Usaha-usaha Manajemen Masjid dalam Meningkatkan Aktivitas

menjadi magnet yang dapat menarik para umat muslim untuk shalat berjamaah di masjid. Ada perbedaan dari Masjid Blok A Tanah Abang ini, yaitu ketika shalat shubuh dan isya, jama’ah yang melaksanakan shalat di masjid hanyalah dari kalangan pengurus masjid marbot yang menginap, tekhnisi gedung dan house keeping penjaga kebersihan dari gedung pasar tanah abang blok A serta dari aparat kemanan gedung pasar. Karena Pasar Tanah Abang Blok A, buka untuk umum Pkl. 08.00 sampai dengan menjelang waktu Maghrib, itupun sudah tinggal sedikit saja yang masih dalam gedung dikarenakan mereka bermaksud untuk menghindari macet di jalan, jadi ada sebagian yang pulangnya belakangan. Dengan melihat jam bukanya Gedung Pasar, otomatis para pedagang, pengunjung dan karyawan tidak dapat melaksanakan shalat shubuh di sana. Biasanya hanyalah shalat Dzuhur dan Ashar saja yang padat jama’ahnya yang mencapai 6 sampai 8 Shaf, sedangkan Maghrib masih lumayan ramai, sedangkan Shalat Shubuh dan Isya yang hanya beberapa orang saja yaitu para marbot, tekhnisi gedung dan Aparat Keamanan Gedung Pasar Tanah Abang Blok A. Kedua, pelaksanaan shalat jum’at dengan menentukan Khatib dan Imam, Disamping harus memenuhi standar minimal seorang Imam, juga harus memiliki kemampuan berkhutbah yang baik agar khutbah jum’at yang disampaikan dapat berlangsung menarik dan jamaah pun antusias mengikutinya. Yang tidak kalah pentingnya dalam kaitan ibadah jum’at adalah menyiapkan Imam dan Khatib cadangan sehingga apabila Khatib dan Imam yang semestinya bertugas tiba-tiba berhalangan, maka Khatib dan Imam cadangan sudah siap menggantikannya, baik dari segi penampilan, kemampuan menyampaikan maupun penguasaan materi khutbah. Ada Keunikan dari Masjid Blok A Tanah Abang ini dibandingkan dengan Masjid-masjid yang lain, yaitu dalam setiap pelaksanaan shalat jum’at adanya Bilal, yaitu seseorang yang mengikuti suara Imam yang letaknya berdekatan dengan posisi Imam, seperti halnya dengan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Mekkah. Adapun kemaslahatan dari adanya Bilal ini, adalah: Sebagai penyeimbang antara Imam dan Makmum, khususnya untuk jamaah wanita yang letak shaf shalatnya agak berjauhan dengan posisi Imam, sebagai pengingat Imam ketika Imam melakukan kesalahan dan lupa dalam shalat, dan juga sebagai pengganti atau cadangan Imam apabila Imam batal di saat melakukan shalat berjamaah. Dan Bilal ini juga diterapkan dalam Shalat Fardhu lima waktu, terkecuali pada saat shalat shubuh. Ketiga, Menyusun Jadwal Kegiatan pada Bulan Ramadhan, baik dalam pelaksanaan shalat tarawih dan witir setiap harinya selama Ramadhan, menyelenggarakan tadarus al-qur’an per juz saat ba’da ashar, peringatan Nuzulul Qur’an pada malam 17 ramadhan, buka puasa bersama dan ta’jil selama sebulan penuh, dan juga membagikannya pada seluruh masjid-masjid yang ada di sekitar pasar tanah abang blok A, sesuai dengan saran Bpk.H. Djan Faridz, selaku Pembina dari Masjid Blok A Tanah Abang. Dan Kultum setiap ba’da Dzuhur dari berbagai penceramah serta menerima dan menyalurkan zakat, infaq, dan shadaqah ZIS yang termasuk zakat fitrah juga. Dalam hal ini, Masjid bekerjasama dengan Dompet Dhuafa dan Badan Wakaf Al-Qur’an yang juga membuka stand pada sepuluh hari terakhir di area masjid untuk memudahkan para muzakki dalam menyerahkan zakatnya. serta santunan bagi anak-anak yatim piatu yang diselenggarakan pihak masjid dan juga dibantu oleh pengelola Gedung Pasar Tanah Abang Blok A. Keempat, pelaksanaan shalat hari raya Idul Adha, dalam hal penentuan tempat yang mau dipakai, Imam dan Khatib. Pengurus Masjid Tanah Blok A Tanah Abang ini cukup selektif dalam memilih Khatib dan Penceramah di setiap kegiatan dakwahnya. Yang tentunya mempunyai kemampuan dan kualitas keilmuan yang tidak diragukan lagi oleh kebanyakan orang, seperti dari kalangan Kyai, Para Habaib, dan juga Ulama atau Ustadz yang terkenal. Dengan harapan dapat menarik antusias para jamaah masjid. Kelima, pelaksanaan penyembelihan hewan qurban yang diatur dengan baik, mulai dari petugas pelaksanaannya hingga penyalurannya secara adil dan merata. Dalam hal ini, Masjid Blok A sendiri, kurang lebih sekitar 15 Sapi dan beberapa Kambing disembelih di area masjid yang kemudian daging kurban langsung dibagikan kepada karyawan gedung pasar, pengurus masjid sendiri sebagai amil serta dibagikan juga ke masjid-masjid sekitar tanah abang. Dan pihak Masjid juga memberikan hewan qurban kepada masjid-masjid luar yang berada di sekitar tanah abang untuk disembelih sendiri oleh pihak masjid luar. Keenam, pelaksanaan Tabligh Akbar dalam Peringatan Hari Besar Islam PHBI, diantaranya adalah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra Mi’raj, Nisfu Sya’ban, Nuzulul Qur’an, Idul Fitri, Idul Adha dan Tahun Baru Islam 1 Muharram. Dalam setiap kegiatan dakwahnya, pengurus masjid sangat memperhatikan dan mendengar kemauan jamaah masjid yaitu yang meminta agar pengisi ceramah, baik itu di pengajian rutin setiap minggunya, ataupun acara PHBI, serta Khatib Jum’at agar didatangkan Kyai atau Ulama yang mempunyai gaya berdakwah yang mudah dimengerti dan juga komunikatif agar jamaah tidak cepat jenuh dalam mengikuti setiap kegiatan masjid. Dan hal ini, sangat direspon baik oleh pengurus masjid yang selalu mendatangkan pengisi acara yang berkompeten di bidangnya, dan juga tentunya yang komunikatif, humoris, dan tidak kaku agar jamaah tidak jenuh dan antusias dalam mengikuti setiap menitnya acara masjid. Ketujuh, Masjid Blok A Tanah Abang ini juga mengadakan Pengajian Umum yang diadakan setiap hari senin ba’da dzuhur, pada minggu pertama dan ketiga bertemakan tentang Ekonomi Islam yang dibawakan oleh Habib Muhammad Rizieq Shihab, dan pada minggu kedua bertemakan tentang Tafsir Fi Zilaalil Qur’an yang dibawakan oleh Ustadz Husein Hamid Alatas, dan pada minggu keempatnya yaitu bertemakan tentang Sejarah dan Wawasan Islam yang dibawakan oleh Ustadz Fikri Thoriq, Serta Pengajian Tahsin dan Tahfizul Qur’an yang dibawakan oleh Syekh Ali Al Jabir dari Madinah yang dilakukan setiap ba’da ashar, akan tetapi pengajian ini hanya dilakukan per Gelombang saja tergantung kondisional dan juga kondisi