III. PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN TAMBAHAN Kepala Desa Pemuka Desa, Masyarakat
A. Profil Informan
1. Nama
: 2.
Tempat Lahir :
3. Tanggal Lahir
: 4.
Usia :
5. Jenis Kelamin
: 6.
Suku :
7. Agama
: 8.
Pendidikan :
9. Pekerjaan
: 10.
Jumlah Anak :
B. Pengetahuan Terhadap Perceraian
1. Menurut anda, apa itu perceraian?
2. Bagaimana pandangan anda terhadap perceraian yang terjadi di Dusun III B
Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang 3.
Apa saran dari anda bagi orang-orang yang ingin melakukan perceraian?
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi R. 2004. Psikologi Pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ahmadi, Abu.2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Astarhadi.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format – Format Kuantitatif dan Kualitatif.Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
DedyMulyana, 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi.Bandung : Remaja. Rosadakarya. Djamarah, Bahri, Syaiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam.
Keluarga. Jakarta : PT.Rineka Cipta. Egelman, Wiliam. 2004. Pemahaman Keluarga. Jakarta: Pearson Education.
Goode, William J. Sosiologi Keluarga. 2007. Jakarta: PT Bumi Aksara. Ihromi, T.O.2000. Pluralisme Hukum dan Masalah Perkawinan Campuran. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia. Kertamuda, Fatchiah E.2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia:
Salemba Humanika. Moeleong, Lexy J. 2005.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja.
Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja
Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja
Rosdakarya.
Universitas Sumatera Utara
Prawirohamidjojo, Soetojo. 2002. Pluralisme dalam perundang-undangan Perkawinan di Indonesia. Surabaya: Airlangga University Press. Cetakan ke III.
Robins, Stephen P. Perilaku Organisasi. 2000. Jakarta: Salemba Siagian, Matias.2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: Grafindo Monoratama.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung; PT. Refika Aditama. Suadah.2005. Sosiologi Keluarga.Malang: UMM Press 2003.
Sudarsono.2000. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Suhendi, Hendi, WahyuRamdani. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga.
Bandung: Pustaka Setia. Suyanto, Bagong, dkk. 2008. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana. Sobur, Alex.20003. Psikologi Umum. Bandung: IKAPI Jawa Barat.
Undang – Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Walgito, Bimo.2002. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: Andi Press.
Walgito, Bimo.2003. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: Andi Press. Walgito, Bimo.2010. Bimbingan dan Konseling Perkawinan: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
Sumber lain : http:digilib.uinsby.ac.id92745bab202.pdf, diakses pada tanggal 06 Februari
2016 pukul 09.24 WIB http:fyoonamyart.blogspot.com201210perceraian-definisi-faktor-penyebab.html,
diakses pada tanggal 08 Februari 2016 Pukul 11:57 WIB http:health.kompas.comread20150630151500123Kasus.Perceraian.Meningkat,
diakses pada tanggal 03 Februari 2016 pukul 19.20 WIB https:jojobafancech.wordpress.com-hukum-perkawinan, diakses pada tanggal 08
Februari 2016 Pukul 12.24 WIB http:kumpulan.infokeluargaperkawinan284.html, diakses pada tanggal 07
Februari 2016 pukul 15.51 WIB http:lib.unnes.ac.id59211203, diakses pada tanggal 05 Februari 2016 pukul 16.40
WIB http:luk.staff.ugm.ac.idaturUU1-1974Perkawinan.pdf, diakses pada tanggal 07
Februari 2016 pukul 20.18 WIB http:putusan.mahkamahagung.go.idpengadilanpn-lubuk-
pakamperiodeputus,diakses pada tanggal 09 Februari 2016 pukul 20.40 WIB http:repository.usu.ac.idbitstream123456789194384Chapter20I, diakses pada
tanggal 03 Februari 2016 pukul 16.59 WIB https:tommizhuo.wordpress.comyurisprudensi-hukum-keluarga-dan-hukum-
perkawinan-perkawinan-menurut-uu-no-1-tahun-1974, diakses pada tanggal 05 Februari 2016 pukul 18.25 WIB
http:www.bkkbn.go.idViewBerita.aspx?BeritaID=967, diakses pada tanggal 01 Februari pukul 12.39 WIB
Universitas Sumatera Utara
http:www.jurnalhukum.computusnya-perkawinan, diakses pada tanggal 09 Februari 2016 pukul 17.18 WIB
http:www.kompasiana.compakcahdi-indonesia-40-perceraian-setiap- jam_54f357c07455137a2b6c7115,
diakses pada tanggal 01 Februari pukul 12.39 WIB
http:www.koran-sindo.comnews.php?r=5n=124date=2015-11-05, diakses pada tanggal 03 Februari 2016 pukul 19.45 WIB
http:www.medanbisnisdaily.comnewsreadfenomena-perceraian, diakses pada tanggal 04 Februari 2016 pukul 17.57 WIB
http:www.republika.co.idberitagaya-hidupparenting, diakses pada tanggal 06 Februari 2016 pukul 16.40 WIB
http:www.republika.co.idberitanasionalumum141114nf0ij7-tingkat-perceraian indonesia-meningkat-setiap-tahun-ini-datanya, diakses pada tanggal 01 Februari
2016 pukul 20.20 WIB
Universitas Sumatera Utara
59
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriftif dengan metode pendekatan kualitatif. Penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau
mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variable penelitian itu berinteraksi satu sama
lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung Siagian, 2011:52. Pada penelitian kualitatif, penelitian dilakukan untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh objek penelitian. Misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah Moeleong, 2014:6.
Melalui penelitian ini, penulis ingin memberikan gambaran tentang bagaimana persepsi orangtua tunggal terhadap perceraian di Dusun III B kecamatan
Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena desa ini memiliki jumlah rumah
tangga yang mengalami perceraian yabg banyak, belum ada yang meneliti mengenai persepsi orangtua tunggal terhadap perceraian di desa ini dan juga peneliti juga ingin
mengetahui secara pasti bagaimana persepsi orangtua tunggal sebagai seseorang yang mengalami perceraian terhadap perceraian di Dusun III B Kecamatan Patumbak
Universitas Sumatera Utara
60
Kabupaten Deli Serdang.
3.3 Unit Analisa dan Informan
3.3.1 Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian adalah satuan yang diperhitungkan sebagai
subjek penelitian Arikunto, 2002:121. Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah anggota masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli
Serdang yaitu keluarga yang mengalami perceraian. 3.3.2 Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian Moleong, 2010:132. Jadi ia harus
mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Adapun orang-orang yang menjadi sumber informasi dari data penelitian ini selanjutnya disebut informan.
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini, dibedakan menjadi 3 jenis yaitu : informan kunci, informan utama dan informan tambahan yang dapat
mendukung penelitian. Maka dalam penelitian ini informan terbagi tiga, yaitu : a.
Informan Kunci Informan kunci adalah orang yang paling memahami tentang permasalahan
dari penelitian ini karena ia terlibat langsung dalam masalahnya. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah orang tua tunggalsingle
parent yaitu janda atau duda yang bercerai karena keinginan atau putusan pengadilan bukan karena kematian di Dusun III B Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang yang telah mengalami perceraian sebanyak 7 orang. b.
Informan Utama Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung didalam dalam
Universitas Sumatera Utara
61
interaksi sosial yang ditelitiSuyanto dan Sutinah,2005:171-172. Yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah anak yang diasuh oleh
orangtua tunggal di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang sebanyak 5 orang
c. Informan Tambahan
Informan tambahan adalah orang yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosialHendarso dalam Sutinah,
2005:171. Yang menjadi informan tambahan dalam penelitian ini sebanyak 3 orang, yaitu :
• Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
• Masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
sebanyak 2 orang.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan penelitian untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan teknik sebagai berikut: a.
Penelitian Kepustakaan Library Research Penelitian Kepustakaan merupakan cara mengumpulkan data yang ada
mengenai permasalahan dalam penelitian dengan mengolah berbagai sumber kepustakaan seperti buku ilmiah, makalah, media massa, media elektronik
serta bentuk tulisan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
62
b. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan merupakan pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun kelokasi penelitian untuk mencari fakta yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti yang terdiri dari: 1.
Metode pengamatan atau observasi yaitu teknik pengumpulan data yang mengharuskan si peneliti melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat
yang ditelitinya untuk dapat melihat, mendengar, dan memahami gejala- gejala yang ada, sesuai dengan makna yang diberikan atau yang dipahami
oleh masyarakat yang diteliti. 2.
Wawancara mendalam yaitu percakapan tanya jawab yang dilakukan pengumpul data dengan informan memberikan data dan informasi yang
diperlukan dalam penelitian Siagian, 2011:207.
3.5 Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan mengkaji data
yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data,
menelaah, menyusun dalam suatu satuan, yang dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data, serta mendefinisikannya dengan analisis sesuai
dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian Moeloeng, 2007:247.
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif, dimana analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai rumus-
rumus tertentu, namun lebih ditujukan sebagai penelitian dekriptif. Hasil observasi
Universitas Sumatera Utara
63
dan wawancara akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan, hingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
64
BAB IV DESKRIPSI LOKASI
4.1 Gambaran Umum Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
4.1.1 Sejarah Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu dari 12 dusun yang ada di Desa Marindal I Kecamatan Patumbak. Pada
awalnya merupakan sebuah wilayah perkebunan hingga tahun 1980 sampai pada akhirnya hak guna usaha HGU PTP habis, maka desa ini berubah menjadi wilayah
pemukiman. Jarak antara Desa Marindal I dengan Ibukota Kecamatan adalah ± 4,6
km, sedangkan ke Ibukota Kabupaten ± 20 km dan jarak ke Ibukota Provinsi ± 7 km.
Desa ini merupakan suatu daerah dataran rendah yang saat ini dikenal sebagai desa perdagangan dan jasa dengan rata-rata ketinggian 4,5 m dari permukaan laut, dengan
suhu rata-rata 37º C dan rata-rata curah hujan 2000 mmtahun. Hingga saat kini telah banyak perubahan dari struktur pembangunan jalan dan pembangunan sarana dan
prasarana di Desa Marindal I.
4.1.2 Keadaan Geografi
Batas-batas Desa Marindal I : a.
Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Harjosari II
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sigare-gareLantasan lamaDelitua
c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Patumbak Kampung
d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Suka Makmur Delitua
Universitas Sumatera Utara
65
4.1.3 Keadaan Demografi
Dusun III B mempunyai jumlah penduduk sebanyak 30.721 jiwa yang terdiri dari 18.433 jiwa perempuan dan 12.288 jiwa laki-laki. Adapun komposisi
penduduk dan distribusi penduduk di Dusun III B dapat dilihat berdasarkan umur, pekerjaan, pendidikan, dan agama yang masing-masing disajikan dalam tabel.
4.1.3a Umur
Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan umur dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Komposisi Penduduk BerdasarkanUmur
No Umur
Jumlah orang Persentase
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
0-5 6-11
12-17 18-23
24-29 30-35
36-41 42-47
48-53 54 ke atas
2790 2860
2577 3317
4184 2861
3514 2635
2730 3253
9,08 9,31
8,39 10,80
13,62 9,31
11,44 8,58
8,86 10,59
Jumlah 30721
100
Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016
Universitas Sumatera Utara
66
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui mayoritas masyarakat Dusun III B berusia 24-29 tahun sebanyak 4184 orang 13,62. Masyarakat yang berada
pada usia 36-41 tahun sebanyak 3514 orang 11,44, usia 18-23 tahun sebanyak 3317 orang 10,80, masyarakat yang berusia 54 tahun keatas sebanyak 3253 orang
10,59, usia 6-11 tahun sebanyak 2860 orang 9.31, usia 30-35 tahun sebanyak 2861 orang 9,31, usia 0-5 tahun sebanyak 2790 orang 9,08, usia 48-53 tahun
sebanyak 2730 orang 8,86, masyarakat yang berusia 42-47 tahun sebanyak 2635 orang8,58. Minoritas masyarakat sebanyak 2577 orang 8,39 berusia 12-17
tahun.
4.1.3b Pekerjaan
Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan pekerjaan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan
Jumlah Orang 1
2 3
4 5
6 Pedagang
PetaniBuruh Pegawai SwastaWiraswasta
Pegawai Negeri Sipil PolisiABRI
Pensiunan 131
90 246
124 187
110 Jumlah 888
Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016
Maju mundurnya suatu daerah tergantung pada sumber mata pencahariannya, dan untuk melihat keadaan ekonomi rumah tangga dapat dilihat dari mata
Universitas Sumatera Utara
67
pencahariannya. Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang tidak ada
yang mayoritas akan tetapi masih dalam tahap yang berimbang. Adapun yang menempati posisi teratas adalah pegawai swastawiraswasta sebanyak 246 jiwa,
posisi kedua ditempati pegawai swasta sebanyak 187 jiwa. Meskipun dusun ini dikenal sebagai dusun perdagangan dan jasa, jumlah pedagang menempati posisi
ketiga sebanyak 131 jiwa. Pedagang di pasar tersebut ada yang menggelar dagangnnya setiap hari, dan ada juga yang mingguan dikenal dengan sebutan
pedagang mingguan yang hanya berdagang pada hari sabtu dan minggu. Disusul oleh pensiunan sebanyak 110 jiwa, dan posisi terakhir ditempati oleh petaniburuh
sebanyak 90 jiwa. Sesuai dengan temuan penulis di lapangan, perceraian yang dilakukan di
Pengadilan Agama maupun Pengadilan Negeri kebanyakan terjadi pada masyarakat yang mempunyai ekonomi golongan atas. Sedangkan masyarakat golongan bawah
biasanya melakukan proses perceraian secara kekeluargaan karena keterbatasan dana untuk menjalankan proses perceraian secara resmi di pengadilan.
Universitas Sumatera Utara
68
4.1.3c Pendidikan
Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan pendidikan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan
Jumlah Persentase
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 Belum sekolah
Usia 7-45 tidak pernah sekolah Pernah sekolah SD tapi tidak tamat
Tamat SDsederajat SLTPsederajat
SMAsederajat D-1
D-2 D-3
S-1 S-2
4131 4497
608 6648
5068 8322
245 301
463 353
85 13,45
14,64 1,98
21,64 16,50
27,09 0,80
0,98 1,51
1,15 0,27
Jumlah 30721
100
Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016
Pendidikan merupakan kunci dari keberhasilan dan kemajuan, melalui pendidikan maka manusia akan memiliki suatu pola berpikir dan sikap mental yang
baik sehingga memungkinkan adanya pencapaian taraf hidup yang baik. Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui mayoritas masyarakat Dusun III B berpendidikan
sampai tingkat sekolah menegah atas sebanyak 8322 orang 27,09, berpendidikan
Universitas Sumatera Utara
69
sampai hanya tamat sekolah dasarsederajat sebanyak 6648 orang 21,64, berpendidikan sampai tamat sekolah menengah pertama sebanyak 5068 orang
16,50. Masyarakat berusia dari 7- 45 tahun tidak pernah bersekolah sebanyak 4497 orang 14,64, belum sekolah sebanyak 4131 orang 13,45, berpendidikan
pernah sekolah di sekolah dasar tetapi tidak tamat sebanyak 608 1,98, berpendidikan hingga Diploma 3 sebanyak 463 orang 1,51, berpendidikan hingga
Strata 1 sebanyak 353 orang 1,15, berpendidikan hingga Diploma 2 sebanyak 301 orang 0,98, berpendidikan hingga Diploma 1 sebanyak 245 orang 0,80, dan
paling sedikit masyarakat yang berpendidikan hingga Strata 2 sebanyak 85 orang 0,27 di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
Dari komposisi penduduk berdasarkan pendidikan yang telah disajikan pada tabel 4.3, tampak bahwasanya tingkat pendidikan masyarakat di Dusun III B
termasuk kedalam kategori tinggi dimana terdapat persentase penduduk yang telah mendapatkan pendidikan hingga ke jenjang S2. Tentunya hal ini disebabkan karena
masyarakat di Dusun III B menyadari akan pentingnya pendidikan. Dari tingkat ekonomi masyarakat di Dusun III B termasuk kedalam golongan ekonomi menengah.
Sehingga dengan demikian, usaha-usaha untuk meningkatkan taraf pendidikan di Dusun III B terus diupayakan dalam penyediaan sarana ataupun prasarana
pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
70
4.1.3d Agama
Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan aggama dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama
Jumlah 1
2 3
4 5
6 Islam
Kristen Katolik Kristen Protestan
Hindu Budha
Konghucu 18360
3090 6180
1030 1534
527 Jumlah 30721
Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016
Masyarakat Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang termasuk masyarakat yang majemuk baik dari segi suku bangsa maupun dari segi
agama. Mayoritas adalah suku Jawa, dalam agama terdapat pemeluk agama mayoritas yaitu agama Islam dengan jumlah 18360 orang berdasarkan tabel diatas,
diikuti urutan kedua agama Kristen Protestan dengan jumlah orang 6180, agama Kristen Katolik sebanyak 3090 orang, agama Budha sebanyak 1534 orang, agama
Hindu sebanyak 1030 orang dan minoritas agama Konghucu sebanyak 527 orang dari keseluruhan jumlah masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten
Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
71
4.1.4 Sarana dan Prasarana
Fasilitas sarana dan prasarana merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi terciptanya pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Dengan terpenuhinya
sarana dan prasarana dalam sebuah tatanan lingkungan masyarakat maka masyarakat sekitar akan lebih mudah dalam memenuhi segala tujuan dan rencana-rencananya.
Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada masing-masing tabel yang terdiri dari
sarana peribadatan, prasarana kesehatan dan sarana transportasi:
4.1.4a Sarana Peribadatan Tabel 4.5
Sarana Peribadatan Di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
No Agama
Jumlah 1
2 3
4 5
6 Islam
Katolik Kristen Protestan
Hindu Budha
Konghucu 10 Mesjid 5 Musholla
2 Gereja 6 Gereja
1 Kuil 2 Klenteng
1 Litang Jumlah 28
Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.5 dapat diketahui jumlah sarana peribadatan yang paling banyak di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten
Deli Serdang adalah mesjid, hal ini dapat dimaklumi karena mayoritas menganut agama islam. Terdapat 6 gereja bagi masyarakat beragama kristen protestan, 2 gereja
Universitas Sumatera Utara
72
bagi masyarakat beragama katolik, 2 klenteng bagi masyarakat beragama budha dan hanya 1 kuil dan 1 litang bagi masyarakat beragama Hindu dan Konghucu di Dusun
III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
4.1.4b Prasarana Kesehatan Tabel 4.6
Prasarana Kesehatan Di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
No Agama
Jumlah 1
2 3
Rumah Sakit Puskesmas
Balai Pengobatan Umum BPU -
1 5
Jumlah 6
Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016
Masyarakat yang sehat merupakan sebuah indikator dalam melihat tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut. Untuk itu terpenuhinya fasilitas prasarana
kesehatan akan mendukung bagi terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data yang disajikan di tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sarana kesehatan
yang ada di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 1 buah Puskesmas, dan Balai Pengobatan Umum sebanyak 5 buah. Prasarana
kesehatan di desa ini belum memadai jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya.
Universitas Sumatera Utara
73
4.1.4c Sarana Transportasi
Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang memiliki sarana transportasi yang baik. Selain memiliki kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan
mobil, bagi yang tidak memiliki kendaraan sendiri mereka dapat menggunakan angkutan umum daerah atau becak mesin yang ada di daerah ini. Angkutan umum
yang ada pada desa ini antara lain Koperasi Pengangkutan Umum Medan KPUM dan Mitra.
