatan kesadaran untuk masyarakat dalam melakukan pembinaan bagi keluarga yang ingin memutuskan untuk talak dalam upaya mengurangi angka perceraian. 4. Kepada pihak masyarakat agar semakin menciptakan suasana lingkungan tetap nyaman, aman, damai dan tentram. Tidak menciptakan kondisi yang menciptakan konflik akibat isu perceraian. Universitas Sumatera Utara 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Didalam kehidupan bahwa setiap manusia tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak manusia dilahirkan, pada hakekatnya secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya secara sadar atau tidak sadar menerima stimulus dari luar dirinya. Walgito, 2002:87 Secara etimologis persepsi atau dalam bahasa inggris perception berasal dari bahasa Latin perception; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Sobur, 2003:445 Persepsi seseorang bisa diartikan sebagai proses, pemahaman terhadap sesuatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang saling berkomunikasi, berhubungan atau kerjasama. Jadi setiap orang tidak terlepas dari persepsi. Stimulus yang diinderakan itu kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang sedang diindera, dan proses tersebut disebut dengan persepsi. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus diterima oleh alat indra, yaitu yang dimaksud dengan penginderaan, dan melalui proses penginderaan tersebut stimulus itu menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan. Walgito, 2010:99 Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yang dilakukan oleh tubuh terhadap stimulus yang diterima tubuh melalui alat penginderaan atau juga bisa disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak terhenti begitu saja, melainkan diteruskan menjadi proses pengamatan seseorang terhadap objek yang ada disekitarnya. Pengamatan seseorang terhadap stimulus atau objek yang ada disekitarnya akan berbeda dengan orang lain hal ini dikarenakan tingkat Universitas Sumatera Utara 12 pemahaman dan pengetahuan terhadap objek tersebut. Semakin baik pemahaman seseorang terhadap suatu objek maka semakin baik juga persepsi yang akan ditimbulkan begitu pula sebaliknya. Walgito, 2003:88 Menurut kamus besar Bahasa Indonesia 2005:807 persepsi didefinisikan sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu, atau merupakan proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Jadi secara umum, persepsi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pengelompokan dan penginterprestasian berdasarkan pengalaman tentang peristiwa yang diperoleh melalui panca inderanya untuk menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut Devito, persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang memengaruhi indra kita. Yusuf menyebut persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya. Rakhmat menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Pareek memberikan definisi yang lebih luas yaitu, persepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindra atau data Sobur, 2003:446 Persepsi adalah inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsi yang menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai Universitas Sumatera Utara 13 konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. Mulyana, 2000:167 Menurut Adi Rukminto, 2004:17 didalam membicarakan persepsi maka ada beberapa hal yang penting yaitu : A. Impression Formation Proses dimana informasi tentang orang lain diubah menjadi pengetahuanpemikiran yang relatif menetap pada orang tersebut. Sedangkan Impression Formation ini terbentuk melalui : a. Pengkategorian klasifikasi berdasarkan teori kepribadian yang implisit Implicit Personality Theory b. Mempertimbangkankombinasi segi positif dan negatif c. Praduga stereotip B. Attribution Morgan King, Weisz dan Schopler melibatkan bahwa Attribution dan Inferences terjadi karena manusia tidak mempunyai akses untuk mengetahui pikiran, motif maupun perasaan seseorang. Dengan membuat atribusi berdasarkan perilaku tertentu yang dilakukan seseorang, kita dapat meningkatkan kemampuan yang akan dilakukan orang tertentu pada saat yang lain. C. Social Relationship Kehadiran orang lain mempengaruhi tingkah laku. Bentuk tingkah laku dapat terbentuk karena : a. Imitasi peniruan b. Konformitas mirip imitasi tetapi ada sanksi jika tidak ditiru c. Kepatuhan banyak dilakukan dalam militer, dengan tingkat sanksi yang berat Universitas Sumatera Utara 14 d. Perhatian yaitu suatu pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas ditentukan kepada sesuatu atau sekelompok objek. Dengan demikian tingkah laku yang terjadi bisa dikarenakan dalam diri manusia maupun karena adanya faktor diluar dari individu tersebut.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi

Seseorang belum tentu mempunyai persepsi yang sama tentang suatu objek yang sama. Perbedaan ini ditentukan bukan hanya pada stimulusnya sendiri, tetapi juga pada latar belakang keadaan stimulus itu. Persepsi adalah merupakan bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengalaman. Menurut Stephen P. Robins 2000:50 ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang : 1. Diri orang yang bersangkutan Individu Individu dalam membuat suatu persepsi akan dilatarbelakangi oleh kemampuan individu untuk mempelajari sesuatu attitude, motivasi individu untuk membuat persepsi tentang sesuatu tersebut, kepentingan individu terhadap sesuatu yang dipersepsikan, pengalaman individu dalam menyusun persepsi, serta harapan individu dalam menentukan persepsi tersebut. Apabila seseorang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihat itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan. 2. Sasaran persepsi tersebut Target Gangguan yang ada dalam menyusun persepsi sebagai gangguan dalam menentukan target atau persepsi, biasanya adalah objek yang akan dipersepsikan merupakan perihal yang benar-benar baru novelty, adanya gambaran hidup yang mempengaruhi dalam membentuk persepsi motion, suara–suara yang timbul pada Universitas Sumatera Utara 15 saat membentuk persepsi sounds, ukuran dari bentuk persepsi size, yang melatarbelakangi pembentuk persepsi tersebut background, dan kedekatan persepsi dengan objek lain yang dapat membentuk persepsi yang hampir sama proximity, serta kesamaan similarity dari persepsi yang akan dibangun dengan persepsi lain. Sasaran persepsi tersebut bisa berupa orang, benda ataupun peristiwa. Sifat-sifatnya biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang melihatnya, dengan kata lain gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan ciri-ciri lain sasaran persepsi turut menentukan cara pandang melihatnya. 3. Faktor situasi Persepsi dilihat secara kontekstual yang dalam situasi mana persepsi itu timbul, perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berpesan dalam penumbuhan persepsi seseorang. Situasi dalam menyusun suatu persepsi ditentukan momen yang tepat, bangunan atau struktur dari objek yang dipersepsikan, serta kebiasaan yang berlaku dalam sosial masyarakat dalam merumuskan persepsi. Latar belakang yang dimaksud mencakup pengalaman-pengalaman sensoris, perasaan saat terjadinya suatu peristiwa, prasangka, keinginan, sikap, dan tujuan. Persepsi dipengaruhi beberapa faktor Arikunto 2004:19, yaitu : 1. Ciri khas objek stimulus yang memberikan nilai bagi orang yang mempersiapkannya dan seberapa jauh objek tertentu dapat menyenangkan bagi seseorang. 2. Faktor-faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu, seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan lain sebagainya. 3. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain di lingkungannya dapat memberikan arah kesuatu tingkah laku. 4. Faktor perbedaan latar belakang tingkah laku kultural kebiasaan. Universitas Sumatera Utara 16 Sedangkan menurut Walgito 2003:89, faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu : 1. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersiapkannya tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf yang bekerja sebagai reseptor. 2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. 3. Perhatian Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Faktor – faktor yang melatarbelakangi persepsi seseorang terhadap sesuatu hal Bimo Walgito, 2010, yaitu berdasarkan : 1. Faktor Intern, meliputi : a. Perasaan, merupakan suatu keadaan dalam diri individu sebagai suatu akibat dari yang dialaminya atau yang dipersepsinya. b. Pengalaman, merupakan kejadian yang pernah dialami dijalani, dirasai, ditanggung dan sebagainya baik yang sudah lama atau baru saja terjadi. Pengalaman bisa berupa pengalaman menyenangkan, mengejutkan ataupun memalukan Universitas Sumatera Utara 17 c. Kemampuan berpikir, merupakan kegiatan penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep conceptualizing, aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul sintesis atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai landasan kepada suatu keyakinan kepercayaan dan tindakan. Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat dan pembentukan keputusan atau penarikan kesimpulan. 2. Faktor Ekstern, meliputi : a. Pendidikan, adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. b. Latar belakang keluarga, yaitu bagaimana karakteristik dan tingkatan kehidupan kelompok yang terdiri dari sekumpulan orang dalam satu kesatuan yang terikat hubungan darah c. Norma agama, petunjuk hidup yang berasal dari Tuhan yang disampaikan melalui utusan-Nya yang berisi perintah, larangan dan anjuran-anjuran. d. Sosial budaya, merupakan segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut. Universitas Sumatera Utara 18