waktu dari Syekh Ali Al Jabir selaku pengajar. Masjid Blok A juga menyelenggarakan pengajian ta’lim mingguan setiap malam jumat ba’da maghrib yaitu pembacaan Yassin dan Ratib Al Athos pembacaan pujian-pujian bagi Baginda Nabi Muhammad SAW serta riwayat hidupnya. Kedelapan, Masjid Blok A juga mengadakan Pengajian TPA untuk anak-anak dan juga Tahlil bersama Anak Yatim yang dilakukan pada hari senin sampai kamis setiap ba’da ashar yang kurang lebih mempunyai murid sekitar 40 anak. dan kebanyakan muridnya berasal dari anak-anak kuli panggul porter pasar tanah abang blok A, dan juga orang yang kurang mampu di sekitar tanah abang. Pengajian TPA ini langsung diajarkan oleh Ustadz-Ustadz Masjid Blok A sendiri. Dan Pengajian ini Gratis diadakan oleh pengurus Masjid demi mencerdaskan anak bangsa dalam membaca Al-Qur’an. Dari uraian yang telah disebutkan, bahwasanya aktivitas dakwah yang dilakukan oleh Masjid Blok A Tanah Abang tidak saja yang bersifat ritual semata, misalnya shalat lima waktu, shalat jumat, dan sebagainya. Akan tetapi, masjid ini juga dapat dipergunakan untuk meningkatkan aktivitas keagamaan khususnya untuk para pedagang dan pengunjung pada umumnya, misalnya adanya kajian tentang ekonomi islam yang mana ini sangat cocok dengan para pedagang di Tanah Abang agar terhindar dari perdagangan yang diharamkan dalam islam. Hal ini juga dalam rangka mengembangkan fungsi masjid yang tak terlepas dari sebuah struktur organisasi yang patut untuk memperhatikan saran-saran baik dari para pengurus, maupun pedagang atau pengunjung jamaah masjid guna meningkatkan kualitas pelayanan dan kenyamanan dalam beribadah. 2. Bidang Kesra dan Sosial Masjid Pasar Tanah Abang Blok A menjalankan beberapa pokok kegiatan, seperti : a Pada Saat Idul Fitri, pelaksanaan wajib zakat fitrah bagi kaum muslim, yang dikumpulkan kemudian disalurkan kepada mustahik zakat. Dengan cara membuka stand di masjid dan mempublikasikan dengan cara menyebarkan brosur dan spanduk serta melalui pengumuman pada waktu shalat jum’at dan lain sebagainya. Sedangkan pelaksanaan Idul Adha, yaitu Qurban, Masjid menerima dan menyalurkan hewan kurban. Mekanisme pengumpulan sama seperti pengumpulan zakat pada bulan Ramadhan. b Begitu pula halnya pada saat Idul Fitri dan Idul Adha, kegiatan diatas berjalan seperti biasanya, seperti zakat fitrah dan pembagian daging kurban, masjid pasar tanah abang blok A dalam hal pendistribusian bekerjasama c Untuk Kepedulian sosial, Masjid mengumpulkan dan menyalurkan bantuan kepada yang terkena musibah dan bencana alam. Dan pengumpulan dana dilakukan dengan cara mengumumkan kepada jama’ah melalui masjid dan kotak-kotak yang disediakan disekitar masjid dan gedung pasar tanah abang blok A. yang kemudian setelah dana terkumpul akan langsung diberikan kepada korban-korban bencana alam, seperti Gempa di Jogja, Sumatra Barat, Sukabumi, dan korban bencana alam lainnya. 2 Dengan adanya kegiatan sosial yang dilaksanakan oleh Masjid Tanah Abang Blok A,misalnya pengelolaan zakat fitrah, infaq dan sedekah, santunan anak yatim piatu, pembagian hewan qurban, dan bantuan bagi korban bencana alam. Dengan demikian, ini menunjukkan bahwa Masjid Tanah Abang Blok A mampu mengubah keadaan masyarakat ke arah yang lebih baik yaitu melalui pengurusan zakat, infaq dan sedekah serta pembagian hewan qurban serta santunan anak yatim piatu tersebut yang disalurkan kepada yang benar-benar membutuhkan dan berhak dibantu. 2 Ust. Dhomiri, Bid. Kesra dan Sosial, Wawancara Pribadi, Jakarta: 19 Februari 2010 3. Bidang Pembangunan Dalam bidang ini yang dimaksudkan adalah inventaris masjid dibagi pada beberapa bagian diantaranya: a Mengawasi seluruh sarana atau inventaris masjid. b Mengawasi dan merawat kebersihan seluruh fisik masjid dan lingkungannya. c Mengatur dan mengawasi jadwal petugas harian kebersihan. d Melaporkan kegiatan dan kebersihan rumah tangga masjid 3 2 Aplikasi pada Bidang Kepengurusan Masjid yang tidak memperlihatkan kemakmuran sebagaimana mestinya adalah karena kepengurusan masjid yang kurang handal, baik dari segi kepribadian wawasan keislaman, kemampuan kerja ataupun kemampuan managerial sebagai pengurus masjid. Oleh karena itu, beberapa sisi kepengurusan masjid perlu kita lihat bersama yang selanjutnya kita kembangkan perwujudannya agar masjid dapat dimakmurkan dengan baik. Perbaikan yang paling mendasar dalam organisasi masjid atau mushollah adalah dengan menetapkan spesialisasi peran. Katakanlah dengan menentukan seseorang sebagai Imam shalat yang bertanggung jawab penuh sebagai Imam Shalat. Langkah ini akan bergerak cukup maju dengan penetapan seseorang sebagai khatib, dan individu yang lain lagi 3 Ust. Lutfi, Bid. Pembangunan. Wawancara Pribadi, Jakarta: 19 Februari 2010 sebagai muadzin. Sistem pengurusan yang sederhana itu merupakan cikal bakal yang baik untuk membentuk sebuah badan pengurus masjid yang baik dan handal. Organisasi sederhana itu bisa saja disebut dengan, misalnya Badan Kesejahteraan Masjid atau Badan Kesejahteraan Mushollah. Hadirnya kelembagaan yang definitif itu setidaknya menepis anggapan bahwa masjid atau mushollah hanya dipergunakan untuk ibadah jum’at. Alangkan baiknya apabila di dalam badan pengurus itu diikutsertakan pula tenaga-tenaga guru setempat. Mereka, disamping dapat menangani perkara-perkara administrasi, juga dapat membantu bidang pendidikan sebagai penceramah atau pengajar. Dalam menjalankan roda organisasi dan administrasi masjid, diperlukan kejelasan tugas dan tanggung jawab pengurus masjid, rencana kerja masjid, dan pembagian tugas di antara anggota pengurus masjid. 1. Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus Masjid 4 Menjadi pengurus masjid bukanlah pekerjaan yang ringan, tugas dan tanggung jawabnya cukup berat. Pengurus memperoleh gaji dan imbalan yang memadai, harus pula rela mengorbankan waktu dan tenaganya. Sebagai orang yang dipilih dan dipercaya oleh jamaah, pengurus masjid diharapkan dapat menunaikan tugasnya dengan baik, serta bertanggung jawab. Tidak berlebihan dan sebaiknya pribadi yang memiliki jiwa pengabdian dan ikhlas. 