Jadi jika dilihat di daerah penelitian, biaya serbuk kayu berpengaruh terhadap pendapatan usahatani jamur tiram, karena jika biaya serbuk kayu naik
maka akan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani jamur tiram di daerah penelitian, tetapi pengaruh serbuk kayu tidak signifikan karena serbuk kayu di
daerah penelitian masih murah dan banyak ditemui di daerah penelitian. Biasanya petani di daerah penelitian membeli serbuk kayu dengan wadah goni dimana satu
goni dapat memuat 18-20kg serbuk kayu.
c. Pengaruh Biaya Kapur X3 Terhadap Pendapatan Y Jamur Tiram
Tabel 6 menunjukkan nilai signifikansi t sebesar 0,059 lebih besar dari α
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H diterima atau H
1
ditolak, yaitu biaya kapur X
3
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jamur tiram Y. Nilai koefisien regresi sebesar -141,540 menunjukkan bahwa
setiap adanya pertambahan biaya kapur X
3
sebesar Rp 1, maka akan terjadi penurunan pendapatan bersih jamur tiram sebesar Rp 141,540. Sebaliknya, jika
terjadi penurunan biaya kapur X
4
akan menyebabkan peningkatan pendapatan bersih jamur tiram Y.
d. Pengaruh Pengalaman X4 Terhadap Pendapatan Y Jamur Tiram
Tabel 6 menunjukkan nilai signifikansi t sebesar 0,952 lebih besar dari α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H
diterima atau H
1
ditolak, yaitu pengalaman X
4
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jamur tiram Y. Nilai koefisien regresi sebesar 113040,95
menunjukkan bahwa setiap lamanya pengalaman X
3
setiap 1 tahun pengalaman,
Universitas Sumatera Utara
maka akan terjadi meningkatkan pendapatan bersih jamur tiram sebesar Rp 113040,95.
e. Pengaruh Biaya Tenaga Kerja X5 Terhadap Pendapatan Y Jamur Tiram
Tabel 6 menunjukkan nilai signifikansi t sebesar 0,077 lebih besar dari α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H
diterima atau H
1
ditolak, yaitu biaya tenaga kerja X
5
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jamur tiram Y. Nilai koefisien regresi sebesar 3,244 menunjukkan
bahwa setiap adanya pertambahan biaya tenaga kerja X
5
sebesar Rp 1, maka akan terjadi meningkatkan pendapatan bersih jamur tiram sebesar Rp 3,244.
Sebaliknya, jika terjadi penurunan biaya tenaga kerja X
5
akan menyebabkan peningkatan pendapatan bersih jamur tiram Y.
Uji asumsi klasik pendapatan jamur tiram disajikan sebagai berikut.
4.3.1.2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik meliputi uji multikolinieritas, uji normalitas dan uji heterokedastisitas.
A. Uji Multikolinieritas
Uji ini pada dasarnya digunakan untuk menguji apakah ada hubungan linier di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Salah satu
pendeteksian pengujian ini adalah dengan pendekatan Tolerance Value dan
Universitas Sumatera Utara
Variance Inflaction Factor VIF. Jika nilai Tollerance mendekati 1 dan VIF sekitar angka 10 maka variabel dikatakan bebas multikolinieritas. Namun, jika
nilai Tollerance dibawah 0,1 dan VIF di atas 10 maka terjadi multikolinieritas. Setelah dilakukan analisis pada data biaya biaya bibit, biaya serbuk kayu, dan
biaya dedak tidak terjadi gejala multikolinieritas. Hasil uji asumsi multikolinieritas disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model Pendapatan Usahatani Jamur Tiram
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Constant Bibit
.509 1.964
Serbuk Kayu .178
5.606 Kapur
.255 3.926
Pengalaman .800
1.250 Tenaga Kerja
.111 9.034
Sumber: Lampiran Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas memiliki
nilai toleransi tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya multikolinieritas. Maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi linier pendapatan usahatani jamur tiram terbebas dari masalah multikolinieritas.
B. Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik disajikan pada Gambar 13.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 13. Grafik Uji Heteroskedastisitas Model Pendapatan Usahatani
Jamur Tiram
Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model pendapatan usahatani jamur tiram disajikan pada Gambar 13. Gambar 13
menunjukkan bahwa penyebaran titik-titik varian residual adalah sebagai berikut: a.
Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. b.
Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. c.
Penyebaran titik-titik data tidak dapat membentuk pola bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
d. Penyebaran titik-titik data tidak berpola.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini menunjukkan tidak terjadinya heteroskedastisitas. Maka dapat dinyatakan model regresi linier pendapatan usahatani jamur tiram terbebas dari
masalah heteroskedastisitas.
C. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas residual model regresi linier pendapatan usahatani jamur tiram sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Model Pendapatan Usahatani Jamur Tiram One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize d Residual
N 24
Normal Parameters
a,,b
Mean .0000000
Std. Deviation 5.05408188E6
Most Extreme Differences
Absolute .162
Positive .125
Negative -.162
Kolmogorov-Smirnov Z .795
Asymp. Sig. 2-tailed .552
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari α 0,05. Nilai sig sebesar 0,552, sehingga Ho diterima yang artinya residual terdistribusi
normal. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier pendapatan usahatani jamur tiram memenuhi asumsi normalitas.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani 4.3.2.1. Analisis Biaya
Biaya yang dikeluarkan petani jamur tiram di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
terdiri dari penyusutan, sedangkan biaya variabel terdiri dari bibit, serbuk kayu, dedak, kapur, tepung jagung, pelastik, cincin paralon, spritus, alkohol, gas, kayu
bakar, Koran, biaya tenaga kerja dan biaya listrik. Besarnya biaya tetap seperti penyusutan peralatan hampir tidak ada
keragaman, karena penyusutan peralatan yang di lihat dari umur ekonomi nya umumnya sama dan kualitas peralatan relatif juga sama.
Guna mengetahui apakah suatu usahatani menguntungkan dan dapat dikembangkan atau tidak, maka perlu adanya analisis usahatani. Untuk itu
diperlukan informasi ekonomi yang menyangkut biaya produksi dan pendapatan. Biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel memiliki
persentase yang berbeda. Besarnya nilai dan persentase dari biaya variabel usahatani jamur tiram per musim tanam tahun 2012 di Kota Medan dan
Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:
Tabel 9. Nilai dan Persentase dari Masing-masing Jenis Biaya Variabel Usahatani Jamur Tiram Per Musim Tanam di Kota Medan dan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
No Jenis Biaya
Nilai Rp
Persentase
1 2
3 4
Media Tanam Sarana Pendukung
Biaya Tenaga Kerja Biaya Listrik
2.902.412 1.743.492
3.584.792
100.000 34,84
20,93 43,03
1,20
Jumlah 8.330.696
100,00
Sumber: Lampiran 5
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel diatas menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja memberikan nilai persentase tertinggi yaitu 43,03. Biaya media tanam memberikan niali
persentase terbesar kedua setelah biaya tenaga kerja yaitu sebesar 34,84, sedangkan untuk sarana pendukung dan biaya listrik masing-masing adalah
sebesar 20,93 dan 1,20. Total biaya variabel yang dikeluarkan petani per 4520 baglog di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang sebesar Rp 8.330.696.
Nilai dan persentase biaya tetap yang dikeluarkan petani dalam usahatani jamur tiram di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel
berikut:
Tabel 10. Nilai dan Persentase dari Masing-masing Jenis Biaya Tetap Usahatani Jamur Tiram Per Musim Tanam di Kota Medan dan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012.
No Jenis Biaya
Nilai Rp
Persentase
1. Penyusutan Alat
1.010.237 100
Jumlah 1.010.237
100,00
Sumber: Lampiran 3 Dari Tabel 10 biaya tetap lebih kecil dibandingkn dengan biaya variabel.
Pada biaya tetap, hanya terdiri dari biaya penyusutan alat pertanian yang digunakan dalam budidaya jamur tiram di Kota Medan dan Kabupaten Deli
Serdang. Adapun jumlah penyusutan alat pertanian per 4520 baglog sebesar Rp. 1.010.237
Berdasarkan Tabel 9 dan 10 diatas maka biaya tetap dan biaya variabel dapat dipersentasekan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11. Total Biaya dan Persentase dari Masing-masing Biaya Usahatani Jamur Tiram Per Musim Tanam di Kota Medan dan Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2012.
No Jenis Biaya
Nilai Rp
Persentase
1 2
Biaya Variabel Vc Biaya Tetap Fc
8.330.696 1.010.237
89,18 10,82
Jumlah 9.340.933
100,00
Sumber: Lampiran 5 Dari Tabel 11 diatas, menggambarkan bahwa usahatani jamur tiram
pengeluaran terbesar yaitu biaya variabel 89,18, dan biaya tetap 10,82 dari total biaya produksi.
4.3.2.2. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani
Besar kecilnya pendapatan usahatani sangat ditentukan oleh besar kecilnya produksi dan harga pada saat panen. Pendapatan usahatani jamur tiram di Kota
Medan dan Kabupaten Deli Serdang pada musim tanam tahun 2012 diperoleh produksi rata-rata 1743.75 Kg per 4520 baglog, dengan harga jual 17792
per kg sehingga diperoleh penerimaan sebesar Rp 30.268.750. Biaya produksi
jamur tiram adalah sebesar Rp 9351871per 4520 baglog per musim tanam, maka pendapatan yang diperoleh petani sebesar Rp 20.916.879 per 4520 baglog per
musim tanamnya. Pendapatan Rp 20.916.879 per 4520 baglog per musim tanamnya dikatakan mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga. Tanaman jamur
tiram yang masa tanamnya membutuhkan waktu 5 bulan. Jdi jika dihitung, pendapatan petani jamur tiram dalam 4520 baglog Rp 4.183.376bulan.