4.2 Organisasi Sosial Tabel 4.7
Organisasi Sosial Di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
No Jenis Organisasi Sosial Anggota
Fungsi
1 Serikat Tolong Menolong
Orang-orang yang berada disekitaran
tempat tinggal untuk dapat saling
membantu Membantu penduduk
yang terkena musibah, misalnya penyakit. Yang
membutuhakan pengobatan dan atau
sedang kemalangan
2 Perwiritan
Khusus beragama Islam
Menjalin persatuan dan kesatuan sesama umat
Islam 3
Karang Taruna Muda-mudi di
Dusun III B Kecamatan
Patumbak Kabupaten Deli
Serdang Menjalin persatuan dan
kesatuan antar muda mudi yang menjadi
anggota
Universitas Sumatera Utara
74
Berdasarkan data yang disajikan di tabel 4.7 dapat diketahui bahwa Dusun III B Kecamatan Patumbak memiliki beberapa organisasi sosial diantaranya Serikat
Tolong Menolong STM yaitu organisasi masyarakat yang bersifat resmi dengan tujuan membantu penduduk yang mengalami musibah seperti sakit, meninggal dunia
dan lain-lain. Pertolongan yang diberikan berupa materi yang jumlahnya sudah ditetapkan pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi. Kemudian
perwiritan di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah organisasi yang bersifat keagamaan yang terbagi dua bagian yaitu perwiritan
kaum bapak dan kaum ibu yang bertujuan untuk menjalin persatuan dan kesatuan sesama umat beragama Islam, dan karang taruna yaitu organisasi yang
keanggotaanya terbuka bagi muda-mudi yang ada di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, bertujuan menjalin persatuan dan kesatuan antar
muda mudi tanpa membedakan suku atau agama. Kegiatan organisasi ini adalah memberi bantuan bagi anggota, memeriahkan hari-hari besar nasional seperti 17
Agustus.
Universitas Sumatera Utara
75
4.3 Struktur Pemerintahan Desa Marindal 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
Berikut merupakan susunan Pemerintahan Desa Desa Marindal 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang:
Badan Permusyawaratan Desa : Drs.Burhanuddin Sitompul, MH
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa : Poge Juniardi SE, MH
Kepala Desa : Drs.Syarifuddin Lubis
Sekretaris Desa : Drs.Juliono
Bendahara : Witriani
Kepala Urusan Umum : Nurhamida
Kepala Urusan Pemerintah : Mismanto
Kepala Urusan Pembangunan : M.Romzi
Kepala Dusun I : Tuono
Kepala Dusun II : M Simanjuntak
Kepala Dusun III A : Samio G.P
Kepala Dusun III B : Sami Juhardi Hasim
Kepala Dusun IV : Sahman
Kepala Dusun V : Sutrisno
Kepala Dusun VI : Agus Riswanto
Universitas Sumatera Utara
76
Kepala Dusun VII : Tukiran
Kepala Dusun VIII : Andi Gapta
Kepala Dusun IX : Rasimin
Kepala Dusun X : Erianto
Kepala Dusun XI : Tular
Keterangan: Kepala Urusan Umum mengurus SKTP, surat menikah; Kepala Urusan Pemerintah mengurus urusan tanah,organisasi dan pemuda; Kepala Urusan
Pembangunan mengurus keadaan jalan, saluran air, saluran pembuangan.
Universitas Sumatera Utara
77
Gambar 2.2 Bagan Struktur Pemerintahan Desa Marindal 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
Drs. Burhanuddin Sitompul, MH
Badan Permusyawaratan Desa BPD
Drs. Syarifuddin Lubis
Kepala Desa
Poge Juniardi SE, MH
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa LKMD
Drs. Juliono
Sekretaris Desa
M.Romzi
Kepala Urusan Pembangunan
Mismanto
Kepala Urusan Pemerintah
Nurhamida
Kepala Urusan Umum
Witriani
Bendahara
I II
III A III B
IV V
VI VII
VIII IX
X XI
Kepala Dusun
Universitas Sumatera Utara
78
BAB V ANALISA DATA
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan melalui teknik wawancara mendalam, informan yang memenuhi syarat untuk dianalisis telah
diwawancara. Informan pada penelitian ini berjumlah 15 orang, terdiri dari informan kunci berjumlah 7 orang, informan utama berjumlah 5 orang dan informan tambahan
berjumlah 3 orang. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas data yang telah terkumpul dapat dilihat pada data yang telah dianalisis sebagai berikut:
5.1 Karakteristik Informan 5.1.1 Identitas Informan Kunci Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan
Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan
Adapun data informan kunci pada tabel berikut ini:
Tabel 5.1 Data Informan Kunci Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir,
Pekerjaan dan Pendapatan
No Nama
Jenis Kelamin
Usia Pendidikan
Terakhir Pekerjaan
Pendapatan
1 2
3 4
5 6
7 Isti
Nesita Basir
Riska Fitraina
Moer Jojor
Perempuan Perempuan
Laki-laki Perempuan
Perempuan Laki-laki
Perempuan 51
42 32
51 36
53 40
D3 SMA
S1 SMA
S1 D3
S1 Wiraswasta
Pedagang Wiraswasta
Wiraswasta Wiraswasta
PNS Wiraswasta
3.000.000 1.500.000
5.000.000 2.000.000
3.000.000 4.000.000
4.000.000
Sumber: Hasil Temuan Lapangan Tahun 2016
Universitas Sumatera Utara
79
Informan kunci keseluruhan berjumlah 7 orang, terdiri atas 5 orang informan bermata pencaharian sebagai wiraswasta dan 2 orang bukan wiraswasta. Dari tabel di
atas dapat dilihat bahwa pendapatan informan yang paling tinggi sebanyak 5.000.000. Hal ini merupakan salah satu faktor dominan terjadinya perceraian yaitu
masalah ekonomi, tingginya biaya hidup sementara pemasukan rendah.
5.1.2 Identitas Informan Utama Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan
Adapun data informan utama pada tabel berikut ini:
Tabel 5.2 Data Informan Utama Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir,
Pekerjaan dan Pendapatan
No Nama
Jenis Kelamin
Usia Pendidikan
Terakhir Pekerjaan
Pendapatan
1 2
3 4
5 Enreni
Gibran Jofta
Arta Winna
Perempuan Laki-laki
Laki-laki Perempuan
Perempuan 22
25 30
20 20
S1 S1
S1 SMA
SMA -
PNS Wiraswasta
Mahasiswi Mahasiswi
- 2.500.000
5.000.000 -
-
Sumber: Hasil Temuan Lapangan Tahun 2016
Informan utama berjumlah 5 orang dari jumlah keseluruhan orangtua tunggal yang dijadikan sebagai informan. Terdiri atas 3 orang informan berusia dibawah 24
tahun dan 2 orang berusia diatas 24 tahun. Informan utama merupakan anak dari anak orangtua tunggal di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli
Serdang.
Universitas Sumatera Utara
80
5.1.3 Identitas Informan Tambahan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan
Adapun data informan tambahan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.3 Data Informan Tambahan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan
Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan
No Nama
Jenis Kelamin
Usia Pendidikan
Terakhir Pekerjaan
Pendapatan
1
2 3
Syarifuddin Lubis
Sari Julios
Laki-laki
Perempuan Laki-laki
55
30 30
S1
S1 D3
Kepala Desa
PNS Wiraswasta
2.000.000
2.500.000 3.000.000
Sumber: Hasil Temuan Lapangan Tahun 2016
Informan tambahan berjumlah 3 orang, yaitu Kepala Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, dan 2 informan yang merupakan masyarakat
Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yang sudah menikah. Hal ini dimaksudkan karena dinilai informan memiliki pandangan, penilaian dan
rencana tersendiri tentang rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
81
5.2 Profil Informan 5.2.1 Informan Kunci
1. Isti 51
Ibu bernama panggilan Is, lahir di Medan pada 17 Juni 1965 bersuku Karo adalah ibu dari 3 orang anak, masing-masing bernama Gezka 27, Enreni 22, dan
Marco 20 yang telah membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 1988 hingga pada akhirnya resmi bercerai pada tahun 2012. Kesibukan Ibu Isti setiap
harinya yaitu mengurus usaha butik yang digelutinya semenjak bercerai sampai saat ini. Ibu Isti adalah seorang kristen yang aktif di berbagai kegiatan-kegiatan dengan
kalangannya sebagai wanita. Tinggal bersama kedua anaknya Enreni dan Marco.
2. Nesita 42
Ibu bernama panggilan Ita, lahir di Medan pada 18 Maret 1974 bersuku Jawa adalah ibu dari 7 orang anak, masing-masing bernama Santun 29, Reski 27,
Gibran 25, Prinanti 19, Juani 16, Juana 16 dan Bayu 12 yang telah membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 1985 hingga pada akhirnya
memutuskan bercerai pada tahun 2012. Ibu Ita adalah seorang Islam. Tinggal bersama keempat anaknya Gibson, Prinanti, Juani dan Juana. Aktifitas keseharian
yang dilakukan oleh Ibu Ita ialah setiap pagi berjualan sarapan pagi, gorengan dan kue-kue di depan rumahnya. Usaha yang sudah Ibu Ita lakukan sebelum bercerai
untuk menambah pendapatan biaya hidup. Letak rumah Ibu Ita yang berada tepat di pinggir jalan sehingga banyak yang melewati dan melihat membuat usaha jualannya
selalu habis sebelum siang.
Universitas Sumatera Utara
82
3. Basir 32
Bapak bernama panggilan Sir, lahir di Solok pada 14 September 1984 bersuku Jawa adalah bapak dari 2 orang anak, masing-masing bernama Miracle 10
dan Axany 7 yang telah membina rumah tangga dengan mantan istrinya sejak tahun 2004 hingga akhirnya memutuskan bercerai pada tahun 2014. Pak Sir adalah seorang
Islam. Aktifitas keseharian yang dilakukan oleh Pak Sir ialah setiap pagi pergi berangkat kerja di salah satu perusahaan swasta di bidang asuransi, hingga sore
pulang dan tinggal bersama orangtua dari 2 tahun lalu pasca bercerai.
4. Riska 51
Ibu bernama panggilan Ika, lahir di Siantar pada 14 Januari 1965 bersuku Jawa adalah ibu dari 4 orang anak, masing-masing bernama Jofta 30, M. Rahman
26, Dita 22 dan Shinta 16 yang telah membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 1985 hingga pada akhirnya resmi bercerai pada tahun 2013.
Tinggal bersama anaknya Jofta, Dita dan Shinta. Ibu Riska adalah seorang Islam. Kesibukan Ibu Ika setiap harinya yaitu bekerja di perusahaan swasta di bidang tekstil
dari hari senin hingga jumat mulai dari tahun 1990 saat ibu ika berusia 25 tahun setelah menikah.
5. Fitraina 36
Ibu bernama panggilan fit, lahir di Pasar Baru pada 22 Oktober 1980 bersuku Mandailing adalah ibu dari 1 orang anak bernama Purnawira 14 yang telah
membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 2001 hingga bercerai pada tahun 2014. Tinggal bersama dengan anaknya setelah resmi bercerai. Ibu Fitra
Universitas Sumatera Utara
83
adalah seorang Islam. Kesibukan Ibu Fit setiap harinya yaitu bekerja di perusahaan kimia swasta di bidang obat-obatan.
6. Moer 53
Bapak bernama panggilan Moer lahir di Aceh pada 23 November 1963 bersuku Jawa adalah ayah dari 3 orang anak, masing-masing bernama M.Fuad 22,
Arta 20 dan Witra 15 yang telah membina rumah tangga dengan mantan istrinya sejak tahun 1994 hingga bercerai pada tahun 2015 yang lalu. Tinggal bersama
dengan anaknya M. Fuad dan Arta setelah resmi bercerai. Pak Moer adalah seorang Islam. Kesibukan Pak Moer setiap harinya yaitu bekerja sebagai Pegawai Negeri
Sipil di salah satu Instansi Pemerintahan.
7. Jojor 40
Ibu bernama panggilan jojor lahir di Medan pada 2 Februari 1976 bersuku Batak adalah ibu dari 4 orang anak, masing-masing bernama Israeli 29, Medina
26, Bintang 22 dan Winna 20 yang telah membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 1988 hingga bercerai pada tahun 2015. Tinggal bersama
dengan anaknya Bintang dan Winna setelah resmi bercerai. Ibu Jojor adalah seorang Kristen. Kesibukan Ibu Jojor setiap harinya yaitu bekerja di perusahaan swasta di
bidang penyedia jasa layanan.
Universitas Sumatera Utara
84
5.2.2 Informan Utama 1. Enreni 22
Anak kedua Ibu Isti dari tiga bersaudara, lahir di Medan pada 7 Juni 1994 bersuku Simalungun dan beragama Kristen. Baru saja menyelesaikan pendidikan
terakhir strata satu dari universitas swasta di medan. Saat ini kesibukan yang dijalani oleh Enreni adalah ikut membantu mengurus usaha butik Ibu Isti mengisi
kekosongan waktu senggangnya.
2. Gibran 25
Anak ketiga Ibu Nesita dari tujuh bersaudara, lahir di Binjai pada 19 Agustus 1991 bersuku Jawa. Memiliki pendidikan terakhir strata satu dari universitas
negeri di padang dan sudah bekerja sebagai pegawai negeri sipil di salah satu instansi pemerintahan di Kota Medan. Saat ini kesibukan yang dijalani oleh Gibran adalah
setiap pagi berangkat kerja, ikut membantu sedikit biaya hidup dan sekolah adik- adiknya Prinanti,Juani dan Juana.
3. Jofta 30
Anak sulung Ibu Riska dari empat bersaudara, lahir di Medan pada 12 Januari 1986 bersuku Batak. Memiliki pendidikan terakhir strata satu dari universitas
negeri di jawa barat dan sudah bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan swasta asing di Kota Medan. Saat ini kesibukan yang dijalani oleh Jofta adalah setiap
pagi berangkat kerja, ikut membantu sedikit biaya hidup dan sekolah adik-adiknya Dita dan Shinta.
Universitas Sumatera Utara
85
4. Arta 20
Anak kedua Pak Moer dari tiga bersaudara, lahir di Kutacane pada 10 April 1996 bersuku Jawa, memiliki pendidikan terakhir sekolah menengah atas. Saat
ini kesibukan yang dijalani oleh Arta adalah mengikuti perkuliah tingkat empat di salah satu sekolah tinggi ekonomi swasta di Kota Medan.
5. Winna 20
Anak bungsu Ibu Jojor dari empat bersaudara, lahir di Medan pada 10 Desember 1996 bersuku Karo, memiliki pendidikan sekolah menegah atas. Saat ini
kesibukan yang dijalani oleh Winna adalah mengikuti perkuliahan tingkat empat di salah satu universitas swasta di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
86
5.2.3 Informan Tambahan 1. Syarifuddin Lubis 55
Bapak Syarifuddin Lubis adalah Kepala Desa Marindal I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
2. Sari 30
Anggota masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yaitu wanita yang sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, berpendidikan
terakhir strata satu yang saat ini bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di salah satu instansi pemerintahan di Kota Medan.
2. Julios 30
Anggota masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yaitu laki-laki yang sudah menikah dan memiliki 1 orang anak,
berpendidikan terakhir Diploma D3 yang saat ini bekerja sebagai karyawan di perusahaan asuransi swasta.
Universitas Sumatera Utara
87
5.3Hasil Temuan Informan Kunci
Biodata Orangtua Tunggal Informan 1 1.
Nama : Isti
2. Tempat Lahir
: Medan 3.
Tanggal Lahir : 17 Juni 1965
4. Usia
: 51 Tahun 5.
Jenis Kelamin : Perempuan
6. Suku
: Karo 7.
Agama : Kristen Protestan
8. Pendidikan
: D3 9.
Pekerjaan : Wiraswasta
10. Jumlah Anak
: 3 Orang
a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:
Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Menurut saya rumah tangga adalah suatu kumpulan terkecil di masyarakat dimana didalamnya terdapat ayah,ibu dan anak-anak.
Walaupun informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan gugup,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai
Universitas Sumatera Utara
88
sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Euumm.. bercerai sudah hampir tiga tahun yang lalu.” Informan menjawab dengan nada bicara yang perlahan, dan mengatakan dia
adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa
terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Perceraian terjadi karena diakibatkan banyak faktor-faktor, diantaranya ialah faktor ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga, orang ketiga, sering
terjadinya konflik, beda visi-misi, dan lain hal menurut saya.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga
sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan
informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Ya, ada.. secara singkat saya simpulkan, ya beda visi misi, seperti pendapat dan prinsip setelah menikah.”
Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya saja. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan
bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Pandangan saya akan fenomena perceraian saat ini, saya pikir perceraian di jaman sekarang bukanlah merupakan hal yang tabu atau memalukan ya. Bila
dibandingkan dengan jaman dulu masih dirasakan sangat tabu dan banyak rasa
Universitas Sumatera Utara
89
malunya bila bercerai, tapi kalau sekarang orang-orang sudah semakin pintar dan memaklumi. Tidak cocok sedikit langsung bercerai. Euumm.., seperti menganggap
pernikahan bukan sesuatu yang sakral. Bisa kita lihat fenomena yang seperti ini marak terjadi di kalangan artis.”
Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang ia alami sebagai
orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum.
b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian
bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di
keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana
keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Keadaan anak-anak saya setelah bercerai, saya bercerai itu sekitar tiga tahun lebih ya, sudah gak terasa terlalui. Pada saat itu anak-anak saya sempat
kecewa dengan keinginan dan keputusan saya, jadi begitu saya resmi bercerai anak- anak saya tetap saya rangkul dan bimbing. Saya sebisa mungkin menjadi orangtua
tunggal yang tetap mengajarkan hal-hal positif ke anak agar mereka tidak malu akan keadaan ini. Ya.. saya bersyukur, anak-anak tidak pernah merasa malu dan
tidak kekurangan kasih sayang dari saya dan pihak keluarga yang lain semenjak perceraian saya.”
Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan megutarakan perasaan
Universitas Sumatera Utara
90
anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Saya rasa anak saya tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Mereka sudah pada besar-besar, dewasa. Mereka menerima-nerima saja keadaan
orangtuanya.” Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik saja sepengetahuannya dan
sebisa mungkin tetap memantau perkembangan kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang
status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Keadaan orangtua saya baik-baik saja, tidak ada masalah. Tidak pernah merasakan ketidaknyaman setelah saya bercerai. Orangtua saya terus memotivasi,
selalu menerima keadaan saya selaku anaknya apa adanya.” Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan
orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya komunikasi yang terjalin semakin dipererat.
Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Hal positifnya kalau dibandingkan saat itu dengan sekarang adalah
sekarang lebih tenang dalam artian tidak menjadi beban pikiran keluarga saya lagi dan beban mental bagi anak-anak saya. Rileks-rileks saja saya rasa menjalani
keadaan.” Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana
kehidupan yang baru dan lebih kondusif dari sebelum bercerai. Dengan begitu
Universitas Sumatera Utara
91
perceraian memang salah satu pilihan terbaik menyelesaikan masalah dalam rumah tangga.
c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi
sosial ekonomi dan kesehatan: Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan
pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti
dengan informan: “Keadaan kehidupan keluarga saya setelah bercerai baik-baik saja, kami
hidup sejahtera dan bahagia.” Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi
dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Tidak ada dampak. Keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan saya baik-baik saja, kok pada saat itu hingga saat ini. Ya saya tetap berpacu untuk mencari rejeki
demi anak-anak.” Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya.
Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap stabil hingga saat ini dari sebelum
memutuskan untuk bercerai.
Universitas Sumatera Utara
92
Biodata Orangtua Tunggal Informan 2 1.
Nama : Nesita
2. Tempat Lahir
: Medan 3.
Tanggal Lahir : 18 Maret 1975
4. Usia
: 41 Tahun 5.
Jenis Kelamin : Perempuan
6. Suku
: Jawa 7.
Agama : Islam
8. Pendidikan
: SMA 9.
Pekerjaan : Pedagang
10. Jumlah Anak
: 7 Orang
a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:
Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Menurut saya rumah tangga itu adalah susunan cerita kehidupan, ada anggota keluarga didalam. Anak,bapak,ibu.
Walaupun informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan seadanya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk menjawab pertanyaan
selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Ibu baru bercerai, tahun 2012 putusannya resmi bulan juli bercerai.”
Universitas Sumatera Utara
93
Informan menjawab dengan informasi yang lengkap, dan mengatakan merupakan orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan
begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan
informan: “Semua orang tidak pernah menginginkan masalah di dalam rumah
tangganya, bisa terjadi karena keiginan masing-masing.” Informan menjawab sesuai dengan yang dialaminya. Kemudian peneliti
mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua
tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Ya, tentu..Faktor orang ketiga. Ibu tidak mau dipoligami”
Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang ingin disampaikannya. Dengan begitu, peneliti kemudian menanyakan bagaimana
pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Pandangan ibu tentang fenomena perceraian, siapa saja bisa terkena musibah didalam rumah tangganya. Tidak asing kalau kita dengar kata cerai,
karena semua tau ya arti cerai itu apa. Bercerai bukan sesuatu hal yang sepele, untuk itu perlu dimantapkan hati,pikirannya kalau mau memutuskan. Tidak karena
hal kecil setitik minta talak.” Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan
ekspresi serius dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang ia alami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui.
Universitas Sumatera Utara
94
b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian
bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di
keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana
keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Keadaan anak-anak setelah bercerai, ibu bercerai itu keputusannya dulu itu bersama dengan keluarga juga dirundingkan,bertukar pikiran sama-sama. Sampai
sekarang masih menjalani kegiatannya masing-masing seperti biasa. Mereka sudah banyak mengerti ibu rasa, baik-baik semua. Hal yang positif,nasehat itu pasti masih
ibu arahkan dan selalu dijalankan.” Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya
setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan megutarakan perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut
kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Kalo perasaan ketidaknyamanan, Ibu rasa si bungsu ibu, Bayu. Tinggalnya
disana, sama bapaknya mulai dari resmi cerai. Dengan begitu, informan mencoba menggali informasi ketidaknyamanan
seperti apa yang dialami Bayu. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Lingkungannya tidak sama seperti dulu masih serumah, wong lain ibunya.”
Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya yang lain menurutnya baik-baik saja sepengetahuannya selain Bayu dan tetap mengawasi kehidupan anak-anaknya.
Kemudian peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika
Universitas Sumatera Utara
95
resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Namun, ternyata orangtua Ibu Nesita sudah meninggal dunia sebelum perceraiannya dengan mantan suaminya.
Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan semua anak-anaknya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah
mengalami perceraian, di dalam keluarganya rasa peduli antara anggota keluarga semakin sering dinyatakan. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan
pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Hal positifnya mereka kalau dibandingkan saat itu dengan sekarang adalah lebih bijak menanggapi sesuatu hal dari orang.”
Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenjadikan kedua belah pihak menjadi sama-sama tentram.
c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi
sosial ekonomi dan kesehatan: Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan
pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti
dengan informan: “Keadaan kehidupan keluarga setelah bercerai baik-baik saja, perubahan
sedikit pasti ada terjadi. Salah satunya perubahan didalam rumah berubah mulai dari sikap anak-anak dirumah, pola hidupnya. Lebih mawas diri artinya tidak
sembarang.”
Universitas Sumatera Utara
96
Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan
wawancara peneliti dengan informan: “Ya ada dampaknya. Keadaan ekonomi dulu kan masih ada tambahan. Kalau
sekarang tidak lagi ada ya, hanya untuk anak-anak biayanya. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.”
Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial
ekonomi dan kesehatannya masih berkondisi baik, tidak kekurangan dan masih tetap berusaha menafkahi anak-anaknya.
Biodata Orangtua Tunggal Informan 3 1.
Nama : Basir
2. Tempat Lahir
: Solok 3.
Tanggal Lahir : 14 September 1984
4. Usia
: 32 Tahun 5.
Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Suku
: Jawa 7.
Agama : Islam
8. Pendidikan
: S1 9.
Pekerjaan : Wiraswasta
10. Jumlah Anak
: 2 Orang
Universitas Sumatera Utara
97
a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:
Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Menurut saya rumah tangga itu adalah beberapa orang yang terkumpul yang didalamnya ada orangtua dan anak.
Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan singkat. Kemudian dengan jawaban yang sederhana, informan menjawab pertanyaan selanjutnya
mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Sudah dua tahun yang lalu.” Informan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang
diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut
kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Apa yang tidak bisa terjadi. apalagi perceraian, sudah lumrah terjadi
bilamana ada masalah yang tidak lagi sepakat antara pasangan suami dan istri.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga
sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang sebab apa yang menyebabkan informan
bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Ya, tentu.. Konflik dari orang ketiga, perzinahan.”
Universitas Sumatera Utara
98
Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang ditanyakan peneliti. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana
pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Pandangan saya tentang fenomena perceraian, sangat disayangkan ketika janji dan sumpah pernikahan tidak bisa dijalankan sesuai agama. Selama perceraian
menjadi jalan yang paling baik dan tidak menganggu kehidupan orang, menurut saya wajar saja. Ya walaupun, sebenarnya tidak baik dilakukan karena dampaknya
sangat banyak buat anak. Menjalani hal yang terbaik saja.” Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan
mempertimbangkan dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai dengan apa yang dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan
ketahui secara umum. b.
Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua:
Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau
yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara
peneliti dengan informan: “Keadaan anak-anak setelah bercerai, baik-baik saja. Anak-anak saya juga
masih kecil, belum mengerti orangtuanya sudah bercerai. Cuma tau orangtuanya uda tidak sama lagi rumahnya, seperti itu.”
Informan juga memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan megutarakan perasaan
Universitas Sumatera Utara
99
anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Tidak pernah. Mungkin nanti dijelaskan ketika mereka sudah bisa mengerti. Saat ini saya melihat masih seperti biasa saja, tidak ada keluhan.”
Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik saja dan tetap terus memperhatikan kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa
kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Tidak mengalami ketidaknyamanan. Orangtua saya baik-baik saja, hubungan saya dan keluarga mantan istri juga masih baik silahturahminya. Mereka
menerima, keputusan perceraian semua juga mengetahui alasannya kenapa.” Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan
orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya komunikasinya semakin intens. Pernyataan yang
diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil
wawancara peneliti dengan informan: “Hal positifnya buat anak-anak tidak ada. Kalau buat orangtua setelah saya
bercerai, lebih tenang sekarang pikirannya kalau dulu banyak sekali yang mau diselesaikan untuk bercerai.
Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana kehidupan yang baru dan lebih rumit buat saya walaupun kondisinya saat ini menjadi
lebih kondusif dari sebelumnya bercerai dengan mantan istrinya. c.
Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan:
Universitas Sumatera Utara
100
Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan
kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Keadaan kehidupan keluarga setelah bercerai baik-baik saja, tapi tidak lagi sama dengan yang dulu. Ada jarak karena kita bukan suami istri lagi, hanya
menjalankan fungsi masing-masing buat anak.” Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi
dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Tidak ada dampak. “Keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan saya baik- baik saja. Pendapatan saya cukup, kondisi saya stabil.”
Informan menjawab dengan apa adanya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan
kesehatannya tetap stabil hingga saat ini dari sebelum memutuskan untuk bercerai.
Universitas Sumatera Utara
101
Biodata Orangtua Tunggal Informan 4 1.
Nama : Riska
2. Tempat Lahir
: Siantar 3.
Tanggal Lahir : 14 Januari 1965
4. Usia
: 51 Tahun 5.
Jenis Kelamin : Perempuan
6. Suku
: Jawa 7.
Agama : Islam
8. Pendidikan
: SMA 9.
Pekerjaan : Wiraswasta
10. Jumlah Anak
: 4 Orang
a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:
Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Rumah tangga itu menurut saya adalah sekumpulan anggota keluarga, ayah,ibu,anak yg berada dalam satu rumah.
Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan pengetahuanny. Selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut
kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya bercerai tahun 2013.”
Informan menjawab dengan suara yang pelan, dan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu,
Universitas Sumatera Utara
102
peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Perceraian bisa terjadi karena sudah tidak ada lagi keseimbangan, seia sekata, sehati,selaras dalam membina dan menjalani rumah tangga.”
Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum singkat sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya dan juga sesuai yang
dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan
memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Ya, ada.. pertengkaran, cekcok hampir setiap hari selama dua tahun sebelum memutuskan bercerai. Kesalahan yang tidak lagi ditoleransi oleh hati.”
Informan memberikan pernyataannya dengan gugup, walaupun begitu, tidak mempengaruhinya untuk menjawab hal selanjutnya yang ditanyakan peneliti kepada
informan. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Pandangan saya tentang fenomena perceraian, siapa saja pasti memiliki masalah didalam rumah tangganya. Bukan lagi persoalan asing jika mendengar kata
cerai di jaman ini. Sedapat mungkin dihindari walaupun suami dan istri sama-sama menginginkan bagaimana jalannya yang terbaik.”
Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang dia ketahui dan dia
rasakan sebagai orangtua tunggal akibat perceraian.
Universitas Sumatera Utara
103
b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian
bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di
keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana
keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Anak-anak saya setelah bercerai keadaannya baik-baik saja, hanya saja ada kecewa kenapa orangtuanya bercerai. Tidak lagi bisa bertukar pikiran duduk
bersama dengan kedua orangtua. Mereka sudah banyak mengerti ibu rasa, baik-baik semua.”
Informan memaparkan hal-hal yang dilaluinya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan mengungkapkan perasaan
anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Tidak pernah. Mereka menerima, hanya perasaan sedikit kecewa dengan keputusan yang dilakukan orangtuanya.”
Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik-baik saja, hanya memiliki perasaan kecewa dan kehilangan figur ayah di dalam rumah. Semampu mungkin
tetap mengawasi dengan intens kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single
parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Awalnya terkejut dengan keputusan yang saya dan mantan suami lakukan,
awal tahun 2012. Tetapi sekarang kondisi sudah berjalan baik-baik saja. Tidak
Universitas Sumatera Utara
104
pernah merasa seperti tidak nyaman. Ya, menerima. Selalu memberi motivasi rohani,jasmani dari dulu hingga sekarang.”
Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami
perceraian, hubungan di dalam keluarganya informan menjadi lebih sering dikunjungi oleh orangtuanya. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan
pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Hal positifnya bagi orangtua ibu tidak ada. Bagi anak-anak adalah saat ini semakin mengerti situasi dan kondisi.”
Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana kehidupan yang berbeda dan lebih banyak tantangannya dibanding ketika hidup
bersama dengan pasangan. c.
Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan:
Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan
kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Setelah bercerai keadaan baik-baik saja. Hubungan berkeluarga dengan mantan suami juga masih terjalin walaupun sudah bercerai.”
Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan
wawancara peneliti dengan informan:
Universitas Sumatera Utara
105
“Ya ada dampaknya. Kalau sekarang hanya untuk anak-anak biayanya. Saya tetap bekerja untuk memiliki biaya hidup, kondisi kesehatan saya baik-baik saja
hingga saat ini.” Informan menjawab dengan ekspresi memelas, dan apa adanya sesuai dengan
keadaannya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap baik dan dia berharap akan
semakin baik lagi.
Biodata Orangtua Tunggal Informan 5 1.
Nama : Fitraina
2. Tempat Lahir
: Pasar baru 3.
Tanggal Lahir : 22 Oktober 1980
4. Usia
: 36 Tahun 5.
Jenis Kelamin : Perempuan
6. Suku
: Mandailing 7.
Agama : Islam
8. Pendidikan
: S1 9.
Pekerjaan : Wiraswasta
10. Jumlah Anak
: 1 Orang
a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:
Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan
Universitas Sumatera Utara
106
oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Rumah tangga adalah kumpulan orang yang terdiri dari ayah,ibu dan anak- anaknya.
Informan menyatakan jawaban atas pertanyaan pertama peneliti dengan sederhana sesuai dengan yang diketahuinya. Kemudian menjawab pertanyaan
selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Saya baru bercerai di tahun 2014 lalu.” Informan menjawab dengan singkat dan mengatakan dia adalah orangtua asli
dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan
berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tentu perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan keluarga manapun, mau
golongan keluarga atas atau golongan keluarga bawah. Banyak hal yang membuat seseorang itu mantap untuk bercerai. Tidak lagi sejalanan dalam membina rumah
tangga dengan baik.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga
sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan
informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Ya, ada.. kekerasan dalam berumahtangga.” Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang
ingin diberitahukan olehnya saja. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan
Universitas Sumatera Utara
107
bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Pandangan saya tentang fenomena perceraian adalah hal biasa dilakukan didalam menyelesaikan persoalan rumah tangga yang tidak ada lagi titik temunya
ketika didiskusikan bersama antara keluarga dan antara suami dengan istri. Siapa saja bisa terkena musibah didalam rumah tangganya. Persoalan bercerai bukan
sesuatu hal yang sepele, untuk itu perlu diteguhkan hati, pikirannya kalau memang bulat niatnya memutuskan bercerai. Tidak karena hal kecil setitik minta cerai.
Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang dialaminyasebagai
orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum.
b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian
bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di
keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana
keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Anak saya masih satu dan bersama dengan saya. Keadaan anak saya sebelum-setelah saya bercerai tetap baik-baik saja. Tidak ada keluhan dan kendala
di lingkungannya beraktivitas, belajar dan di tempat dia bermain.” Informan memberitahukan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya
setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan mengutarakan
Universitas Sumatera Utara
108
perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Saya rasa anak saya tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Menerima keadaan orangtuanya yang tidak lagi hidup dan tinggal bersama.”
Informan mengaku kondisi anaknya baik-baik saja dan selalu memantau perkembangan kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa
kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Setelah saya diputuskan resmi bercerai, keadaan orangtua saya baik dan sehat-sehat saja. Pernah mengalami ketidaknyamanan, ketidaknyamanannya
orangtua, saya dijadikan bahan pembicaraan.” Informan memaparkan hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan
orangtuanya. Pernyataan yang diberikan informan sebelumnya membuat peneliti memberikan pertanyaan berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-
anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Hal positifnya bagi orangtua tidak ada. Bagi anak saya, sekarang tidak lagi melihat saya menjadi korban kekerasan.”
Menurut informan hasil dari putusan perceraiantidak membuatnya menjadi kecil hati dan putus asa di dalam menjalani kehidupannya sebagai orangtua tunggal.
c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi
sosial ekonomi dan kesehatan: Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan
pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan
Universitas Sumatera Utara
109
kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Setelah bercerai, keadaan kehidupan keluarga lebih baik. Pasti ada perubahan terjadinya. Hubungan berkeluarga dengan keluarga mantan suami juga
masih baik silahturahminya.” Dengan begitu, kemudian peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan
ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Ya ada dampak di perekonomian keluarga. Biaya hidup semuanya hanya untuk anak dan juga masih ikut dinafkahi oleh ayahnya, terlepas dari penghasilan.
Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.” Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya.
Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya informan tetap membiayai keperluan anaknya
dan menjaga kesehatannya.
Universitas Sumatera Utara
110
Biodata Orangtua Tunggal Informan 6 1.
Nama : Moer
2. Tempat Lahir
: Aceh 3.
Tanggal Lahir : 23 September 1963
4. Usia
: 53 Tahun 5.
Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Suku
: Jawa 7.
Agama : Islam
8. Pendidikan
: D3 9.
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
10. Jumlah Anak
: 3 Orang a.
Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian: Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan
sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti
dengan informan: “Menurut saya, rumah tangga adalah tempat dimana ayah, ibu, anak ada
dan hidup bersama. Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan sederhana,hal ini
tidak mempengaruhi informan untuk menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan
informan: “Juli 2015 bercerai, delapan bulan yang lalu.”
Informan menjawab dengan memberikan informasi yang lengkap dan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat
Universitas Sumatera Utara
111
ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara
peneliti dengan informan: “Perceraian bisa terjadi didalam kehidupan rumah tangga adalah karena
tidak lagi seia,sekata,selaras didalam membinanya.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara singkat dan juga
sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan
informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Ya, ada konflik.. saya simpulkan, ya karena orang ketiga.” Informan memberikan jawabannya dengan ringkas sesuai dengan apa yang
ingin diberitahukan olehnya saja. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara
peneliti dengan informan: “Pandangan saya tentang fenomena perceraian, baik dilakukan dan tidak
baik juga dilakukan dampaknya bagi anak semua. Permasalahan di rumah tangga siapa yang tidak ada. Suatu hal yang biasa saja terjadi di dalam kehidupan. Tidak
baik juga hidup bersama tetapi masing-masing sama tidak nyaman didalamnya. Tidak perlu malu berkepanjangan karena sebelum memutuskan bercerai seseorang
itu memantapkan diri dulu siap atau tidak menjalani kehidupan menjadi sosok orangtua tunggal. Tidak sembarang karena hal kecil setitik.”
Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang ia alami sebagai
orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum.
Universitas Sumatera Utara
112
b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian
bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di
keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana
keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Keadaan anak-anak setelah bercerai, kondisi mereka sampai saat ini masih baik-baik saja. Mereka juga tahu mengapa orangtuanya bercerai.”
Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan megutarakan perasaan
anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Saya rasa tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Sejauh ini belum pernah ada yang mengeluh, bersikap aneh ataupun menunjukkan rasa-rasa
ketidaksukaannya setelah bercerai kepada orangtuanya. Masih menjalani aktivitas masing-masing dengan normal.”
Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik-baik saja sepengetahuannya dan sebisa mungkin tetap memantau perkembangan kehidupan
anak-anaknya di sela-sela pekerjaannya yg menyita banyak waktu dan membuat perhatiannya terbagi. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya
ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Orangtua Pak Moer sudah tidak ada.
Informan memberitahu apa saja yang ditanyakan. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya komunikasi
Universitas Sumatera Utara
113
yang terjalin semakin dipererat. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-
anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Anak-anak yang tinggal bersama saat ini terlihat lebih mandiri dari yang sebelumnya, itu positifnya bagi saya untuk anak-anak.”
Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana kehidupan yang baru dan lebih kondusif dari sebelum bercerai.
c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi
sosial ekonomi dan kesehatan: Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan
pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti
dengan informan: “Keadaan kehidupan berkeluarga setelah bercerai baik-baik saja. Semuanya
saling mengerti.” Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi
dan kondisi kesehatan informan setelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Tidak ada dampak. Keadaan ekonomi, anak tidak banyak meminta tuntutan untuk biaya sehari-hari dan kondisi kesehatan saya baik-baik saja.”
Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap stabil hingga saat ini dari
sebelum memutuskan untuk bercerai.
Universitas Sumatera Utara
114
Biodata Orangtua Tunggal Informan 7 1.
Nama : Jojor
2. Tempat Lahir
: Medan 3.
Tanggal Lahir : 2 Februari 1976
4. Usia
: 40 Tahun 5.
Jenis Kelamin : Perempuan
6. Suku
: Batak 7.