4 Moh. E. Ayyub, dkk, Manajemen Masjid, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, Cet.Ke-1, h. 42 Tugas dan tanggung jawab itu antara lain: a Memelihara Masjid Masjid sebagai tempat ibadah menghadap Allah perlu dipelihara dengan baik, bangunan dan ruangannya dirawat agar tidak kotor dan rusak. Perlengkapan masjid seperti pengeras suara, karpet, mimbar, kotak amal, juga dipelihara agar awet dan dapat dipakai selama mungkin. Mengawasi seluruh sarana atau inventaris masjid, mengawasi kebersihan seluruh fisik masjid dan lingkungannya, mengatur jadwal petugas kebersihan, melaporkan kegiatan dan kebersihan rumah tangga masjid. Dengan pelaksanaan tempat ibadah yang sesuai, masjid yang bersih akan menjadikan suasana ibadah yang tenang dan khusyu. Tapi apabila masjid dalam keadaan berantakan, kotor dan berbau tidak sedap tentu akan mengganggu ketenangan dalam beribadah. Dan juga masjid yang kotor dan kurang terawat tentu akan merusak citra masjid itu sendiri sebagai tempat suci dan tempat ibadah. b Mengatur Kegiatan Segala kegiatan yang dilaksanakan di masjid menjadi tugas dan tanggung jawab pengurus masjid untuk mengaturnya. Baik kegiatan ibadah rutin maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Pengurus harus memahami arti dan cara menyusun program atau rencana kegiatan, sebelum sampai pada tahap pelaksanaan, program yang disusun itu adalah untuk memenuhi kepentingan tujuan. Pengurus juga telah melakukan berbagai kegiatan, sebagai berikut: 1 Pengaturan jadwal khatib, muadzin, dan bilal jum’at 2 Pengaturan jadwal ta’lim mingguan dan bulanan 3 Pengaturan jadwal Imam rawatib dan muadzin harian 4 Mengagendakan acara peringatan hari besar Islam 5 Melaporkan kegiatan dakwah dan peribadatan 6 Membuat dan melaporkan Keuangan Masjid 7 Pengaturan jadwal Kebersihan Masjid 8 Memelihara Arsip dan Dokumentasi Masjid 5 Dengan adanya perencanaan, kegiatan masjid lebih dapat berjalan dengan teratur dan terarah. Dalam mengatur dan melaksanakan kegiatan masjid, kejelian pengurus membaca kondisi dan kebutuhan jamaah yang kebanyakan terdiri dari orang-orang yang awam, maka materi pengajian yang disampaikan pun sebaiknya dipilihkan yang sesuai dengan kondisi mad’u dan kebutuhan kalangan awam. 6 2. Rencana Kerja Pengurus Masjid Blok A Rencana kerja pengurus masjid disesuaikan dengan kemampuan pelaksana dan keadaan atau kebutuhan lokal. Setiap rencana yang akan dilaksanakan 5 Agil Alatas, Manager Operasional Masjid, Wawancara Pribadi, Jakarta: 19 Februari 2010 6 Moh.E. Ayub, Manajemen Masjid, h. 3 dibuat berdasarkan musyawarah, seperti kegiatan ibadah shalat fardhu, shalat jumat, pengajian ta’lim atau tabligh akbar, bakti sosial, penerimaan zakat, infaq, dan shadaqah dari warga, pelaksanaan kegiatan bulan suci ramadhan, peringatan hari besar islam, dan kegiatan dalam bidang lainnya. dan semuanya ini sangat membutuhkan rencana kerja pengurus masjid. Dalam hal ini, pengurus masjid blok A, juga telah menyusun rencana kerja yang ditulis dalam pencatatan jadwal kegiatan kerja pengurus masjid. 3 Aplikasi Pada Bidang Fisik dan Sarana Masjid Masjid sebagai tempat ibadah harus memiliki berbagai fasilitas yang bermanfaat bagi jamaah dan masyarakat sekitarnya. Fasilitas masjid berguna pertama-tama untuk keperluan beribadah menghadap Allah SWT, tapi tidak tertutup kemungkinan digunakan untuk kepentingan lain. Baik kegiatan yang diadakan di dalam masjid maupun yang dilaksanakan di luar untuk keperluan masyarakat. Jamaah dan Masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas ini untuk kepentingan tertentu. Fasilitas masjid yang didayagunakan dengan baik akan menjadikannya berfungsi sosial dan dakwah disamping dapat pula mendatangkan income pendapatan bagi kas masjid. Fasilitas tersebut itu berupa: Aula, pengeras suara, halaman, karpet, podium, dan sarana penyelenggaraan jenazah. Namun, pendayagunaan fasilitas ini perlu digariskan dengan peraturan yang jelas, agar tidak disalahgunakan dan difungsikan dengan benar. Tujuan penggunaan fasilitas masjid harus jelas dan pasti. Tanpa jaminan semacam itu, bisa saja timbul penyimpangan dan penyelewengan. Tujuan paling utama pemanfaatan semua fasilitas masjid mesti tetap di dalam jalur kepentingan dakwah. Mengingat pendayagunaan fasilitas masjid ini dapat menambah income kas masjid, pengurus masjid perlu menentukan tarif. Namun, karena jamaah atau masyarakat memanfaatkan untuk tujuan dakwah, tarif yang diterapkan hendaknya cukup murah dan terjangakau oleh semua kalangan. Hal ini akan menarik khalayak yang memerluakn dan tidak menganggapnya sebagai usaha sewa menyewa komersial. Bila perlu, serahkan saja penentuan tarif tersebut kepada pihak pemakai, dan mereka secara sadar memberikan amal infak sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan mereka. 7 Masjid yang ideal dari sisi peran dan fungsinya dengan segala program yang hendak dilaksanakan, harus teraplikasi dalam bentuk bangunannya. Program yang banyak dan bervariasi, kepengurusan yang solid, dan jamaah yang aktif menuntut tersedianya sarana aktivitas di dalam masjid yang memadai. Bila secara fisik tidak memadai, amat sulit bagi pengurus dan jamaah masjid untuk bisa mewujudkan masjid yang ideal. Namun seminim apapun fasilitas fisik yang dimiliki oleh sebuah masjid, pengembangan aktivitas tetap harus dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisinya. 7 Moh.E. Ayub, Manajemen Masjid, h. 161-162 a Kebebasan Arsitektur Dalam membangun dan mengembangkan fisik masjid, yang harus diperhatikan dalam kaitan arsitekturnya adalah kesesuaian dengan fungsi dan tujuan masjid itu sendiri. Sementara arsitektur yang menyangkut bentuk dan model bangunan bisa saja disesuaikan dengan kultur dan budaya setempat atau mungkin juga berkembang mengikuti arsitektur modern. Meskipun demikian, niali-nilai islam tetap harus menjiwai setiap bangunan yang dibangun oleh seorang muslim, inilah kesimpulan pendapat Drs. Miftah Faridh dalam bukunya “Masjid” yang diterbitkan oleh pustaka Bandung. 