Persepsi Orangtua Tunggal Terhadap Perceraian (Studi Kasus Orangtua Tunggal di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang)

(1)

Persepsi Orangtua Tunggal Terhadap Perceraian

(Studi Kasus di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli

Serdang)

PEDOMAN WAWANCARA (Interview Guide)

Pedoman wawancara ditujukan kepada informan kunci, informan utama, daninforman tambahan untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian yang akandilakukan dilapangan.Pedoman wawancara juga untuk mempermudah dan mengarahkan peneliti dalam mendapatkan data yang sistematis maka akan digunakan pedoman wawancara sesuai fokus penelitian.

I. PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN UTAMA (Orangtua

Tunggal)

A. Profil Informan

1. Nama :

2. Tempat Lahir : 3. Tanggal Lahir :

4. Usia :

5. Jenis Kelamin :

6. Suku :

7. Agama :

8. Pendidikan :

9. Pekerjaan :


(2)

B. Pengetahuan Orangtua Tunggal Tentang Fenomena Perceraian 1. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan rumah tangga?

2. Sudah berapa lama anda bercerai?

3. Apakah anda orangtua asli dari anak-anak yang anda asuh saat ini? 4. Mengapa perceraian bisa terjadi didalam kehidupan berkeluarga? 5. Apakah ada konflik yang membuat anda bercerai?

5.1Jika ada, konflik apa yang menyebabkan anda bercerai? 5.2Jika tidak ada, mengapa anda memutuskan untuk bercerai? 6. Bagaimana pandangan anda tentang fenomena perceraian?

C. Pengetahuan Orangtua Tunggal Tentang Dampak Perceraian Bagi Anak

dan Orangtua

1. Menurut anda bagaimana keadaan anak-anak anda ketika sudah resmi bercerai?

2. Apakah anak-anak anda pernah merasakan ketidaknyamanan setelah orangtuanya telah bercerai?

2.1Jika pernah, ketidaknyamanan seperti apa yang dialami oleh anak?

2.2Jika tidak pernah, apakah anak menerima keadaan orangtuanya yang tidak lagi bersama?

3. Menurut anda bagaimana keadaan orangtua anda ketika sudah resmi bercerai? 4. Apakah orangtua anda pernah merasakan ketidaknyamanan setelah anda

bercerai?

4.1Jika pernah, ketidaknyamanan seperti apa yang dialami oleh orangtua? 4.2Jika tidak pernah, apakah orangtua menerima keadaan anda sebagai


(3)

5. Apakah ada hal positif menurut anda bagi anak-anak dan orangtua anda setelah bercerai?

D. Pengetahuan Orangtua Tunggal Tentang Perceraian Dari Segi Sosial

Ekonomi dan Kesehatan

1. Bagaimana keadaan kehidupan berkeluarga anda setelah bercerai?

2. Apakah ada dampak pada keadaan ekonomi dan kesehatan yang anda rasakan setelah bercerai?

2.1Jika ada, apa saja dampak yang anda rasakan?

2.2Jika tidak ada, bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan anda setelah menjadi orangtua tunggal?


(4)

II.PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN UTAMA (Anak)

A. Profil Informan

1. Nama :

2. Tempat Lahir : 3. Tanggal Lahir :

4. Usia :

5. Jenis Kelamin :

6. Suku :

7. Agama :

8. Pendidikan :

9. Pekerjaan :

10. Jumlah Anak :

B. Pengetahuan Anak Terhadap Kehidupan Orangtua Tunggal

1. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan orangtua tunggal? 2. Sudah berapa lama anda hidup bersama dengan orangtua anda?

3. Apa dampak negatifnya bagi anda ketika orangtua anda tidak lagi hidup berdampingan?


(5)

III. PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN TAMBAHAN (Kepala Desa/ Pemuka Desa, Masyarakat)

A. Profil Informan

1. Nama :

2. Tempat Lahir : 3. Tanggal Lahir :

4. Usia :

5. Jenis Kelamin :

6. Suku :

7. Agama :

8. Pendidikan :

9. Pekerjaan :

10. Jumlah Anak :

B. Pengetahuan Terhadap Perceraian 1. Menurut anda, apa itu perceraian?

2. Bagaimana pandangan anda terhadap perceraian yang terjadi di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi R. 2004. Psikologi Pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial

Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ahmadi, Abu.2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Astarhadi.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format – Format Kuantitatif dan

Kualitatif.Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

DedyMulyana, 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi.Bandung : Remaja. Rosadakarya.

Djamarah, Bahri, Syaiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam. Keluarga. Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Egelman, Wiliam. 2004. Pemahaman Keluarga. Jakarta: Pearson Education.

Goode, William J. Sosiologi Keluarga. 2007. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ihromi, T.O.2000. Pluralisme Hukum dan Masalah Perkawinan Campuran. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Kertamuda, Fatchiah E.2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia: Salemba Humanika.

Moeleong, Lexy J. 2005.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja.

Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja

Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja


(7)

Prawirohamidjojo, Soetojo. 2002. Pluralisme dalam perundang-undangan

Perkawinan di Indonesia. Surabaya: Airlangga University Press. Cetakan ke III. Robins, Stephen P. Perilaku Organisasi. 2000. Jakarta: Salemba

Siagian, Matias.2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: Grafindo Monoratama.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung; PT. Refika Aditama.

Suadah.2005. Sosiologi Keluarga.Malang: UMM Press 2003.

Sudarsono.2000. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Suhendi, Hendi, WahyuRamdani. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga.

Bandung: Pustaka Setia.

Suyanto, Bagong, dkk. (2008). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Kencana.

Sobur, Alex.20003. Psikologi Umum. Bandung: IKAPI Jawa Barat.

Undang – Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Walgito, Bimo.2002. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: Andi Press. Walgito, Bimo.2003. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: Andi Press.

Walgito, Bimo.2010. Bimbingan dan Konseling Perkawinan: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta.


(8)

Sumber lain :

2016 pukul 09.24 WIB

diakses pada tanggal 08 Februari 2016 Pukul 11:57 WIB)

diakses pada tanggal 03 Februari 2016 pukul 19.20 WIB

Februari 2016 Pukul 12.24 WIB)

Februari 2016 pukul 15.51 WIB

WIB

Februari 2016 pukul 20.18 WIB

tanggal 03 Februari 2016 pukul 16.59 WIB

Februari 2016 pukul 18.25 WIB

Februari pukul 12.39 WIB)


(9)

Februari 2016 pukul 17.18 WIB

diakses pada tanggal 01 Februari pukul 12.39 WIB)

pada tanggal 03 Februari 2016 pukul 19.45 WIB

tanggal 04 Februari 2016 pukul 17.57 WIB

Februari 2016 pukul 16.40 WIB

2016 pukul 20.20 WIB)


(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriftif dengan metode pendekatan kualitatif. Penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variable penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011:52).

Pada penelitian kualitatif, penelitian dilakukan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian. Misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moeleong, 2014:6).

Melalui penelitian ini, penulis ingin memberikan gambaran tentang bagaimana persepsi orangtua tunggal terhadap perceraian di Dusun III B kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena desa ini memiliki jumlah rumah tangga yang mengalami perceraian yabg banyak, belum ada yang meneliti mengenai persepsi orangtua tunggal terhadap perceraian di desa ini dan juga peneliti juga ingin mengetahui secara pasti bagaimana persepsi orangtua tunggal sebagai seseorang yang mengalami perceraian terhadap perceraian di Dusun III B Kecamatan Patumbak


(11)

Kabupaten Deli Serdang.

3.3 Unit Analisa dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian adalah satuan yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 2002:121). Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah anggota masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yaitu keluarga yang mengalami perceraian.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2010:132). Jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Adapun orang-orang yang menjadi sumber informasi dari data penelitian ini selanjutnya disebut informan.

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini, dibedakan menjadi 3 jenis yaitu : informan kunci, informan utama dan informan tambahan yang dapat mendukung penelitian. Maka dalam penelitian ini informan terbagi tiga, yaitu :

a. Informan Kunci

Informan kunci adalah orang yang paling memahami tentang permasalahan dari penelitian ini karena ia terlibat langsung dalam masalahnya. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah orang tua tunggal/single parent yaitu janda atau duda yang bercerai karena keinginan atau putusan pengadilan bukan karena kematian di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yang telah mengalami perceraian sebanyak 7 orang.