2.1.3 Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Suatu objek menimbulkan stimulus, lalu stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk. Walgito, 2002:90 Seorang individu tidak hanya dikenal oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenal berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya, namun demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi. Universitas Sumatera Utara 19 Secara skematis hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : St St St St RESPON Fi Fi Fi Fi St = Stimulus SP = Struktur Pribadi individu Fi = Faktor intern Gambaran tersebut memberikan gambaran bahwa individu menerima bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberikan respon. Individu mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilihnya dan diterima oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut. Walgito, 2002:91 Adapun proses persepsi menurut Udai Pareek Sobur, 2003:451-455, antara lain : 1. Proses menerima rangsangan Proses pertama dalam persepsi adalah rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indera. Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga kita mempelajari segi – segi lain dari sesuatu itu. SP Universitas Sumatera Utara 20 2. Proses menyeleksi rangsangan Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Demi menghemat perhatian yang digunakan, rangsangan – rangsangan itu disaring dan diseleksi untuk proses lanjut. Ada dua kumpulan faktor menentukan seleksi rangsangan itu, yaitu : a. Faktor – Faktor Intern 1 Kebutuhan psikologis Kebutuhan seseorang mempengaruhi persepsinya. Kadang–kadang, ada hal yang “kelihatan” yang sebenarnya tidak ada, karena kebutuhan psikologis. Misalnya, seseorang yang haus bisa melihat air di banyak tempat; fatamorgana seperti itu biasa sekali terjadi di padang pesisir. Jika seseorang kehilangan hal tertentu yang dibutuhkan, mereka lebih sering melihat barang itu. 2 Latar belakang Latar belakang mempengaruhi hal – hal yang dipilih dalam persepsi. Orang–orang dengan latar belakang tertentu mencari orang – orang dengan latar belakang yang sama. 3 Pengalaman Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang–orang, hal– hal, dan gejala–gejala yang mungkin serupa dengan pengalaman pribadinya. Seseorang yang mempunyai pengalaman buruk dalam bekerja dengan jenis orang tertentu, mungkin akan menyeleksi orang–orang ini untuk jenis persepsi tertentu. 4 Kepribadian Universitas Sumatera Utara 21 Kepribadian juga mempengaruhi persepsi. Seorang yang introvert mungkin akan tertarik kepada orang–orang yang serupa atau sama sekali berbeda. Berbagai faktor dalam kepribadian mempengaruhi seleksi dalam persepsi. 5 Sikap dan kepercayaan umum Sikap dan kepercayaan umum juga mempengaruhi persepsi, orang–orang yang mempunyai sikap tertentu terhadap wanita atau pria yang termasuk kelompok bahasa tertentu, besar kemungkinan akan melihat berbagai hal kecil yang tidak diperhatikan oleh orang lain. 6 Penerimaan diri Penerimaan diri merupakan sifat penting yang mempengaruhi persepsi. Beberapa telah menunjukkan bahwa mereka yang lebih ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu daripada mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya. Untuk yang terakhir ini cenderung mengurangi kecermatan persepsi. Implikasi dari fakta ini ialah kecermatan persepsi dapat ditingkatkan dengan membantu orang–orang untuk lebih menerima diri mereka sendiri. b. Faktor – Faktor Ekstern 1 Intensitas Pada umumnya, rangsangan yang lebih intensif mendapatkan lebih banyak tanggapan daripada rangsangan yang kurang intens. 2 Ukuran Pada umumnya, benda–benda yang lebih besar lebih menarik perhatian. Barang yang lebih besar lebih cepat dilihat. 3 Kontras Universitas Sumatera Utara 22 Hal–hal lain dari biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian. Jika orang biasa mendengar suara tertentu dan sekonyong–sekonyongnya ada perubahan dalam suara itu, hal itu akan menarik perhatian. Banyak orang secara sadar atau tidak, melakukan hal–hal yang aneh untuk menarik perhatian. Perilaku yang luar biasa menarik perhatian karena prinsip- prinsip perbedaan itu. 4 Gerakan Hal–hal yang bergerak lebih menarik perhatian daripada hal yang diam. 5 Ulangan Biasanya hal–hal yang terulang dapat menarik perhatian. Akan tetapi, ulangan yang terlalu sering dapat menghasilkan kejenuhan semantik dan dapat kehilangan arti perseptif. 6 Keakraban Hal–hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian. Hal ini terutama jika hal tertentu tidak diharapkan dalam rangka tertentu. 7 Sesuatu yang baru Faktor ini kedengarannya bertentangan dengan faktor keakraban. Akan tetapi, hal–hal baru juga menarik perhatian. Jika orang sudah biasa dengan kerangka yang sudah dikenal, sesuatu yang baru menarik perhatian. 3. Proses Pengorganisasian Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian ransangan Sobur, 2003:462-464, yaitu: Universitas Sumatera Utara 23 a. Pengelompokan Berbagai rangsangan yang telah diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk. Beberapa faktor digunakan untuk mengelompokkan rangsangan itu, antara lain : 1 Kesamaan, rangsangan–rangsangan yang mirip dijadikan satu kelompok. 2 Kedekatan, hal–hal yang lebih dekat antara satu dan yang lain juga dikelompokkan menjadi satu. 3 Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal–hal yang dianggap belum lengkap. b. Bentuk timbul dan latar Prinsip lain dari dalam mengatur rangsangan disebut bentuk timbul dan latar. Hal ini merupakan salah satu proses persepsi yang paling menarik dan paling pokok. Dalam melihat rangsangan atau gejala ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala–gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan rangsangan atau gejala lainnya berasa di latar belakang. c. Kemampuan persepsi Ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan perubahan- perubahan konteks tidak mempengaruhinya. Dunia persepsi diatur menurut prinsip kemantapan. Dalam persepsi dunia tiga dimensional, faktor ketetapan memainkan peranan yang penting. 4. Proses penafsiran Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, sipenerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima. Universitas Sumatera Utara 24 5. Proses pengecekan Sesudah data diterima dan ditafsirkan, sipenerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses pengecekan ini mengklaim terlalu cepat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau data baru. Data atau kesan–kesan itu dicek dengan menanyakan kepada orang–orang lain mengenai persepsi mereka. 6. Proses reaksi Tahap terakhir dari proses perceptual ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat suatu sehubungan dengan persepsinya. Misalnya, seseorang bertindak sehubungan dengan persepsi yang baik atau yang buruk yang telah dibentuknya. Lingkaran persepsi itu belum sempurna sebelum menimbulkan suatu tindakan. Lingkaran persepsi ini bisa tersembunyi dan bisa pula terbuka. Tindakan tersembunyi berupa pembentukan pendapat atau sikap, sedangkan tindak yang terbuka berupa tindakan nyata sehubungan dengan persepsi itu. Satu gejala yang telah menarik perhatian sehubungan dengan tindakan tersembunyi ialah “pembentukan kesan”. Pembentukan kesan ialah cara seorang pencerap membentuk kesan tertentu atas suatu obyek atau atas seseorang menurut ciri–ciri yang diserapnya, atau data yang ia terima dari berbagai sumber.