8 Di Negara Indonesia yang kini jumlah masjid dan mushollahnya telah mencapai 600.000 buah, model-model arsitekturnya bermcam-macam, ada yang kubah-kubahnya berbentuk bulat dengan gaya Timur Tengah, tapi ada pula yang berbentuk joglo dengan gaya jawa dan berbagai bentuk khas kedaerahan lainnya. Karena itu, Miftah Faridh merasa perlu menyebutkan criteria bangunan masjid. Menurutnya: “ Bangunan masjid yang ideal adalah masjid yang bentuk dan arsitekturnya dapat menyentuh rasa yang dalam dari setiap jamaahnya untuk memperoleh kedamaian, ketentraman rohaniah dan kepuasan batin dalam menhadapi Dzat yang Maha Kuasa. Dengan demikian, setiap orang yang berada di dalam masjid dapat merasakan keheningan dan keredupan suasana sehingga hal itu menumbuhkan rasa cinta kepada Sang Khaliq. Bahkan bentuk bangunan sebuah masjid yang ideal hendaknya dapat memberikan daya tarik kaum 8 Ahmad Yani, Menuju Masjid Ideal, Jakarta: LP2SI Haramain, 2001, Cet.ke-1, h. 47 muslimin untuk senantiasa mengunjunginya dan berada di dalamnya untuk beribadah. Dengan demikian, arsitektur masjid bisa kita sesuaikan dengan tradisi kedaerahan, khas sebuah Negara maupun perkembangan zaman, namun semua itu harus berpijak pada fungsi dan aplikasi program kegiatannya. Masjid yang diberi nama sesuai dengan nama tempat perniagaan ini memiliki nilai-nilai arsitektur yang sangat indah. Gaya Eropa ala Alhambra di Cordoba, Spanyol, begitu kental mewarnai bangunan masjid ini. Ia dipadukan dengan gaya Islam klasik yang bersentuhan dengan budaya dari Dinasti Umayyah saat mendirikan Mozqueta Grande Cordoba atau Alhambra itu. Pilar-pilar hingga dinding- dindingnya dipadati dengan aneka gaya bangunan dan ukiran terindah dari abad ke-16 Masehi itu. Saat menapaki masjid Blok A Tanah Abang pertama kali, pandangan mata langsung tertuju pada lorong-lorong masjid yang dilengkapi tembok dengan pilar berukir warna putih dan merah. Hal ini mengingatkan pada Istana Alhambra di Cordoba. Ornamen kaca serta kaligrafi hasil sentuhan arsitektur asal Maroko terlihat sangat indah dan menawan. Dan di dalamnya terdapat Perpaduan warna tembok dan hamparan karpet permadani di atas lantainya semakin memperindah ruangan ibadah masjid. Tentu, belum cukup dengan semua keindahan dan keelokan dari bangunan Masjid Cordoba yang ada di Spanyol itu. Masjid Blok A Pasar Tanah Abang ini juga mengadopsi arsitektur Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Inilah akulturasi arsitektur Islam klasik dengan gaya Eropa dan dua masjid kebanggaan umat Islam di seluruh dunia, Masjid al-Haram dan Nabawi. Masjid yang mampu menampung sekitar 3000 jamaah itu, juga sangat terasa dengan nuansa Timur Tengah. Begitu pengunjung atau jamaah memasuki masjid yang full AC ini, puluhan pohon palem siap menyambutnya. Saat pertama kali masjid didirikan, ada 16 pohon kurma mini yang didatangkan khusus dari Arab Saudi. Sayangnya, karena akarnya semakin membesar dan terasa mengganggu akan keberadaan masjid, akhirnya pohon terpaksa kita cabut. Pengurus lalu menggantinya dengan pohon palem. Selanjutnya, ketika mendekati tempat imam masjid, terlihat sebuah mimbar kokoh yang dibuat menyerupai Mimbar Masjid Nabawi. Namun, ukurannya lebih diperbesar, sekitar empat meter persegi dan menjulang tinggi ke atas. Mimbar yang terbuat dari kayu jati itu memiliki tujuh anak tangga. Maka, khatib pun akan terlihat gagah Saat memberikan ceramah setiap shalat Jumat. Sementara itu, pada bagian belakang, terdapat dua buah tangga yang terletak di sebelah kiri dan kanan untuk menggapai lantai dua, tempat ibadah khusus perempuan. Tersedia mukena bagi mereka yang ingin mengerjakan shalat. Selain itu, deretan kran-kran yang mengalirkan deras air untuk berwudhu menjadikan nilai plus bagi masjid tersebut. Dengan banyak dan derasnya air yang mengalir dari kran-kran itu, para jamaah tidak harus lama-lama antri untuk berwudhu. Masjid ini didominasi warna hijau cerah dan warna cokelat muda. Perpaduan warna bangunan masjid ini sengaja dipakai untuk menyiratkan kesan teduh, nyaman, dan tenteram serta warna hijau cerah ini juga sebagai Ciri Khas dari Gedung Pasar Tanah Abang Blok A. Kembali menuruni anak tangga, setelah melewati pintu keluar, akan terlihat ruang wudhu bergaya modern minimalis yang dibalut keramik putih. Terdapat enam wastafel dan kaca dalam ruang wudhu. Agar tertib, pengelola masjid membuat dua buah ruang khusus untuk berwudhu, laki-laki dan perempuan secara terpisah. Masjid ini juga memiliki ruang sekretariat dan ruang tunggu tamu VIP. Al- Qur’an juga tersedia di setiap sudut ruangan masjid. Bagi Jamaah yang malas menemani istrinya berbelanja dapat menunggu di masjid sambil membaca Al-qur’an ataupun mengikuti kajian yang diadakan Pengurus Masjid. Sementara itu, pada bagian luar, pengelola melengkapinya dengan bangunan penitipan barang dan sepatu. Sehingga, mereka yang beribadah di masjid tak perlu khawatir akan kehilangan atau tertukar alas kakinya. 9 b Ruang-ruang Masjid Sebagaimana ysng diketahui, masjid merupakan pusat pembinaan umat, dalam konteks keumatan yang semakin komplek sekarang ini. Bangunan fisik masjid harus dilengkapi dengan ruangan lain dalam arti ruangan yang tidak sekedar untuk tempat shalat yang kemudian dikenal dengan istilah ruang peribadatan dan tempat wudhu, tapi juga ruangan yang menggambarkan fungsi masjid sebagai pusat pembinaan umat islam, dan umat itu sendiri tidak hanya 9 Agil Alatas, Manager Operasional Masjid, Wawancara Pribadi, Jakarta: 12 Februari 2010 yang berusia remaja atau dewasa yang dapat ditampung aktivitasnya bagi umat, tapi juga kanak-kanak, anak-anak, pria, wanita, yang berpendidikan tinggi atau rendah dan sebagainya. Kesemua itu harus mendapat tempat untuk melaksanakan pembinaan diri di masjid dan inilah yang dimaksud dengan berbagai fasilitas fisik masjid yang harua ada pada masjid-masjid. 10 Karena itu, ada sejumlah ruangan yang perlu ada pada masjid-masjid modern guna menghadapi tantangan dan perkembangan hidup pada masa sekarang dan masa yang akan datang 1. Ruang Peribadatan Ruang Peribadatan adalah ruang yang disediakan khusus untuk melaksanakan peribadatan seperti shalat, dengan tikar atau karpet yang bersih, diberi tanda shaf barisan shalat dengan garis, podium atau mimbar yang enak bagi khatib, mihrab imam yang luas dan nyaman, ruang pengaturan sound system pengeras suara yang terletak di sisi mihrab dan ruang istirahat untuk khatib dan imam yang juga biasanya terletak di sisi mihrab. Disamping itu, ruang peribadatan juga harus dilengkapi dengan ventilasi udara yang cukup agar sirkulasi udara menjadi lancer, kpas angina, penerangan yang memadai, tempat menyimpan Al-Qur’an yang cukup, beberapa buah jam dinding yang bisa dilihat oleh jamaah dan khatib penceramah, dan juga kotak amal yang baik , dan sebagainya. Dalam Masjid Blok A ini mempunyai Ruang Ibadah yang luas dan nyaman yang beralaskan karpet turki dan ruang shalat yang diberikan AC sehingga para 10 Ahmad Yani, Menuju Masjid Ideal, h. 49 jamaah masjid tidak perlu khawatir akan rasa panas sehingga membuat ibadah menjadi nyaman dan khusyu. 