Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Alpukat

32 0,7676 grml; viskositas sebesar 0,826-4,55 cSt dan FFA sebesar 7,027- 9,283. Densitas dari minyak biji alpukat dengan n-heptana masih berada dalam rentang densitas yang telah dilaporkan. Sedangkan viskositas yang dihasilkan konversi cP ke cSt sebesar 0,606 cSt berada dibawah rentang viskositas yang telah dilaporkan. Ketika panas diberikan pada cairan, molekul-molekul kemudian dapat bergerak bebas dengan mudah yang mengakibatkan viskositas cairan berkurang [50]. Suhu ekstraksi dengan pelarut n-heptana lebih tinggi dibanding dengan n-heksana sehingga viskositas minyak yang dihasilkan lebih rendah. Kemudian untuk FFA yang dihasilkan, lebih rendah dibanding dengan menggunakan n-heksana. Perbedaan kuantitatif ini dapat disebabkan karena perbedaan geografi tempat asal tumbuhan dan faktor lain seperti kematangan dan proses pemanenan [20]. Belakangan telah banyak dilakukan penelitian mengenai penggunaan minyak biji alpukat sebagai bahan baku biodiesel. Jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dengan FFA besar dari 2, minyak biji alpukat memerlukan proses esterifikasi terlebih dahulu untuk mengubah FFA menjadi metil ester sehingga minyak dapat diproses dengan transesterifikasi.

4.2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Alpukat

Asam lemak berdasarkan derajat kejenuhannya dibedakan menjadi tiga yaitu asam lemak jenuh Saturated Fatty AcidSFA yang rantai hidrokarbonnya tidak mempunyai ikatan rangkap, asam lemak tak jenuh tunggal Mono Unsaturated Fatty Acid MUFA mempunyai 1 satu ikatan rangkap dan asam lemak tak jenuh jamak Poly Unsaturated Fatty AcidPUFA memiliki 2 dua atau lebih ikatan rangkap [21]. Asam lemak yang terkandung dalam minyak biji alpukat yang diperoleh pada suhu ekstraksi 98,4 o C selama 120 menit dengan massa biji 30 gram dan volume pelarut 300 ml dapat diketahui dengan analisis menggunakan instrumentasi Gas Chromatography GC, gambar hasil analisisnya adalah sebagai berikut : 33 Gambar 4.1 Hasil Analisis GC Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Alpukat 34 Dari kromatogram di atas, total 9 asam lemak teridentifikasi dalam minyak biji alpukat. Adapun komposisi asam lemak minyak biji alpukat tersebut disajikan pada tabel 4.5 berikut : Tabel 4.5 Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Alpukat Asam Lemak Komposisi Asam Miristat 14:0 1,4120 Asam Palmitat 16:0 20,3439 Asam Stearat 18:0 1,2328 Asam Arachidat 20:0 1,8139 Asam Palmitoleat 16:1 2,7729 Asam Oleat 18:1 15,8823 Asam Gadoleat 20:1 4,2160 Asam Linoleat 18:2 47,3531 Asam Linolenat 18:3 4,9721 Total 100,0000 Asam Lemak Jenuh SFA 24,8026 Asam Lemak Tak Jenuh Tunggal MUFA 22,8712 Asam Lemak Tak Jenuh Jamak PUFA 52,3252 Rasio Asam LinoleatAsam Linolenat 9,52 Rasio PUFASFA 2,11 Dari data komposisi asam lemak tersebut, maka dapat ditentukan bahwa berat molekul FFA minyak biji alpukat adalah 276,224 grmol. Dapat dilihat juga minyak biji alpukat mengandung asam lemak yang dominan yaitu asam linoleat 18:2 yang merupakan asam lemak tak jenuh jamak sebesar 47,3531, asam palmitat 16:0 merupakan asam lemak jenuh sebesar 20,3439 dan asam oleat 18:1 merupakan asam lemak tak jenuh tunggal sebesar 15,8823. Berdasarkan hasil yang dilaporkan Bora [20] minyak biji alpukat dengan pelarut n-heksana juga mengandung asam lemak dominan yang sama tetapi dengan proporsi yang berbeda yaitu asam linoleat 18:2 sebesar 38,892 ± 0,585, asam palmitat 16:0 sebesar 20,847 ± 0,843 dan asam oleat 18:1 sebesar 17,410 ± 0,058. Kandungan asam linoleat, asam palmitat dan asam oleat dalam minyak dengan pelarut n-heptana lebih besar dibanding dengan yang diekstraksi menggunakan n- heksana. Menurut Dewi [23], asam oleat merupakan prekursor untuk produksi sebagian besar PUFA asam linoleat dan linolenat, yang pada suhu tinggi asam oleat akan teroksidasi dan berubah menjadi asam linoleat. Budhikarjono [51] 35 melaporkan bahwa reaksi oksidasi pada minyak terjadi pada suhu lebih dari 90 o C 90 o C. Inilah yang menyebabkan kandungan asam linoleat yang menggunakan n-heptana lebih besar dibanding dengan yang menggunakan n-heksana. Total dari asam lemak tak jenuh tunggal MUFA yang diperoleh sebesar 22,8712 dan asam lemak tak jenuh jamak PUFA 52,3252 lebih besar dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh Bora [20] yaitu MUFA sebesar 20,712 dan PUFA sebesar 46,726. Tetapi total asam lemak jenuh yang diperoleh lebih kecil dibanding dengan yang dilaporkan oleh Bora [20] sebesar 32,495. Perbedaan komposisi asam lemak ini dapat disebabkan oleh perbedaan lokasi tumbuhan berasal dan faktor lain seperti kematangan dan proses pemanenan [20]. Rasio asam linoleat dengan asam linolenat C18:2C18:3 diperoleh sebesar 9,52 yang lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan Bora [20] dan Galvao [52] berturut-turut yaitu 5,92 dan 2,95. Nilai rasio C18:2C18:3 yang lebih tinggi pada minyak biji alpukat berkhasiat menurunkan kolesterol darah trigliserida dan HDL yang telah diuji pada tikus [52]. Kemudian tingginya rasio PUFASFA telah dilaporkan dapat mengurangi penyakit kardiovaskular dan direkomendasikan nilai minimumnya adalah 0,4 [52]. Rasio PUFASFA yang diperoleh sebesar 2,11. Oleh karena itu, minyak biji alpukat yang dihasilkan cukup berkhasiat untuk kesehatan. Meskipun masih diperlukan pengujian lebih lanjut mengenai toksisitas dan kandungan di dalam minyak tersebut.

4.3 Analisis Ekonomi