2.1.4 Objek Persepsi

Objek yang dapat dipersepsi sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia. Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua yakni persepsi objek lingkungan fisik dan persepsi terhadap manusia. Persepsi manusia lebih sulit dan Universitas Sumatera Utara 25 kompleks karena manusia bersifat dinamis. Persepsi objek berbeda dengan persepsi terhadap lingkungan sosial. Perbedaan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut: Perbedaan persepsi terhadap objek dengan persepsi sosial a. Persepsi terhadap objek melalui lambing-lambang fisik sedangkan persepsi terhadap orang melalui lambang-lambang verbal dan nonverbal. Manusia lebih aktif daripada kebanyakan objek dan lebih sulit diramalkan. b. Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar sedangkan persepsi terhadap manusia menanggapi sifat-sifat luar dan dalam perasaan, motif, harapan dan sebagainya. Kebanyakan objek tidak mempersepsi kita ketika kita mempersepsi objek. Akan tetapi manusia mempersepsi kita pada saat kita mempersepsi mereka. Dengan kata lain persepsi terhadap manusia lebih interaktif. c. Objek tidak bereaksi, sedangkan manusia bereaksi. Dengan kata lain objek bersifat statis sedangkan manusia bersifat dinamis. Oleh karena itu persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu, lebih cepat daripada persepsi terhadap objek. Oleh karena itu juga, persepsi terhadap manusia lebih beresiko daripada terhadap objek Walgito, 2002:96. 1. Persepsi terhadap objek lingkungan fisik Dalam mempersepsi lingkungan fisik, kita terkadang melakukan kekeliruan. Kondisi mempengaruhi kita terhadap suatu benda. Misalnya ketika merasa kepanasan di tengah gurun. Kita tidak jarang akan melihat fatamorgana. Ketika kita disuruh mencicipi suatu masakan, mungkin pendapat kita akan berbeda dengan orang lain karena kita memiliki persepsi yang berbeda. Latar belakang pengalaman, budaya Universitas Sumatera Utara 26 dan suasana psikologis yang berbeda membuat persepsi kita juga berbeda atas suatu objek. 2. Persepsi terhadap manusia persepsi sosial Proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia selalu memikirkan orang lain dan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya, dan apa yang orang pikirkan mengenai apa yang ia pikirkan mengenai orang lain itu dan seterusnya R.D Laing . Kita mempersepsi orang melalui: a. Proxemics : Jarak ketika orang berkomunikasi b. Kinesis : Gerakan, isyarat c. Petunjuk wajah : Sedih, senang d. Paralinguistik : Dialek, bahasa, intonasi e. Artifaktual

2.1.5 Bentuk-Bentuk Persepsi

Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan terhadap suatu objek yang dilihat. Bentuk-bentuk persepsi adalah pandangan yang berdasarkan penilaian terhadap suatu objek yang terjadi, kapan saja dan dimana saja jika stimulus mempengaruhinya. Dengan demikian dapat diketahui ada dua bentuk persepsi yaitu yang bersifat positif dan negatif. 1. Persepsi Positif Persepsi positif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu objek dan menuju pada suatu keadaan dimana subjek yang mempersepsikan cenderung menerima objek yang ditangkap karena sesuai dengan pribadinya. Universitas Sumatera Utara 27 2. Persepsi Negatif Persepsi negatif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu objek dan menunjukkan pada keadaan dimana subjek yang mempersepsikan cenderung menolak objek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya Bimo Walgito, 2010:103.

2.2 Orangtua Tunggal

2.2.1 Pengertian Orangtua Tunggal

Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orang tua bagi anak-anaknya. Namun, dalam kehidupan nyata sering dijumpai keluarga dimana salah satu orang tuanya tidak ada lagi. Keadaan ini menimbulkan apa yang disebut dengan keluarga single parent. Orangtua tunggal adalah keluarga yang terdiri dari orangtua tunggal baik ayah atau ibu sebagai akibat perceraian dan kematian. Orangtua tunggal juga dapat terjadi pada lahirnya anak tanpa ikatan perkawinan yang sah dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab ibu. Keluarga orangtua tunggal dapat diakibatkan oleh perceraian, kematian, orangtua angkat, dan orangtua yang terpisah tempat tinggalnya Suhendi dan Wahyu, 2001:401 Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga dengan single parent adalah keluarga yang hanya terdiri dari satu orang tua yang dimana mereka secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan, tanggung jawab pasangannya dan hidup bersama dengan anak-anaknya dalam satu rumah. Universitas Sumatera Utara 28

2.2.2 Bentuk – Bentuk Orangtua Tunggal

Ada banyak penyebab yang mengakibatkan peran orangtua yang lengkap dalam sebuah rumah tangga menjadi tidak sempurna. Hal ini bisa disebabkan banyak faktor diantaranya: 1.Jikalau pasangan hidup meninggal dunia, otomatis itu akan meninggalkan seseorang sebagai orang tua tunggal. 2.Jika pasangan hidup meninggalkan atau untuk waktu yang sementara namun dalam kurun yang panjang. Misalkan ada suami yang harus pergi ke pulau lain atau ke kota lain guna mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. 3. Akibat perceraian. 4.Orangtua angkat.

