Analisis Ekonomi HASIL DAN PEMBAHASAN

35 melaporkan bahwa reaksi oksidasi pada minyak terjadi pada suhu lebih dari 90 o C 90 o C. Inilah yang menyebabkan kandungan asam linoleat yang menggunakan n-heptana lebih besar dibanding dengan yang menggunakan n-heksana. Total dari asam lemak tak jenuh tunggal MUFA yang diperoleh sebesar 22,8712 dan asam lemak tak jenuh jamak PUFA 52,3252 lebih besar dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh Bora [20] yaitu MUFA sebesar 20,712 dan PUFA sebesar 46,726. Tetapi total asam lemak jenuh yang diperoleh lebih kecil dibanding dengan yang dilaporkan oleh Bora [20] sebesar 32,495. Perbedaan komposisi asam lemak ini dapat disebabkan oleh perbedaan lokasi tumbuhan berasal dan faktor lain seperti kematangan dan proses pemanenan [20]. Rasio asam linoleat dengan asam linolenat C18:2C18:3 diperoleh sebesar 9,52 yang lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan Bora [20] dan Galvao [52] berturut-turut yaitu 5,92 dan 2,95. Nilai rasio C18:2C18:3 yang lebih tinggi pada minyak biji alpukat berkhasiat menurunkan kolesterol darah trigliserida dan HDL yang telah diuji pada tikus [52]. Kemudian tingginya rasio PUFASFA telah dilaporkan dapat mengurangi penyakit kardiovaskular dan direkomendasikan nilai minimumnya adalah 0,4 [52]. Rasio PUFASFA yang diperoleh sebesar 2,11. Oleh karena itu, minyak biji alpukat yang dihasilkan cukup berkhasiat untuk kesehatan. Meskipun masih diperlukan pengujian lebih lanjut mengenai toksisitas dan kandungan di dalam minyak tersebut.

