Tujuan Perkawinan PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN TAMBAHAN Kepala Desa Pemuka Desa, Masyarakat

47 e. Kedua mempelai tidak ada hubungan darah dan susuan f. Diantara mereka tidak terikat tali perkawinan dengan orang lain. g. Tempat upacara perkawinan harus dilakukan di Vihara atau Cetya atau didepan altar suci sang Budha atau Bodhisatwa. Menurut agama Konghucu, Syarat-syarat perkawinan adalah sebagai berikut : a. Umur untuk wanita 16 tahun, sedangkan umur untuk pria 19 tahun, atau dengan pertimbangan lain. b. Ada persetujuan dari kedua mempelai tanpa ada unsur paksaan. c. Kedua calon mempelai tidak atau belum terkait dengan pihak-pihak lain yang dianggap sebagai hidup berumah tangga atau berkeluarga. d. Kedua calon mempelai wajib melaksanakan pengakuan iman. Peneguhannya dilaksanakan di tempat ibadah umat Konghucu Lithang. e. Mendapat persetujuan dari kedua orang tua, baik orang tua pihak laki-laki maupun pihak perempuan atau walinya. f. Disaksikan oleh dua orang saksi.

B. Tujuan Perkawinan

Seperti yang tercantum dalam pasal 1 “dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Berdasarkan kutipan pasal tersebut, dapat diartikan bahwa tujuan perkawinan menurut Undang-undang perkawinan adalah untuk mencapai bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. Universitas Sumatera Utara 48 Menurut agama Islam, dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 3 yaitu, perkawinan bertujuan untuk mewujudkan rumah tangga sakinah, mawaddah dan wa rahmah. Menurut agama Kristen Katolik, tujuannya adalah: kesejahteraan suami- isteri, kelahiran anak, dan pendidikan anak. Tujuan utama ini bukan lagi pada prokreasi atau kelahiran anak. Menurut agama KristenProtestan, tujuannya adalah membentuk suatu persekutuan hidup yang berkah antara pria dan wanita berdasarkan cinta kasih. Menurut agama Hindu, Menurut I Made Titib disebutkan bahwa tujuan perkawinan menurut agama Hindu adalah mewujudkan 3 hal yaitu: a. Dharmasampati, kedua mempelai secara bersama-sama melaksanakan Dharma yang meliputi semua aktivitas dan kewajiban agama seperti melaksanakan Yajña , sebab di dalam grhastalah aktivitas Yajña dapat dilaksanakan secara sempurna. b. Praja, kedua mempelai mampu melahirkan keturunan yang akan melanjutkan amanat dan kewajiban kepada leluhur. Melalui Yajña dan lahirnya putra yang suputra seorang anak akan dapat melunasi hutang jasa kepada leluhur Pitra rna, kepada Deva Deva rna dan kepada para guru Rsi rna. c. Rati, kedua mempelai dapat menikmati kepuasan seksual dan kepuasan- kepuasan lainnya Artha dan kama yang tidak bertentangan dan berlandaskan Dharma. Lebih jauh lagi sebuah perkawinan wiwaha dalam agama Hindu dilaksanakan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Universitas Sumatera Utara 49 Menurut agamaBudha, tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga dan bersama-sama mengarungi bahtera rumah tangga dengan suasana kehidupan yang berkesadaran dan penuh harmoni dalam kesetaraan keyakinan, sila, kemurahan hati, dan kebijaksanaan yang berlandaskan pada esensi Buddhadharma. Menurut agama Konghucu, tujuan perkawinan adalah menyatu–padukan benih kebaikan dan kasih antara dua manusia yang berlainan keluarga, keatas mewujudkan pengabdian kepada Tuhan dan leluhur zong Miao dan ke bawah meneruskan generasi.

C. Asas-Asas Perkawinan