2.2.3 Sebab - Sebab Orangtua Tunggal

Goode, William. J 2007:184, keluarga single parent atau keluarga dengan orangtua tunggal adalah keluarga yang mengalami kekacauan keluarga yakni pecahnya suatu unit keluarga, terputus atau retaknya struktur peran sosial apabila salah satu atau beberapa anggota gagal menjalankan kewajiban peran secukupnya. Terjadinya kekacauan dalam keluarga disebabkan sebagai berikut : a. Ketidaksahan Ketidaksahan merupakan unit keluarga tidak lengkap, hal ini diakibatkan karena ayah atau ibu tidak ada, seperti terjadinya kehamilan diluar nikah atau fenomena bagi seorang wanita atau laki-laki yang tidak mau menikah kemudian mengadopsi anak. Oleh karena itu tidak menjalankan kewajiban sesuai dengan peranannya. Universitas Sumatera Utara 29 b. Pembatalan, perpisahan, perceraian dan meninggalkan Terputusnya keluarga akibat salah satu atau pasangan baik dari ayah atau ibu memutuskan untuk berpisah atau bercerai dengan alasan tidak ada lagi kecocokan, kekerasan dalam rumah tangga, adanya konflik atau pertengkaran yang berkepanjangan. Sehingga untuk selanjutnya salah satu pasangan tidak melaksanakan kewajiban perannya lagi. c. Keluarga selaput kosong Dalam hal ini keluarga tetap tinggal bersama tetapi tidak saling menyapa, tidak rukun, dan tidak saling bekerjasama, serta tidak ada rasa kasih sayang, sehingga keluarga dianggap gagal dalam memberikandukungan emosional antar anggota keluarga. d. Ketiadaan seorang dari pasangan karena hal yang tidak diinginkan Keadaan keluarga yang terpecah atau tidak utuh disebabkan karena ayah atau ibu meninggal, dipenjara, dalam peperangan, dalam bencana dan lain-lain, hal ini akan menimbulkan kehilangan dan kesedihan yang mendalam bagi anggota keluarga. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga yang mengakibatkan seseorang menjadi orangtua tunggal yang berarti akan membawa seseorang untuk beradaptasi dengan kondisi yang baru yakni penambahan peran dan serangkaian tugas-tugas ganda yang harus dilakukan. Orangtua tunggal yang disebabkan karena adanya hubungan diluar nikah atau bagi seorang wanita atau laki-laki yang tidak mau menikah kemudian mengadopsi anak pada kasus ini dibutuhkan motivasi dan dukungan yang lebih dari keluarganya karena perlu kesiapan yang matang baik secara mental maupun finansial untuk menjadi orangtua tunggal. Sedang orangtua Universitas Sumatera Utara 30 tunggal yang karena adanya kematian dan sakit dirasa kondisi tersebut seseorang dianggap memiliki tingkat kematangan yang tinggi sehingga diharapkan mampu mengatasi segala perubahan yang terjadi. Goode, 2007:185

2.2.4. Akibat Orangtua Tunggal

Setiap status dan peranan yang dimiliki oleh seseorang memiliki akibat, termasuk juga status menjadi orangtua tunggal, berikut beberapa akibat yang ditimbulkan karena perubahan status menjadi orangtua tunggal Goode, William. J 2007:190 : 1. Peran Ganda Seseorang yang menjadi orangtua tunggal terdapat proses penyesuaian kembali readjustment dalam hal perubahan sebagai suami-istri dan memperoleh peran baru, salah satu contoh penyesuaian yang dimaksud adalah dalam hal ekonomi, seperti diketahui bahwa masalah makin meningkatnya kebutuhan hidup akan lebih berat jika dialami, khususnya oleh orangtua tunggal wanita yang sebelumnya menggantungkan hidup pada seorang suami atau memilih tidak bekerja. Banyak wanita yang setelah menikah dilarang bekerja oleh suaminya untuk mengurus keluarga. Pada saat ditinggalkan oleh suaminya meninggal atau bercerai, tidak ada kestabilan secara ekonomi. Saat mencoba mencari pekerjaan, tingkat penghasilan tidak terlalu besar karena faktor pengalaman kerja yang masih minim. Belum lagi belum terbiasa dalam mengurus keluarga sekaligus mencari nafkah, sehingga hal ini menambah hal persoalan ekonomi. Keadaan akan menjadi sulit apabila jika anak tidak mempunyai ayah yang sah. Misalkan saja anak yang orangtuanya tidak menikah tidak diakui oleh keluarga ayahnya, dan baik ayah maupun keluarganya hanya mempunyai sedikit kewajiban Universitas Sumatera Utara 31 hukum terhadap si anak, dan tentu saja ini merugikan bagi ibu sebagai orangtua tunggal yang membesarkan sendiri anaknya. Pentingnya sebuah pernikahan orangtua bagi anak yang lahir diluar pernikahan membuat anak tersebut memiliki ikatan secara hukum dengan orangtuanya. 2. Krisis Percaya Diri Masalah utama orangtua tunggal adalah masalah kepercayaan diri orangtua tunggal di tengah masyarakat, orangtua tunggal karena bercerai kehilangan kehormatannya ditengah-tengah masyarakat walaupun ia tidak dikucilkan sama sekali. Orangtua tunggal yang hidup pada masyarakat yang memegang nilai-nilai ketimuran, diharapkan untuk tidak langsung menikah pasca pasangannya meninggal atau bercerai, apabila hal tersebut tidak memenuhi harapan, maka akan menjadi bahan gunjingan masyarakat yang tentu saja menurunkan kepercayaan diri seseorang atau individu yang sudah tidak memiliki pasangan. 3. Kenakalan Remaja Rumah tangga yang mengalami disorganisasi dikarenakan perceraian umumnya berdampak pada timbulnya kenakalan pada remaja, khususnya angka kenakalan remajalebih tinggi pada remaja yang mengalami disorganisasi keluarga karena orangtuanya bercerai daripada yang disebabkan oleh kematian salah satu orangtuanya, kenakalan remaja ini timbul karena ketiadaan model peran yang memuaskan bagi anak untuk dijadikan contoh bagi anak untuk melakukan penyesuaian terhadap peraturan-peraturan sosial.