2. Ruang Wudhu dan MCK Sudah jelas bahwa masjid mutlak harus menyediakan tempat wudhu yang bersih untuk pria dan wanita yang tertutup, karena memang hal ini menyangkut aurat jamaah yang harus tertutup khususnya bagi wanita. Karena memeang hal ini menyangkut aurat jamah yang harus tertutup. Hingga kini masih banyak masjid yang belum memisahkan tempat wudhu khusus antara pria dan wanita. Dan yang sedikit memprihatinkan lagi adalah belum tersedianya secara baik tempat MCK Mandi, Cuci, Kakus yang seharusnya ada. Jamaah wanita, yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan jamaah pria, perlu mendapat pelayanan khusus dari pengurus masjid. Pelayanan khusus ini antara lain berupa adanya kamar kecil khusus, tempat ganti pakaian yang khusus. Dan yang terakhir ini sangatlah diperlukan oleh jamaah wanita, terutama untuk mengganti pakaian atau memakai mukena sebelum shalat. Ruang Wudhu dan MCK yang ada pada Masjid Blok A ini sangatlah baik dan bersih, serta luas sehingga tidak membuat antri para jamaah masjid yang ingin berwudhu. Disediakan juga wastafel dan kaca untuk menambah kenyamanan jamaah masjid serta kamar mandi yang terawat kebersihannya. 3. Ruang Khusus di Samping Mihrab Mihrab senantiasa ada pada setiap masjid. Mihrab digunakan sebagai tempat imam memimpin shalat dan tempat khatib berdiri menyampaikan khutbahnya. Sebelum shalat berjamaah dilaksanakan, khususnya shalat jum’at, biasanya imam atau khatib sudah berada di tempat ini. Mereka sudah bersiap-siap duduk di temapt tugasnya tersebut. Ada saatnya, Imam atau Khatib datang terlambat. Mereka tidak patut melangkahi para jamaah. Sesuai Sabda Rasulullah SAW yang artinya: “ Seorang Laki-laki datang melangkahi kuduk-kuduk orang pada hari jum’at ketika Nabi sedang Berkhutbah, maka Nabi Saw berkata, Duduklah engkau, sesungguhnya engkau telah menyakiti dan telah terlambat ”. HR. Abu Daud, An Nasaiy Di dekat Mihrab perlu disediakan ruangan khusus. Imam atau Khatib yang terlambat dapat masuk lewat ruangan ini. Selain itu, bagi Khatib yang ingin melaksanakan sunnah Rasul, memasuki masjid langsung berdiri di atas Mimbar dan mengucapkan salam kepada para jamaah menjadi tidak terhalang dengan adanya ruangan ini. Ruang ini juga bermanfaat untuk mempersiapkan diri, baik bahan khutbah maupun kerapihan berpakaian seorang Khatib atau Imam. 11 Ruangan khusus ini letaknya bisa disamping kiri atau kanan mihrab masjid. Ruangan khusus ini dibangun dengan memanfaatkan tanah kososng yang ada di tempat itu. Mihrab memang tidak nampak dari luar, tetapi terlihat jelas dari dalam 11 Moh. E. Ayyub, dkk, Manajemen Masjid, h. 180 masjid. Ia bisa dibangun bersamaan mihrab, atau disusul belakangan jika mihrab sudah lebih dulu ada. Luas ruangan khusus ini disesuaikan dengan keperluan, keadaan tanah, dan kemampuan keuangan masjid. Bagi masjid-masjid besar, tempat ruangan ini cukup luas. Bagi masjid yang berukuran kecil, ruangan khusus ini tidak terlalu luas, yang penting ruangan itu ada dan dapat berfungsi. 4. Ruang Sekretariat Kegiatan administrasi dan segala hal yang terkait dengan pengelolaan masjid tentu saja amat memerlukan ruangan. Di Masjid, ruangan ini biasanya disebut dengan sekretariat atau kantor masjid. Ruang sekretariat tentu saja harus dilengkapi dengan sarana yang utama, misalnya mesin ketik atau computer, beberapa meja tulis dan kursinya, lemari untuk menyimpan arsip, dokumen dan perlengkapan masjid, meja dan kursi tamu, jam dinding, papan tulis putih white board untuk menulis informasi, dan sebagainya. Sekarang ini banyak masjid yang tidak mempunyai ruang sekretariat atau punya sekretariat tapi kurang memadai atau ada juga yang sudah memilikinya dengan baik tapi tidak difungsikan sebagaimana mestinya sehingga mekanisme kerja kepengurusan dan pengaturan administrasi masjid tidak berlangsung secara baik. Akan tetapi pada Masjid Blok A ini sudah mempunyai ruang skretariat yang nyaman yang biasa dipakai untuk membuat segala kegiatan yang bersifat administratif masjid. 5. Ruang Konsultasi Setelah mendapatkan gambaran keislaman yang baik dan bagaimana seharusnya seorang muslim yang ideal, terasa betul nantinya kalau jamaah kita itu menghadapi banyak persoalan, ada problematika pribadi dan keluarga yang mereka hadapi. Karena itu pengurus masjid berkewajiban untuk membantu jamaahnya mengatasi dan memecahkan persoalan, misalnya dengan membuka kesempatan kepada jamaah untuk berkonsultasi guna mengatasi persoalan yang dihadapi, bahkan kalau melihat atau mengamati dan mendapat informasi bahwa jamaahnya memiliki persoalan, pengurus masjid yang baik akan secara aktif memecahkan persoalan jamaahnya itu. Oleh karena itu, di masjid sebaiknya disediakan tempat untuk berkonsultasi bagi jamaah masjid sehingga dengan tempat yang baik, jamaah mau berkonsultasi terhadap masalah yang harus dipecahkannya sehingga dapat dihindarkan dari terjadinya jamaah yang mengalami penurunan imam karena menhadapi banyak masalah. Diperlukannya ruangan khusus ini karena dalam mengutarakan masalah dan memecahkannya memang harus di ruang tertutup agar tidak didengar orang lain, apalagi kalau masalah yang diceritakan itu merupakan sesuatu yang bersifat keaiban pribadi atau keluarga yang tentunya tidaklah pantas diketahui oleh orang lain yang tidak berkepentingan. Masjid Blok A ini mempunyai Ruang Tamu VIP yang biasa digunakan untuk menerima tamu yang bisa juga untuk ruang konsultasi bagi para jamaah masjid. 