(12)

interaksi sosial yang diteliti(Suyanto dan Sutinah,2005:171-172). Yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah anak yang diasuh oleh orangtua tunggal di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang sebanyak 5 orang

c. Informan Tambahan

Informan tambahan adalah orang yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial(Hendarso dalam Sutinah, 2005:171). Yang menjadi informan tambahan dalam penelitian ini sebanyak 3 orang, yaitu :

• Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

• Masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang sebanyak 2 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan penelitian untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Penelitian Kepustakaan ( Library Research)

Penelitian Kepustakaan merupakan cara mengumpulkan data yang ada mengenai permasalahan dalam penelitian dengan mengolah berbagai sumber kepustakaan seperti buku ilmiah, makalah, media massa, media elektronik serta bentuk tulisan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.


(13)

b. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan merupakan pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun kelokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yang terdiri dari:

1. Metode pengamatan atau observasi yaitu teknik pengumpulan data yang mengharuskan si peneliti melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang ditelitinya untuk dapat melihat, mendengar, dan memahami gejala-gejala yang ada, sesuai dengan makna yang diberikan atau yang dipahami oleh masyarakat yang diteliti.

2. Wawancara mendalam yaitu percakapan tanya jawab yang dilakukan pengumpul data dengan informan memberikan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011:207).

3.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan, yang dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data, serta mendefinisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moeloeng, 2007:247).

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif, dimana analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai


(14)

rumus-dan wawancara akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan, hingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian.


(15)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI

4.1 Gambaran Umum Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli

Serdang

4.1.1 Sejarah Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu dari 12 dusun yang ada di Desa Marindal I Kecamatan Patumbak. Pada awalnya merupakan sebuah wilayah perkebunan hingga tahun 1980 sampai pada akhirnya hak guna usaha (HGU) PTP habis, maka desa ini berubah menjadi wilayah pemukiman. Jarak antara Desa Marindal I dengan Ibukota Kecamatan adalah ± 4,6 km, sedangkan ke Ibukota Kabupaten ± 20 km dan jarak ke Ibukota Provinsi ± 7 km. Desa ini merupakan suatu daerah dataran rendah yang saat ini dikenal sebagai desa perdagangan dan jasa dengan rata-rata ketinggian 4,5 m dari permukaan laut, dengan suhu rata-rata 37º C dan rata-rata curah hujan 2000 mm/tahun. Hingga saat kini telah banyak perubahan dari struktur pembangunan jalan dan pembangunan sarana dan prasarana di Desa Marindal I.

4.1.2 Keadaan Geografi

Batas-batas Desa Marindal I :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Harjosari II

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sigare-gare/Lantasan lama/Delitua c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Patumbak Kampung


(16)

4.1.3 Keadaan Demografi

Dusun III B mempunyai jumlah penduduk sebanyak 30.721 jiwa yang terdiri dari 18.433 jiwa perempuan dan 12.288 jiwa laki-laki. Adapun komposisi penduduk dan distribusi penduduk di Dusun III B dapat dilihat berdasarkan umur, pekerjaan, pendidikan, dan agama yang masing-masing disajikan dalam tabel.

4.1.3a Umur

Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan umur dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.1

Komposisi Penduduk BerdasarkanUmur

No Umur Jumlah (orang) Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0-5 6-11 12-17 18-23 24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54 ke atas

2790 2860 2577 3317 4184 2861 3514 2635 2730 3253 9,08 9,31 8,39 10,80 13,62 9,31 11,44 8,58 8,86 10,59 Jumlah 30721 100

Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016


(17)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui mayoritas masyarakat Dusun III B berusia 24-29 tahun sebanyak 4184 orang (13,62%). Masyarakat yang berada pada usia 36-41 tahun sebanyak 3514 orang (11,44%), usia 18-23 tahun sebanyak 3317 orang (10,80%), masyarakat yang berusia 54 tahun keatas sebanyak 3253 orang (10,59%), usia 6-11 tahun sebanyak 2860 orang (9.31%), usia 30-35 tahun sebanyak 2861 orang (9,31%), usia 0-5 tahun sebanyak 2790 orang (9,08%), usia 48-53 tahun sebanyak 2730 orang (8,86%), masyarakat yang berusia 42-47 tahun sebanyak 2635 orang(8,58%). Minoritas masyarakat sebanyak 2577 orang (8,39%) berusia 12-17 tahun.

4.1.3b Pekerjaan

Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan pekerjaan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)

1 2 3 4 5 6 Pedagang Petani/Buruh Pegawai Swasta/Wiraswasta Pegawai Negeri Sipil

Polisi/ABRI Pensiunan 131 90 246 124 187 110 Jumlah 888

Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016


(18)

pencahariannya. Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang tidak ada yang mayoritas akan tetapi masih dalam tahap yang berimbang. Adapun yang menempati posisi teratas adalah pegawai swasta/wiraswasta sebanyak 246 jiwa, posisi kedua ditempati pegawai swasta sebanyak 187 jiwa. Meskipun dusun ini dikenal sebagai dusun perdagangan dan jasa, jumlah pedagang menempati posisi ketiga sebanyak 131 jiwa. Pedagang di pasar tersebut ada yang menggelar dagangnnya setiap hari, dan ada juga yang mingguan dikenal dengan sebutan pedagang mingguan yang hanya berdagang pada hari sabtu dan minggu. Disusul oleh pensiunan sebanyak 110 jiwa, dan posisi terakhir ditempati oleh petani/buruh sebanyak 90 jiwa.

Sesuai dengan temuan penulis di lapangan, perceraian yang dilakukan di Pengadilan Agama maupun Pengadilan Negeri kebanyakan terjadi pada masyarakat yang mempunyai ekonomi golongan atas. Sedangkan masyarakat golongan bawah biasanya melakukan proses perceraian secara kekeluargaan karena keterbatasan dana untuk menjalankan proses perceraian secara resmi di pengadilan.


(19)

4.1.3c Pendidikan

Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan pendidikan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Belum sekolah

Usia 7-45 tidak pernah sekolah Pernah sekolah SD tapi tidak tamat

Tamat SD/sederajat SLTP/sederajat SMA/sederajat D-1 D-2 D-3 S-1 S-2 4131 4497 608 6648 5068 8322 245 301 463 353 85 13,45 14,64 1,98 21,64 16,50 27,09 0,80 0,98 1,51 1,15 0,27

Jumlah 30721 100

Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016

Pendidikan merupakan kunci dari keberhasilan dan kemajuan, melalui pendidikan maka manusia akan memiliki suatu pola berpikir dan sikap mental yang baik sehingga memungkinkan adanya pencapaian taraf hidup yang baik. Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui mayoritas masyarakat Dusun III B berpendidikan


(20)

sampai hanya tamat sekolah dasar/sederajat sebanyak 6648 orang (21,64%), berpendidikan sampai tamat sekolah menengah pertama sebanyak 5068 orang (16,50%). Masyarakat berusia dari 7- 45 tahun tidak pernah bersekolah sebanyak 4497 orang (14,64%), belum sekolah sebanyak 4131 orang (13,45%), berpendidikan pernah sekolah di sekolah dasar tetapi tidak tamat sebanyak 608 (1,98%), berpendidikan hingga Diploma 3 sebanyak 463 orang (1,51%), berpendidikan hingga Strata 1 sebanyak 353 orang (1,15%), berpendidikan hingga Diploma 2 sebanyak 301 orang (0,98%), berpendidikan hingga Diploma 1 sebanyak 245 orang (0,80%), dan paling sedikit masyarakat yang berpendidikan hingga Strata 2 sebanyak 85 orang (0,27%) di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

Dari komposisi penduduk berdasarkan pendidikan yang telah disajikan pada tabel 4.3, tampak bahwasanya tingkat pendidikan masyarakat di Dusun III B termasuk kedalam kategori tinggi dimana terdapat persentase penduduk yang telah mendapatkan pendidikan hingga ke jenjang S2. Tentunya hal ini disebabkan karena masyarakat di Dusun III B menyadari akan pentingnya pendidikan. Dari tingkat ekonomi masyarakat di Dusun III B termasuk kedalam golongan ekonomi menengah. Sehingga dengan demikian, usaha-usaha untuk meningkatkan taraf pendidikan di Dusun III B terus diupayakan dalam penyediaan sarana ataupun prasarana pendidikan.