2.2.5. Dampak – Dampak Orangtua Tunggal

Ada tiga dampak umum menjadi orangtua tunggal Egelman, 2004:80, yaitu: Universitas Sumatera Utara 32 a.Multitaskingyaitu konflik peran yang muncul pada orangtua tunggalkarena banyaknya peran yang harus mereka lakukan dalam waktu yang bersamaan. b.Solo parentingyaitu kesulitan orang tua single parentdalam menghadapiperilaku anak karena mereka sudah tidak memiliki pasangan sebagai teman berbagi dalam menyelesaikan masalah keluarga, terutama dalam mengurus anak. Hal yang sangat diharapkan dari orangtua saat ini adalah bahwa semua orangtua harus sempurna, sehingga tentunya hal ini menjadisesuatu yang sulit bagi orangtua baik yang single parentmaupun bagi keluarga yang utuh. Mereka harus mampu memberikan dukungan finansial, emosi dan intelektual yang dibutuhkan anak untuk menciptakan emosional yang sehat dan kesuksesan finansial kelak ketika anak menjadi dewasa. c.Issues of selfyaitu self imageyang dimiliki oleh orangtua atau single parent yang akan berpengaruh terhadap kualitasnya sebagai orangtua. Issues of self, merupakan keadaan dimana orangtua tunggal akan mengalami stress dan kebutuhan pribadinya yang luastidak dapat dipenuhi. Orangtua tunggal berharap dapat melanjutkan pendidikannya, pekerjaannya dan mempunyai kehidupan sosial yang baik. Namun, hal ini akan menjadi sulit karena mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhannya tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua yang positif berhubungan dengan orangtua yang memiliki self imageyang positif. Jika orang dewasa tidak memiliki kesempatan untuk bertumbuh dan mengembangkan pengalaman yang positif pada dirinya, maka kualitasnya sebagai orang tua akan berkurang. Universitas Sumatera Utara 33

2.3 Perceraian

2.3.1 Pengertian Perceraian

Perceraian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perihal berceraiantara suami dan istri, yangkata “bercerai” itu sendiri artinya menjatuhkan talak atau memutuskan hubungan sebagai suami isteri. Menurut KUH Perdata Pasal207 perceraian merupakan penghapusan perkawinan dengan putusan hakim, atas tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu berdasarkan alasan-alasan yang tersebut dalam Undang-Undang. Sementara pengertian perceraian tidak dijumpai sama sekali dalam Undang – UndangPerkawinan begitu pula di dalam penjelasan serta peraturan pelaksananya.Meskipun tidak terdapat suatu pengertian secara otentik tentangperceraian, tidak berarti bahwa masalah perceraian ini tidak diatur sama sekali di dalam Undang – UndangPerkawinan. Bahkan yang terjadi justru sebaliknya, pengaturan masalah perceraian menduduki tempat terbesar. Seperti halnya perkawinan, perceraian juga merupakan suatu proses yang di dalamnya menyangkut banyak aspek seperti; emosi, ekonomi, sosial, dan pengakuan secara resmi oleh masyarakat melalui hukum yang berlaku. Murdock menyimpulkan bahwa di setiap masyarakat terdapat institusilembaga yang menyelesaikan proses berakhirnya suatu perkawinan yang disebut dengan perceraian sama halnya dengan mempersiapkan suatu perkawinan. Namun oleh Goode dikatakan bahwa setiap masyarakat mempunyai definisi yang berbeda tentang konflik antara pasangan suami-istri serta cara penyelesaiannya. Goode sendiri berpendapat bahwa pandangan yang menganggap perceraian merupakan suatu “kegagalan” adalah bias, karena semata-mata mendasarkan perkawinan pada cinta yang romantis. Padahal semua sistem perkawinan paling Universitas Sumatera Utara 34 sedikit terdiri dari dua orang yang hidup dan tinggal bersama di mana masing-masing memiliki keinginan, kebutuhan, serta latar belakang dan nilai sosial yang bisa saja berbeda satu sama lain. Akibatnya sistem ini bisa memunculkan ketegangan- ketegangan dan ketidak-bahagiaan yang dirasakan oleh semua anggota keluarga. Karenanya, apabila terjadi sesuatu dengan perkawinan misalnya perceraian maka akan timbul masalah-masalah yang harus dihadapi baik oleh pasangan yang bercerai maupun anak-anak serta masyarakat di wilayah terjadiya perceraian Ihromi, 2000:136.

2.3.2 Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian

Terdapat banyak faktor–faktor perceraian yang tampak dari kasus-kasus perceraian yang sering terjadi di Indonesia, diantaranya adalah : 1. Kurangnya berkomunikasi Dalam rumah tangga, komunikasi sangat penting dan sangat dibutuhkan antara suami-istri. Sekecil apapun itu masalah harus memberitahu satu sama lain. Jika tidak, akan memicu terjadinya perceraian. karena dengan berkomunikasi membuat rasa saling percaya, saling mengerti, tidak ada kebohongan, dan tidak ada hal yang disembunyikan. Namun sebaliknya jika dalam rumah tangga gagal berkomunikasi, maka akan sering terjadi pertengkaran karena tidak saling percaya, tidak saling mengerti, banyaknya rahasia yang disembunyikan satu sama lain. Hal ini akan berujung pada perceraian jika kedua pihak kurang atau gagal berkomunikasi. 2. Kekerasan dalam rumah tangga KDRT KDRT adalah kekerasan yang dilakukan dalam rumah tangga baik oleh suami maupun oleh istri yang berakibat timbulnya penderitaan fisik, seksual, psikis,dan ekonomi. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab utama perceraian. Universitas Sumatera Utara 35 3. Perzinahan Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perceraian adalah perzinahan, yaitu hubungnan seksual diluar nikah yang dilakukan baik oleh suami maupun istri. hal ini bisa terjadi dalam rumah tangga dikarenakan mungkin seperti yang kita bahas sebelumnya yaitu kurangnya atau gagal berkomunikasi, ketidak harmonisan, tidak adanya perhatian atau kepedulian suami terhadap istri atau sebaliknya, saling sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, merasa tidak tercukupinya kebahagiaan lahir dan batin, ketidaksetiaan, atau hanya untuk bersenang-senang bersama orang lain. 4. Masalah Ekonomi Uang memang tidak dapat membeli kebahagiaan. Namun bagaimana lagi, uang termasuk kebutuhan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, faktor ekonomi masih menjadi penyebab paling dominan terjadinya perceraian pasutri di masyarakat. 5. Krisis moral dan Akhlak Faktor-faktor terjadinya perceraian di atas seperti halnya masalah ekonomi, perzinahan, kurangnya atau gagal berkomunikasi, dan kekerasan dalam rumah tangga dapat menimbulkan landasan berupa krisis moral dan akhlak yang dilalaikan oleh suami maupun istri atas peran dan tanggung jawab. Penyebab terjadinya perceraian adalah bermula ketika konflik lahir, keluarga bahagia dan sejahtera sebagai suatu cita-cita bagi pasangan suami-istri sukar diwujudkan. Penyebabnya bisa karena perbedaan pandangan, karena perbedaan latar belakang kehidupan, karena masalah ekonomi, karena harga diri, karena intervensi orang ketiga dalam masalah keluarga, dan sebagainya. Siapa pun orangnya dan bagaimana pun situasi dan keadaannya, suatu keluarga tidak ingin ada konflik dalam Universitas Sumatera Utara 36 keluarga mereka, karena hal itu disadari atau tidak dapat mengancam keutuhan keluarga. Djamarah, 2004:18