6. Ruang Penginapan Pada Zaman Rasulullah, Masjid juga berfungsi sebagai tempat beristirahat bagi para musafir. Bagi mereka yang datang kemaleman atau hendak melepas lelah karena berjalan jauh disediakan tempat menginap dan tempat istirahat. Tetapi jangan di identikkan masjid dengan losmen atau hotel. Fungsi semacam itu tetap berjalan sampai sekarang. Biasanya sehabis shalat Dzuhur, karena letihnya bekerja pada siang hari, jamaah beristirahat dan tidur-tiduran yang kadang-kadang sampai tertidur. Atau para remaja dan pemuda masjid yang sangat aktif sampai- sampai tertidur di masjid. Demikian pula pada waktu Bulan Ramadhan, terlebih- lebih pada 10 hari terakhir, saat menyambut malam lailatul qadar. Ruangan Penginapan juga perlu dimiliki oleh masjid, baik untuk menampung tamu-tamu jauh yang perlu bermalam disitu, juga untuk Imam Rawatib, Marbot atau petugas-petugas masjid yang dituntut banyak waktunya di masjid. Oleh karena itu, Masjid Blok A juga menyediakan ruang penginapan yang diperuntukkan untuk Imam rawatib dan marbot masjid. 7. Gudang Setiap masjid tentunya memiliki barang-barang inventaris. Barang-barang ini ada yang dipergunakan secara tetap dan ada yang dipergunakan sewaktu-waktu. Yang digunakan secara tetap tentu tidak akan dipindah-pindahkan tempatnya. Sedangkan barang yang dipergunakan sewaktu-waktu memerlukan tempat penyimpanan. Sebuah gudang di masjid dapat berfungsi untuk menyimpan, memelihara, dan menjaga keamanan barang dari kemungkinan rusak dan pencurian. Ada banyak barang-barang atau inventaris masjid yang penggunaannya hanya pada waktu-waktu tertentu seperti Karpet yang digelar di bagian luar masjid atau di sekitar pelataran masjid dan juga Kotak Amal yang hanya digunakan pada hari Jum’at. Selama tidak digunakan, maka barang-barang itu semestinya disimpan di tempat khusus yang kemudian disebut dengan gudang. Oleh karena itu, masjid-masjid haruslah memiliki gudang tempat penyimpanan barang yang tidak terpakai secara rutin. Apabila masjid tidak memiliki gudang secara khusus, sementara tempat yang berfungsi sebagai gudang amatlah diperlukan, maka banyak masjid yang menjadikan mihrab atau mimbar menjadi tempat seperti gudang, padahal tempat ini semestinya harus selalu dalam keadaan yang terjaga kenyamanan dan kebersihannya. Masjid Blok A juga mempunyai Gudang yang berguna untuk menyimpan segala inventaris masjid yaitu berupa karpet. pengeras suara, kotak amal, dan sebagainya.\ 8. Tempat Penitipan Sepatu dan Sandal Jamaah yang datang ke masjid untuk beribadah perlu mendapatkan pelayanan dari pengurus masjid. Mereka membutuhkan kekhusyukan dalam melaksanakan ibadah, mereka juga memerlukan keselamatan dan keamanan diri dan harta bendanya. Mereka datang ke masjid memakai sepatu atau sandal, dengan harapan sepatu atau sandalnya selamat dan aman dari hal-hal yang tidak diinginkannya. Di Masjid ataupun Musholla seringkali terjadi jamaah yang tertukar bahkan hilang sepatu dan sandalnya sehingga hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat enggan untuk shalat di masjid, atau shalat di masjid tapi tidak memperoleh ketenangan karena khawatir kalau sepatu dan sandalnya hilang. Oleh karena itu, Masjid Blok A menyediakan tempat penitipan sandal, sepatu dan juga barang bawaan jamaah guna memberikan pelayanan yang terbaik kepada jamaah dan menghindari terjadinya kehilangan dan pencurian. 9. Halaman dan Parkir Idealnya masjid-masjid memiliki halaman yang cukup luas dan asri. Adanya halaman ini tidak hanya membuat masjid bertambah indah dan asri saat dipandang, tapi juga bila daya tampung jamaah tidak memadai di dalam masjid, maka halaman yang bersih, indah, dan asri itu bisa menjadi laternatif. Halaman ini juga bisa digunakan untuk melaksanakan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha yang memang sebaiknya dilakukan di tanah lapang, disamping itu halaman yang luas juga bisa menjadi sarana bermain dan rekreasi bagi jamaah, khususnya anak-anak sehingga mereka menjadi betah di areal sekitar masjid. Disamping itu, Halaman Parkir kendaraan yang luas juga diperlukan sehingga apabila jamaah membawa kendaraan ke masjid mudah menempatkan parkirnya, dan kenyamanannya lebih terjamin. Pada Masjid Blok A ini, mempunyai halaman yang cukup luas yang terdiri dari lorong-lorong masjid yang biasa buat sekedar duduk santai para jamaah masjid, sedangkan tempat parkirnya tersedia banyak yang mencapai 14 lantai yang jadi satu dengan gedung pasar tanah abang blok A, karena memang sebagian besar jamaah masjid blok A berasal dari pedagang yang berjualan di sekitar pasar tanah abang. 4 Sikap dan Perhatian Pengurus Masjid Sikap dan perhatian pengurus masjid disini termasuk dari pada manajemen masjid yang disebut dengan Ri’ayah yang berarti perhatian. Pengurus masjid yang dimaksud adalah mereka yang menerima amanah dari jamaah untuk mengelola masjid dengan baik dan benar serta memakmurkannya. Mereka juga adalah orang-orang yang mempunyai kelebihan pemahaman keagamaannya serta berakhlak mulia. Pengurus masjid menyatu dengan jamaahnya. Mereka senantiasa berhubungan secara akrab dan bekerjasama secara terpadu dalam seluruh pelaksanaan kegiatan masjid. Pengurus menjaga sikap baiknya ketika memberikan pelayanan ataupun ketika bertukaran pikiran dan bermusyawarah dengan jamaahnya. Modal kepribadian seperti inilah yang memudahkan keberhasilan pelaksanaan tugas- tugas mereka, karena mereka mendapat dukungan dan peran serta jamaah. Terhadap jamaahnya, pengurus masjid hendaknya mampu mempunyai sikap seperti ini: a Keterbukaan Sikap keterbukaan merupakan sikap yang sangat diperlukan oleh setiap pengurus masjid. Faktor keterbukaan akan berpengaruh pada kinerja pengurus masjid yaitu pada sisi program-program yang ditawarkan kepada jamaah dan juga dalam sirkulasi keuangan, hal ini dapat diharapkan adanya rasa percaya yang timbul dari jamaah yang juga secara tidak langsung jamaah dapat memantau kepengurusan masjid itu sendiri. Hasil temuan penulis, pengurus Masjid Blok A patut bersikap terbuka terhadap jamaahnya, baik menyangkut program atau rencana kegiatan maupun keuangan masjid. Jamaah tidak saja diberi tahu, tapi juga dilibatkan dalam penyusunan rencana kerja pengurus. Sehingga, peran serta jamaah berupa pemikiran, tenaga, dana, dan doa pun tumbuh untuk menyukseskan kegiatan dan pembangunan masjid. Jika pengelolaan keuangan terbuka, open management, jamaah selalu dapat memantau lalu lintas keuangan masjid. Pengurus menyampaikan laporannya kepada jamaah yang diumumkan pada kesempatan shalat jum’at. b Keakraban dan Kesetiakawanan Keakraban antar pengurus terhadap jamaah memang harus tercipta guna terjadinya sharing antar keduanya baik dalam masalah agama maupun pribadi, ini akan mewujudkan hubungan emosional yang erat serta dapat memperlancar tugas dan kegiatan-kegiatan masjid. Begitupun juga dengan rasa kesetiakawanan sebaiknya haruslah ada antara sesama pengurus masjid ataupun dengan jamaah. Apabila ada pengurus yang sedang terkena musibah, sudah sepatutnya pengurus yang lain berkunjung dan bersillaturahmi ke rumahnya untuk memberikan bantuan baik materil maupun moril dengan harapan dapat meringankan beban yang sedang terkena musibah. 