(21)

4.1.3d Agama

Klasifikasi masyarakat di Dusun III B berdasarkan aggama dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah

1 2 3 4 5 6 Islam Kristen Katolik Kristen Protestan Hindu Budha Konghucu 18360 3090 6180 1030 1534 527 Jumlah 30721

Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016

Masyarakat Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang termasuk masyarakat yang majemuk baik dari segi suku bangsa maupun dari segi agama. Mayoritas adalah suku Jawa, dalam agama terdapat pemeluk agama mayoritas yaitu agama Islam dengan jumlah 18360 orang berdasarkan tabel diatas, diikuti urutan kedua agama Kristen Protestan dengan jumlah orang 6180, agama Kristen Katolik sebanyak 3090 orang, agama Budha sebanyak 1534 orang, agama Hindu sebanyak 1030 orang dan minoritas agama Konghucu sebanyak 527 orang dari keseluruhan jumlah masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.


(22)

4.1.4 Sarana dan Prasarana

Fasilitas sarana dan prasarana merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi terciptanya pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Dengan terpenuhinya sarana dan prasarana dalam sebuah tatanan lingkungan masyarakat maka masyarakat sekitar akan lebih mudah dalam memenuhi segala tujuan dan rencana-rencananya. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada masing-masing tabel yang terdiri dari sarana peribadatan, prasarana kesehatan dan sarana transportasi:

4.1.4a Sarana Peribadatan

Tabel 4.5

Sarana Peribadatan Di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

No Agama Jumlah

1 2 3 4 5 6 Islam Katolik Kristen Protestan Hindu Budha Konghucu

10 Mesjid 5 Musholla 2 Gereja 6 Gereja 1 Kuil 2 Klenteng

1 Litang Jumlah 28

Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.5 dapat diketahui jumlah sarana peribadatan yang paling banyak di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang adalah mesjid, hal ini dapat dimaklumi karena mayoritas menganut agama islam. Terdapat 6 gereja bagi masyarakat beragama kristen protestan, 2 gereja


(23)

bagi masyarakat beragama katolik, 2 klenteng bagi masyarakat beragama budha dan hanya 1 kuil dan 1 litang bagi masyarakat beragama Hindu dan Konghucu di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

4.1.4b Prasarana Kesehatan

Tabel 4.6

Prasarana Kesehatan Di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

No Agama Jumlah

1 2 3

Rumah Sakit Puskesmas

Balai Pengobatan Umum (BPU)

- 1 5 Jumlah 6

Sumber data: Dari Data Penduduk Arsip Kantor Kepala Desa Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, 2016

Masyarakat yang sehat merupakan sebuah indikator dalam melihat tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut. Untuk itu terpenuhinya fasilitas prasarana kesehatan akan mendukung bagi terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data yang disajikan di tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sarana kesehatan yang ada di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 1 buah Puskesmas, dan Balai Pengobatan Umum sebanyak 5 buah. Prasarana kesehatan di desa ini belum memadai jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya.


(24)

4.1.4c Sarana Transportasi

Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang memiliki sarana transportasi yang baik. Selain memiliki kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil, bagi yang tidak memiliki kendaraan sendiri mereka dapat menggunakan angkutan umum daerah atau becak mesin yang ada di daerah ini. Angkutan umum yang ada pada desa ini antara lain Koperasi Pengangkutan Umum Medan (KPUM) dan Mitra.

4.2 Organisasi Sosial

Tabel 4.7

Organisasi Sosial Di Dusun III B

Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

No Jenis Organisasi Sosial Anggota Fungsi

1 Serikat Tolong Menolong Orang-orang yang berada disekitaran

tempat tinggal untuk dapat saling

membantu

Membantu penduduk yang terkena musibah, misalnya penyakit. Yang

membutuhakan pengobatan dan atau

sedang kemalangan

2 Perwiritan Khusus beragama

Islam

Menjalin persatuan dan kesatuan sesama umat

Islam

3 Karang Taruna Muda-mudi di

Dusun III B Kecamatan

Patumbak Kabupaten Deli

Serdang

Menjalin persatuan dan kesatuan antar muda

mudi yang menjadi anggota


(25)

Berdasarkan data yang disajikan di tabel 4.7 dapat diketahui bahwa Dusun III B Kecamatan Patumbak memiliki beberapa organisasi sosial diantaranya Serikat Tolong Menolong (STM) yaitu organisasi masyarakat yang bersifat resmi dengan tujuan membantu penduduk yang mengalami musibah seperti sakit, meninggal dunia dan lain-lain. Pertolongan yang diberikan berupa materi yang jumlahnya sudah ditetapkan pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi. Kemudian perwiritan di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah organisasi yang bersifat keagamaan yang terbagi dua bagian yaitu perwiritan kaum bapak dan kaum ibu yang bertujuan untuk menjalin persatuan dan kesatuan sesama umat beragama Islam, dan karang taruna yaitu organisasi yang keanggotaanya terbuka bagi muda-mudi yang ada di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, bertujuan menjalin persatuan dan kesatuan antar muda mudi tanpa membedakan suku atau agama. Kegiatan organisasi ini adalah memberi bantuan bagi anggota, memeriahkan hari-hari besar nasional seperti 17 Agustus.


(26)

4.3 Struktur Pemerintahan Desa Marindal 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

Berikut merupakan susunan Pemerintahan Desa Desa Marindal 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang:

Badan Permusyawaratan Desa : Drs.Burhanuddin Sitompul, MH

Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa : Poge Juniardi SE, MH

Kepala Desa : Drs.Syarifuddin Lubis

Sekretaris Desa : Drs.Juliono

Bendahara : Witriani

Kepala Urusan Umum : Nurhamida

Kepala Urusan Pemerintah : Mismanto

Kepala Urusan Pembangunan : M.Romzi

Kepala Dusun I : Tuono

Kepala Dusun II : M Simanjuntak

Kepala Dusun III A : Samio G.P

Kepala Dusun III B : Sami Juhardi Hasim

Kepala Dusun IV : Sahman

Kepala Dusun V : Sutrisno


(27)

Kepala Dusun VII : Tukiran

Kepala Dusun VIII : Andi Gapta

Kepala Dusun IX : Rasimin

Kepala Dusun X : Erianto

Kepala Dusun XI : Tular

Keterangan: Kepala Urusan Umum mengurus SKTP, surat menikah; Kepala Urusan Pemerintah mengurus urusan tanah,organisasi dan pemuda; Kepala Urusan Pembangunan mengurus keadaan jalan, saluran air, saluran pembuangan.


(28)

Gambar 2.2

Bagan Struktur Pemerintahan Desa Marindal 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Drs. Burhanuddin Sitompul, MH

Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Drs. Syarifuddin Lubis Kepala Desa

Poge Juniardi SE, MH

Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)

Drs. Juliono Sekretaris Desa

M.Romzi

Kepala Urusan Pembangunan Mismanto

Kepala Urusan Pemerintah Nurhamida

Kepala Urusan Umum Witriani

Bendahara

I II III A III B IV V VI VII VIII IX X XI


(29)

BAB V ANALISA DATA

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan melalui teknik wawancara mendalam, informan yang memenuhi syarat untuk dianalisis telah diwawancara. Informan pada penelitian ini berjumlah 15 orang, terdiri dari informan kunci berjumlah 7 orang, informan utama berjumlah 5 orang dan informan tambahan berjumlah 3 orang. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas data yang telah terkumpul dapat dilihat pada data yang telah dianalisis sebagai berikut:

5.1 Karakteristik Informan

5.1.1 Identitas Informan Kunci Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan

Adapun data informan kunci pada tabel berikut ini: Tabel 5.1

Data Informan Kunci Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan

No Nama Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan Terakhir

Pekerjaan Pendapatan

1 2 3 4 5 6 Isti Nesita Basir Riska Fitraina Moer Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki 51 42 32 51 36 53 D3 SMA S1 SMA S1 D3 Wiraswasta Pedagang Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta PNS 3.000.000 1.500.000 5.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000


(30)

Informan kunci keseluruhan berjumlah 7 orang, terdiri atas 5 orang informan bermata pencaharian sebagai wiraswasta dan 2 orang bukan wiraswasta. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pendapatan informan yang paling tinggi sebanyak 5.000.000. Hal ini merupakan salah satu faktor dominan terjadinya perceraian yaitu masalah ekonomi, tingginya biaya hidup sementara pemasukan rendah.