2.3.3 Dampak - Dampak Perceraian

Perceraian bukanlah hal yang terbaik karena ada dampak-dampak buruk yang harus dihadapi, yaitu : 1. Bagi Anak Anak merupakan korban yang paling terluka ketika orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Anak dapat merasa ketakutan karena kehilangan sosok ayah atau ibu mereka, takut kehilangan kasih sayang orang tua yang kini tidak tinggal serumah. Mungkin juga mereka merasa bersalah dan menganggap diri mereka sebagai penyebabnya. Prestasi anak di sekolah akan menurun atau mereka jadi lebih sering untuk menyendiri. Anak - anak yang sedikit lebih besar bisa pula merasa terjepit di antara ayah dan ibu mereka. Salah satu atau kedua orang tua yang telah berpisah mungkin menaruh curiga bahwa mantan pasangan hidupnya tersebut mempengaruhi sang anak agar membencinya. Ini dapat membuat anak menjadi serba salah, sehingga mereka tidak terbuka termasuk dalam masalah-masalah besar yang dihadapi ketika mereka remaja. Sebagai pelarian yang buruk, anak-anak bisa terlibat dalam pergaulan yang buruk, narkoba, atau hal negatif lain yang bisa merugikan. 2. Bagi Orangtua Selain anak-anak, orang tua dari pasangan yang bercerai juga mungkin terkena imbas dari keputusan untuk bercerai. Sebagai orang tua, mereka dapat saja merasa takut anak mereka yang bercerai akan menderita karena perceraian ini atau merasa risih dengan pergunjingan orang-orang. Beberapa orang tua dari pasangan yang bercerai akhirnya harus membantu membesarkan cucu mereka karena Universitas Sumatera Utara 37 ketidaksanggupan dari pasangan yang bercerai untuk memenuhi kebutuhan anak- anaknya. 3. Bencana Keuangan Jika sebelum bercerai, suami sebagai pencari nafkah maka setelah bercerai tidak akan memiliki pendapatan sama sekali apalagi jika mantan pasangan tidak memberikan tunjangan. Atau jika pemasukan berasal dari pribadi dan pasangan, sekarang setelah bercerai, pemasukan uang berkurang. Jika seseorang mendapat hak asuh atas anak, berarti juga bertanggung jawab untuk menanggung biaya hidup anak. Yang perlu diingat, setelah bercerai, umumnya banyak keluarga mengalami penurunan standar kehidupan hingga lebih dari 50 persen. 4. Muncul Masalah Pengasuhan Anak Setelah bercerai, berarti harus menjalankan peranan ganda sebagai ayah dan juga sebagai ibu. Ini bukanlah hal yang mudah karena ada banyak hal lain yang harus dipikirkan seorang diri. Terlebih, jika anak sudah memasuki masa remaja yang penuh tantangan, seseorang harus dengan masuk akal menjaga atau memberikan disiplin kepada anak agar dapat tumbuh menjadi anak yang baik. Masalah lain dalam hal pengasuhan anak adalah ketika harus berbagi hak asuh anak dengan pasangan karena bisa jadi masih merasa sakit hati dengan perlakuan mantan pasangan sehingga sulit untuk bersikap adil. Hal-hal yang harus dibicarakan seperti pendidikan atau disiplin anak mungkin dapat menyebabkan pertengkaran karena tidak sepaham dan rasa sakit hati dapat membuat hal ini semakin buruk. 5. Gangguan Emosi Kesehatan Adalah hal yang wajar jika setelah bercerai masih menyimpan perasan cinta terhadap mantan pasangan. Harapan untuk hidup sampai tua bersama pasangan menjadi kandas, ini dapat menyebabkan perasaan kecewa yang sangat besar yang Universitas Sumatera Utara 38 menyakitkan. Mungkin juga ketakutan jika tidak ada orang yang akan mencintai lagi atau perasaan takut ditinggalkan lagi di kemudian hari. Perasaan lain yang mungkin dialami adalah perasaan terhina atau perasaan marah dan kesal akibat sikap buruk pasangan. Juga mungkin merasa kesepian karena sudah tidak ada lagi tempat berbagi cerita, tempat mencurahkan dan mendapatkan bentuk kasih sayang. Serangkaian problem kesehatan juga bisa disebabkan akibat depresi karena bercerai. 6. Bahaya Masa Remaja Kedua Pasangan yang baru bercerai sering mengalami masa remaja kedua. Mereka mencicipi kemerdekaan baru dengan memburu serangkaian hubungan asmara dengan tujuan untuk menaikkan harga diri yang jatuh atau untuk mengusir kesepian. Hal ini bisa menimbulkan problem baru yang lebih buruk dan tragis karena tidak mempertimbangkan baik-baik langkah yang dilakukan http:fyoonamyart.blogspot.com201210perceraian-definisi-faktor-penyebab.html, diakses pada tanggal 08 Februari 2016 Pukul 11:57 WIB.

2.4 Perkawinan

Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat. Eksistensi institusi ini adalah melegalkan hubungan hukum antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Oleh sebab itulah, beberapa ahli memandang dan memberikan arti yang sangat penting terhadap institusi yang bernama perkawinan. Asser, Scholten, Pitlo, Petit, Melis, dan Wiarda memberikan definisi bahwa perkawinan adalah suatu persekutuan antara seorang pria dengan seorang wanita yang diakui oleh negara untuk bersamabersekutu yang kekal. Esensi yang dikemukakan para pakar tersebut adalah bahwa perkawinan adalah sebagai lembaga hukum, baik karena apa yang ada didalamnya, maupun karena apa yang terdapat Universitas Sumatera Utara 39 didalamnya https:jojobafancech.wordpress.com-hukum-perkawinan, diakses pada tanggal 08 Februari 2016 Pukul 12.24 WIB. Sementara menurut Soetojo Prawirohamidjojo menyatakan bahwa perkawinan merupakan persekutuan hidup antara seorang pria dan wanita yang yang dikukuhkan secara formal dengan Undang-Undang yuridis dan kebanyakan religius. Pendapat lain disampaikan oleh Subekti Pokok-Pokok Hukum Perdata yang mengatakan, bahwa perkawinan ialah pertalian yang sah antara seorang lelaki dengan seorang perempuan untuk waktu yang lama. Dasar-dasar dari perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari kehidupan itu sendiri; kebutuhan dan fungsi biologik, menurunkan, kebutuhan akan kasih sayang dan persaudaraan, memelihara anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut dan mendidik anak-anak itu untuk menjadi anggota-anggota masyarakat yang sempurna Volwaardig. Bentuk tertentu dari perkawinan tidak diberikan oleh alam, berbagai bentuk perkawinan itu berfungsi sebagai lembaga pranata. Indonesia sendiri adalah negara yang pluralistik, yang terdiri dari berbagai macam agama, suku, budaya, dan tradisinya yang beraneka-ragam, tentu beragam pula perspektif-perspektifnya bila ditinjau dari apa itu definisi perkawinan, bagaimana seharusnya perkawinan dilaksanakan, dan sebagainya Soetojo, 2002:37.