12 Keakraban pengurus Masjid Blok A terhadap jamaah dapat memperlancar tugas dan kegiatan-kegiatannya. Berbagai problem pengurus dapat dibahas bersama-sama. Sebaliknya, berbagai masalah yang dihadapi para jamaah pun mungkin saja dapat dicarikan jalan keluarnya melalui diskusi dan musyawarah dengan pengurus masjid. Alangkah baiknya jika setelah shalat berjamaah, pengurus menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dari hati ke hati, bertukar pikiran dan pengalaman dengan para jamaah masjid. Dan dalam suasana akrab dan 12 Moh. E. Ayyub, dkk, Manajemen Masjid, h. 102 santai seperti ini, biasanya potensi dari kedua belah pihak akan muncul ke permukaan dengan secara alami. c Memelihara Lingkungan Masjid Dalam hal ini, memelihara lingkungan masjid juga termasuk dari sikap dan perhatian pengurus masjid, diantaranya sebagai berikut: a. Memelihara Keindahan Masjid Masjid adalah Rumah Allah, tempat ibadah menghadap Allah SWT. Sebagai tempat ibadah, sudah seharusnya umat islam membangun masjid itu dengan baik, megah, dan juga indah sehingga jamaah yang masuk ke dalamnya merasa nyaman dan damai serta dapat melaksanakan ibadah dengan khusyu. Namun, apabila masjidnya buruk, rusak, dan kotor, jamaah juga yang beribadah akan merasa tidak nyaman dan tidak khusyu serta enggan mau melaksanakan ibadah di masjid lagi. Membangun masjid tampaknya tidak terlalu susah. Siapa pun dapat melaksanakan asalkan dia mempunyai kemauan dan sumber daya yang memadai. Dan bagian yang tersulit adalah memeliharanya agar masjid itu tetap baik, terawat dan indah. Betapa banyak masjid yang dibangun dengan baik, megah, dan indah, tetapi kini masjid-masjid itu telah rusak, buruk dan kotor akibat kurangnya pemeliharaan keindahan masjid. Tempat-tempat yang penting dipelihara kebersihan dan keindahannya adalah ruangan untuk shalat, baik itu lantai dan karpetnya, tempat wudhu dan juga WC. Biasanya, tempat wudhu dan WC ini yang kurang diperhatikan oleh pengurus masjid sehingga bau yang tidak sedap sering menyengat hidung para jamaah masjid. Bangunan masjid, halaman, dan perlengkapan masjid harus juga dalam keadaan yang terawat. Apabila ada bangunan masjid yang rusak, segera diperbaiki dan di cat dengan warna yang indah. Dinding-dinding masjid diberikan hiasan kaligrafi dan ukiran yang indah demi menambah keindahan masjid. Perlengkapan masjid, seperti pengeras suara, kotak amal, karpet, bila sudah rusak akan segera diperbaiki atau beli yang baru. Apa yang dilakukan oleh pengurus Masjid Blok A adalah membuat jadwal piket kebersihan untuk membersihkan tempat wudhu, WC, dan ruangan shalat serta secara menyeluruh area masjid. Apabila kebersihan dan keindahan masjid dapat dijaga dengan baik, itu berarti umat islam benar-benar bertanggung jawab terhadap rumah Allah, baik dalam pembangunannya dan juga pemeliharaannya. Masjid yang terjaga kebersihan dan keindahannya akan berpengaruh besar kepada orang-orang yang melakukan ibadah di masjid dan kepada orang lain yang hanya sekedar lewat saja di sekitar masjid sehingga membuat ibadah atau aktivitas keagamaannya menjadi meningkat karena kenyamanannya dan kebersihannya, dan ibadah pun menjadi lebih khusyu. b. Kerja Bakti di Masjid Pemeliharaan kebersihan, keindahan, dan kerapihan masjid merupakan tanggung jawab bersama yaitu pengurus dan jamaah masjid. Setiap jamaah masjid haruslah membantu pengurus masjid agar lancarnya aktivitas masjid. Baik dalam bentuk sumbangan pemikiran di dalam musyawarah, dan dalam bentuk dana untuk perawatan dan penanggulangan kebutuhan masjid, maupun tenaga fisik dalam kegiatan yang bersifat massal, salah satu kegiatan yang membutuhkan dan melibatkan orang banyak di masjid adalah kerja bakti. Dalam hal ini, Masjid Blok A biasanya melakukan kerja bakti setiap dua minggu sekali yang dilakukan hari jumat demi memberikan kenyamanan jamaah dalam ibadah jumat. Keterlibatan jamaah masjid amatlah menjadi penting, bukan saja karena panggilan tanggung jawabnya melainkan sebagai amal jariah yang nyata dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT. c. Memelihara Suasana Masjid Khusyu dalam beribadah di masjid sangatlah didambakan oleh setiap jamaah masjid. Shalat yang khusyu di dalam masjid akan mencapai nilai ibadah yang tinggi, disamping memberinya dorongan untuk senantiasa untuk memakmurkan masjid. Oleh Karena itu, masjid perlu diciptakan iklim atau suasana yang menunjang khusyu dalam beribadah. Usaha pengurus Masjid Blok A dalam menciptakan suasana masjid yang kondusif, diantaranya dengan menciptakan: pertama, Suasana Tenang, dengan cara mencegah dan mengantisipasi suara yang mengganggu dan merusak ketenangan di dalam maupun luar masjid. Misalkan suara bising dan berisik yang ditimbulkan akibat pengeras suara yang korslet, orang berteriak dan bernyanyi serta suara anak-anak kecil yang seringkali menyulitkan pengurus masjid untuk menegurnya, karena keaktifan sifat anak kecil. Akan tetapi pada Masjid Blok A ini mempunyai kelebihan daripada masjid-masjid yang lainnya yang terhindar dari suara bising kendaraan bermotor dikarenakan letak masjid diatas gedung pasar yang jauh dari jalan ibukota. Kedua, Suasana Tertib, pengurus masjid berkewajiban mengingatkan para jamaah, khususnya anak-anak dan remaja agar tidak berisik, bersenda gurau, mengobrol, dan bermain-main selama berada di dalam masjid, terutama saat berlangsungnya shalat berjamaah. Dan Jamaah dihimbau untuk merapikan shaf, meluruskan dan merapatkannya, agar ibadah shalt dapat berjalan dengan tertib, tenang, dan khusyu. Seusai shalat, jamaah meninggalkan masjid dengan tertib dan tidak melintasi mereka yang sedang