5.1.2 Identitas Informan Utama Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan

Adapun data informan utama pada tabel berikut ini:

Tabel 5.2

Data Informan Utama Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan

No Nama Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan Terakhir

Pekerjaan Pendapatan

1 2 3 4 5 Enreni Gibran Jofta Arta Winna Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan 22 25 30 20 20 S1 S1 S1 SMA SMA - PNS Wiraswasta Mahasiswi Mahasiswi - 2.500.000 5.000.000 - - Sumber: Hasil Temuan Lapangan Tahun 2016

Informan utama berjumlah 5 orang dari jumlah keseluruhan orangtua tunggal yang dijadikan sebagai informan. Terdiri atas 3 orang informan berusia dibawah 24 tahun dan 2 orang berusia diatas 24 tahun. Informan utama merupakan anak dari anak orangtua tunggal di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.


(31)

5.1.3 Identitas Informan Tambahan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan

Adapun data informan tambahan pada tabel berikut ini:

Tabel 5.3

Data Informan Tambahan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan

No Nama Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan Terakhir

Pekerjaan Pendapatan

1 2 3 Syarifuddin Lubis Sari Julios Laki-laki Perempuan Laki-laki 55 30 30 S1 S1 D3 Kepala Desa PNS Wiraswasta 2.000.000 2.500.000 3.000.000 Sumber: Hasil Temuan Lapangan Tahun 2016

Informan tambahan berjumlah 3 orang, yaitu Kepala Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, dan 2 informan yang merupakan masyarakat Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yang sudah menikah. Hal ini dimaksudkan karena dinilai informan memiliki pandangan, penilaian dan rencana tersendiri tentang rumah tangga.


(32)

5.2 Profil Informan

5.2.1 Informan Kunci

1. Isti (51)

Ibu bernama panggilan Is, lahir di Medan pada 17 Juni 1965 bersuku Karo adalah ibu dari 3 orang anak, masing-masing bernama Gezka (27), Enreni (22), dan Marco (20) yang telah membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 1988 hingga pada akhirnya resmi bercerai pada tahun 2012. Kesibukan Ibu Isti setiap harinya yaitu mengurus usaha butik yang digelutinya semenjak bercerai sampai saat ini. Ibu Isti adalah seorang kristen yang aktif di berbagai kegiatan-kegiatan dengan kalangannya sebagai wanita. Tinggal bersama kedua anaknya Enreni dan Marco.

2. Nesita (42)

Ibu bernama panggilan Ita, lahir di Medan pada 18 Maret 1974 bersuku Jawa adalah ibu dari 7 orang anak, masing-masing bernama Santun (29), Reski (27), Gibran (25), Prinanti (19), Juani (16), Juana (16) dan Bayu (12) yang telah membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 1985 hingga pada akhirnya memutuskan bercerai pada tahun 2012. Ibu Ita adalah seorang Islam. Tinggal bersama keempat anaknya Gibson, Prinanti, Juani dan Juana. Aktifitas keseharian yang dilakukan oleh Ibu Ita ialah setiap pagi berjualan sarapan pagi, gorengan dan kue-kue di depan rumahnya. Usaha yang sudah Ibu Ita lakukan sebelum bercerai untuk menambah pendapatan biaya hidup. Letak rumah Ibu Ita yang berada tepat di pinggir jalan sehingga banyak yang melewati dan melihat membuat usaha jualannya selalu habis sebelum siang.


(33)

3. Basir (32)

Bapak bernama panggilan Sir, lahir di Solok pada 14 September 1984 bersuku Jawa adalah bapak dari 2 orang anak, masing-masing bernama Miracle (10) dan Axany (7) yang telah membina rumah tangga dengan mantan istrinya sejak tahun 2004 hingga akhirnya memutuskan bercerai pada tahun 2014. Pak Sir adalah seorang Islam. Aktifitas keseharian yang dilakukan oleh Pak Sir ialah setiap pagi pergi berangkat kerja di salah satu perusahaan swasta di bidang asuransi, hingga sore pulang dan tinggal bersama orangtua dari 2 tahun lalu pasca bercerai.

4. Riska (51)

Ibu bernama panggilan Ika, lahir di Siantar pada 14 Januari 1965 bersuku Jawa adalah ibu dari 4 orang anak, masing-masing bernama Jofta (30), M. Rahman (26), Dita (22) dan Shinta (16) yang telah membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 1985 hingga pada akhirnya resmi bercerai pada tahun 2013. Tinggal bersama anaknya Jofta, Dita dan Shinta. Ibu Riska adalah seorang Islam. Kesibukan Ibu Ika setiap harinya yaitu bekerja di perusahaan swasta di bidang tekstil dari hari senin hingga jumat mulai dari tahun 1990 saat ibu ika berusia 25 tahun setelah menikah.

5. Fitraina (36)

Ibu bernama panggilan fit, lahir di Pasar Baru pada 22 Oktober 1980 bersuku Mandailing adalah ibu dari 1 orang anak bernama Purnawira (14) yang telah membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 2001 hingga bercerai pada tahun 2014. Tinggal bersama dengan anaknya setelah resmi bercerai. Ibu Fitra


(34)

adalah seorang Islam. Kesibukan Ibu Fit setiap harinya yaitu bekerja di perusahaan kimia swasta di bidang obat-obatan.

6. Moer (53)

Bapak bernama panggilan Moer lahir di Aceh pada 23 November 1963 bersuku Jawa adalah ayah dari 3 orang anak, masing-masing bernama M.Fuad (22), Arta (20) dan Witra (15) yang telah membina rumah tangga dengan mantan istrinya sejak tahun 1994 hingga bercerai pada tahun 2015 yang lalu. Tinggal bersama dengan anaknya M. Fuad dan Arta setelah resmi bercerai. Pak Moer adalah seorang Islam. Kesibukan Pak Moer setiap harinya yaitu bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di salah satu Instansi Pemerintahan.

7. Jojor (40)

Ibu bernama panggilan jojor lahir di Medan pada 2 Februari 1976 bersuku Batak adalah ibu dari 4 orang anak, masing-masing bernama Israeli (29), Medina (26), Bintang (22) dan Winna (20) yang telah membina rumah tangga dengan mantan suaminya sejak tahun 1988 hingga bercerai pada tahun 2015. Tinggal bersama dengan anaknya Bintang dan Winna setelah resmi bercerai. Ibu Jojor adalah seorang Kristen. Kesibukan Ibu Jojor setiap harinya yaitu bekerja di perusahaan swasta di bidang penyedia jasa layanan.


(35)

5.2.2 Informan Utama

1. Enreni (22)

Anak kedua Ibu Isti dari tiga bersaudara, lahir di Medan pada 7 Juni 1994 bersuku Simalungun dan beragama Kristen. Baru saja menyelesaikan pendidikan terakhir strata satu dari universitas swasta di medan. Saat ini kesibukan yang dijalani oleh Enreni adalah ikut membantu mengurus usaha butik Ibu Isti mengisi kekosongan waktu senggangnya.

2. Gibran (25)

Anak ketiga Ibu Nesita dari tujuh bersaudara, lahir di Binjai pada 19 Agustus 1991 bersuku Jawa. Memiliki pendidikan terakhir strata satu dari universitas negeri di padang dan sudah bekerja sebagai pegawai negeri sipil di salah satu instansi pemerintahan di Kota Medan. Saat ini kesibukan yang dijalani oleh Gibran adalah setiap pagi berangkat kerja, ikut membantu sedikit biaya hidup dan sekolah adik-adiknya Prinanti,Juani dan Juana.

