Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa teknik budidaya usahatani jamur tiram di daerah penelitian secara garis besar telah sesuai dengan anjuran yang dikemukan
oleh Redaksi Trubus 2010. Dengan demikian teknik budidaya usahatani telah intensif, karena sesuai dengan anjuran.
4.3. Hasil Analisis dan Pembahasan 4.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Jamur
Tiram di Daerah Penelitian 4.3.1.1. Uji Kesesuaian Test Goodness Of Fit Model Dan Uji Hipotesis
Hasil analisis hubungan antara biaya input usahatani terhadap pendapatan usahatani jamur tiram disajikan pada table berikut:
Tabel 6. Pengaruh Faktor – Faktor Pendapatan Bersih Jamur Tiram Terhadap Pendapatan Usahatani
Variabel Koefisien
Regresi Std.Error
t Hitung Signifikansi Keterangan
Konstanta 1967171.73 4997683.4
.394 .698
Biaya Bibit 9.294
2.656 3.499
.003 Nyata Biaya Serbuk
5.042 5.205
.969 .346 Tidak Nyata
Biaya Kapur -141.540
70.228 -2.015
.059 Tidak Nyata Pengalaman
113040.952 1856478.4 .061
.952 Tidak Nyata Biaya TK
3.244 1.731
1.874 .077 Tidak Nyata
Sumber: Lampiran
1. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi R
2
digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variasi terikat. Nilai koefisien
determinasi R
2
yang diperoleh sebesar 0,724. Koefesien determinasi ini menunjukan bahwa pendapatan jamur tiram Y dapat dijelaskan oleh variabel
Universitas Sumatera Utara
bibit X
1
, serbuk Kayu X
2
, kapur X
3
, pengalaman X
4
, dan tenaga kerja X
5
sebesar 72,4 sedangkan sisanya sebesar 27,6 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam persamaan.
Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara parsial, dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikansi dalam penelitian
ini menggunakan α 5 atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan dalam bagian berikut.
2. Uji pengaruh variabel secara serempak
Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan uji F, menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar 0,000. Nilai ini diperoleh
lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolelir, yaitu α 5 atau dapat diketahui melalui uji F. Hal ini menunjukkan bahwa H
ditolak atau H
1
diterima, yaitu variabel bibit X
1
, serbuk Kayu X
2
, kapur X
3
, pengalaman X
4
, dan tenaga kerja X
5
, secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan bersih usahatani jamur tiram Y.
Dilihat dari penelitian terdahulu, secara serempak faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan juga berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani
wortel dimana jika dapat disimpulkan bahwa jika biaya naik, produksi meningkat, akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan meningkat pula.
Setelah dilakukan uji variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan dengan pengaruh variabel secara parsial. Hasil uji pengaruh variabel secara parsial
dengan menggunakan uji t, adapun hasilnya sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Pengaruh Biaya Bibit X1 Terhadap Pendapatan Y Jamur Tiram
Tabel 6 menunjukkan bahwa biaya bibit X
1
memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,03 lebih kecil d
ari α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H ditolak
atau H
1
diterima, yaitu biaya bibit X
1
secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan bersih usahatani jamur tiram Y. Nilai koefisien regresi sebesar
9,294
menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan biaya bibit X
1
sebesar Rp 1, maka akan terjadi penambahan pendapatan bersih jamur tiram sebesar Rp
9,294
. Sebaliknya, jika terjadi penurunan biaya bibit X
1
akan menyebabkan turunnya pendapatan bersih jamur tiram Y.
Jadi jika dilihat di daerah penelitian, biaya bibit berpengaruh terhadap pendapatan usahatani jamur tiram, karena jika biaya bibit naik maka akan
berpengaruh terhadap pendapatan usahatani jamur tiram di daerah penelitian.
b. Pengaruh Biaya Serbuk Kayu X2 Terhadap Pendapatan Y Jamur Tiram
Tabel 6 menunjukkan nilai signifikansi t sebesar 0,346 lebih besar dari α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H
diterima atau H
1
ditolak, yaitu biaya serbuk X
2
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan bersih usahatani jamur tiram Y. Nilai koefisien regresi sebesar 5,042 menunjukkan
bahwa setiap adanya pertambahan biaya serbuk kayu X
2
sebesar Rp 1, maka akan meningkatkan pendapatan bersih jamur tiram sebesar Rp 5,042. Sebaliknya,
jika terjadi penurunan biaya serbuk kayu X
2
akan menyebabkan turunnya pendapatan bersih jamur tiram Y.