4.3 Analisis Ekonomi

Biji alpukat adalah salah satu limbah padat dari buah alpukat yang selama ini tidak dimanfaatkan dan dibuang begitu saja, karena kebanyakan buah alpukat hanya dikonsumsi daging buahnya. Biji alpukat sebenarnya banyak memiliki manfaat untuk kesehatan diantaranya adalah dapat mengendalikan berat badan obesitas [3]. Limbah biji alpukat hanya dibuang dan dibiarkan menumpuk hingga akhirnya membusuk dan mengeluarkan bau tidak sedap. Saat ini di Indonesia biji alpukat masih belum dimanfaatkan secara komersial oleh suatu industri. Padahal produksi alpukat di Indonesia meningkat setiap tahunnya, di tahun 2014 berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS 36 produksinya mencapai 307.326 tontahun [1]. Buah alpukat terdiri 65 daging buah, 20 biji dan 15 kulit dari total berat buah [3]. Berdasarkan data tersebut, diperkirakan bahwa setiap tahun dihasilkan sekitar 6,2 x 10 6 ton limbah biji alpukat. Karena jumlahnya yang sangat melimpah tersebut, penelitian dengan memanfaatkan biji alpukat sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk yang lebih bermanfaat dan bernilai ekonomi mulai banyak dilakukan. Diantaranya adalah untuk pembuatan biodiesel yang merupakan bahan bakar alternatif. Menurut Prasetyowati, kandungan minyak dalam biji alpukat sebesar 15- 20 yang hampir sama dengan kedelai sehingga dapat dijadikan sebagai sumber minyak nabati [6]. Karena potensi yang cukup besar inilah, diharapkan biji alpukat dapat dijadikan sebagai sumber alternatif minyak nabati yang nantinya dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri. Minyak biji alpukat dapat diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut. Setelah dilakukan penelitian mengenai ekstraksi minyak biji alpukat dengan pelarut heptana, diperoleh rata- rata kandungan minyak dalam biji alpukat sebesar 14,29. Dari data tersebut, jika dikalikan dengan limbah biji alpukat Indonesia dapat dihasilkan 8,8 x 10 5 ton minyak biji alpukat. Densitas minyak biji alpukat yang diperoleh dari penelitian yaitu 0,68 kgL. Dalam satuan volume, minyak biji alpukat yang dapat dihasilkan dari 6,2 x 10 6 ton limbah biji alpukat yaitu lebih dari 9 x 10 9 Liter minyak biji alpukat. Dapat dilihat dari hasil tersebut, potensi minyak biji alpukat cukup besar untuk dijadikan minyak nabati. Untuk itu, perlu dilakukan analisis ekonomi mengenai ekstraksi minyak biji alpukat yang dalam tulisan ini hanya akan dikaji secara sederhana. Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh yield sebesar 15 pada suhu 90 o C, massa biji 30 gram dan volume pelarut 384,1 ml. Dimisalkan basis perhitungan yaitu 100 gram bahan baku biji alpukat. Sebelum melakukan kajian tersebut, perlu diketahui harga bahan baku yang digunakan dalam produksi dan harga jual minyak biji alpukat. Jumlah bahan baku yang digunakan pada proses ekstraksi dapat dihitung sebagai berikut : Volume pelarut n-heptana yang diperlukan untuk mengekstraksi 100 gram biji alpukat = ml 1 , 384 gr 30 gr 100  = 1280 ml = 1,28 L 37 Harga pembelian n-heptana = L 28 , 1 L 5 , 2 000 . 100 . 2 Rp  = RP 1.075.200,- Jumlah minyak yang dihasilkan dari 100 gram biji alpukat : Massa minyak 30 gr = 15 x 30 gr = 4,5 gr Massa minyak 100 gr = gr 5 , 4 gr 30 gr 100  = 15 gr Harga minyak biji alpukat 138,98 per kg Aliexpress = Rp 2.043.700 Harga penjualan minyak biji alpukat = gr 15 gr 1000 700 . 043 . 2 Rp  = Rp 30.655,- Pada saat pemisahan pelarut dari minyak setelah proses ekstraksi diperoleh sekitar 80 pelarut n-heptana yang diuapkan, dapat digunakan kembali untuk proses ekstraksi yang selanjutnya. Volume n-heptana yang diperoleh = 80 x 1,28 L = 1,024 L Harga pembelian n-heptana = L 024 , 1 L 5 , 2 000 . 100 . 2 Rp  = Rp 860.160,- Jadi untuk proses ekstraksi selanjutnya dapat menghemat pembelian pelarut sebesar Rp 860.160,- 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Analisis pengaruh variabel penelitian yang diolah menggunakan software Minitab memberikan nilai R 2 sebesar 93,95 menunjukkan validitas untuk variabel terikat. 2. Hubungan interaksi antara suhu dan massa biji alpukat serta suhu dan volume pelarut yang paling menunjukkan pengaruh signifikan. 3. Analisis sifat fisika dan kimia minyak biji alpukat yaitu warna, densitas, viskositas, dan FFA menunjukkan bahwa minyak biji alpukat yang dihasilkan dapat dijadikan salah satu sumber minyak nabati. 4. Total terdapat Sembilan asam lemak yang teridentifikasi dalam minyak biji alpukat yang memiliki berat molekul FFA 276,224 grmol dan secara umum minyak biji alpukat didominasi oleh asam lemak tak jenuh MUFA dan PUFA sebesar 75,1964 5. Asam lemak minyak biji alpukat yang dominan adalah asam linoleat asam lemak tidak jenuh jamak yaitu sebesar 47,3531 bb, asam palmitat asam lemak jenuh sebesar 20,3439 bb, dan asam oleat asam lemak tidak jenuh tunggal sebesar 15,8823 bb.

5.2 Saran

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah: 1. Untuk penelitian selanjutnya jika melakukan variasi suhu, sebaiknya rentang antar suhu dilakukan minimal 10 o C agar lebih meminimalkan error yang mungkin terjadi disaat pengerjaan. 2. Sebaiknya ditambahkan variabel lain seperti waktu dan ukuran partikel agar lebih diketahui pengaruhnya terhadap proses ekstraksi.