3. Jofta (30)

Anak sulung Ibu Riska dari empat bersaudara, lahir di Medan pada 12 Januari 1986 bersuku Batak. Memiliki pendidikan terakhir strata satu dari universitas negeri di jawa barat dan sudah bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan swasta asing di Kota Medan. Saat ini kesibukan yang dijalani oleh Jofta adalah setiap pagi berangkat kerja, ikut membantu sedikit biaya hidup dan sekolah adik-adiknya Dita dan Shinta.


(36)

4. Arta (20)

Anak kedua Pak Moer dari tiga bersaudara, lahir di Kutacane pada 10 April 1996 bersuku Jawa, memiliki pendidikan terakhir sekolah menengah atas. Saat ini kesibukan yang dijalani oleh Arta adalah mengikuti perkuliah tingkat empat di salah satu sekolah tinggi ekonomi swasta di Kota Medan.

5. Winna (20)

Anak bungsu Ibu Jojor dari empat bersaudara, lahir di Medan pada 10 Desember 1996 bersuku Karo, memiliki pendidikan sekolah menegah atas. Saat ini kesibukan yang dijalani oleh Winna adalah mengikuti perkuliahan tingkat empat di salah satu universitas swasta di Kota Medan.


(37)

5.2.3 Informan Tambahan

1. Syarifuddin Lubis (55)

Bapak Syarifuddin Lubis adalah Kepala Desa Marindal I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

2. Sari (30)

Anggota masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yaitu wanita yang sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, berpendidikan terakhir strata satu yang saat ini bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di salah satu instansi pemerintahan di Kota Medan.

2. Julios (30)

Anggota masyarakat di Dusun III B Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yaitu laki-laki yang sudah menikah dan memiliki 1 orang anak, berpendidikan terakhir Diploma (D3) yang saat ini bekerja sebagai karyawan di perusahaan asuransi swasta.


(38)

5.3Hasil Temuan

Informan Kunci

Biodata Orangtua Tunggal (Informan 1)

1. Nama : Isti

2. Tempat Lahir : Medan 3. Tanggal Lahir : 17 Juni 1965

4. Usia : 51 Tahun

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Suku : Karo

7. Agama : Kristen Protestan 8. Pendidikan : D3

9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : 3 Orang

a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:

Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Menurut saya rumah tangga adalah suatu kumpulan terkecil di masyarakat dimana didalamnya terdapat ayah,ibu dan anak-anak."

Walaupun informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan gugup,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai


(39)

sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Euumm.. bercerai sudah hampir tiga tahun yang lalu.”

Informan menjawab dengan nada bicara yang perlahan, dan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Perceraian terjadi karena diakibatkan banyak faktor-faktor, diantaranya ialah faktor ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga, orang ketiga, sering terjadinya konflik, beda visi-misi, dan lain hal menurut saya.”

Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Ya, ada.. secara singkat saya simpulkan, ya beda visi misi, seperti pendapat dan prinsip setelah menikah.”

Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya saja. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Pandangan saya akan fenomena perceraian saat ini, saya pikir perceraian di jaman sekarang bukanlah merupakan hal yang tabu atau memalukan ya. Bila


(40)

malunya bila bercerai, tapi kalau sekarang orang-orang sudah semakin pintar dan memaklumi. Tidak cocok sedikit langsung bercerai. Euumm.., seperti menganggap pernikahan bukan sesuatu yang sakral. Bisa kita lihat fenomena yang seperti ini marak terjadi di kalangan artis.”

Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang ia alami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum.

b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian

bagi anak dan orangtua:

Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Keadaan anak-anak saya setelah bercerai, saya bercerai itu sekitar tiga tahun lebih ya, sudah gak terasa terlalui. Pada saat itu anak-anak saya sempat kecewa dengan keinginan dan keputusan saya, jadi begitu saya resmi bercerai anak-anak saya tetap saya rangkul dan bimbing. Saya sebisa mungkin menjadi orangtua tunggal yang tetap mengajarkan hal-hal positif ke anak agar mereka tidak malu akan keadaan ini. Ya.. saya bersyukur, anak-anak tidak pernah merasa malu dan tidak kekurangan kasih sayang dari saya dan pihak keluarga yang lain semenjak perceraian saya.”

Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan megutarakan perasaan


(41)

anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Saya rasa anak saya tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Mereka sudah pada besar-besar, dewasa. Mereka menerima-nerima saja keadaan orangtuanya.”

Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik saja sepengetahuannya dan sebisa mungkin tetap memantau perkembangan kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Keadaan orangtua saya baik-baik saja, tidak ada masalah. Tidak pernah merasakan ketidaknyaman setelah saya bercerai. Orangtua saya terus memotivasi, selalu menerima keadaan saya selaku anaknya apa adanya.”

Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya komunikasi yang terjalin semakin dipererat. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Hal positifnya kalau dibandingkan saat itu dengan sekarang adalah sekarang lebih tenang dalam artian tidak menjadi beban pikiran keluarga saya lagi dan beban mental bagi anak-anak saya. Rileks-rileks saja saya rasa menjalani keadaan.”


(42)

perceraian memang salah satu pilihan terbaik menyelesaikan masalah dalam rumah tangga.

c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi

sosial ekonomi dan kesehatan:

Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Keadaan kehidupan keluarga saya setelah bercerai baik-baik saja, kami hidup sejahtera dan bahagia.”

Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Tidak ada dampak. Keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan saya baik-baik saja, kok pada saat itu hingga saat ini. Ya saya tetap berpacu untuk mencari rejeki demi anak-anak.”

Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap stabil hingga saat ini dari sebelum memutuskan untuk bercerai.


(43)

Biodata Orangtua Tunggal (Informan 2)

1. Nama : Nesita

2. Tempat Lahir : Medan

3. Tanggal Lahir : 18 Maret 1975

4. Usia : 41 Tahun

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Suku : Jawa

7. Agama : Islam

8. Pendidikan : SMA 9. Pekerjaan : Pedagang 10. Jumlah Anak : 7 Orang

a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:

Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Menurut saya rumah tangga itu adalah susunan cerita kehidupan, ada anggota keluarga didalam. Anak,bapak,ibu."

Walaupun informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan seadanya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:


(44)

Informan menjawab dengan informasi yang lengkap, dan mengatakan merupakan orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Semua orang tidak pernah menginginkan masalah di dalam rumah tangganya, bisa terjadi karena keiginan masing-masing.”

Informan menjawab sesuai dengan yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Ya, tentu..Faktor orang ketiga. Ibu tidak mau dipoligami”

Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang ingin disampaikannya. Dengan begitu, peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Pandangan ibu tentang fenomena perceraian, siapa saja bisa terkena musibah didalam rumah tangganya. Tidak asing kalau kita dengar kata cerai, karena semua tau ya arti cerai itu apa. Bercerai bukan sesuatu hal yang sepele, untuk itu perlu dimantapkan hati,pikirannya kalau mau memutuskan. Tidak karena hal kecil setitik minta talak.”

Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan ekspresi serius dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang ia alami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui.


(45)

b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian

bagi anak dan orangtua:

Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Keadaan anak-anak setelah bercerai, ibu bercerai itu keputusannya dulu itu bersama dengan keluarga juga dirundingkan,bertukar pikiran sama-sama. Sampai sekarang masih menjalani kegiatannya masing-masing seperti biasa. Mereka sudah banyak mengerti ibu rasa, baik-baik semua. Hal yang positif,nasehat itu pasti masih ibu arahkan dan selalu dijalankan.”

Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan megutarakan perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Kalo perasaan ketidaknyamanan, Ibu rasa si bungsu ibu, Bayu. Tinggalnya disana, sama bapaknya mulai dari resmi cerai.

Dengan begitu, informan mencoba menggali informasi ketidaknyamanan seperti apa yang dialami Bayu. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Lingkungannya tidak sama seperti dulu masih serumah, wong lain ibunya.”

Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya yang lain menurutnya baik-baik saja sepengetahuannya selain Bayu dan tetap mengawasi kehidupan anak-anaknya. Kemudian peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika


(46)

resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Namun, ternyata orangtua Ibu Nesita sudah meninggal dunia sebelum perceraiannya dengan mantan suaminya.

Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan semua anak-anaknya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya rasa peduli antara anggota keluarga semakin sering dinyatakan. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Hal positifnya mereka kalau dibandingkan saat itu dengan sekarang adalah lebih bijak menanggapi sesuatu hal dari orang.”

Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenjadikan kedua belah pihak menjadi sama-sama tentram.

c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi

sosial ekonomi dan kesehatan:

Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Keadaan kehidupan keluarga setelah bercerai baik-baik saja, perubahan sedikit pasti ada terjadi. Salah satunya perubahan didalam rumah berubah mulai dari sikap anak-anak dirumah, pola hidupnya. Lebih mawas diri artinya tidak sembarang.”


(47)

Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Ya ada dampaknya. Keadaan ekonomi dulu kan masih ada tambahan. Kalau sekarang tidak lagi ada ya, hanya untuk anak-anak biayanya. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.”

Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya masih berkondisi baik, tidak kekurangan dan masih tetap berusaha menafkahi anak-anaknya.

Biodata Orangtua Tunggal (Informan 3)

1. Nama : Basir

2. Tempat Lahir : Solok

3. Tanggal Lahir : 14 September 1984

4. Usia : 32 Tahun

5. Jenis Kelamin : Laki-laki

6. Suku : Jawa

7. Agama : Islam

8. Pendidikan : S1

9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : 2 Orang


(48)

a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:

Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Menurut saya rumah tangga itu adalah beberapa orang yang terkumpul yang didalamnya ada orangtua dan anak."

Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan singkat. Kemudian dengan jawaban yang sederhana, informan menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Sudah dua tahun yang lalu.”

Informan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Apa yang tidak bisa terjadi. apalagi perceraian, sudah lumrah terjadi bilamana ada masalah yang tidak lagi sepakat antara pasangan suami dan istri.”

Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang sebab apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:


(49)

Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang ditanyakan peneliti. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Pandangan saya tentang fenomena perceraian, sangat disayangkan ketika janji dan sumpah pernikahan tidak bisa dijalankan sesuai agama. Selama perceraian menjadi jalan yang paling baik dan tidak menganggu kehidupan orang, menurut saya wajar saja. Ya walaupun, sebenarnya tidak baik dilakukan karena dampaknya sangat banyak buat anak. Menjalani hal yang terbaik saja.”

Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan mempertimbangkan dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai dengan apa yang dialami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum.

b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian

bagi anak dan orangtua:

Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Keadaan anak-anak setelah bercerai, baik-baik saja. Anak-anak saya juga masih kecil, belum mengerti orangtuanya sudah bercerai. Cuma tau orangtuanya uda tidak sama lagi rumahnya, seperti itu.”


(50)

anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Tidak pernah. Mungkin nanti dijelaskan ketika mereka sudah bisa mengerti. Saat ini saya melihat masih seperti biasa saja, tidak ada keluhan.”

Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik saja dan tetap terus memperhatikan kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Tidak mengalami ketidaknyamanan. Orangtua saya baik-baik saja, hubungan saya dan keluarga mantan istri juga masih baik silahturahminya. Mereka menerima, keputusan perceraian semua juga mengetahui alasannya kenapa.”

Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya komunikasinya semakin intens. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Hal positifnya buat anak-anak tidak ada. Kalau buat orangtua setelah saya bercerai, lebih tenang sekarang pikirannya kalau dulu banyak sekali yang mau diselesaikan untuk bercerai.

Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana kehidupan yang baru dan lebih rumit buat saya walaupun kondisinya saat ini menjadi lebih kondusif dari sebelumnya bercerai dengan mantan istrinya.

c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi


(51)

Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Keadaan kehidupan keluarga setelah bercerai baik-baik saja, tapi tidak lagi sama dengan yang dulu. Ada jarak karena kita bukan suami istri lagi, hanya menjalankan fungsi masing-masing buat anak.”

Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Tidak ada dampak. “Keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan saya baik-baik saja. Pendapatan saya cukup, kondisi saya stabil.”

Informan menjawab dengan apa adanya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap stabil hingga saat ini dari sebelum memutuskan untuk bercerai.


(52)

Biodata Orangtua Tunggal (Informan 4)

1. Nama : Riska

2. Tempat Lahir : Siantar

3. Tanggal Lahir : 14 Januari 1965

4. Usia : 51 Tahun

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Suku : Jawa

7. Agama : Islam

8. Pendidikan : SMA 9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : 4 Orang

a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:

Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Rumah tangga itu menurut saya adalah sekumpulan anggota keluarga, ayah,ibu,anak yg berada dalam satu rumah."

Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan pengetahuanny. Selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Saya bercerai tahun 2013.”

Informan menjawab dengan suara yang pelan, dan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu,


(53)

peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Perceraian bisa terjadi karena sudah tidak ada lagi keseimbangan, seia sekata, sehati,selaras dalam membina dan menjalani rumah tangga.”

Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum singkat sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Ya, ada.. pertengkaran, cekcok hampir setiap hari selama dua tahun sebelum memutuskan bercerai. Kesalahan yang tidak lagi ditoleransi oleh hati.”

Informan memberikan pernyataannya dengan gugup, walaupun begitu, tidak mempengaruhinya untuk menjawab hal selanjutnya yang ditanyakan peneliti kepada informan. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Pandangan saya tentang fenomena perceraian, siapa saja pasti memiliki masalah didalam rumah tangganya. Bukan lagi persoalan asing jika mendengar kata cerai di jaman ini. Sedapat mungkin dihindari walaupun suami dan istri sama-sama menginginkan bagaimana jalannya yang terbaik.”

Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang dia ketahui dan dia rasakan sebagai orangtua tunggal akibat perceraian.


(54)

b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian

bagi anak dan orangtua:

Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Anak-anak saya setelah bercerai keadaannya baik-baik saja, hanya saja ada kecewa kenapa orangtuanya bercerai. Tidak lagi bisa bertukar pikiran duduk bersama dengan kedua orangtua. Mereka sudah banyak mengerti ibu rasa, baik-baik semua.”

Informan memaparkan hal-hal yang dilaluinya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan mengungkapkan perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Tidak pernah. Mereka menerima, hanya perasaan sedikit kecewa dengan keputusan yang dilakukan orangtuanya.”

Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik-baik saja, hanya memiliki perasaan kecewa dan kehilangan figur ayah di dalam rumah. Semampu mungkin tetap mengawasi dengan intens kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single

parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan: “Awalnya terkejut dengan keputusan yang saya dan mantan suami lakukan, awal tahun 2012. Tetapi sekarang kondisi sudah berjalan baik-baik saja. Tidak


(55)

pernah merasa seperti tidak nyaman. Ya, menerima. Selalu memberi motivasi rohani,jasmani dari dulu hingga sekarang.”

Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, hubungan di dalam keluarganya informan menjadi lebih sering dikunjungi oleh orangtuanya. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Hal positifnya bagi orangtua ibu tidak ada. Bagi anak-anak adalah saat ini semakin mengerti situasi dan kondisi.”

Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana kehidupan yang berbeda dan lebih banyak tantangannya dibanding ketika hidup bersama dengan pasangan.

c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi

sosial ekonomi dan kesehatan:

Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Setelah bercerai keadaan baik-baik saja. Hubungan berkeluarga dengan mantan suami juga masih terjalin walaupun sudah bercerai.”

Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:


(56)

“Ya ada dampaknya. Kalau sekarang hanya untuk anak-anak biayanya. Saya tetap bekerja untuk memiliki biaya hidup, kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.”

Informan menjawab dengan ekspresi memelas, dan apa adanya sesuai dengan keadaannya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap baik dan dia berharap akan semakin baik lagi.

Biodata Orangtua Tunggal (Informan 5)

1. Nama : Fitraina

2. Tempat Lahir : Pasar baru 3. Tanggal Lahir : 22 Oktober 1980

4. Usia : 36 Tahun

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Suku : Mandailing

7. Agama : Islam

8. Pendidikan : S1

9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : 1 Orang

a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:

Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan


(57)

oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Rumah tangga adalah kumpulan orang yang terdiri dari ayah,ibu dan anak-anaknya."

Informan menyatakan jawaban atas pertanyaan pertama peneliti dengan sederhana sesuai dengan yang diketahuinya. Kemudian menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Saya baru bercerai di tahun 2014 lalu.”