Agama : Kristen
8. Pendidikan
: S1 9.
Pekerjaan : Wiraswasta
10. Jumlah Anak
: 4 Orang
a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:
Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Menurut saya rumah tangga adalah sekelompok orang yang terdiri dari orangtua dan anak.”
Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan yang diketahuinya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk tidak menjawab pertanyaan
selanjutnya dengan lengkap mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Sekitar tujuh bulan yang lalu.”
Universitas Sumatera Utara
115
Informan menjawab dengan seadanya, dan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti
mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Perceraian bisa saja terjadi karena apa saja yang bisa dijadikan konflik dan pertengkaran didalam kehidupan berumah tangga.”
Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam
menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan
wawancara peneliti dengan informan: “Tentu ada.. konflik keluarga. Secara singkat saya simpulkan ya tidak
seia,sekata lagi. Beda visi,misi.” Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang
ingin diberitahukan olehnya saja. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara
peneliti dengan informan: “Pandangan saya tentang fenomena perceraian, siapa saja bisa terkena
musibah didalam rumah tangganya. Baik mereka pasangan muda atau pasangan yang sudah lama membina rumah tangga. Tidak asing kalau kita dengar kata cerai,
karena semua tau ya arti cerai itu apa. Benar tau rasanya bagaimana perceraian itu mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Sedapat mungkin ya dihindari untuk
mengurangi angka perceraian.
Universitas Sumatera Utara
116
Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang dialaminyasebagai
orangtua tunggal akibat perceraian secara umum.
b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian
bagi anak dan orangtua: Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di
keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana
keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:
“Keadaan anak-anak setelah bercerai, kondisi dan keadaan mereka baik- baik saja. Mungkin ada perubahan yang dirasakan oleh mereka, saat ini hanya
tinggal bersama saya.” Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya
setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan mengungkapkan perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya.
Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Ya, mereka menerima
keadaan orangtuanya. Mereka sudah besar dan dewasa, sudah sedikit banyak mengerti saya rasa.”
Informan menyatakan kondisi anaknya baik-baik saja sepengetahuannya dan terus memantau kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa
kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
Universitas Sumatera Utara
117
“Orangtua saya baik dan sehat, selalu mendukung apa yang terbaik untuk saya dan keluarga. Mereka selalu menerima saya apa adanya dan bagaimana pun
keadaannya. Tidak mengalami ketidaknyamanan” Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan
orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya komunikasi yang terjalin semakin sering terjadi.
Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Hal positifnya bagi anak, mereka kalau dibandingkan saat itu dengan
sekarang adalah lebih tenang didalam menghadapi sesuatu hal dari orang. Hal positif bagi orangtua tidak ada.”
Menurut informan hasil dari putusan perceraianmerupakan hasil yang terbaik yang harus dijalaninya saat ini, yang menciptakan suasana kehidupan yang berbeda
baginya dan keluarganya.
c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi
sosial ekonomi dan kesehatan: Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan
pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti
dengan informan: “Keadaan kehidupan keluarga setelah bercerai sama seperti sebelum
bercerai, baik-baik saja hanya saja ada perubahan sedikit. Salah satunya perubahan
Universitas Sumatera Utara
118
didalam rumah, saya bukan lagi istri dan tidak lagi memiliki suami. Hubungan silahturahmi dengan keluarga yang lain juga baik.”
Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan
wawancara peneliti dengan informan: “Ya ada dampak. Keadaan ekonomi dulu masih ada suami. Kalau sekarang
tidak lagi ada ya, jadi masih tetap bekerja untuk biaya dan keperluan saya dan anak- anak. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.”
Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari
segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap dijaganya agar tidak kekurangan dan selalu berpola hidup sehat.
Universitas Sumatera Utara
119
Informan Utama
Biodata Anak Orangtua Tunggal Informan 1 1.
Nama : Enreni
2. Tempat Lahir
: Medan 3.
Tanggal Lahir : 7 Juni 1994
4. Usia
: 22 Tahun 5.
Jenis Kelamin : Perempuan
6. Suku
: Simalungun 7.
Agama : Kristen
8. Pendidikan
: S1 9.
Pekerjaan : -
10. Jumlah Anak
: -
a. Mapping tentang pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal:
Pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan
memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Orangtua tunggal menurut saya orangtua yang telah mengalami perpisahan dalam rumah tangga. Bisa dikarenakan meninggal atau dikarenakan bercerai dan
menghidupi anak-anaknya.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan yang
diketahuinya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk tidak menjawab pertanyaan selanjutnya dengan lengkap mengenai sudah berapa lama informan hidup bersama
Universitas Sumatera Utara
120
dengan orangtuanya yang berstatus orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Saya tinggal bersama dengan orangtua sejak lahir sampai sekarang.” Informan menjawab dengan seadanya, dan mengatakan dia tinggal bersama
dengan ibunya saat ini bersama dan adiknya, Marco setelah perceraian orangtuanya. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan apa dampak
negatifnya baginya selaku anak yang orangtuanya mengalami perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Dampak negatifnya paling ya saya hanya sedikit merasa seperti ada yang kurang dalam keluarga. Kekurangan peranan ayah didalam berkehidupan yang
terkadang membuat saya miris dengan diri saya sendiri tidak bisa merasakan peran ayah didalam hidup saya, walaupun hubungan saya dengan ayah saya tetap baik,
memiliki beban mental tersendiri. Tapi itu bukan menjadi suatu hal yang menghambat saya untuk maju.”
Informan menjawab menurut apa yang dia alami sesuai dengan yang terjadi. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta
penjelasan tentang pendapatnya mengenai orangtua tunggal. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Orangtua tunggal itu adalah orangtua yang tangguh menurut saya. Tangguh dalam artian menghidupi anak-anaknya seorang diri, melengkapi
kebutuhan apa yang kurang, menjadi sahabat buat anak-anaknya di kondisinya yang tanpa ada peran bantu dari pasangan hidupnya karena sudah bercerai.”
Informan memberikan informasi sesuai dengan apa yang diketahui dan dialami juga dirasakannya. Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai
orangtua tunggal dengan melihat dari berbagai jenis sebab, akibat dan faktor
Universitas Sumatera Utara
121
penyebab jugadengan melihat keadaan orangtuanya, sesuai yang dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian.
Biodata Orangtua Tunggal Informan 2 1.
Nama : Gibran
2. Tempat Lahir
: Binjai 3.
Tanggal Lahir : 19 Agustus 1991
4. Usia
: 25 Tahun 5.
Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Suku
: Jawa 7.
Agama : Islam
8. Pendidikan
: S1 9.
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
10. Jumlah Anak
: -
a. Mapping tentang pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal:
Pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal dapat di jabarkan sebagai berikut. Peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan
memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
”Orangtua tunggal adalah orang yang tidak lagi memiliki pasangan hidup untuk mendampingi.”
Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan yang diketahuinya dengan singkat,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk tidak
menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan hidup
Universitas Sumatera Utara
122
bersama dengan orangtuanya yang berstatus orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Saya tinggal bersama orangtua sejak lahir hingga sekolah menengah atas berusia 17 tahun sebelum bercerai. bercerai setahun sebelum saya kembali tinggal
disini. Tinggal bersama tiga tahun setelah bercerai.” Informan menjawab dengan lengkap, dan mengatakan dia tinggal bersama
dengan ibunya saat ini bersama dan ketiga adiknya Prinanti, Juani, Juana setelah perceraian orangtuanya. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada
informan apa dampak negatifnya baginya selaku anak yang orangtuanya mengalami perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Dampak negatif yang saya rasakan memiliki orangtua tunggal dan kebetulan saya tinggal bersama ibu saya adalah saya tidak bisa merasakan peran
ayah di keluarga, saya dituntut lebih dari adik saya yang perempuan semua yang ada, seolah-olah saya adalah pengganti sosok ayah dirumah ini.”
Informan menjawab menurut apa yang dia alami sesuai dengan yang terjadi. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta
penjelasan tentang pendapatnya mengenai orangtua tunggal. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Kalau menurut saya orangtua tunggal adalah orangtua yang hebat, dengan segala problematika dihidupnya, segala kecemasannya berjuang sendiri bertahan
hidup untuk diri dan anak-anaknya tanpa ada pendamping, dengan berbagai gunjingan sana-sini. Orangtua tunggal bukan sosok pribadi yang kuat seperti yang
terlihat. Mereka juga terkadang lemah, namanya juga manusia. Tetapi memang orangtua tunggal itu memang sosok yang cukup berani mengambil resiko untuk
memutuskan hidup sendiri.”
Universitas Sumatera Utara
123
Informan memberikan informasi sesuai dengan apa yang diketahuinya dan dialami, dilihat juga dirasakannya. Informan menjawab seperti apa pandangannya
mengenai orangtua tunggal dengan melihat dari berbagai jenis sebab, akibat, dan faktor penyebab jugadengan melihat keadaan orangtuanya, sesuai yang dialami
sebagai orangtua tunggal akibat perceraian.
Biodata Orangtua Tunggal Informan 3 1.
Nama : Jofta
2. Tempat Lahir
: Medan 3.
Tanggal Lahir : 12 Januari 1986
4. Usia
: 30 Tahun 5.
Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Suku
: Batak 7.
Agama : Islam
8. Pendidikan
: S1 9.
Pekerjaan : Wiraswasta
10. Jumlah Anak
: -
a. Mapping tentang pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal:
Pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal dapat di jabarkan sebagai berikut. peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan
memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Menurut saya, orangtua tunggal adalah pejuang kehidupan. Individu yang melakukan tugas ganda, baik sebagai ayah dan ibu.”
Universitas Sumatera Utara
124
Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan versinya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk tidak menjawab pertanyaan selanjutnya
mengenai sudah berapa lama informan hidup bersama dengan orangtuanya yang berstatus orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Hingga saat ini dari sejak lahir tinggal bersama orangtua.” Informan menjawab pertanyaan yang diberikan, dan mengatakan dia tinggal
bersama dengan ibunya saat ini bersama dan kedua adik perempuannya Dita, Shinta setelah perceraian orangtuanya. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan
kepada informan apa dampak negatifnya baginya selaku anak tertua yang orangtuanya mengalami perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan
informan: “Dampak negatif yang saya rasakan ketika ibu saya tidak lagi memiliki
pasangan hidup untuk berbagi suka dan duka adalah saya tidak berasal dari keluarga yang utuh, yang mungkin orang ataupun lawan jenis saya menilai saya
selaku anak korban perceraian adalah anak yang buruk dan akan bernasib sama dengan orangtua.”
Informan menjawab menurut apa yang dia alami sesuai dengan yang terjadi. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta
penjelasan tentang pendapatnya mengenai orangtua tunggal. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Pandangan saya mengenai orangtua tunggal, terkhususnya bagi ibu saya adalah orang yang luar biasa.. The best teacher in the world is mommy. Ibu harus
menjalankan dua peran sekaligus yakni, berperan sebagai kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga dan berperan
sebagai seorang ibu yang bertugas untuk mengurus semua kebutuhan keluarga serta
Universitas Sumatera Utara
125
mendidik anak anaknya. Kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar seperti sandang, pangan,papan dan kebutuhan akan pendidikan juga sangat penting di zaman
sekarang ini. Kesehatan dan tempat tinggal yang layak juga menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Sangatlah berat semua kebutuhan tersebut dipikul oleh
seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal, apalagi di zaman sekarang semua kebutuhan yang terus meningkat.”
Informan memberikan penjelasan secara panjang lebar sesuai dengan apa yang diketahui dan dialami juga dirasakannya di usianya yang juga sudah matang
untuk membina sebuah rumah tangga. Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai orangtua tunggal dengan melihat dari berbagai jenis sebab, akibat dan
faktor penyebab jugadengan melihat keadaan orangtuanya, sesuai yang dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian.
Biodata Orangtua Tunggal Informan 4 1.
Nama : Arta
2. Tempat Lahir
: Kutacane 3.
Tanggal Lahir : 10 April 1996
4. Usia
: 20 Tahun 5.
Jenis Kelamin : Perempuan
6. Suku
: Jawa 7.
Agama : Islam
8. Pendidikan
: Sedang berkuliah 9.
Pekerjaan : -
10. Jumlah Anak
: -
Universitas Sumatera Utara
126
a. Mapping tentang pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal:
Pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal dapat di paparkan sebagai berikut. Pertama peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan
memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“
Orangtua tunggal adalah kondisi dimana seorang ayah atau ibu yang memikul tugasnya sendiri sebagai kepala rumah rumah tangga sekaligus sebagai ibu
rumah tangga.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sepengetahuannya saja,hal
ini untuk memacu informan untuk menjawab pertanyaan selanjutnya dengan lengkap mengenai sudah berapa lama informan hidup bersama dengan orangtuanya yang
berstatus orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Tinggal bersama ayah dari sejak lahir hingga saat ini.”
Informan menjawab dengan sederhana, dan mengatakan dia tinggal bersama dengan ayahnya saat ini bersama dan abangnya, Muhammad Fuad setelah perceraian
orangtuanya. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan apa dampak negatifnya baginya selaku anak yang orangtuanya mengalami perceraian.
Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Dampak negatifnya bagi saya setelah orangtua saya bercerai adalah saya
tidak melihat sosok ibu lagi setiap harinya secara langsung, tidak bisa mendapat kasih sayang dari ibu seperti dulu lagi sebelum bercerai, menjadi bersikap lebih
tertutup ke orang lain.” Informan menjawab sesuai dengan yang terjadi. Peneliti mencoba menggali
lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang pendapatnya mengenai orangtua tunggal. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan:
Universitas Sumatera Utara
127
“Orangtua tunggal menurut saya adalah orangtua yang rentan. Semua harus dilakukan dan diusahakan seorang diri tanpa ada pendamping yang membantu
meringankan beban. Belum lagi mengatasi permasalahan yang lain-lain mungkin ada.”
Informan memberikan informasi sesuai dengan apa yang diketahui dan dialami juga dirasakannya. Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai
orangtua tunggal dengan melihat dari berbagai jenis sebab, akibat dan faktor penyebab jugadengan melihat keadaan orangtuanya, sesuai yang dialami sebagai
orangtua tunggal akibat perceraian.
Biodata Orangtua Tunggal Informan 5 1.
Nama : Winna
2. Tempat Lahir
: Medan 3.
Tanggal Lahir : 10 Desember 1996
4. Usia
: 20 Tahun 5.
Jenis Kelamin : Perempuan
6. Suku
: Karo 7.
Agama : Kristen
8. Pendidikan
: Sedang berkuliah 9.
Pekerjaan : -
10. Jumlah Anak
: - a.
Mapping tentang pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal: Pengetahuan anak terhadap kehidupan orangtua tunggal dapat di jabarkan
sebagai berikut. Pertama peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan
Universitas Sumatera Utara
128
memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Orangtua tunggal menurut saya orangtua yang berperan sebagai kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga karena mengalami perpisahan atau ditinggal
meninggal yang mengharuskannya mengurusi anak seorang diri yang perannya merangkap menjadi ayah dan ibu.”
Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan panjang lebar sesuai dengan yang diketahuinya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk tidak
menjawab pertanyaan selanjutnya dengan lengkap mengenai sudah berapa lama informan hidup bersama dengan orangtuanya yang berstatus orangtua tunggal.
Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Saya hidup sama orangtua saya sekitar sepuluh tahun.”
Informan menjawab dengan seadanya, dan mengatakan dia tinggal berdua bersama dengan ibunya saat ini setelah perceraian orangtuanya. Dengan begitu,
peneliti mencoba menanyakan kepada informan apa dampak negatifnya baginya selaku anak yang orangtuanya mengalami perceraian. Berikut kutipan wawancara
peneliti dengan informan: “Dampak negatifnya bagi saya, saya tidak merasakan kasih sayang kedua
orangtua yang utuh, karena hidup berpisah. Tapi itu bukan jadi alasan saya untuk melakukan hal yang buruk. Bahkan saya bisa menjadi anak dengan jalan yang tidak
melenceng, seperti anak-anak broken home lainnya. Menjadi anak korban perceraian juga memiliki anggapan yang buruk pada orang dan itu dampak yang
saya sangat rasakan sekali, saya memiliki beban mental tersendiri ketika disinggung mengenai orangtua.”
Universitas Sumatera Utara
129
Informan menjawab menurut apa yang dia alami sesuai dengan yang terjadi. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta
penjelasan tentang pendapatnya mengenai orangtua tunggal. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Menurut saya orangtua tunggal itu orangtua yang kuat, yang bisa menjalani hidup dan mengurus anak sendiri. Tanpa ada yang mendampingi. Dan
bisa mendidik anak dan menafkahi anak seorang diri. Banyak anggapan yang buruk bagi wanita single parent, untuk itu saya merasa sangat salut dengan keberadaan
ibu saya saat ini. Berjuang untuk anak-anaknya.” Informan memberikan informasi sesuai dengan apa yang diketahui dan
dialami juga dirasakannya. Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai orangtua tunggal dengan melihat dari berbagai jenis sebab, akibat dan faktor
penyebab jugadengan melihat keadaan orangtuanya, sesuai yang dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian.
Universitas Sumatera Utara
130
Informan Tambahan
Biodata Informan 1 1.
Nama : Drs. Syarifuddin Lubis
2. Tempat Lahir
: Medan 3.
Tanggal Lahir : 20 Agustus 1961
4. Usia
: 55 Tahun 5.
Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Suku
: Mandailing 7.
Agama : Islam
8. Pendidikan
: S1 9.
Pekerjaan : Kepala Desa
10. Jumlah Anak
: 4 Orang
a. Mapping tentang pengetahuan terhadap perceraian:
Pengetahuan terhadap perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan memberikan pertanyaan
mengenai apa yang dimaksud dengan perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Perceraian adalah berakhirnya hubungan pasangan antara suami dan istri yang masing-masing pihak telah sepakat dan menjadikan hidupnya berpisah dalam
waktu kurun tertentu atau bahkan selamanya yang statusnya secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku.”
Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan panjang lebar sesuai dengan yang diketahuinya menurut pengetahuannya. Dengan begitu, peneliti
menanyakan pandangan informan mengenai perceraian yang terjadi di Dusun III B
Universitas Sumatera Utara
131
Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Berikut pemaparan wawancara peneliti dengan informan:
“Menurut pandangan saya mengenai perceraian yang terjadi di Dusun III B adalah sangat disayangkan sebuah rumah tangga yang dibangun harus berujung
kepada talak. Pada dasarnya perceraian merugikan semua pihak,suatu kasus yang biasa saja terjadi dan terdengar dalam kehidupan. Namun ada ketertarikan pada
sebuah kasus perceraian sehingga menyita banyak perhatian dari orang banyakpublik karena atas dasar keingintahuan orang lain tentang penyebab apa
yang membuat suatu pasangan memutuskan untuk berpisah. Pernikahan tanpa cinta, pernikahan dinibelum siap secara mental,emosi,materi dan pernikahan campuran
sebaiknya ya lebih baik dihindari supaya mengurangi angka perceraian yang terus meningkat yang sangat mempengaruhi kehidupan anak nantinya setelah bercerai.”
Informan mengutarakan pandangannya dengan ringkas. Kemudian peneliti menanyakan dan meminta saran yang diperuntukkan bagi orang-orang yang ingin
melakukan perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan: “Bagi saya, orang-orang yang ingin melakukan perceraian adalah orang-
orang yang sudah sangat memahami apa yang ingin dilakukan, diputuskan dan apa yang ingin dijalani dikehidupannya. Pernikahan itu tujuannya mulia, tujuan yang
mulia itu seharusnya menjadi pegangan untuk melanjutkan kehidupan sesuai agama masing-masing. Semua menginginkan yang terbaik,maka jalanilah yang baik. Saran
saya berdamailah terlebih dahulu dengan diri sendiri sebelum memutuskan untuk bercerai.”