Universitas Sumatera Utara
Jadi jika dilihat di daerah penelitian, biaya serbuk kayu berpengaruh terhadap pendapatan usahatani jamur tiram, karena jika biaya serbuk kayu naik
maka akan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani jamur tiram di daerah penelitian, tetapi pengaruh serbuk kayu tidak signifikan karena serbuk kayu di
daerah penelitian masih murah dan banyak ditemui di daerah penelitian. Biasanya petani di daerah penelitian membeli serbuk kayu dengan wadah goni dimana satu
goni dapat memuat 18-20kg serbuk kayu.
c. Pengaruh Biaya Kapur X3 Terhadap Pendapatan Y Jamur Tiram
Tabel 6 menunjukkan nilai signifikansi t sebesar 0,059 lebih besar dari α
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H diterima atau H
1
ditolak, yaitu biaya kapur X
3
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jamur tiram Y. Nilai koefisien regresi sebesar -141,540 menunjukkan bahwa
setiap adanya pertambahan biaya kapur X
3
sebesar Rp 1, maka akan terjadi penurunan pendapatan bersih jamur tiram sebesar Rp 141,540. Sebaliknya, jika
terjadi penurunan biaya kapur X
4
akan menyebabkan peningkatan pendapatan bersih jamur tiram Y.
d. Pengaruh Pengalaman X4 Terhadap Pendapatan Y Jamur Tiram
Tabel 6 menunjukkan nilai signifikansi t sebesar 0,952 lebih besar dari α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H
diterima atau H
1
ditolak, yaitu pengalaman X
4
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jamur tiram Y. Nilai koefisien regresi sebesar 113040,95
menunjukkan bahwa setiap lamanya pengalaman X
3
setiap 1 tahun pengalaman,
Universitas Sumatera Utara
maka akan terjadi meningkatkan pendapatan bersih jamur tiram sebesar Rp 113040,95.
e. Pengaruh Biaya Tenaga Kerja X5 Terhadap Pendapatan Y Jamur Tiram
Tabel 6 menunjukkan nilai signifikansi t sebesar 0,077 lebih besar dari α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H
diterima atau H
1
ditolak, yaitu biaya tenaga kerja X
5
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jamur tiram Y. Nilai koefisien regresi sebesar 3,244 menunjukkan
bahwa setiap adanya pertambahan biaya tenaga kerja X
5
sebesar Rp 1, maka akan terjadi meningkatkan pendapatan bersih jamur tiram sebesar Rp 3,244.
Sebaliknya, jika terjadi penurunan biaya tenaga kerja X
5
akan menyebabkan peningkatan pendapatan bersih jamur tiram Y.
Uji asumsi klasik pendapatan jamur tiram disajikan sebagai berikut.
4.3.1.2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik meliputi uji multikolinieritas, uji normalitas dan uji heterokedastisitas.
A. Uji Multikolinieritas
Uji ini pada dasarnya digunakan untuk menguji apakah ada hubungan linier di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Salah satu
pendeteksian pengujian ini adalah dengan pendekatan Tolerance Value dan
Universitas Sumatera Utara
Variance Inflaction Factor VIF. Jika nilai Tollerance mendekati 1 dan VIF sekitar angka 10 maka variabel dikatakan bebas multikolinieritas. Namun, jika
nilai Tollerance dibawah 0,1 dan VIF di atas 10 maka terjadi multikolinieritas. Setelah dilakukan analisis pada data biaya biaya bibit, biaya serbuk kayu, dan
biaya dedak tidak terjadi gejala multikolinieritas. Hasil uji asumsi multikolinieritas disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model Pendapatan Usahatani Jamur Tiram
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Constant Bibit
.509 1.964
Serbuk Kayu .178
5.606 Kapur
.255 3.926
Pengalaman .800
1.250 Tenaga Kerja
.111 9.034
Sumber: Lampiran Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas memiliki
nilai toleransi tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya multikolinieritas. Maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi linier pendapatan usahatani jamur tiram terbebas dari masalah multikolinieritas.
B. Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik disajikan pada Gambar 13.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 13. Grafik Uji Heteroskedastisitas Model Pendapatan Usahatani
Jamur Tiram
Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model pendapatan usahatani jamur tiram disajikan pada Gambar 13. Gambar 13
menunjukkan bahwa penyebaran titik-titik varian residual adalah sebagai berikut: a.
Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. b.
Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. c.
Penyebaran titik-titik data tidak dapat membentuk pola bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
d. Penyebaran titik-titik data tidak berpola.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini menunjukkan tidak terjadinya heteroskedastisitas. Maka dapat dinyatakan model regresi linier pendapatan usahatani jamur tiram terbebas dari
masalah heteroskedastisitas.
C. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas residual model regresi linier pendapatan usahatani jamur tiram sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Model Pendapatan Usahatani Jamur Tiram One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize d Residual
N 24
Normal Parameters
a,,b
Mean .0000000
Std. Deviation 5.05408188E6
Most Extreme Differences
Absolute .162
Positive .125
Negative -.162
Kolmogorov-Smirnov Z .795
Asymp. Sig. 2-tailed .552
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari α 0,05. Nilai sig sebesar 0,552, sehingga Ho diterima yang artinya residual terdistribusi
normal. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier pendapatan usahatani jamur tiram memenuhi asumsi normalitas.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani 4.3.2.1. Analisis Biaya