Informan menjawab dengan singkat dan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Tentu perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan keluarga manapun, mau golongan keluarga atas atau golongan keluarga bawah. Banyak hal yang membuat seseorang itu mantap untuk bercerai. Tidak lagi sejalanan dalam membina rumah tangga dengan baik.”

Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Ya, ada.. kekerasan dalam berumahtangga.”


(58)

bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Pandangan saya tentang fenomena perceraian adalah hal biasa dilakukan didalam menyelesaikan persoalan rumah tangga yang tidak ada lagi titik temunya ketika didiskusikan bersama antara keluarga dan antara suami dengan istri. Siapa saja bisa terkena musibah didalam rumah tangganya. Persoalan bercerai bukan sesuatu hal yang sepele, untuk itu perlu diteguhkan hati, pikirannya kalau memang bulat niatnya memutuskan bercerai. Tidak karena hal kecil setitik minta cerai.

Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang dialaminyasebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum.

b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian

bagi anak dan orangtua:

Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Anak saya masih satu dan bersama dengan saya. Keadaan anak saya sebelum-setelah saya bercerai tetap baik-baik saja. Tidak ada keluhan dan kendala di lingkungannya beraktivitas, belajar dan di tempat dia bermain.”

Informan memberitahukan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan mengutarakan


(59)

perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Saya rasa anak saya tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Menerima keadaan orangtuanya yang tidak lagi hidup dan tinggal bersama.”

Informan mengaku kondisi anaknya baik-baik saja dan selalu memantau perkembangan kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Setelah saya diputuskan resmi bercerai, keadaan orangtua saya baik dan sehat-sehat saja. Pernah mengalami ketidaknyamanan, ketidaknyamanannya orangtua, saya dijadikan bahan pembicaraan.”

Informan memaparkan hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan orangtuanya. Pernyataan yang diberikan informan sebelumnya membuat peneliti memberikan pertanyaan berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Hal positifnya bagi orangtua tidak ada. Bagi anak saya, sekarang tidak lagi melihat saya menjadi korban kekerasan.”

Menurut informan hasil dari putusan perceraiantidak membuatnya menjadi kecil hati dan putus asa di dalam menjalani kehidupannya sebagai orangtua tunggal.

c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi

sosial ekonomi dan kesehatan:


(60)

kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Setelah bercerai, keadaan kehidupan keluarga lebih baik. Pasti ada perubahan terjadinya. Hubungan berkeluarga dengan keluarga mantan suami juga masih baik silahturahminya.”

Dengan begitu, kemudian peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Ya ada dampak di perekonomian keluarga. Biaya hidup semuanya hanya untuk anak dan juga masih ikut dinafkahi oleh ayahnya, terlepas dari penghasilan. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.”

Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya informan tetap membiayai keperluan anaknya dan menjaga kesehatannya.


(61)

Biodata Orangtua Tunggal (Informan 6)

1. Nama : Moer

2. Tempat Lahir : Aceh

3. Tanggal Lahir : 23 September 1963

4. Usia : 53 Tahun

5. Jenis Kelamin : Laki-laki

6. Suku : Jawa

7. Agama : Islam

8. Pendidikan : D3

9. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil 10. Jumlah Anak : 3 Orang

a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:

Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Pertama informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Menurut saya, rumah tangga adalah tempat dimana ayah, ibu, anak ada dan hidup bersama."

Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti dengan sederhana,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk menjawab pertanyaan selanjutnya mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:


(62)

ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Perceraian bisa terjadi didalam kehidupan rumah tangga adalah karena tidak lagi seia,sekata,selaras didalam membinanya.”

Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara singkat dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Ya, ada konflik.. saya simpulkan, ya karena orang ketiga.”

Informan memberikan jawabannya dengan ringkas sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya saja. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Pandangan saya tentang fenomena perceraian, baik dilakukan dan tidak baik juga dilakukan dampaknya bagi anak semua. Permasalahan di rumah tangga siapa yang tidak ada. Suatu hal yang biasa saja terjadi di dalam kehidupan. Tidak baik juga hidup bersama tetapi masing-masing sama tidak nyaman didalamnya. Tidak perlu malu berkepanjangan karena sebelum memutuskan bercerai seseorang itu memantapkan diri dulu siap atau tidak menjalani kehidupan menjadi sosok orangtua tunggal. Tidak sembarang karena hal kecil setitik.”

Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang ia alami sebagai orangtua tunggal akibat perceraian juga seperti yang informan ketahui secara umum.


(63)

b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian

bagi anak dan orangtua:

Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Keadaan anak-anak setelah bercerai, kondisi mereka sampai saat ini masih baik-baik saja. Mereka juga tahu mengapa orangtuanya bercerai.”

Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan megutarakan perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Saya rasa tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Sejauh ini belum pernah ada yang mengeluh, bersikap aneh ataupun menunjukkan rasa-rasa ketidaksukaannya setelah bercerai kepada orangtuanya. Masih menjalani aktivitas masing-masing dengan normal.”

Informan mengaku kondisi anaknya-anaknya baik-baik saja sepengetahuannya dan sebisa mungkin tetap memantau perkembangan kehidupan anak-anaknya di sela-sela pekerjaannya yg menyita banyak waktu dan membuat perhatiannya terbagi. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian. Orangtua Pak Moer sudah tidak ada.


(64)

yang terjalin semakin dipererat. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Anak-anak yang tinggal bersama saat ini terlihat lebih mandiri dari yang sebelumnya, itu positifnya bagi saya untuk anak-anak.”

Menurut informan hasil dari putusan perceraianmenciptakan suasana kehidupan yang baru dan lebih kondusif dari sebelum bercerai.

c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi

sosial ekonomi dan kesehatan:

Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Keadaan kehidupan berkeluarga setelah bercerai baik-baik saja. Semuanya saling mengerti.”

Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan setelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Tidak ada dampak. Keadaan ekonomi, anak tidak banyak meminta tuntutan untuk biaya sehari-hari dan kondisi kesehatan saya baik-baik saja.”

Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap stabil hingga saat ini dari sebelum memutuskan untuk bercerai.


(65)

Biodata Orangtua Tunggal (Informan 7)

1. Nama : Jojor

2. Tempat Lahir : Medan

3. Tanggal Lahir : 2 Februari 1976

4. Usia : 40 Tahun

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Suku : Batak

7. Agama : Kristen

8. Pendidikan : S1

9. Pekerjaan : Wiraswasta 10. Jumlah Anak : 4 Orang

a. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian:

Pengetahuan orangtua tunggal tentang fenomena perceraian dapat di jabarkan sebagai berikut. Informan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti mengenai apa itu rumah tangga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Menurut saya rumah tangga adalah sekelompok orang yang terdiri dari orangtua dan anak.”

Informan menjawab pertanyaan pertama peneliti sesuai dengan yang diketahuinya,hal ini tidak mempengaruhi informan untuk tidak menjawab pertanyaan selanjutnya dengan lengkap mengenai sudah berapa lama informan bercerai. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:


(66)

Informan menjawab dengan seadanya, dan mengatakan dia adalah orangtua asli dari anak-anaknya yang diasuhnya sampai saat ini. Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan kepada informan mengapa perceraian bisa terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Perceraian bisa saja terjadi karena apa saja yang bisa dijadikan konflik dan pertengkaran didalam kehidupan berumah tangga.”

Informan menjawab menurut apa yang dia ketahui secara umum dan juga sesuai yang dialaminya. Kemudian peneliti mencoba menggali lebih dalam menanyakan dan meminta penjelasan tentang konflik apa yang menyebabkan informan bercerai dan memutuskan untuk menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Tentu ada.. konflik keluarga. Secara singkat saya simpulkan ya tidak seia,sekata lagi. Beda visi,misi.”

Informan memberikan jawabannya dengan singkat sesuai dengan apa yang ingin diberitahukan olehnya saja. Dengan begitu peneliti kemudian menanyakan bagaimana pandangan informan mengenai perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Pandangan saya tentang fenomena perceraian, siapa saja bisa terkena musibah didalam rumah tangganya. Baik mereka pasangan muda atau pasangan yang sudah lama membina rumah tangga. Tidak asing kalau kita dengar kata cerai, karena semua tau ya arti cerai itu apa. Benar tau rasanya bagaimana perceraian itu mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Sedapat mungkin ya dihindari untuk mengurangi angka perceraian.