Informan memberikan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peneliti. Informan memandang fenomena perceraian seperti sudah menjadi salah satu
hal yang biasa terjadi di kehidupan keluarga yang berkonflik.
Universitas Sumatera Utara
132
Biodata Informan 2 1.
Nama : Sari
2. Tempat Lahir
: Medan 3.
Tanggal Lahir : 28 September 1986
4. Usia
: 30 Tahun 5.
Jenis Kelamin : Perempuan
6. Suku
: Jawa 7.
Agama : Islam
8. Pendidikan
: S1 9.
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
10. Jumlah Anak
: 2 Orang a.
Mapping tentang pengetahuan terhadap perceraian: Pengetahuan terhadap perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Peneliti
mencoba menggali pengetahuan informan dengan memberikan pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan
informan: “Menurut saya perceraian adalah putusnya ikatan perkawinan pada suatu
pasangan sebagai akibat dari tidak bisa menjalankan status perannya sehingga salah satu diantaranya memutuskan untuk berpisah.”
Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan yang diketahuinya, kemudian informan memaparkan pandangannya dengan lengkap
menjawab pertanyaan selanjutnya yang ditanyakan peneliti mengenai perceraian yang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya. Berikut kutipan hasil wawancara
peneliti dengan informan:
Universitas Sumatera Utara
133
“Menurut pandangan saya mengenai perceraian adalah hal yang memalukan ya bagi keluarga kedua belah pihak yang bercerai karena sebelum dan sesudah itu
pastinya menjadi bahan-bahan gunjingan orang sekitar, tentangga dan kerabat. Cukup banyak pasangan disini yang mengalami perceraian, saya prihatin dengan
pasangan-pasangan yang tidak mempertimbangkan dengan baik sebelum memutuskan untuk berpisah. Tidak ada ya menurut saya tujuan menikah seseorang
untuk bercerai, untuk itu apa salahnya suatu masalah atau konflik itu diselesaikan secara baik saja tanpa melalui proses perceraian.”
Informan menjelaskan pandangannya dengan pemaparan yang singkat dan ringkas. Dengan begitu, peneliti kemudian menanyakan dan meminta saran informan
bagi orang-orang yang ingin melakukan perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“ Saran saya bagi pasangan yang ingin melakukan perceraian adalah sebaiknya memutuskan berpisah bukan karena sebatas faktor ekonomi dan emosi
sesaat. Sebagai orangtua tentunya memikirkan bagaimana dampaknya ke semua sisi kehidupan terkhususnya anak setelah bercerai. Sebagai suami dan istri sama-sama
menjalani yang terbaik untuk keluarga.” Informan memberikan saran sesuai pengetahuannya yang juga memiliki
kehidupan rumah tangga, sesuai dengan apa yang dilihat juga dirasakannya.
Universitas Sumatera Utara
134
Biodata Informan 3 1.
Nama : Julios
2. Tempat Lahir
: Tanah Jawa 3.
Tanggal Lahir : 24 November 1986
4. Usia
: 30 Tanah 5.
Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Suku
: Batak 7.
Agama : Katolik
8. Pendidikan
: D3 9.
Pekerjaan : Wiraswasta
10. Jumlah Anak
: 1 Orang
a. Mapping tentang pengetahuan terhadap perceraian:
Pengetahuan terhadap perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama peneliti mencoba menggali pengetahuan informan dengan memberikan pertanyaan
mengenai apa yang dimaksud dengan perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:
“Perceraian menurut pemahaman saya adalah terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga
mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai suami istri.” Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan versinya sesuai
dengan yang diketahuinya, kemudian informan mengutarakan pandangannya dengan lengkap menjawab pertanyaan selanjutnya yang ditanyakan peneliti mengenai
perceraian yang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya. Berikut kutipan hasil wawancara peneliti dengan informan:
Universitas Sumatera Utara
135
“Pandangan saya mengenai kasus-kasus perceraian yang terjadi disini adalah saya sangat prihatin rumah tangga yang dibina berakhir dengan konflik ataupun
masalah yang mungkin sebenarnya sepele namun menjadi besar. 50 tahun yang lalu perceraian itu sangat ditabukan. Tetapi seiring dengan perubahan jaman, dimana
pergerakan manusia makin dinamis, pergaulan makin luas, perkembangan teknologi, maka sulit untuk mempertahankan tali pernikahan seumur hidup, sehingga mau tidak
mau budaya perceraian akan menjadi bagian hidup dari manusia. Semua itu tergantung masing-masing pasangan bagaimana menjalani kehidupan rumah
tangganya.” Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui sesuai dengan yang terjadi.
Kemudian peneliti menanyakan dan meminta saran darinya bagi orang-orang yang ingin melakukan perceraian. Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan
informan: “Saran dari saya sebaiknya bukan karena paksaan dari orang lain ataupun
bercerai karena masalah sepele. Tujuan pernikahan di semua agama baik adanya, sebagai manusia apa salahnya kita menjalani apa yang telah ditetapkan oleh
agama.” Informan memberikan informasi dengan panjang lebar sesuai dengan apa
yang ingin disampaikan olehnya. Informan memberikan pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari faktor penyebab dan dampak perceraian tersebut.
Universitas Sumatera Utara
136
5.4 Analisis Data 5.4.1 Analisis Persepsi Orangtua Tunggal tentang Rumah Tangga
Rumah tangga merupakan suatu oganisasi terkecil dalam masyarakat. Rumah tangga yang dibangun berdasarkan cinta sering menjadi suatu tolak ukur bahwa
rumah tangga itu akan bahagia sampai akhir hayat. Namun, pada kenyataannya banyak fenomena perceraian terjadi di sekitar kita.
Perceraian di dalam rumah tangga disebabkan oleh banyak faktor. Perbedaan pendapat atau visi dan misi dalam membangun rumah tangga sering menimbulkan
cekcok yang hampir setiap hari antara suami dan istri. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan. Padahal, di dalam rumah tangga harus ada satu tujuan, satu
pendapat. Hal ini membuktikan komunikasi yang tidak baik. Selain itu, kekerasan rumah tangga KDRT yang dilakukan suami atau istri terhadap pasangannya
menjadi alasan perceraian. KDRT yang dialami ada yang berupa kekerasan fisik dan psikis. Adanya orang ketiga dalam rumah tangga merupakan satu faktor dalam
kegagalan rumah tangga. Tidak didapatkannya perhatian, kasih sayang, diskomunikasi membuat salah satu pasangan mencari pemenuhan kebutuhan tersebut
dari orang lain. Krisis keuangan di dalam rumah tangga merupakan faktor yang sering memicu timbulnya masalah-masalah baru di dalam rumah tangga.
Faktor –faktor inilah yang membuat suami dan istri tidak dapat melanjutkan rumah tangganya dan mengambil keputusan untuk bercerai. Bagi orang tua tunggal
bercerai merupakan jalan yang terbaik. Jika tidak bisa dipertahankan, lebih baik bercerai daripada harus hidup bersama tetapi saling menyakiti. Bercerai dengan
pasangan bukanlah hal yang tabu menurut pandangan para orang tua tunggal ini.
Universitas Sumatera Utara
137
Perceraian ini menyebabkan salah satu dari mereka akan kehilangan hak asuh anak, karena anaknya diasuh oleh mantan istri atau mantan suami.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa Persepsi Orangtua tunggal terhadap perceraian di Dusun III B Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang memiliki bentuk persepsi positif tentang rumah tangga, pandangan terhadap suatu objek menuju pada suatu keadaan dimana subjek yang
mempersepsikan cenderung menerima objek yang ditangkap karena sesuai dengan pribadinya. Hal ini terungkap dari semua pernyataan tujuh informan yang hampir
serupa mengenai arti rumah tangga “Menurut saya rumah tangga adalah suatu kumpulan terkecil di masyarakat dimana
didalamnya terdapat ayah,ibu dan anak-anak. “Menurut saya rumah tangga itu adalah susunan cerita kehidupan, ada anggota
keluarga didalam. Anak,bapak,ibu. “Menurut saya rumah tangga itu adalah beberapa orang yang terkumpul yang
didalamnya ada orangtua dan anak. “Rumah tangga itu menurut saya adalah sekumpulan anggota keluarga,
ayah,ibu,anak yg berada dalam satu rumah. “Rumah tangga adalah kumpulan orang yang terdiri dari ayah,ibu dan anak-
anaknya. “Menurut saya, rumah tangga adalah tempat dimana ayah, ibu, anak ada dan hidup
bersama. “Menurut saya rumah tangga adalah sekelompok orang yang terdiri dari orangtua
dan anak.”
Universitas Sumatera Utara
138
5.4.2 Analisis Persepsi Orangtua Tunggal Tentang Dampak Perceraian Bagi Anak dan Orangtua
Perceraian antara kedua orangtua memberikan dampak kepada anak. Anak akan merasa kekurangan kasih sayang. Tetapi, jika orangtua yang mengasuh, baik
ibu atau ayah dapat memberikan kasih sayang double, maka anak akan merasa nyaman. Dengan demikian, anak tidak merasa sendiri dan kehidupannya akan
berjalan normal seperti teman-temannya yang kedua orangtuanya masih hidup bersama. Anak yang sudah menginjak usia dewasa pada umumnya dapat memahami
kondisi orangtuanya. Selain anak, orangtua tunggal juga mendapat dampak dari perceraian. Pada
awalnya, perceraian akan memberikan dampak negatif seperti trauma karena kegagalan dalam rumah tangga. Namun, orangtua tunggal ini berusaha untuk
menjalani hidup baru sebagai single parent orang tua tunggal yang harus membesarkan anaknya seoarang diri. Pandangan dari masyarakat yang negatif untuk
mereka tidak menjadi masalah yang berarti. Bagi orangtua tunggal pada umumnya, perceraian tidak selamanya memberikan dampak negatif, ada juga dampak
positifnya. Orangtua tunggal merasa beban mereka sudah berkurang, dapat menjalani hidup yang baru tanpa adanya perselisihan dalam rumah tangga. Anak dan orangtua
tunggal juga akan saling memotivasi dalam menjalani kehidupan mereka yang tidak lagi utuh. Bagi orangtua tunggal yang masih memiliki orangtua, akan menjadi
perhatian bagi orangtuanya sampai kondisi berangsur normal dan membaik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa
Persepsi Orangtua tunggal terhadap perceraian di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang memiliki bentuk persepsi positif dan persepsi negatif
Universitas Sumatera Utara
139
tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua, pandangan terhadap suatu objek menuju pada suatu keadaan dimana subjek yang mempersepsikan cenderung
menerima objek yang ditangkap karena sesuai dengan pribadinya. Hal ini terungkap dari pernyataan informan kunci pertama, kedua, informan keempat sampai ketujuh
yang masing-masing mengutarakan terdapat hal positif yang terjadi pada anak setelah bercerai atau berstatus orangtua tunggal. Seperti salah satu pernyataan dari
informan yang mengatakan: “Anak-anak yang tinggal bersama saat ini terlihat lebih mandiri dari yang
sebelumnya, itu positifnya bagi saya untuk anak-anak.” Pak Moer, 53 Thn. Pandangan terhadap suatu objek dan menunjukkan pada keadaan dimana
subjek yang mempersepsikan cenderung menolak objek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya. Hal ini terungkap dari pernyataan informan kunci
keempat, kelima dan ketujuh yang ketiganya mengutarakan tidak terdapat hal positif yang terjadi bagi orangtuanya setelah bercerai atau berstatus orangtua tunggal.
Seperti salah satu pernyataan dari informan yang mengatakan: “Hal positifnya bagi orangtua tidak ada.
Pernah mengalami ketidaknyamanannya pada orangtua saya, dijadikan bahan pembicaraan.” Ibu Fitraina, 36 Thn.
Sementara, informan ketiga menyatakan terdapat hal positif yang terjadi pada orangtua namun, tidak bagi anak setelah bercerai atau berstatus orangtua tunggal.
Seperti pernyataan yang diutarakannya kepada peneliti: “Hal positifnya buat anak-anak tidak ada. Kalau buat orangtua setelah saya
bercerai, lebih tenang sekarang pikirannya kalau dulu banyak sekali yang mau diselesaikan untuk bercerai.” Pak Basir, 32 Thn.
Universitas Sumatera Utara
140
5.4.3 Analisis Persepsi Orangtua Tunggal Terhadap Perceraian Dari Segi Sosial Ekonomi dan Kesehatan
Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab suami dan istri bercerai. Tetapi, sosial ekonomi juga menjadi salah satu dampak dari perceraian. Orangtua
tunggal yang mendapat hak asuh anak berarti harus bertanggungjawab atas semua kebutuhan anaknya. Orangtua tunggal ini menganggap kondisi keuangan mereka
baik-baik saja. Semua kebutuhan hidup dapat dicukupi. Anak-anak mereka juga mengerti kondisi keluarga dan tidak banyak menuntut. Namun, ada juga yang mantan
suami masih memberikan nafkah untuk anaknya yang diasuh mantan istrinya. Hubungan dengan kerabat dari mantan istri atau mantan suami masih dapat
dijaga dengan baik. Menurut orangtua tunggal, keluarga besar itu masih ada hubungannya dengan anaknya. Orangtua tunggal tidak melarang mereka untuk
menjalin silaturahmi dengan keluarga dari mantan istri atau mantan suami. Hubungan anak dengan kedua orangtuanya yang sudah bercerai tetap dapat terjalin
dengan baik. Kesehatan anak dan orangtua tunggal masih dapat terjaga. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa
Persepsi Orangtua tunggal terhadap perceraian di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang memiliki bentuk persepsi positif dan persepsi negatif
tentang perceraian dari segi sosial ekonomi dan kesehatan dampak perceraian, pandangan terhadap suatu objek menuju pada suatu keadaan dimana subjek yang
mempersepsikan cenderung menerima objek yang ditangkap karena sesuai dengan pribadinya. Hal ini terungkap dari pernyataan informan kunci pertama, ketiga dan
informan keenam yang ketiganya mengutarakan tidak mendapatkan dampak yang tidak baik dari setelah perceraian atau menjadi orangtua tunggal dari segi sosial
Universitas Sumatera Utara
141
ekonomi dan kesehatan. Seperti salah satu pernyataan dari informan yang mengatakan:
“Tidak berdampak. Keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan saya baik-baik saja, kok pada saat itu hingga saat ini. Ya saya tetap berpacu untuk mencari
rejeki demi anak-anak.” Ibu Isti, 51 Thn. Pandangan terhadap suatu objek dan menunjukkan pada keadaan dimana
subjek yang mempersepsikan cenderung menolak objek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya. Hal ini terungkap dari pernyataan informan kunci kedua,
keempat,kelima dan informan ketujuh yang keempatnya mengutarakan merasakan dampak yang tidak baik dari setelah perceraian atau menjadi orangtua tunggal dari
segi sosial ekonomi dan kesehatan. Seperti pernyataan dari kedua informan yang mengatakan:
“Keadaan ekonomi dulu kan masih ada tambahan. Kalau sekarang tidak lagi ada ya, hanya untuk anak-anak biayanya. Kondisi kesehatan saya baik-baik
saja hingga saat ini.” Ibu Nesita, 42 Thn. “Keadaan ekonomi dulu masih ada suami. Kalau sekarang tidak lagi ada ya,
jadi masih tetap bekerja untuk biaya dan keperluan saya dan anak-anak. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.”Ibu Jojor, 40 Thn.
Dampak pada segi ekonomi yang dirasakan kedua dari empat informan tersebut menghasilkan suatu pikiran yang menjadi beban tersendiri bagi orangtua
tunggal didalam menjalani kehidupannya disamping juga mereka berusaha memenuhi kebutuhan pokok hidupnya dan anak-anaknya.
Universitas Sumatera Utara
142
5.4.4 Analisis Persepsi Informan Utama Terhadap Perceraian
Perkawinan merupakan pesekutuan antara seorang pria dengan wanita yang diakui oleh agama dan negara. Namun, tidak semua perkawanian dapat berpisah
dipertahankan hingga akhir hayat. Ada yang harus berpisah karena kematian dan ada yang berpisah karena alasan tidak dapat lagi mempertahankan perkawinan itu. Jika
perceraian sudah diputuskan, maka mereka akan menjadi orangtua tunggal. Banyak orang berpendapat bahwa orangtua tunggal adalah orangtua yang
hebat, tangguh, dan tabah dalam menjalani dengan berbagai masalah. Walaupun, orangtua tunggal menghadapi masalah, tetapi mereka tetap berusaha tegar dihadapan
anak-anaknya. Anak dari orangtua tunggal berpendapat, bahwa orangtua tunggal adalah orang terhebat di dalam hidupnya karena memperjuangkan anaknya dengan
sungguh-sungguh. Orangtua tunggal adalah orangtua yang tidak lagi hidup dengan pasangan karena kematian atau perceraian. Pada penelitian ini, orangtua tunggal
yang dimaskud adalah orangtua tunggal karena perceraian. Anak korban perceraian biasanya akan tinggal bersama salah satu dari orangtua mereka yang mendapatkan
hak asuh atas dirinya. Anak korban perceraian sering sekali merasakan ada yang kurang dalam
hidupnya. Ada yang tidak merasakan kasih sayang seorang ayah atau kasih sayang seorang ibu. Jika melihat oranglain mendapatkan kasih sayang dari kedua
orangtuanya, anak korban perceraian ini merasa sedih. Walaupun, orangtua tunggal memberikan kasih sayang yang luar biasa kepada mereka, tetapi di dalam hati
kecilnya, mereka tetap membutuhkan figur seoarang ayah atau figur seorang ibu. Namun, semua masalah itu tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk maju.
Universitas Sumatera Utara
143
5.4.5 Analisis Informan Tambahan Terhadap Pengetahuan Perceraian
Perceraian meruapakan suatu kondisi untuk mengakhiri hubungan suami dan istri karena merasa tidak bisa lagi mempertahankan rumah tangganya. Perceraian
sudah manjadi yang biasa pada zaman sekarang ini. Dari hari ke hari, angka perceraian semakin bertambah. Tujuan pernikahan yang mulia harus kandas karena
kedua belah pihak tidak ada niat untuk rujuk. Seharusnya, tujuan mulia pernikahan untuk membina rumah tangga sehidup semati hingga akhir hayat harus dapat
diperjuangkan walaupun ada masalah yang mengguncang rumah tangga. Karena, perceraian memberikan dampak negatif bagi kehidupan suami istri yang bercerai,
khususnya pada anak. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan semua anggota masyarakat
yang menjadi informan pada penelitian ini mengikuti kegiatan perkumpulan keagamaan sesuai dengan agama yang mereka anut. Pada umumnya mereka sangat
menyadari pentingnya hidup beragama dan hidup dalam rasa persaudaraan yang mereka wujudkan dalam perkumpulan keagamaan. Untuk yang beragama Kristen
bergabung dalam kegiatan perpulungen atau partangiangan yaitu berupa kebaktian bersama yang diadakan sekali dalam seminggu secara bergulir dari rumah yang satu
kerumah yang lainyang bersedia rumahnya dijadikan tempat berkumpul. Sementara umat yang beragama islam mengikuti pengajian yang dilakukan secara bergilir juga
dari rumah masing-masing anggotanya. Terkhususnya yang menjadi informan kunci pada penelitian ini, mereka berusaha untuk selalu mengikuti kegiatan tersebut setiap
minggunya walaupun terkadang mereka sering dipandang sebelah mata tetap mengikuti kegiatan yang ada sebagai bentuk partisipasinya bersosialisasi dengan
yang lain.