melaksanakan shalat. Ketiga, Suasana Aman, pengurus masjid harus dapat menghadirkan suasana ini bagi jamaahnya, baik yang menyangkut jiwa maupun hartanya. Instalasi listrik masjid yang hendaknya dikontrol secara rutin guna mncegah terjadinya korslet dan kebakaran. Kamar wudhu dan WC yang senantiasa dibersihkan agar tidak licin untuk menghindari jamaah terpleset jatuh. Sepatu dan sandal serta barang-barang bawaan yang perlu dijaga, maka dari itu disediakan tempat penitipan sepatu dan sandal yang siap mengamankan sepatu, sandal maupun barang bawaan para jamaah masjid. Pihak pengurus masjid juga perlu mencegah dan menghindari pertentangan masalah-masalah khilafiyah dan furuiyah, yang mana nantinya akan membuat para jamaah bingung, enggan, dan segan untuk datang untuk memakmurkan masjid. Dengan demikian jamaah akan merasa aman, tenang, dan khusyu dalam melaksanakan ibadah di dalam Masjid. d. Memelihara Ketertiban Masjid Sebagai tempat bersujud kepada Sang Khaliq, masjid harus diperlakukan secara tertib dan santun. Masjid yang tertib akan memberikan citra dan pengaruh yang baik dalam masyarakat. Siapapun akan merasa senang dan nikmat melaksanakan ibadah di dalamnya. Ketika akan melaksanakan shalat berjamaah, seluruh shaf diatur rapat dan lurus menunjukkan ketertiban dalam shalat yang mencerminkan kekompakan umat atau jamaah, Untuk praktisnya, pengurus masjid blok A membuatkan tanda atau garis shaf sebagai pembatasan shaf dalam masjid serta pengurus masjid juga memasang pemberitahuan tentang tata tertib di dalam masjid, yang diantaranya tentang larangan membunyikan hp ketika dalam masjid, tentang tata cara shaf dalam shalat yang benar, dilarang buang sampah sembarangan, larangan tidur dalam masjid, dan tata tertib lainnya. Memelihara ketertiban masjid merupakan tugas dan tanggung jawab bersama, baik pengurus maupun jamah masjid. Harus bahu membahudan bekerja sama. Pengurus bertanggung jawab memberitahukan, mengawasi, dan mengingatkan jamaah agar memperhatikan tat tertib masjid. Sedangkan para jamaah masjid bertanggung jawab mematuhi, menjalankan, dan menghormati tata tertib tersebut. e. Memelihara Masjid Di Waktu Malam Penerangan lampu di Masjid pada malam hari sangatlah penting dan tidak dapat dipungkiri lagi akan kegunaannya dalam menghidupkan suasana masjid. Dan juga terangnya masjid akan menambah kenikmatan dan khusyu dalam beribadah malam di masjid. Masjid yang gelap akan membuat enggan jamaah untuk datang ke masjid di malam hari. Halaman masjid yang terang akan dapat mengundang minat masyarakat untuk mendatangi dan melakukan ibadah di dalam masjid. Lampu masjid dinyalakan apabila waktu menjelang maghrib dan dimatikan pada saat fajar menyingsing. Dikarenakan, letak Masjid yang jadi satu dengan gedung pasar tanah abang yaitu di lantai paling atas atap gedung, otomatis kegiatan masjid di malam hari hanya diadakan pada saat Bulan Ramadhan saja yaitu Shalat Tarawih dan Witir. Selebihnya masjid blok A hanya melakukan shalat isya berjamaah saja itupun hanya penjaga gedung pasar dan Marbot Masjid. Lampu-lampu masjid yang menyala akan memberi kesan ada “kehidupan” di dalam masjid itu. Namun, aspek penghematan dalam menggunakan listrik perlu pula mendapat perhatian. Lampu masjid hendaknya dinyalakan pada saat- saat diperlukan saja, tanpa harus menghidupkan semuanya secara terus menerus. 13 f. Pengecatan Masjid Keindahan dan kemegahan masjid mesti dijaga agar masjid tetap menarik dan menumbuhkan kegembiraan umat islam. Apabila masjid kotor, tidak terawat bangunannya, catnya pudar dan penuh debu, pengurus dan jamaah wajib memulihkannya menjadi baru lagi. Dalam hal ini, pengurus masjid blok A melakukannya dengan cara membersihkan dan mengecat kembali, bangunan dan tembok masjid yang warnanya sudah pudar dan terkelupas. Dan dilakukan secara teratur setiap 3 bulan sekali. 13 Moh. E. Ayyub, dkk, Manajemen Masjid, h. 199 Bangunan masjid yang Catnya senantiasa rapih dan cerah akan memperindah pemandangan masjid itu sendiri serta dapat menambah kenyamanan dan khusyu dalam beribadah di masjid.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Masjid dalam Meningkatkan Aktivitas

Keagamaan Berhasil atau suksesnya suatu usaha, tidaklah mungkin terlepas dari faktor- faktor yang mendukungnya begitupun dengan manajemen Masjid Blok A dalam pelaksanaan Dakwah Islamnya, adalah sebagai berikut: a Bangunan Masjid yang dibangun dengan megah yang mengadopsi arsitektur bergaya islam klasik yang dipadukan dengan gaya eropa serta dua masjid kebangaan umat islam yaitu Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Dan Masjid Blok A ini juga sangat terjaga akan kebersihannya yang senantiasa bersih dan juga kenyamanannya dalam beribadah yang jauh akan suasana bising sehingga Ibadah pun menjadi sangat nyaman dan khusyu. b Berlokasi di tempat yang strategis yang berada di pusat perbelanjaan grosir terbesar di asia tenggara yang jamaahnya berasal dari berbagai suku dan ras, jadi jamaah masjid blok a bukan hanya berasal dari lokal tapi juga banyak yang berasal dari luar negeri. c Fasilitas Masjid yang sangat memadai, diantaranya tempat wudhu dan wc yang bersih, nyaman dan juga banyak sehingga tidak perlu ngantri. Serta tersedianya tempat penitipan sandal dan sepatu, serta sarana lift dan eskelator yang siap mengantarkan anda menuju lantai atap gedung pasar yang mana lokasi dari Masjid Blok A ini. d Para pengisi acara masjid yang terpilih dan yang berkualitas serta mempunyai kapasitas untuk menyampaikan sesuai bidangnya. Seperti dari kalangan para Kyai, para Habaib, dan juga Ulama yang terkenal masyarakat luas. e Dukungan dana yang dimiliki oleh masjid lumayan besar, sehingga setidaknya akan dapat mendanai sendiri dari kegiatan-kegiatan masjid yang berskala besar dan berkelanjutan. f Adanya dukungan yang antusias dari berbagai pihak, baik dari ekstern maupun intern, yang mana ini merupakan dukungan moril untuk selalu bersemangat dan eksis dalam melaksanakan kegiatan dakwah islam di lingkungan pasar tanah abang. Hambatan di dalam suatu kegiatan pada hakikatnya merupakan ujian dalam mencapai kemajuan dan untuk perbaikan lebih lanjut, hambatan tersebut kadang dari dalam dan kadang dari luar. Menurut pengamatan penulis yang menjadi