(67)

Informan menjawab seperti apa pandangannya mengenai perceraian dengan melihat dari berbagai jenis faktor penyebab dan sesuai yang dialaminyasebagai orangtua tunggal akibat perceraian secara umum.

b. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang dampak perceraian

bagi anak dan orangtua:

Setelah mengalami perceraian, kondisi ataupun keadaankehidupan di keluarga bercerai pasti berubah dan berbeda dibandingkan dengan keluarga utuh atau yang tidak mengalami perceraian. Dengan begitu, peneliti menanyakan bagaimana keadaan anak setelah informan mengalami perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Keadaan anak-anak setelah bercerai, kondisi dan keadaan mereka baik-baik saja. Mungkin ada perubahan yang dirasakan oleh mereka, saat ini hanya tinggal bersama saya.”

Informan memaparkan hal-hal yang dialaminya bersama anak-anaknya setelah bercerai. Seiring mengutarakan hal tersebut, informan mengungkapkan perasaan anak-anaknya dan seperti apa sikap mereka atas kondisi orangtuanya. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Tidak pernah merasakan ketidaknyamanan, ya. Ya, mereka menerima keadaan orangtuanya. Mereka sudah besar dan dewasa, sudah sedikit banyak mengerti saya rasa.”

Informan menyatakan kondisi anaknya baik-baik saja sepengetahuannya dan terus memantau kehidupan anak-anaknya. Peneliti mencoba menanyakan seperti apa kondisi orangtuanya ketika resmi menyandang status single parent pasca perceraian.


(68)

“Orangtua saya baik dan sehat, selalu mendukung apa yang terbaik untuk saya dan keluarga. Mereka selalu menerima saya apa adanya dan bagaimana pun keadaannya. Tidak mengalami ketidaknyamanan”

Informan memberitahu hal-hal apa saja yang sering ia bicarakan dengan orangtuanya. Seiring terjadinya interaksi, menurut informan setelah mengalami perceraian, di dalam keluarganya komunikasi yang terjalin semakin sering terjadi. Pernyataan yang diberikan informan berkaitan dengan pertanyaan peneliti berikutnya yaitu tentang hal-hal positif apa bagi anak-anaknya dan orangtuanya setelah bercerai. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Hal positifnya bagi anak, mereka kalau dibandingkan saat itu dengan sekarang adalah lebih tenang didalam menghadapi sesuatu hal dari orang. Hal positif bagi orangtua tidak ada.”

Menurut informan hasil dari putusan perceraianmerupakan hasil yang terbaik yang harus dijalaninya saat ini, yang menciptakan suasana kehidupan yang berbeda baginya dan keluarganya.

c. Mapping tentang pengetahuan orangtua tunggal tentang perceraian dari segi

sosial ekonomi dan kesehatan:

Perceraian tentunya banyak melalui proses dan menyita banyak waktu dan pikiran. Informan mencoba mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana keadaan kehidupan berkeluarganya setelah perceraian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Keadaan kehidupan keluarga setelah bercerai sama seperti sebelum bercerai, baik-baik saja hanya saja ada perubahan sedikit. Salah satunya perubahan


(69)

didalam rumah, saya bukan lagi istri dan tidak lagi memiliki suami. Hubungan silahturahmi dengan keluarga yang lain juga baik.”

Dengan begitu, peneliti mencoba menanyakan bagaimana keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan informan stelah menjadi orangtua tunggal. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan:

“Ya ada dampak. Keadaan ekonomi dulu masih ada suami. Kalau sekarang tidak lagi ada ya, jadi masih tetap bekerja untuk biaya dan keperluan saya dan anak-anak. Kondisi kesehatan saya baik-baik saja hingga saat ini.”

Informan menjawab seperti apa sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Informan berpendapat walaupun dalam keadaan keluarga yang sudah bercerai, dari segi sosial ekonomi dan kesehatannya tetap dijaganya agar tidak kekurangan dan selalu berpola hidup sehat.


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 9

1.4 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi ... 11

2.1.2 Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi ... 14

2.1.3 Terjadinya Persepsi ... 18

2.1.4 Objek Persepsi ... 24


(2)

2.2 Orangtua Tunggal

2.2.1 Pengertian Orangtua Tunggal ... 27

2.2.2 Bentuk-Bentuk Orangtua Tunggal ... 28

2.2.3 Sebab-Sebab Orangtua Tunggal ... 28

2.2.4 Akibat-Akibat Orangtua Tunggal ... 30

2.2.5 Dampak-Dampak Orangtua Tunggal ... 31

2.3 Perceraian 2.3.1 Pengertian Perceraian ... 33

2.3.2 Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian... 34

2.3.3 Dampak – Dampak Perceraian ... 36

2.4 Perkawinan 2.4.1 Pengertian Perkawinan ... 39

2.4.2 Kententuan Hukum Perkawinan di Indonesia ... 41

A. Syarat – Syarat Perkawinan ... 42

B. Tujuan Perkawinan ... 47

C. Asas – Asas Perkawinan ... 49

2.5 Kerangka Pemikiran ... 54

2.6 Definisi Konsep ... 57

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 59

3.2 Lokasi Penelitian ... 59

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis ... 60


(3)

3.3.2 Informan ... 60

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 61

3.5 Teknik Analisis Data ... 62

BAB IVDESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Dusun III B Kec Patumbak Kab Deli Serdang ... 64

4.1.1 Sejarah Dusun III B Kec Patumbak Kab Deli Serdang ... 64

4.1.2 Keadaan Geografi... 64

4.1.3 Keadaan Demografi ... 65

A. Umur ... 65

B. Pekerjaan ... 66

C. Pendidikan ... 68

D. Agama ... 70

4.1.4 Sarana dan Prasarana... 71

A. Sarana Peribadatan ... 71

B. Prasarana Kesehatan ... 72

C. Sarana Transportasi ... 73

4.2 Organisasi Sosial ... 73

4.3 Struktur Pemerintahan Desa ... 75

BAB VANALISA DATA 5.1 Karakteristik Informan ... 78

5.1.1 Identitas Informan Kunci ... 78

5.1.2 Identitas Informan Utama ... 79


(4)

5.2 Profil Informan ... 81

5.2.1 Profil Informan Kunci ... 81

5.2.2 Profil Informan Utama ... 84

5.2.3 Profil Informan Tambahan ... 86

5.3 Hasil Temuan ... 87

5.4 Analisa Data ... 136

5.4.1 Analisis Persepsi Orangtua Tunggal Tentang Rumah Tangga ... 136

5.4.2 Analisis Persepsi Orangtua Tunggal Tentang Dampak Perceraian Bagi Anak dan Orangtua ... 138

5.4.3 Analisis Persepsi Orangtua Tunggal Terhadap Perceraian Dari Segi Sosial Ekonomi dan Kesehatan ... 140

5.4.4 Analisis Persepsi Informan Utama Terhadap Perceraian ... 142

5.4.5 Analisis Informan Tambahan Terhadap Pengetahuan Perceraian ... 143

BAB VIPENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 144

6.2 Saran ... 145 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Komposisi Pendudukan Berdasarkan Umur ... 65

Tabel 4.2 Komposisi Pendudukan Berdasarkan Pekerjaan ... 66

Tabel 4.3 Komposisi Pendudukan Berdasarkan Pendidikan ... 68

Tabel 4.4 Komposisi Pendudukan Berdasarkan Agama ... 70

Tabel 4.5 Sarana Peribadatan ... 71

Tabel 4.6 Prasarana Kesehatan ... 72

Tabel 4.7 Organisasi Sosial... 73

Tabel 5.1 Identitas Informan Kunci Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan ... 78

Tabel 5.2 Identitas Informan Utama Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia,Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan ... 79

Tabel 5.3 Identitas Informan Tambahan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan ... 80


(6)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Bagan Alir Pikir ... 56

Bagan 2 Bagan Struktur Pemerintahan Desa Marindal I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang ... 77