Universitas Sumatera Utara
144
BAB VI PENUTUP
Pada bab terakhir ini, penulis akan mengemukakan kesimpulan hasil penelitian. Selain kesimpulan, peneliti akan memberikan saran yang sifatnya berupa
sumbangan pemikiran mengenai persepsi orangtua tunggal terhadap perceraian di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik orangtua tunggal tahun 2012-2015 di Dusun III B Kecamatan
Patumbak Kabupaten Deli Serdang berusia antara 30-55 tahun, Tingkat pendidikan umumnya sampai jenjang sarjana Strata 1, Suku Jawa,
PendapatanPenghasilan 1.500.000 2.
Persepsi orangtua tunggal tentang rumah tangga adalah suatu organisasi dalam masyarakat yang dibangun melalui sebuah ikatan perkawinan dalam
suatu pasangan. 3.
Persepsi orangtua tunggal tentang dampak perceraian bagi anak dan orangtua adalah terjadinya gangguan psikologis pada anak seperti lebih sering untuk
menyendiri, merasa bersalah dan menganggap diri mereka sebagai penyebab masalah, gangguan dari luar diri dari teman-temannya atau lingkungan
sekitar, memiliki beban mental tersendiri. Bagi orangtua, mereka hanya merasa takut anak mereka yang memutuskan untuk bercerai akan menderita,
tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan anak-anak dan akan merasa
Universitas Sumatera Utara
145
berkecil hati dengan pergunjingan orang-orang yang mungkin bisa menimbulkan masalah yang baru.
4. Persepsi orangtua tunggal terhadap perceraian dari segi sosial ekonomi dan
kesehatan adalah setelah bercerai pada umumnya banyak mengalami penurunan standar kehidupan hingga kondisi membaik untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya yang sudah berstatus orangtua tunggal atau single parentdan anak-anak demi kesejahteraan keluarga. Serangkaian
problem kesehatan pada orangtua tunggal, anak, maupun keluarga seperti merasa kondisi tidak bugar, tidak fit akibat mengalami depresi setelah
bercerai.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan, penulis memberikan saran yang ditujukan kepada semua pihak yang berkepentingan, antara lain:
1. Kepada orangtua tunggal agar selalu memberikan perhatian juga motivasi
kepada anak-anaknya yang tidak lagi memiliki orangtua yang lengkap dan hidup bersama. Sehingga, anak yang mengalami trauma setelah perceraian
kedua orangtuanya dapat tetap menjadi anak yang berjalan sesuai nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak
baik yang bisa saja terjadi sebagai salah satu akibat dirinya berasal dari keluarga yang broken home.
2. Kepada anak agar selalu memberikan perhatiannya juga kepada orangtuanya
yang telah berstatus sebagai orangtua tunggal atau single parent, yang mana orangtua menjalankan peran gandanya sendiri tanpa ada dampingan dari
pasangannya. Semakin meningkatkan prestasi dan kualitas kehidupannya.
Universitas Sumatera Utara
146
3. Kepada pihak instansilembaga pernikahan perlu melakukan peningkatan
kesadaran untuk masyarakat dalam melakukan pembinaan bagi keluarga yang ingin memutuskan untuk talak dalam upaya mengurangi angka perceraian.
4. Kepada pihak masyarakat agar semakin menciptakan suasana lingkungan
tetap nyaman, aman, damai dan tentram. Tidak menciptakan kondisi yang menciptakan konflik akibat isu perceraian.
Universitas Sumatera Utara
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Didalam kehidupan bahwa setiap manusia tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak manusia
dilahirkan, pada hakekatnya secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya secara sadar atau tidak sadar menerima stimulus dari luar dirinya. Walgito, 2002:87
Secara etimologis persepsi atau dalam bahasa inggris perception berasal dari bahasa Latin perception; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil.
Sobur, 2003:445 Persepsi seseorang bisa diartikan sebagai proses, pemahaman terhadap sesuatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang saling
berkomunikasi, berhubungan atau kerjasama. Jadi setiap orang tidak terlepas dari persepsi. Stimulus yang diinderakan itu kemudian oleh individu diorganisasikan dan
diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang sedang diindera, dan proses tersebut disebut dengan persepsi. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa stimulus diterima oleh alat indra, yaitu yang dimaksud dengan penginderaan, dan melalui proses penginderaan tersebut stimulus itu menjadi sesuatu
yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan. Walgito, 2010:99 Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan
yang dilakukan oleh tubuh terhadap stimulus yang diterima tubuh melalui alat penginderaan atau juga bisa disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak terhenti
begitu saja, melainkan diteruskan menjadi proses pengamatan seseorang terhadap objek yang ada disekitarnya. Pengamatan seseorang terhadap stimulus atau objek
yang ada disekitarnya akan berbeda dengan orang lain hal ini dikarenakan tingkat
Universitas Sumatera Utara
12
pemahaman dan pengetahuan terhadap objek tersebut. Semakin baik pemahaman seseorang terhadap suatu objek maka semakin baik juga persepsi yang akan
ditimbulkan begitu pula sebaliknya. Walgito, 2003:88 Menurut kamus besar Bahasa Indonesia 2005:807 persepsi didefinisikan
sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu, atau merupakan proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Jadi secara
umum, persepsi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pengelompokan dan penginterprestasian berdasarkan pengalaman tentang peristiwa yang diperoleh
melalui panca inderanya untuk menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang
melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut Devito,
persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang memengaruhi indra kita. Yusuf menyebut persepsi sebagai proses seseorang menjadi
sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya. Rakhmat menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Pareek memberikan definisi yang lebih luas yaitu, persepsi
dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindra atau
data Sobur, 2003:446 Persepsi adalah inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak
mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsi yang menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi
individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai
Universitas Sumatera Utara
13
konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. Mulyana, 2000:167
Menurut Adi Rukminto, 2004:17 didalam membicarakan persepsi maka ada beberapa hal yang penting yaitu :
A. Impression Formation
Proses dimana informasi tentang orang lain diubah menjadi pengetahuanpemikiran yang relatif menetap pada orang tersebut.
Sedangkan Impression Formation ini terbentuk melalui : a.
Pengkategorian klasifikasi berdasarkan teori kepribadian yang implisit Implicit Personality Theory
b. Mempertimbangkankombinasi segi positif dan negatif
c. Praduga stereotip
B. Attribution
Morgan King, Weisz dan Schopler melibatkan bahwa Attribution dan Inferences terjadi karena manusia tidak mempunyai akses untuk mengetahui pikiran, motif
maupun perasaan seseorang. Dengan membuat atribusi berdasarkan perilaku tertentu yang dilakukan seseorang, kita dapat meningkatkan kemampuan yang akan
dilakukan orang tertentu pada saat yang lain. C.
Social Relationship Kehadiran orang lain mempengaruhi tingkah laku. Bentuk tingkah laku dapat
terbentuk karena : a.
Imitasi peniruan b.
Konformitas mirip imitasi tetapi ada sanksi jika tidak ditiru c.
Kepatuhan banyak dilakukan dalam militer, dengan tingkat sanksi yang berat
Universitas Sumatera Utara
14
d. Perhatian yaitu suatu pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas
ditentukan kepada sesuatu atau sekelompok objek. Dengan demikian tingkah laku yang terjadi bisa dikarenakan dalam diri manusia
maupun karena adanya faktor diluar dari individu tersebut.
2.1.2 Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi
Seseorang belum tentu mempunyai persepsi yang sama tentang suatu objek yang sama. Perbedaan ini ditentukan bukan hanya pada stimulusnya sendiri, tetapi
juga pada latar belakang keadaan stimulus itu. Persepsi adalah merupakan bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengalaman. Menurut Stephen P. Robins
2000:50 ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang : 1.
Diri orang yang bersangkutan Individu Individu dalam membuat suatu persepsi akan dilatarbelakangi oleh kemampuan
individu untuk mempelajari sesuatu attitude, motivasi individu untuk membuat persepsi tentang sesuatu tersebut, kepentingan individu terhadap sesuatu yang
dipersepsikan, pengalaman individu dalam menyusun persepsi, serta harapan individu dalam menentukan persepsi tersebut. Apabila seseorang melihat dan
berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihat itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan,
minat, pengalaman dan harapan. 2.
Sasaran persepsi tersebut Target Gangguan yang ada dalam menyusun persepsi sebagai gangguan dalam
menentukan target atau persepsi, biasanya adalah objek yang akan dipersepsikan merupakan perihal yang benar-benar baru novelty, adanya gambaran hidup yang
mempengaruhi dalam membentuk persepsi motion, suara–suara yang timbul pada
Universitas Sumatera Utara
15
saat membentuk persepsi sounds, ukuran dari bentuk persepsi size, yang melatarbelakangi pembentuk persepsi tersebut background, dan kedekatan persepsi
dengan objek lain yang dapat membentuk persepsi yang hampir sama proximity, serta kesamaan similarity dari persepsi yang akan dibangun dengan persepsi lain.
Sasaran persepsi tersebut bisa berupa orang, benda ataupun peristiwa. Sifat-sifatnya biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang melihatnya, dengan kata lain gerakan,
suara, ukuran, tindak tanduk dan ciri-ciri lain sasaran persepsi turut menentukan cara pandang melihatnya.
3. Faktor situasi
Persepsi dilihat secara kontekstual yang dalam situasi mana persepsi itu timbul, perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berpesan dalam
penumbuhan persepsi seseorang. Situasi dalam menyusun suatu persepsi ditentukan momen yang tepat, bangunan atau struktur dari objek yang dipersepsikan, serta
kebiasaan yang berlaku dalam sosial masyarakat dalam merumuskan persepsi. Latar belakang yang dimaksud mencakup pengalaman-pengalaman sensoris,
perasaan saat terjadinya suatu peristiwa, prasangka, keinginan, sikap, dan tujuan. Persepsi dipengaruhi beberapa faktor Arikunto 2004:19, yaitu :
1. Ciri khas objek stimulus yang memberikan nilai bagi orang yang mempersiapkannya dan seberapa jauh objek tertentu dapat menyenangkan bagi
seseorang. 2. Faktor-faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu, seperti taraf
kecerdasan, minat, emosional dan lain sebagainya. 3. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain di lingkungannya dapat
memberikan arah kesuatu tingkah laku. 4. Faktor perbedaan latar belakang tingkah laku kultural kebiasaan.
Universitas Sumatera Utara
16
Sedangkan menurut Walgito 2003:89, faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu :
1. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus
dapat datang dari luar individu yang mempersiapkannya tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf yang bekerja
sebagai reseptor. 2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima
reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
3. Perhatian Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian yaitu
merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu
yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Faktor – faktor yang melatarbelakangi persepsi seseorang terhadap sesuatu hal
Bimo Walgito, 2010, yaitu berdasarkan :
1. Faktor Intern, meliputi :
a. Perasaan, merupakan suatu keadaan dalam diri individu sebagai suatu
akibat dari yang dialaminya atau yang dipersepsinya. b.
Pengalaman, merupakan kejadian yang pernah dialami dijalani, dirasai, ditanggung dan sebagainya baik yang sudah lama atau baru saja terjadi.
Pengalaman bisa berupa pengalaman menyenangkan, mengejutkan ataupun memalukan
Universitas Sumatera Utara
17
c. Kemampuan berpikir, merupakan kegiatan penalaran yang reflektif, kritis,
dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep
conceptualizing, aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul sintesis atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi,
komunikasi sebagai landasan kepada suatu keyakinan kepercayaan dan tindakan. Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang
mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat dan pembentukan
keputusan atau penarikan kesimpulan. 2.
Faktor Ekstern, meliputi : a.
Pendidikan, adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak. b.
Latar belakang keluarga, yaitu bagaimana karakteristik dan tingkatan kehidupan kelompok yang terdiri dari sekumpulan orang dalam satu
kesatuan yang terikat hubungan darah c.
Norma agama, petunjuk hidup yang berasal dari Tuhan yang disampaikan melalui utusan-Nya yang berisi perintah, larangan dan anjuran-anjuran.
d. Sosial budaya, merupakan segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku
dalam suatu masyarakat yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
18
2.1.3 Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Suatu objek menimbulkan stimulus, lalu stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses
stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak.
Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang
didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar atau apa yang diraba, yaitu
stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk. Walgito,
2002:90 Seorang individu tidak hanya dikenal oleh satu stimulus saja, tetapi individu
dikenal berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya, namun demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi.
Universitas Sumatera Utara
19
Secara skematis hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
St St
St St
RESPON
Fi Fi
Fi Fi
St = Stimulus SP = Struktur Pribadi individu
Fi = Faktor intern Gambaran tersebut memberikan gambaran bahwa individu menerima
bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberikan respon. Individu mengadakan seleksi
terhadap stimulus yang mengenainya. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilihnya dan diterima oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai
reaksi terhadap stimulus tersebut. Walgito, 2002:91 Adapun proses persepsi menurut Udai Pareek Sobur, 2003:451-455, antara lain :
1. Proses menerima rangsangan
Proses pertama dalam persepsi adalah rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indera. Kita melihat sesuatu, mendengar,
mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga kita mempelajari segi – segi lain dari sesuatu itu.
SP
Universitas Sumatera Utara
20
2. Proses menyeleksi rangsangan
Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Demi menghemat perhatian
yang digunakan, rangsangan – rangsangan itu disaring dan diseleksi untuk proses lanjut. Ada dua kumpulan faktor menentukan seleksi rangsangan itu, yaitu :
a. Faktor – Faktor Intern
1 Kebutuhan psikologis
Kebutuhan seseorang mempengaruhi persepsinya. Kadang–kadang, ada hal yang “kelihatan” yang sebenarnya tidak ada, karena kebutuhan
psikologis. Misalnya, seseorang yang haus bisa melihat air di banyak tempat; fatamorgana seperti itu biasa sekali terjadi di padang pesisir. Jika
seseorang kehilangan hal tertentu yang dibutuhkan, mereka lebih sering melihat barang itu.
2 Latar belakang
Latar belakang mempengaruhi hal – hal yang dipilih dalam persepsi. Orang–orang dengan latar belakang tertentu mencari orang – orang dengan
latar belakang yang sama. 3
Pengalaman Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang–orang, hal–
hal, dan gejala–gejala yang mungkin serupa dengan pengalaman pribadinya. Seseorang yang mempunyai pengalaman buruk dalam bekerja
dengan jenis orang tertentu, mungkin akan menyeleksi orang–orang ini untuk jenis persepsi tertentu.
4 Kepribadian
Universitas Sumatera Utara
21
Kepribadian juga mempengaruhi persepsi. Seorang yang introvert mungkin akan tertarik kepada orang–orang yang serupa atau sama sekali
berbeda. Berbagai faktor dalam kepribadian mempengaruhi seleksi dalam persepsi.
5 Sikap dan kepercayaan umum
Sikap dan kepercayaan umum juga mempengaruhi persepsi, orang–orang yang mempunyai sikap tertentu terhadap wanita atau pria yang termasuk
kelompok bahasa tertentu, besar kemungkinan akan melihat berbagai hal kecil yang tidak diperhatikan oleh orang lain.
6 Penerimaan diri
Penerimaan diri merupakan sifat penting yang mempengaruhi persepsi. Beberapa telah menunjukkan bahwa mereka yang lebih ikhlas menerima
kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu daripada mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya. Untuk yang terakhir ini
cenderung mengurangi kecermatan persepsi. Implikasi dari fakta ini ialah kecermatan persepsi dapat ditingkatkan dengan membantu orang–orang
untuk lebih menerima diri mereka sendiri. b.
Faktor – Faktor Ekstern 1
Intensitas Pada umumnya, rangsangan yang lebih intensif mendapatkan lebih banyak
tanggapan daripada rangsangan yang kurang intens. 2
Ukuran Pada umumnya, benda–benda yang lebih besar lebih menarik perhatian.
Barang yang lebih besar lebih cepat dilihat. 3
Kontras
Universitas Sumatera Utara
22
Hal–hal lain dari biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian. Jika orang biasa mendengar suara tertentu dan sekonyong–sekonyongnya ada
perubahan dalam suara itu, hal itu akan menarik perhatian. Banyak orang secara sadar atau tidak, melakukan hal–hal yang aneh untuk menarik
perhatian. Perilaku yang luar biasa menarik perhatian karena prinsip- prinsip perbedaan itu.
4 Gerakan
Hal–hal yang bergerak lebih menarik perhatian daripada hal yang diam. 5
Ulangan Biasanya hal–hal yang terulang dapat menarik perhatian. Akan tetapi,
ulangan yang terlalu sering dapat menghasilkan kejenuhan semantik dan dapat kehilangan arti perseptif.
6 Keakraban
Hal–hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian. Hal ini terutama jika hal tertentu tidak diharapkan dalam rangka tertentu.
7 Sesuatu yang baru
Faktor ini kedengarannya bertentangan dengan faktor keakraban. Akan tetapi, hal–hal baru juga menarik perhatian. Jika orang sudah biasa dengan
kerangka yang sudah dikenal, sesuatu yang baru menarik perhatian. 3.
Proses Pengorganisasian Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada
tiga dimensi utama dalam pengorganisasian ransangan Sobur, 2003:462-464, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
23
a. Pengelompokan
Berbagai rangsangan yang telah diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk. Beberapa faktor digunakan untuk mengelompokkan rangsangan itu, antara lain
: 1
Kesamaan, rangsangan–rangsangan yang mirip dijadikan satu kelompok. 2
Kedekatan, hal–hal yang lebih dekat antara satu dan yang lain juga dikelompokkan menjadi satu.
3 Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal–hal yang dianggap belum
lengkap. b.
Bentuk timbul dan latar Prinsip lain dari dalam mengatur rangsangan disebut bentuk timbul dan latar.
Hal ini merupakan salah satu proses persepsi yang paling menarik dan paling pokok. Dalam melihat rangsangan atau gejala ada kecenderungan untuk
memusatkan perhatian pada gejala–gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan rangsangan atau gejala lainnya berasa di latar belakang.
c. Kemampuan persepsi
Ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan perubahan- perubahan konteks tidak mempengaruhinya. Dunia persepsi diatur menurut
prinsip kemantapan. Dalam persepsi dunia tiga dimensional, faktor ketetapan memainkan peranan yang penting.
4. Proses penafsiran
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, sipenerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu
ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima.
Universitas Sumatera Utara
24
5. Proses pengecekan
Sesudah data diterima dan ditafsirkan, sipenerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses pengecekan ini
mengklaim terlalu cepat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau data baru. Data atau kesan–kesan itu dicek
dengan menanyakan kepada orang–orang lain mengenai persepsi mereka. 6.
Proses reaksi Tahap terakhir dari proses perceptual ialah bertindak sehubungan dengan apa
yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat suatu sehubungan dengan persepsinya. Misalnya, seseorang bertindak sehubungan dengan
persepsi yang baik atau yang buruk yang telah dibentuknya. Lingkaran persepsi itu belum sempurna sebelum menimbulkan suatu tindakan. Lingkaran persepsi ini bisa
tersembunyi dan bisa pula terbuka. Tindakan tersembunyi berupa pembentukan pendapat atau sikap, sedangkan tindak yang terbuka berupa tindakan nyata
sehubungan dengan persepsi itu. Satu gejala yang telah menarik perhatian sehubungan dengan tindakan tersembunyi ialah “pembentukan kesan”. Pembentukan
kesan ialah cara seorang pencerap membentuk kesan tertentu atas suatu obyek atau atas seseorang menurut ciri–ciri yang diserapnya, atau data yang ia terima dari
berbagai sumber.