2.4.1 Pengertian Perkawinan

a. UU No.1 tahun 1974 menyatakan, Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pasal 1 b. Menurut KUH Perdata, Perkawinan adalah suatu persekutuan seorang laki-laki Universitas Sumatera Utara 40 dan seorang permpuan yang diakui oleh Undang-undang Hukum Perdata dengan tujuan menyelenggarakan tujuan hidup secara pribadi.

c. Menurut agama Islam, tertuang dalam kompilasi Hukum Islam Pasal 2

Perkawinan adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

d. Menurut agama Kristen Katolik, tertuang dalam Kitab Hukum Kanonik

Perkawinan adalah sebuah perjanjian antara seorang pria dan wanita untuk membentuk kehidupan bersama, yang terarah kepada kesejahteraan keluarganya serta mengutamakan kelahiran dan pendidikan anak. e. Menurut agamaKristenProtestan, perkawinan adalah suatu persekutuan hidup dan percaya total, eksklusif dan kontinyu antara seorang pria dan seorang wanita yang dikuduskan dan diberkati oleh oleh Kristus Yesus.

f. Menurut agama Hindu. Dalam agama Hindu istilah perkawinan biasa disebut

Pawiwahan. Pengertian Pawiwahan itu sendiri dari sudut pandang etimologi atau asal katanya, kata pawiwahan berasal dari kata dasar “ wiwaha”. Wiwaha atau perkawinan dalam masyarakat hindu memiliki kedudukan dan arti yang sangat penting, dalam catur asrama wiwaha termasuk kedalam Grenhastha Asrama. Disamping itu dalam agama Hindu, wiwaha dipandang sebagai sesuatu yang maha mulia, seperti dijelaskan dalam kitab Manawa Dharmasastra bahwa wiwaha tersebut bersifat sakral yang hukumnya wajib, dalam artian harus dilakukan oleh seseorang yang normal sebagai suatu kewajiban dalam hidupnya.

g. Menurut agama Budha, perkawinan adalah ikatan lahir dan batin dari dua orang

yang berbeda kelamin, yang hidup bersama untuk selamanya dan bersama-sama Universitas Sumatera Utara 41 melaksanakan Dharma Vinaya untuk mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan sekarang ini dan kehidupan yang akan datang.

h. Menurut agama Konghucu, Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang

laki-laki dengan seorang perempuan dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan melangsungkan keturunan berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. https:tommizhuo.wordpress.comyurisprudensi-hukum- keluarga-dan-hukum-perkawinan-perkawinan-menurut-uu-no-1-tahun- 1974, diakses pada tanggal 05 Februari 2016 pukul 18.25 WIB

2.4.2 Ketentuan Hukum Perkawinan di Indonesia

Masyarakat Indonesia tergolong heterogen dalam segala aspek. Dalam aspek agama jelaslah terdapat dua kelompok besar yakni agama samawi yaitu Islam, Kristen dan Katolik, dan non samawi yaitu Hindu, Budha, dan aliran kepercayaan lainnya. Keseluruhan agama tersebut memiliki tata aturan sendiri-sendiri baik secara vertikal maupun secara horizontal, termasuk didalamnya tata cara perkawinan. Hukum perkawinan yang berlaku bagi tiap-tiap agama tersebut antar satu sama dengan agama yang lain, terdapat perbedaan akan tetapi tidak saling bertentangan. Bagi suatu negara dan bangsa seperti Indonesia adalah mutlak adanya Undang-undang Perkawinan Nasional yang sekaligus menampung prinsip-prinsip dan landasan hukum perkawinan yang selama ini menjadi pegangan dan telah berlaku bagi berbagai golongan dalam masyrakat kita Sudarsono, 2000: 6. Adapun di Indonesia telah mengatur tentang perkawinan yang secara otentik diatur dalam Undang-undang no 1 tahun 1974. Universitas Sumatera Utara 42

