31 hitung regresi lebih besar dari F tabelnya sehingga regresi dapat dinyatakan
signifikan model regresi diterima. SS jumlah kuadrat total diperoleh sebesar 434,414 yang artinya variasi dari yield yang dikuadratkan adalah sebesar nilai
tersebut. Penyebab variasi dari yield yaitu sebagian berasal dari variabel bebas T, W, V sebesar 408,142 regresi dan sisanya sebesar 26,272 berasal dari variabel
lain yang juga mempengaruhi yield, tetapi tidak dimasukkan dalam model residual. Jika dibandingkan antara SS regresi dengan SS total, maka akan
didapatkan proporsi dari total variasi yield yang disebabkan oleh variasi dari variabel bebas T, W, V. Nilai perbandingan inilah yang disebut dengan koefisien
determinasi R
2
.
4.2 Analisis Minyak Biji Alpukat
4.2.1 Sifat Fisika dan Kimia Minyak Biji Alpukat
Setelah proses ekstraksi selesai, dilakukan pemisahan minyak biji alpukat dari pelarut n-heptana dengan cara distilasi. Kemudian minyak biji alpukat yang
sudah murni dilakukan pengukuran volume dan berat minyak yang dihasilkan. Kemudian dievaluasi kualitas dari minyak yang dihasilkan. Minyak biji alpukat
memiliki warna oranye pucat dan sedikit encer. Warna pada minyak biji alpukat disebabkan oleh pigmen karoten yang memberikan warna kekuning-kuningan.
Seperti yang telah dilaporkan, biji alpukat mengandung karotenoid sebesar 0,966±0,164 mg100 gr buah segar [12]. Analisis yang dilakukan diantaranya,
analisis densitas, viskositas dan asam lemak bebas FFA. Hasil analisis minyak biji alpukat yang diperoleh pada suhu ekstraksi 98,4
o
C selama 120 menit dengan massa biji 30 gram dan volume pelarut 300 ml ditunjukkan pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Sifat Fisika dan Kimia Minyak Biji Alpukat
Sifat Fisika dan Kimia Hasil
Warna pada 30
o
C Oranye
Densitas pada 20
o
C gml 0,71
Viskositas pada 40
o
C cP 0,43
FFA 2,76
Berdasarkan hasil penelitian Prasetyowati [5] yang menggunakan pelarut n- heksana pada ekstraksi minyak biji alpukat, diperoleh densitas sebesar 0,6951-
32 0,7676 grml; viskositas sebesar 0,826-4,55 cSt dan FFA sebesar 7,027-
9,283. Densitas dari minyak biji alpukat dengan n-heptana masih berada dalam rentang densitas yang telah dilaporkan. Sedangkan viskositas yang dihasilkan
konversi cP ke cSt sebesar 0,606 cSt berada dibawah rentang viskositas yang telah dilaporkan. Ketika panas diberikan pada cairan, molekul-molekul kemudian
dapat bergerak bebas dengan mudah yang mengakibatkan viskositas cairan berkurang [50]. Suhu ekstraksi dengan pelarut n-heptana lebih tinggi dibanding
dengan n-heksana sehingga viskositas minyak yang dihasilkan lebih rendah. Kemudian untuk FFA yang dihasilkan, lebih rendah dibanding dengan
menggunakan n-heksana. Perbedaan kuantitatif ini dapat disebabkan karena perbedaan geografi tempat asal tumbuhan dan faktor lain seperti kematangan dan
proses pemanenan [20]. Belakangan telah banyak dilakukan penelitian mengenai penggunaan minyak biji alpukat sebagai bahan baku biodiesel. Jika akan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dengan FFA besar dari 2, minyak biji alpukat memerlukan proses esterifikasi terlebih dahulu untuk
mengubah FFA menjadi metil ester sehingga minyak dapat diproses dengan transesterifikasi.
4.2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Alpukat