2.1.4 Objek Persepsi
Objek yang dapat dipersepsi sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia. Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua yakni persepsi objek
lingkungan fisik dan persepsi terhadap manusia. Persepsi manusia lebih sulit dan
Universitas Sumatera Utara
25
kompleks karena manusia bersifat dinamis. Persepsi objek berbeda dengan persepsi terhadap lingkungan sosial. Perbedaan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:
Perbedaan persepsi terhadap objek dengan persepsi sosial
a. Persepsi terhadap objek melalui lambing-lambang fisik sedangkan persepsi
terhadap orang melalui lambang-lambang verbal dan nonverbal. Manusia lebih aktif daripada kebanyakan objek dan lebih sulit diramalkan.
b. Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar sedangkan persepsi terhadap
manusia menanggapi sifat-sifat luar dan dalam perasaan, motif, harapan dan sebagainya. Kebanyakan objek tidak mempersepsi kita ketika kita mempersepsi
objek. Akan tetapi manusia mempersepsi kita pada saat kita mempersepsi mereka. Dengan kata lain persepsi terhadap manusia lebih interaktif.
c. Objek tidak bereaksi, sedangkan manusia bereaksi. Dengan kata lain objek
bersifat statis sedangkan manusia bersifat dinamis. Oleh karena itu persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu, lebih cepat daripada persepsi terhadap
objek. Oleh karena itu juga, persepsi terhadap manusia lebih beresiko daripada terhadap objek Walgito, 2002:96.
1. Persepsi terhadap objek lingkungan fisik
Dalam mempersepsi lingkungan fisik, kita terkadang melakukan kekeliruan. Kondisi mempengaruhi kita terhadap suatu benda. Misalnya ketika merasa
kepanasan di tengah gurun. Kita tidak jarang akan melihat fatamorgana. Ketika kita disuruh mencicipi suatu masakan, mungkin pendapat kita akan berbeda dengan orang
lain karena kita memiliki persepsi yang berbeda. Latar belakang pengalaman, budaya
Universitas Sumatera Utara
26
dan suasana psikologis yang berbeda membuat persepsi kita juga berbeda atas suatu objek.
2. Persepsi terhadap manusia persepsi sosial
Proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia selalu memikirkan orang lain dan apa yang orang lain
pikirkan tentang dirinya, dan apa yang orang pikirkan mengenai apa yang ia pikirkan mengenai orang lain itu dan seterusnya R.D Laing . Kita mempersepsi orang
melalui:
a. Proxemics
: Jarak ketika orang berkomunikasi b.
Kinesis : Gerakan, isyarat
c. Petunjuk wajah
: Sedih, senang d.
Paralinguistik : Dialek, bahasa, intonasi
e. Artifaktual
2.1.5 Bentuk-Bentuk Persepsi
Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan terhadap suatu objek yang dilihat. Bentuk-bentuk persepsi adalah pandangan yang berdasarkan penilaian
terhadap suatu objek yang terjadi, kapan saja dan dimana saja jika stimulus mempengaruhinya. Dengan demikian dapat diketahui ada dua bentuk persepsi yaitu
yang bersifat positif dan negatif. 1.
Persepsi Positif Persepsi positif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu objek dan
menuju pada suatu keadaan dimana subjek yang mempersepsikan cenderung menerima objek yang ditangkap karena sesuai dengan pribadinya.
Universitas Sumatera Utara
27
2. Persepsi Negatif
Persepsi negatif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu objek dan menunjukkan pada keadaan dimana subjek yang mempersepsikan cenderung
menolak objek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya Bimo Walgito, 2010:103.
2.2 Orangtua Tunggal
2.2.1 Pengertian Orangtua Tunggal
Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orang tua bagi anak-anaknya. Namun, dalam kehidupan nyata
sering dijumpai keluarga dimana salah satu orang tuanya tidak ada lagi. Keadaan ini menimbulkan apa yang disebut dengan keluarga single parent.
Orangtua tunggal adalah keluarga yang terdiri dari orangtua tunggal baik ayah atau ibu sebagai akibat perceraian dan kematian. Orangtua tunggal juga dapat
terjadi pada lahirnya anak tanpa ikatan perkawinan yang sah dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab ibu. Keluarga orangtua tunggal dapat diakibatkan oleh
perceraian, kematian, orangtua angkat, dan orangtua yang terpisah tempat tinggalnya Suhendi dan Wahyu, 2001:401
Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga dengan single parent adalah keluarga yang hanya terdiri dari satu orang tua yang
dimana mereka secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan, tanggung jawab pasangannya dan hidup bersama dengan anak-anaknya
dalam satu rumah.
Universitas Sumatera Utara
28
2.2.2 Bentuk – Bentuk Orangtua Tunggal
Ada banyak penyebab yang mengakibatkan peran orangtua yang lengkap dalam sebuah rumah tangga menjadi tidak sempurna. Hal ini bisa disebabkan banyak
faktor diantaranya: 1.Jikalau pasangan hidup meninggal dunia, otomatis itu akan meninggalkan
seseorang sebagai orang tua tunggal. 2.Jika pasangan hidup meninggalkan atau untuk waktu yang sementara namun dalam
kurun yang panjang. Misalkan ada suami yang harus pergi ke pulau lain atau ke kota lain guna mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.
3. Akibat perceraian. 4.Orangtua angkat.
2.2.3 Sebab - Sebab Orangtua Tunggal
Goode, William. J 2007:184, keluarga single parent atau keluarga dengan orangtua tunggal adalah keluarga yang mengalami kekacauan keluarga yakni
pecahnya suatu unit keluarga, terputus atau retaknya struktur peran sosial apabila salah satu atau beberapa anggota gagal menjalankan kewajiban peran secukupnya.
Terjadinya kekacauan dalam keluarga disebabkan sebagai berikut : a.
Ketidaksahan Ketidaksahan merupakan unit keluarga tidak lengkap, hal ini diakibatkan karena
ayah atau ibu tidak ada, seperti terjadinya kehamilan diluar nikah atau fenomena bagi seorang wanita atau laki-laki yang tidak mau menikah kemudian mengadopsi anak.
Oleh karena itu tidak menjalankan kewajiban sesuai dengan peranannya.
Universitas Sumatera Utara
29
b. Pembatalan, perpisahan, perceraian dan meninggalkan
Terputusnya keluarga akibat salah satu atau pasangan baik dari ayah atau ibu memutuskan untuk berpisah atau bercerai dengan alasan tidak ada lagi kecocokan,
kekerasan dalam rumah tangga, adanya konflik atau pertengkaran yang berkepanjangan. Sehingga untuk selanjutnya salah satu pasangan tidak melaksanakan
kewajiban perannya lagi. c.
Keluarga selaput kosong Dalam hal ini keluarga tetap tinggal bersama tetapi tidak saling menyapa, tidak
rukun, dan tidak saling bekerjasama, serta tidak ada rasa kasih sayang, sehingga keluarga dianggap gagal dalam memberikandukungan emosional antar anggota
keluarga. d.
Ketiadaan seorang dari pasangan karena hal yang tidak diinginkan Keadaan keluarga yang terpecah atau tidak utuh disebabkan karena ayah atau ibu
meninggal, dipenjara, dalam peperangan, dalam bencana dan lain-lain, hal ini akan menimbulkan kehilangan dan kesedihan yang mendalam bagi anggota keluarga.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga yang mengakibatkan seseorang menjadi orangtua tunggal yang berarti akan membawa seseorang untuk beradaptasi
dengan kondisi yang baru yakni penambahan peran dan serangkaian tugas-tugas ganda yang harus dilakukan. Orangtua tunggal yang disebabkan karena adanya
hubungan diluar nikah atau bagi seorang wanita atau laki-laki yang tidak mau menikah kemudian mengadopsi anak pada kasus ini dibutuhkan motivasi dan
dukungan yang lebih dari keluarganya karena perlu kesiapan yang matang baik secara mental maupun finansial untuk menjadi orangtua tunggal. Sedang orangtua
Universitas Sumatera Utara
30
tunggal yang karena adanya kematian dan sakit dirasa kondisi tersebut seseorang dianggap memiliki tingkat kematangan yang tinggi sehingga diharapkan mampu
mengatasi segala perubahan yang terjadi. Goode, 2007:185
2.2.4. Akibat Orangtua Tunggal
Setiap status dan peranan yang dimiliki oleh seseorang memiliki akibat, termasuk juga status menjadi orangtua tunggal, berikut beberapa akibat yang
ditimbulkan karena perubahan status menjadi orangtua tunggal Goode, William. J 2007:190 :
1. Peran Ganda
Seseorang yang menjadi orangtua tunggal terdapat proses penyesuaian kembali readjustment dalam hal perubahan sebagai suami-istri dan memperoleh
peran baru, salah satu contoh penyesuaian yang dimaksud adalah dalam hal ekonomi, seperti diketahui bahwa masalah makin meningkatnya kebutuhan hidup akan lebih
berat jika dialami, khususnya oleh orangtua tunggal wanita yang sebelumnya menggantungkan hidup pada seorang suami atau memilih tidak bekerja. Banyak
wanita yang setelah menikah dilarang bekerja oleh suaminya untuk mengurus keluarga. Pada saat ditinggalkan oleh suaminya meninggal atau bercerai, tidak ada
kestabilan secara ekonomi. Saat mencoba mencari pekerjaan, tingkat penghasilan tidak terlalu besar karena faktor pengalaman kerja yang masih minim. Belum lagi
belum terbiasa dalam mengurus keluarga sekaligus mencari nafkah, sehingga hal ini menambah hal persoalan ekonomi.
Keadaan akan menjadi sulit apabila jika anak tidak mempunyai ayah yang sah. Misalkan saja anak yang orangtuanya tidak menikah tidak diakui oleh keluarga
ayahnya, dan baik ayah maupun keluarganya hanya mempunyai sedikit kewajiban
Universitas Sumatera Utara
31
hukum terhadap si anak, dan tentu saja ini merugikan bagi ibu sebagai orangtua tunggal yang membesarkan sendiri anaknya. Pentingnya sebuah pernikahan orangtua
bagi anak yang lahir diluar pernikahan membuat anak tersebut memiliki ikatan secara hukum dengan orangtuanya.
2. Krisis Percaya Diri
Masalah utama orangtua tunggal adalah masalah kepercayaan diri orangtua tunggal di tengah masyarakat, orangtua tunggal karena bercerai kehilangan
kehormatannya ditengah-tengah masyarakat walaupun ia tidak dikucilkan sama sekali. Orangtua tunggal yang hidup pada masyarakat yang memegang nilai-nilai
ketimuran, diharapkan untuk tidak langsung menikah pasca pasangannya meninggal atau bercerai, apabila hal tersebut tidak memenuhi harapan, maka akan menjadi
bahan gunjingan masyarakat yang tentu saja menurunkan kepercayaan diri seseorang atau individu yang sudah tidak memiliki pasangan.
3. Kenakalan Remaja
Rumah tangga yang mengalami disorganisasi dikarenakan perceraian umumnya berdampak pada timbulnya kenakalan pada remaja, khususnya angka
kenakalan remajalebih tinggi pada remaja yang mengalami disorganisasi keluarga karena orangtuanya bercerai daripada yang disebabkan oleh kematian salah satu
orangtuanya, kenakalan remaja ini timbul karena ketiadaan model peran yang memuaskan bagi anak untuk dijadikan contoh bagi anak untuk melakukan
penyesuaian terhadap peraturan-peraturan sosial.
2.2.5. Dampak – Dampak Orangtua Tunggal
Ada tiga dampak umum menjadi orangtua tunggal Egelman, 2004:80, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
32
a.Multitaskingyaitu konflik peran yang muncul pada orangtua tunggalkarena banyaknya peran yang harus mereka lakukan dalam waktu yang bersamaan.
b.Solo parentingyaitu kesulitan orang tua single parentdalam menghadapiperilaku anak karena mereka sudah tidak memiliki pasangan sebagai teman berbagi dalam
menyelesaikan masalah keluarga, terutama dalam mengurus anak. Hal yang sangat diharapkan dari orangtua saat ini adalah bahwa semua orangtua harus sempurna,
sehingga tentunya hal ini menjadisesuatu yang sulit bagi orangtua baik yang single parentmaupun bagi keluarga yang utuh. Mereka harus mampu memberikan
dukungan finansial, emosi dan intelektual yang dibutuhkan anak untuk menciptakan emosional yang sehat dan kesuksesan finansial kelak ketika anak menjadi dewasa.
c.Issues of selfyaitu self imageyang dimiliki oleh orangtua atau single parent yang akan berpengaruh terhadap kualitasnya sebagai orangtua. Issues of self, merupakan
keadaan dimana orangtua tunggal akan mengalami stress dan kebutuhan pribadinya yang luastidak dapat dipenuhi. Orangtua tunggal berharap dapat melanjutkan
pendidikannya, pekerjaannya dan mempunyai kehidupan sosial yang baik. Namun, hal ini akan menjadi sulit karena mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk
memenuhi semua kebutuhannya tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua yang positif berhubungan dengan orangtua yang memiliki self imageyang
positif. Jika orang dewasa tidak memiliki kesempatan untuk bertumbuh dan mengembangkan pengalaman yang positif pada dirinya, maka kualitasnya sebagai
orang tua akan berkurang.
Universitas Sumatera Utara
33
2.3 Perceraian
2.3.1 Pengertian Perceraian
Perceraian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perihal berceraiantara suami dan istri, yangkata “bercerai” itu sendiri artinya menjatuhkan
talak atau memutuskan hubungan sebagai suami isteri. Menurut KUH Perdata Pasal207 perceraian merupakan penghapusan
perkawinan dengan putusan hakim, atas tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu berdasarkan alasan-alasan yang tersebut dalam Undang-Undang. Sementara
pengertian perceraian tidak dijumpai sama sekali dalam Undang –
UndangPerkawinan begitu pula di dalam penjelasan serta peraturan pelaksananya.Meskipun tidak terdapat suatu pengertian secara otentik
tentangperceraian, tidak berarti bahwa masalah perceraian ini tidak diatur sama sekali di dalam Undang – UndangPerkawinan. Bahkan yang terjadi justru sebaliknya,
pengaturan masalah perceraian menduduki tempat terbesar. Seperti halnya perkawinan, perceraian juga merupakan suatu proses yang di
dalamnya menyangkut banyak aspek seperti; emosi, ekonomi, sosial, dan pengakuan secara resmi oleh masyarakat melalui hukum yang berlaku.
Murdock menyimpulkan bahwa di setiap masyarakat terdapat institusilembaga yang menyelesaikan proses berakhirnya suatu perkawinan yang
disebut dengan perceraian sama halnya dengan mempersiapkan suatu perkawinan. Namun oleh Goode dikatakan bahwa setiap masyarakat mempunyai definisi yang
berbeda tentang konflik antara pasangan suami-istri serta cara penyelesaiannya. Goode sendiri berpendapat bahwa pandangan yang menganggap perceraian
merupakan suatu “kegagalan” adalah bias, karena semata-mata mendasarkan perkawinan pada cinta yang romantis. Padahal semua sistem perkawinan paling
Universitas Sumatera Utara
34
sedikit terdiri dari dua orang yang hidup dan tinggal bersama di mana masing-masing memiliki keinginan, kebutuhan, serta latar belakang dan nilai sosial yang bisa saja
berbeda satu sama lain. Akibatnya sistem ini bisa memunculkan ketegangan- ketegangan dan ketidak-bahagiaan yang dirasakan oleh semua anggota keluarga.
Karenanya, apabila terjadi sesuatu dengan perkawinan misalnya perceraian maka akan timbul masalah-masalah yang harus dihadapi baik oleh pasangan yang bercerai
maupun anak-anak serta masyarakat di wilayah terjadiya perceraian Ihromi, 2000:136.
2.3.2 Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian
Terdapat banyak faktor–faktor perceraian yang tampak dari kasus-kasus perceraian yang sering terjadi di Indonesia, diantaranya adalah :
1. Kurangnya berkomunikasi
Dalam rumah tangga, komunikasi sangat penting dan sangat dibutuhkan antara suami-istri. Sekecil apapun itu masalah harus memberitahu satu sama lain. Jika tidak,
akan memicu terjadinya perceraian. karena dengan berkomunikasi membuat rasa saling percaya, saling mengerti, tidak ada kebohongan, dan tidak ada hal yang
disembunyikan. Namun sebaliknya jika dalam rumah tangga gagal berkomunikasi, maka akan sering terjadi pertengkaran karena tidak saling percaya, tidak saling
mengerti, banyaknya rahasia yang disembunyikan satu sama lain. Hal ini akan berujung pada perceraian jika kedua pihak kurang atau gagal berkomunikasi.
2. Kekerasan dalam rumah tangga KDRT
KDRT adalah kekerasan yang dilakukan dalam rumah tangga baik oleh suami maupun oleh istri yang berakibat timbulnya penderitaan fisik, seksual, psikis,dan
ekonomi. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab utama perceraian.
Universitas Sumatera Utara
35
3. Perzinahan
Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perceraian adalah perzinahan, yaitu hubungnan seksual diluar nikah yang dilakukan baik oleh
suami maupun istri. hal ini bisa terjadi dalam rumah tangga dikarenakan mungkin seperti yang kita bahas sebelumnya yaitu kurangnya atau gagal berkomunikasi,
ketidak harmonisan, tidak adanya perhatian atau kepedulian suami terhadap istri atau sebaliknya, saling sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, merasa tidak
tercukupinya kebahagiaan lahir dan batin, ketidaksetiaan, atau hanya untuk bersenang-senang bersama orang lain.
4. Masalah Ekonomi
Uang memang tidak dapat membeli kebahagiaan. Namun bagaimana lagi, uang termasuk kebutuhan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu,
faktor ekonomi masih menjadi penyebab paling dominan terjadinya perceraian pasutri di masyarakat.
5. Krisis moral dan Akhlak
Faktor-faktor terjadinya perceraian di atas seperti halnya masalah ekonomi, perzinahan, kurangnya atau gagal berkomunikasi, dan kekerasan dalam rumah tangga
dapat menimbulkan landasan berupa krisis moral dan akhlak yang dilalaikan oleh suami maupun istri atas peran dan tanggung jawab.
Penyebab terjadinya perceraian adalah bermula ketika konflik lahir, keluarga bahagia dan sejahtera sebagai suatu cita-cita bagi pasangan suami-istri sukar
diwujudkan. Penyebabnya bisa karena perbedaan pandangan, karena perbedaan latar belakang kehidupan, karena masalah ekonomi, karena harga diri, karena intervensi
orang ketiga dalam masalah keluarga, dan sebagainya. Siapa pun orangnya dan bagaimana pun situasi dan keadaannya, suatu keluarga tidak ingin ada konflik dalam
Universitas Sumatera Utara
36
keluarga mereka, karena hal itu disadari atau tidak dapat mengancam keutuhan keluarga. Djamarah, 2004:18
2.3.3 Dampak - Dampak Perceraian
Perceraian bukanlah hal yang terbaik karena ada dampak-dampak buruk yang harus dihadapi, yaitu :
1. Bagi Anak
Anak merupakan korban yang paling terluka ketika orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Anak dapat merasa ketakutan karena kehilangan sosok ayah atau ibu
mereka, takut kehilangan kasih sayang orang tua yang kini tidak tinggal serumah. Mungkin juga mereka merasa bersalah dan menganggap diri mereka sebagai
penyebabnya. Prestasi anak di sekolah akan menurun atau mereka jadi lebih sering untuk menyendiri. Anak - anak yang sedikit lebih besar bisa pula merasa terjepit di
antara ayah dan ibu mereka. Salah satu atau kedua orang tua yang telah berpisah mungkin menaruh curiga bahwa mantan pasangan hidupnya tersebut mempengaruhi
sang anak agar membencinya. Ini dapat membuat anak menjadi serba salah, sehingga mereka tidak terbuka termasuk dalam masalah-masalah besar yang dihadapi ketika
mereka remaja. Sebagai pelarian yang buruk, anak-anak bisa terlibat dalam pergaulan yang buruk, narkoba, atau hal negatif lain yang bisa merugikan.