A. Syarat - Syarat Perkawinan

Syarat-syarat Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Syarat perkawinan yang bersifat materiil dapat disimpulkan dari Pasal 6 sampai dengan 11 UU No. 1 tahun 1974 : a. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai b. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat ijin kedua orangtuanyasalah satu orang tuanya, apabila salah satunya telah meninggal duniawalinya apabila kedua orang tuanya telah meninggal dunia. c. Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Kalau ada penyimpangan harus ada ijin dari pengadilan atau pejabat yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita. d. Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi kecuali memenuhi Pasal 3 ayat 2 dan pasal 4. e. Apabila suami dan Isteri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang lain dan bercerai lagi untuk kedua kalinya. f. Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu tunggu. 2. Syarat perkawinan secara formal dapat diuraikan menurut Pasal 12 UU No.1 Tahun 1974 direalisasikan dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 yaitu : a. Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan harus memberitahukan kehendaknya kepada Pegawai Pencatat Perkawinan di mana perkawinan di mana Universitas Sumatera Utara 43 perkawinan itu akan dilangsungkan, dilakukan sekurang-kurangnya 10 hari sebelum perkawinan dilangsungkan. Pemberitahuan dapat dilakukan lisantertulis oleh calon mempelaiorang tuawakilnya. Pemberitahuan itu antara lain memuat: nama, umur, agama, tempat tinggal calon mempelai Pasal 3-5. b. Setelah syarat-syarat diterima Pegawai Pencatat Perkawinan lalu diteliti, apakah sudah memenuhi syaratbelum. Hasil penelitian ditulis dalam daftar khusus untuk hal tersebut Pasal 6-7. c. Apabila semua syarat telah dipenuhi Pegawai Pencatat Perkawinan membuat pengumuman yang ditandatangani oleh Pegawai Pencatat Perkawinan yang memuat antara lain: – Nama, umur, agama, pekerjaan, dan pekerjaan calon pengantin.hari – Tanggal, jam dan tempat perkawinan akan dilangsungkan pasal 8-9. d. Barulah perkawinan dilaksanakan setelah hari ke sepuluh yang dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Kedua calon mempelai menandatangani akta perkawinan dihadapan pegawai pencatat dan dihadiri oleh dua orang saksi, maka perkawinan telah tercatat secara resmi. Akta perkawinan dibuat rangkap dua, satu untuk Pegawai Pencatat dan satu lagi disimpan pada Panitera Pengadilan. Kepada suami dan Isteri masing-masing diberikan kutipan akta perkawinan pasal 10-13. Menurut Agama Islam, menurut Hukum Islam syarat - syarat yang harus dipenuhi agar suatu perkawinan dinyatakan sah adalah : a. Syarat Umum Perkawinan tidak boleh bertentangan dengan larangan perkawinan dalam Al- Qur’an surat Al-Baqarah ayat 221 tentang larangan perkawinan karena perbedaan Universitas Sumatera Utara 44 agama dengan pengecualiannya dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 5 yaitu khusus laki-laki Islam halal mengawini wanita-wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita beriman, Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 22, 23 dan 24 tentang larangan perkawinan karena hubungan darah, semenda atau hubungan kekeluargaan karena ikatan perkawinan dan saudara sesusuan. b. Syarat Khusus - Adanya calon mempelai laki-laki dan perempuan.Calon mempelai laki-laki dan perempuan adalah suatu syarat mutlak conditio sine qua non, absolut karena tanpa calon mempelai laki-laki dan perempuan tentu tidak akan ada perkawinan. Calon mempelai ini harus bebas dalam menyatakan persetujuannya tidak dipaksa oleh pihak lain. Hal ini menuntut konsekuensi bahwa kedua calon mempelai harus sudah mampu untuk memberikan persetujuan untuk mengikatkan diri dalam suatu perkawinan dan ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah mampu berpikir, dewasa, akil baliqh. Dengan dasar ini Islam menganut asas kedewasaan jasmani dan rohani dalam melangsungkan perkawinan. - Harus ada wali nikah. Menurut Mazhab Syafi’i berdasarkan hadist Rasul SAW yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Siti Aisyah, Rasul SAW pernah mengatakan tidak ada kawin tanpa wali. Hanafi dan Hambali berpandangan walaupun nikah itu tidak pakai wali, nikahnya tetap sah. Menurut agama Kristen Katolik,Menurut agama Katolik, pernikahan dipandang sah apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 45 a. Bebas dari halangan-halangan kanonik. Yakni 12 point jenis halangan, salah satunya adalah tidak seimanseagama, sebagaimana yang sudah dirumuskan dalam KHK 1983. b. Adanya konsensus atau kesepakatan nikah, yaitu kemauan pria dan wanita saling menyerahkan diri dan saling menerima untuk membentuk perkawinan dengan perjanjian yang tak dapat ditarik kembali. Namun, Konsensus tersebut bisa cacat oleh faktor-faktor yang dapat merusaknya. c. Dirayakan dalam forma canonika, artinya perkawinan harus dirayakan dihadapan tiga orang, yakni petugas resmi gereja sebagai peneguh, dan dua orang saksi. Menurut agama Kristen Protestan, Syarat-syarat perkawinan menurut agama Kristen Protestan adalah : a. Masing–masing calon mempelai tidak terikat tali perkawinan dengan pihak lain; b. Kedua mempelai beragama Kristen Protestan agar perkawinan tersebut dapat diteguhkan dan diberkati; c. Kedua calon mempelai harus sudah ”sidi” sudah dewasa; d. Harus dihadiri dua orang saksi; e. Harus disaksikan oleh jemaat.Apabila dapat disimpulkan maka perkawinan menurut agama Kristen Protestan menghendaki perkawinan itu adalah perkawinan antara sesama umat agama Kristen Protestan. Karena itulah agama Kristen Protestan melarang untuk berpoligami dan menikah dengan orang lain yang beragama lain. Menurut agama Hindu, Syarat - syarat wiwaha dalam agama Hinduadalah : Universitas Sumatera Utara 46 a. Perkawinan dikatakan sah apabila dilakukan menurut ketentuan hukum Hindu. b. Untuk mengesahkan perkawinan menurut hukum hindu harus dilakukan oleh pendetarohaniawan atau pejabat agama yang memenuhi syarat untuk melakukan perbuatan itu. c. Suatu perkawinan dikatakan sah apabila kedua calon mempelai telah menganut agama hindu. d. Berdasarkan tradisi yang berlaku di Bali, perkawinan dikatakan sah setelah melaksanakan upacara byakalabiakaonan sebagai rangkaian upacara wiwaha. e. Calon mempelai tidak terikat oleh suatu pernikahan. f. Tidak ada kelainan, seperti tidak banci, kuming tidak pernah haid, tidak sakit jiwa atau sehat jasmani dan rohani. g. Calon mempelai cukup umur, pria berumur 21 tahun, dan wanita minimal 18 tahun. h. Calon mempelai tidak mempunyai hubungan darah dekat atau sepinda. Jadi, sah atau tidaknya suatu perkawinan menurut agama Hindu terkait dengan sesuai atau tidak dengan persyaratan yang ada dalam agama. Menurut agama Budha, syarat - syarat perkawinan adalah sebagai berikut : a. Kedua mempelai harus menyetujui dan cinta mencintai. b. Kedua mempelai harus mengikuti penataran yang diberikan Pandita satu bulan sebelum perkawinan dilangsungkan. c. Umur kedua mempelai sudah mencapai 21 tahun dan jika belum mencapai 21 tahun harus mendapat izin dari orang tua atau wali yang bersangkutan. d. Perkawinan hanya dibolehkan jika wanita berumur 17 tujuh belas tahun dan pria berumur 20 dua puluh tahun. Universitas Sumatera Utara 47 e. Kedua mempelai tidak ada hubungan darah dan susuan f. Diantara mereka tidak terikat tali perkawinan dengan orang lain. g. Tempat upacara perkawinan harus dilakukan di Vihara atau Cetya atau didepan altar suci sang Budha atau Bodhisatwa. Menurut agama Konghucu, Syarat-syarat perkawinan adalah sebagai berikut : a. Umur untuk wanita 16 tahun, sedangkan umur untuk pria 19 tahun, atau dengan pertimbangan lain. b. Ada persetujuan dari kedua mempelai tanpa ada unsur paksaan. c. Kedua calon mempelai tidak atau belum terkait dengan pihak-pihak lain yang dianggap sebagai hidup berumah tangga atau berkeluarga. d. Kedua calon mempelai wajib melaksanakan pengakuan iman. Peneguhannya dilaksanakan di tempat ibadah umat Konghucu Lithang. e. Mendapat persetujuan dari kedua orang tua, baik orang tua pihak laki-laki maupun pihak perempuan atau walinya. f. Disaksikan oleh dua orang saksi.

B. Tujuan Perkawinan