Pendapatan usahatani jamur tiram d Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang tergolong tinggi dilihat dari pendapatan usahatani jamur tiram di daerah
lain, misalnya di penelitian terdahulu yang pendapatan usahatani jamur tiram di
Universitas Sumatera Utara
Kota Jambi jauh lebih kecil di bandingkan pendapatan usahatani di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Ini terjadi karena, di daerah lain seperti Jambi sudah
banyak masyarakat yang mengembangkan usahatni jamur tiram dan dilihat dari fator produksi biaya bibit, bahan-bahan pembuatan dan tenaga kerja jauh lebih
murah dibandingkan di Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Hal ini menyebabkan harga jamur tiram di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang jauh
lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Analisis biaya dan pendapatan usahatani jamur tiram di Kota Medan dan
Kabupaten Deli Serdang per 4520 baglog per musim tanam tahun 2012 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12 berikut:
Tabel 12. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Per 4520 Baglog Per Musim Tanam di Kota Medan dan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2012
No Uraian
Satuan Volume
Biaya Rp
A 1
INPUT Biaya Tetap
Penyusutan Alat 5 bulan
1.010.237,5
Jumlah Biaya Tetap 1.010.237,5
2 Biaya Tidak Tetap
Media Tanam -
Bibit -
Serbuk Kayu -
Dedak -
Kapur -
Tepung Jagung Sarana Pendukung
- Pelastik
- Cincin Paralon
- Karet
- Spritus
- Alkohol
- Gas
- Kayu Bakar
- Koran
Tenaga Kerja Botol
Kg Kg
Kg Kg
Kg Pcs
Kg Liter
Liter Tabung
Ton Kg
HOK 134
4.338,33 448,54
109,79 10,21
33,71 4520
2,5 2,58
0,88 17,33
0,54 4,04
1.258.041,67 631.541,67
908.000 55.037,5
49.791,67 838.833,3
455.833,3 65.250
26.416,67 16.125
261.166,7 72.916,67
6.950 3.584.792
Universitas Sumatera Utara
Biaya Listrik 100.000
Jumlah Biaya Tidak Tetap 8.341.633,33
Jumlah Total Biaya Produksi Tc 9.351.870,83
B Output
Produksi Harga
Jual Penerimaan
Produksi Jamur Tiram 1.743,75 Kg
17791.67 30.268.750
C Penerimaan
Total Biaya Pendapatan TR-TC
Rp 30.268.750 Rp 9.351.870,83
Rp 20.916.879,17
D Penerimaan
Total Biaya RC TRTC
Rp 30.268.750 Rp 9.351.870,83
3,33
Sumber: Lampiran 5 dan 6
Untuk RC diketahui sebesar 3,33 artinya setiap biaya Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 3,33. Hal ini disebabkan
karena penerimaan yang tinggi harga jual tinggi dan produksi yang tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Berdasarka kriteria yang
menyatakan bahwa usahatani dapat dikatakan layak untuk diusahakan apabila nilai RC ratio 1, maka usahatani jamur tiram di daerah penelitian layak untuk
diusahakan.
Universitas Sumatera Utara
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Nilai koefisien determinasi R
2
yang diperoleh sebesar 0,724. Koefesien determinasi ini menunjukan bahwa pendapatan jamur tiram Y dapat
dijelaskan oleh variabel bibit X
1
, serbuk Kayu X
2
, kapur X
3
, pengalaman X
4
, dan tenaga kerja X
5
sebesar 72,4 sedangkan sisanya sebesar 27,6 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam persamaan..
Nilai signifikansi F adalah sebesar 0,000. Nilai ini diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolelir, yaitu
α 5, sehingga kesimpulan, variabel bibit X
1
, serbuk Kayu X
2
, kapur X
3
, pengalaman X
4
, dan tenaga kerja X
5
, secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan usahatani jamur tiram Y. sedangkan secara parsial, biaya bibit
berpengaruh nyata terhadap pendapatan jamur tiram, sedangkan serbuk kayu X
2
, kapur X
3
, pengalaman X
4
, dan tenaga kerja X
5
tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan jamur tiram.
2. Usahatani jamur tiram di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang pada
musim tanam tahun 2012 diperoleh produksi rata-rata 1.743,75 Kg per 4520 baglog, dengan harga jual 17791.67 per kg sehingga diperoleh penerimaan
sebesar Rp.30.268.750. Biaya produksi jamur tiram adalah sebesar
Rp.9.351.870,83, maka pendapatan yang diperoleh petani sebesar Rp.20.916.879,17 per 4520 baglog per musim tanamnya. RC diketahui
sebesar 3,33 artinya setiap biaya Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.3,33. Berdasarkan kriteria yang menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
usahatani dapat dikatakan layak untuk diusahakan apabila nilai RC ratio 1, maka usahatani jamur tiram di daerah penelitian layak untuk diusahakan.
5.2 Saran