2. Bagi Orangtua
Selain anak-anak, orang tua dari pasangan yang bercerai juga mungkin terkena imbas dari keputusan untuk bercerai. Sebagai orang tua, mereka dapat saja merasa
takut anak mereka yang bercerai akan menderita karena perceraian ini atau merasa risih dengan pergunjingan orang-orang. Beberapa orang tua dari pasangan yang
bercerai akhirnya harus membantu membesarkan cucu mereka karena
Universitas Sumatera Utara
37
ketidaksanggupan dari pasangan yang bercerai untuk memenuhi kebutuhan anak- anaknya.
3. Bencana Keuangan
Jika sebelum bercerai, suami sebagai pencari nafkah maka setelah bercerai tidak akan memiliki pendapatan sama sekali apalagi jika mantan pasangan tidak
memberikan tunjangan. Atau jika pemasukan berasal dari pribadi dan pasangan, sekarang setelah bercerai, pemasukan uang berkurang. Jika seseorang mendapat hak
asuh atas anak, berarti juga bertanggung jawab untuk menanggung biaya hidup anak. Yang perlu diingat, setelah bercerai, umumnya banyak keluarga mengalami
penurunan standar kehidupan hingga lebih dari 50 persen. 4.
Muncul Masalah Pengasuhan Anak Setelah bercerai, berarti harus menjalankan peranan ganda sebagai ayah dan juga
sebagai ibu. Ini bukanlah hal yang mudah karena ada banyak hal lain yang harus dipikirkan seorang diri. Terlebih, jika anak sudah memasuki masa remaja yang penuh
tantangan, seseorang harus dengan masuk akal menjaga atau memberikan disiplin kepada anak agar dapat tumbuh menjadi anak yang baik. Masalah lain dalam hal
pengasuhan anak adalah ketika harus berbagi hak asuh anak dengan pasangan karena bisa jadi masih merasa sakit hati dengan perlakuan mantan pasangan sehingga sulit
untuk bersikap adil. Hal-hal yang harus dibicarakan seperti pendidikan atau disiplin anak mungkin dapat menyebabkan pertengkaran karena tidak sepaham dan rasa sakit
hati dapat membuat hal ini semakin buruk. 5.
Gangguan Emosi Kesehatan Adalah hal yang wajar jika setelah bercerai masih menyimpan perasan cinta
terhadap mantan pasangan. Harapan untuk hidup sampai tua bersama pasangan menjadi kandas, ini dapat menyebabkan perasaan kecewa yang sangat besar yang
Universitas Sumatera Utara
38
menyakitkan. Mungkin juga ketakutan jika tidak ada orang yang akan mencintai lagi atau perasaan takut ditinggalkan lagi di kemudian hari. Perasaan lain yang mungkin
dialami adalah perasaan terhina atau perasaan marah dan kesal akibat sikap buruk pasangan. Juga mungkin merasa kesepian karena sudah tidak ada lagi tempat berbagi
cerita, tempat mencurahkan dan mendapatkan bentuk kasih sayang. Serangkaian problem kesehatan juga bisa disebabkan akibat depresi karena bercerai.
6. Bahaya Masa Remaja Kedua
Pasangan yang baru bercerai sering mengalami masa remaja kedua. Mereka mencicipi kemerdekaan baru dengan memburu serangkaian hubungan asmara dengan
tujuan untuk menaikkan harga diri yang jatuh atau untuk mengusir kesepian. Hal ini bisa menimbulkan problem baru yang lebih buruk dan tragis karena tidak
mempertimbangkan baik-baik langkah yang dilakukan http:fyoonamyart.blogspot.com201210perceraian-definisi-faktor-penyebab.html,
diakses pada tanggal 08 Februari 2016 Pukul 11:57 WIB.
2.4 Perkawinan
Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat. Eksistensi institusi ini adalah melegalkan hubungan hukum antara seorang laki-laki
dengan seorang perempuan. Oleh sebab itulah, beberapa ahli memandang dan memberikan arti yang sangat penting terhadap institusi yang bernama perkawinan.
Asser, Scholten, Pitlo, Petit, Melis, dan Wiarda memberikan definisi bahwa perkawinan adalah suatu persekutuan antara seorang pria dengan seorang wanita
yang diakui oleh negara untuk bersamabersekutu yang kekal. Esensi yang dikemukakan para pakar tersebut adalah bahwa perkawinan adalah sebagai lembaga
hukum, baik karena apa yang ada didalamnya, maupun karena apa yang terdapat
Universitas Sumatera Utara
39
didalamnya https:jojobafancech.wordpress.com-hukum-perkawinan, diakses pada tanggal 08 Februari 2016 Pukul 12.24 WIB.
Sementara menurut Soetojo Prawirohamidjojo menyatakan bahwa perkawinan merupakan persekutuan hidup antara seorang pria dan wanita yang yang
dikukuhkan secara formal dengan Undang-Undang yuridis dan kebanyakan religius. Pendapat lain disampaikan oleh Subekti Pokok-Pokok Hukum Perdata
yang mengatakan, bahwa perkawinan ialah pertalian yang sah antara seorang lelaki dengan seorang perempuan untuk waktu yang lama. Dasar-dasar dari perkawinan
dibentuk oleh unsur-unsur alami dari kehidupan itu sendiri; kebutuhan dan fungsi biologik, menurunkan, kebutuhan akan kasih sayang dan persaudaraan, memelihara
anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut dan mendidik anak-anak itu untuk menjadi anggota-anggota masyarakat yang sempurna Volwaardig. Bentuk
tertentu dari perkawinan tidak diberikan oleh alam, berbagai bentuk perkawinan itu berfungsi sebagai lembaga pranata. Indonesia sendiri adalah negara yang
pluralistik, yang terdiri dari berbagai macam agama, suku, budaya, dan tradisinya yang beraneka-ragam, tentu beragam pula perspektif-perspektifnya bila ditinjau dari
apa itu definisi perkawinan, bagaimana seharusnya perkawinan dilaksanakan, dan sebagainya Soetojo, 2002:37.
2.4.1 Pengertian Perkawinan
a. UU No.1 tahun 1974 menyatakan, Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pasal 1
b.
Menurut KUH Perdata, Perkawinan adalah suatu persekutuan seorang laki-laki
Universitas Sumatera Utara
40
dan seorang permpuan yang diakui oleh Undang-undang Hukum Perdata dengan tujuan menyelenggarakan tujuan hidup secara pribadi.
c. Menurut agama Islam, tertuang dalam kompilasi Hukum Islam Pasal 2
Perkawinan adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
d. Menurut agama Kristen Katolik, tertuang dalam Kitab Hukum Kanonik
Perkawinan adalah sebuah perjanjian antara seorang pria dan wanita untuk membentuk kehidupan bersama, yang terarah kepada kesejahteraan keluarganya
serta mengutamakan kelahiran dan pendidikan anak.
e. Menurut agamaKristenProtestan, perkawinan adalah suatu persekutuan hidup dan percaya total, eksklusif dan kontinyu antara seorang pria dan seorang wanita
yang dikuduskan dan diberkati oleh oleh Kristus Yesus.
f. Menurut agama Hindu. Dalam agama Hindu istilah perkawinan biasa disebut
Pawiwahan. Pengertian Pawiwahan itu sendiri dari sudut pandang etimologi atau asal katanya, kata pawiwahan berasal dari kata dasar “ wiwaha”. Wiwaha atau
perkawinan dalam masyarakat hindu memiliki kedudukan dan arti yang sangat penting, dalam catur asrama wiwaha termasuk kedalam Grenhastha Asrama.
Disamping itu dalam agama Hindu, wiwaha dipandang sebagai sesuatu yang maha mulia, seperti dijelaskan dalam kitab Manawa Dharmasastra bahwa wiwaha
tersebut bersifat sakral yang hukumnya wajib, dalam artian harus dilakukan oleh seseorang yang normal sebagai suatu kewajiban dalam hidupnya.
g. Menurut agama Budha, perkawinan adalah ikatan lahir dan batin dari dua orang
yang berbeda kelamin, yang hidup bersama untuk selamanya dan bersama-sama
Universitas Sumatera Utara
41
melaksanakan Dharma Vinaya untuk mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan sekarang ini dan kehidupan yang akan datang.
h. Menurut agama Konghucu, Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang
laki-laki dengan seorang perempuan dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan melangsungkan keturunan berdasarkan KeTuhanan
Yang Maha Esa. https:tommizhuo.wordpress.comyurisprudensi-hukum- keluarga-dan-hukum-perkawinan-perkawinan-menurut-uu-no-1-tahun-
1974, diakses pada tanggal 05 Februari 2016 pukul 18.25 WIB
2.4.2 Ketentuan Hukum Perkawinan di Indonesia
Masyarakat Indonesia tergolong heterogen dalam segala aspek. Dalam aspek agama jelaslah terdapat dua kelompok besar yakni agama samawi yaitu Islam,
Kristen dan Katolik, dan non samawi yaitu Hindu, Budha, dan aliran kepercayaan lainnya. Keseluruhan agama tersebut memiliki tata aturan sendiri-sendiri baik secara
vertikal maupun secara horizontal, termasuk didalamnya tata cara perkawinan.
Hukum perkawinan yang berlaku bagi tiap-tiap agama tersebut antar satu sama dengan agama yang lain, terdapat perbedaan akan tetapi tidak saling
bertentangan. Bagi suatu negara dan bangsa seperti Indonesia adalah mutlak adanya Undang-undang Perkawinan Nasional yang sekaligus menampung prinsip-prinsip
dan landasan hukum perkawinan yang selama ini menjadi pegangan dan telah berlaku bagi berbagai golongan dalam masyrakat kita Sudarsono, 2000: 6. Adapun
di Indonesia telah mengatur tentang perkawinan yang secara otentik diatur dalam Undang-undang no 1 tahun 1974.
Universitas Sumatera Utara
42
A. Syarat - Syarat Perkawinan
Syarat-syarat Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Syarat perkawinan yang bersifat materiil dapat disimpulkan dari Pasal 6 sampai
dengan 11 UU No. 1 tahun 1974 : a.
Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai b.
Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat ijin kedua orangtuanyasalah satu orang tuanya, apabila salah
satunya telah meninggal duniawalinya apabila kedua orang tuanya telah meninggal dunia.
c. Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun
dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Kalau ada penyimpangan harus ada ijin dari pengadilan atau pejabat yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria
maupun wanita. d.
Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi kecuali memenuhi Pasal 3 ayat 2 dan pasal 4.
e. Apabila suami dan Isteri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang lain
dan bercerai lagi untuk kedua kalinya. f.
Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu tunggu.
2. Syarat perkawinan secara formal dapat diuraikan menurut Pasal 12 UU No.1
Tahun 1974 direalisasikan dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 yaitu :
a. Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan harus memberitahukan
kehendaknya kepada Pegawai Pencatat Perkawinan di mana perkawinan di mana
Universitas Sumatera Utara
43
perkawinan itu akan dilangsungkan, dilakukan sekurang-kurangnya 10 hari sebelum perkawinan dilangsungkan. Pemberitahuan dapat dilakukan lisantertulis oleh calon
mempelaiorang tuawakilnya. Pemberitahuan itu antara lain memuat: nama, umur, agama, tempat tinggal calon mempelai Pasal 3-5.
b. Setelah syarat-syarat diterima Pegawai Pencatat Perkawinan lalu diteliti,
apakah sudah memenuhi syaratbelum. Hasil penelitian ditulis dalam daftar khusus untuk hal tersebut Pasal 6-7.
c. Apabila semua syarat telah dipenuhi Pegawai Pencatat Perkawinan membuat
pengumuman yang ditandatangani oleh Pegawai Pencatat Perkawinan yang memuat antara lain:
– Nama, umur, agama, pekerjaan, dan pekerjaan calon pengantin.hari – Tanggal, jam dan tempat perkawinan akan dilangsungkan pasal 8-9.
d. Barulah perkawinan dilaksanakan setelah hari ke sepuluh yang dilakukan
menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Kedua calon mempelai menandatangani akta perkawinan dihadapan pegawai pencatat dan dihadiri
oleh dua orang saksi, maka perkawinan telah tercatat secara resmi. Akta perkawinan dibuat rangkap dua, satu untuk Pegawai Pencatat dan satu lagi disimpan pada
Panitera Pengadilan. Kepada suami dan Isteri masing-masing diberikan kutipan akta perkawinan pasal 10-13.
Menurut Agama Islam, menurut Hukum Islam syarat - syarat yang harus
dipenuhi agar suatu perkawinan dinyatakan sah adalah :
a. Syarat Umum
Perkawinan tidak boleh bertentangan dengan larangan perkawinan dalam Al- Qur’an surat Al-Baqarah ayat 221 tentang larangan perkawinan karena perbedaan
Universitas Sumatera Utara
44
agama dengan pengecualiannya dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 5 yaitu khusus laki-laki Islam halal mengawini wanita-wanita yang menjaga kehormatan
diantara wanita-wanita beriman, Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 22, 23 dan 24 tentang larangan perkawinan karena hubungan darah, semenda atau hubungan
kekeluargaan karena ikatan perkawinan dan saudara sesusuan.
b. Syarat Khusus
- Adanya calon mempelai laki-laki dan perempuan.Calon mempelai laki-laki dan perempuan adalah suatu syarat mutlak conditio sine qua non, absolut karena
tanpa calon mempelai laki-laki dan perempuan tentu tidak akan ada perkawinan. Calon mempelai ini harus bebas dalam menyatakan persetujuannya tidak dipaksa
oleh pihak lain. Hal ini menuntut konsekuensi bahwa kedua calon mempelai harus sudah mampu untuk memberikan persetujuan untuk mengikatkan diri dalam suatu
perkawinan dan ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah mampu berpikir, dewasa, akil baliqh. Dengan dasar ini Islam menganut asas kedewasaan jasmani dan
rohani dalam melangsungkan perkawinan.
- Harus ada wali nikah. Menurut Mazhab Syafi’i berdasarkan hadist Rasul SAW yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Siti Aisyah, Rasul SAW pernah
mengatakan tidak ada kawin tanpa wali. Hanafi dan Hambali berpandangan walaupun nikah itu tidak pakai wali, nikahnya tetap sah.
Menurut agama Kristen Katolik,Menurut agama Katolik, pernikahan dipandang sah apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
45
a. Bebas dari halangan-halangan kanonik. Yakni 12 point jenis halangan, salah
satunya adalah tidak seimanseagama, sebagaimana yang sudah dirumuskan dalam KHK 1983.
b. Adanya konsensus atau kesepakatan nikah, yaitu kemauan pria dan wanita
saling menyerahkan diri dan saling menerima untuk membentuk perkawinan dengan perjanjian yang tak dapat ditarik kembali. Namun, Konsensus tersebut bisa cacat oleh
faktor-faktor yang dapat merusaknya. c.
Dirayakan dalam forma canonika, artinya perkawinan harus dirayakan dihadapan tiga orang, yakni petugas resmi gereja sebagai peneguh, dan dua orang
saksi.
Menurut agama Kristen Protestan, Syarat-syarat perkawinan menurut agama Kristen Protestan adalah :
a. Masing–masing calon mempelai tidak terikat tali perkawinan dengan pihak
lain; b.
Kedua mempelai beragama Kristen Protestan agar perkawinan tersebut dapat diteguhkan dan diberkati;
c. Kedua calon mempelai harus sudah ”sidi” sudah dewasa;
d. Harus dihadiri dua orang saksi;
e. Harus disaksikan oleh jemaat.Apabila dapat disimpulkan maka perkawinan
menurut agama Kristen Protestan menghendaki perkawinan itu adalah perkawinan antara sesama umat agama Kristen Protestan. Karena itulah agama Kristen Protestan
melarang untuk berpoligami dan menikah dengan orang lain yang beragama lain.
Menurut agama Hindu, Syarat - syarat wiwaha dalam agama Hinduadalah :
Universitas Sumatera Utara
46
a. Perkawinan dikatakan sah apabila dilakukan menurut ketentuan hukum
Hindu. b.
Untuk mengesahkan perkawinan menurut hukum hindu harus dilakukan oleh pendetarohaniawan atau pejabat agama yang memenuhi syarat untuk melakukan
perbuatan itu. c.
Suatu perkawinan dikatakan sah apabila kedua calon mempelai telah menganut agama hindu.
d. Berdasarkan tradisi yang berlaku di Bali, perkawinan dikatakan sah setelah
melaksanakan upacara byakalabiakaonan sebagai rangkaian upacara wiwaha. e.
Calon mempelai tidak terikat oleh suatu pernikahan. f.
Tidak ada kelainan, seperti tidak banci, kuming tidak pernah haid, tidak sakit jiwa atau sehat jasmani dan rohani.
g. Calon mempelai cukup umur, pria berumur 21 tahun, dan wanita minimal 18
tahun. h.
Calon mempelai tidak mempunyai hubungan darah dekat atau sepinda. Jadi, sah atau tidaknya suatu perkawinan menurut agama Hindu terkait dengan sesuai atau
tidak dengan persyaratan yang ada dalam agama.
Menurut agama Budha, syarat - syarat perkawinan adalah sebagai berikut : a.
Kedua mempelai harus menyetujui dan cinta mencintai. b.
Kedua mempelai harus mengikuti penataran yang diberikan Pandita satu bulan sebelum perkawinan dilangsungkan.
c. Umur kedua mempelai sudah mencapai 21 tahun dan jika belum mencapai 21
tahun harus mendapat izin dari orang tua atau wali yang bersangkutan. d.
Perkawinan hanya dibolehkan jika wanita berumur 17 tujuh belas tahun dan pria berumur 20 dua puluh tahun.
Universitas Sumatera Utara
47
e. Kedua mempelai tidak ada hubungan darah dan susuan
f. Diantara mereka tidak terikat tali perkawinan dengan orang lain.
g. Tempat upacara perkawinan harus dilakukan di Vihara atau Cetya atau
didepan altar suci sang Budha atau Bodhisatwa.
Menurut agama Konghucu, Syarat-syarat perkawinan adalah sebagai berikut :
a. Umur untuk wanita 16 tahun, sedangkan umur untuk pria 19 tahun, atau
dengan pertimbangan lain. b.
Ada persetujuan dari kedua mempelai tanpa ada unsur paksaan. c.
Kedua calon mempelai tidak atau belum terkait dengan pihak-pihak lain yang dianggap sebagai hidup berumah tangga atau berkeluarga.
d. Kedua calon mempelai wajib melaksanakan pengakuan iman. Peneguhannya
dilaksanakan di tempat ibadah umat Konghucu Lithang. e.
Mendapat persetujuan dari kedua orang tua, baik orang tua pihak laki-laki maupun pihak perempuan atau walinya.
f. Disaksikan oleh dua orang saksi.
B. Tujuan Perkawinan