Tempat dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Kriteria Penelitian Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .1 Variabel Penelitian Low vision ringan : mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu melakukan pengukuran saliva dan pengalaman karies pada siswa tunanetra pada satu waktu tertentu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB-A Km. 21,5 Tanjung Morawa Medan, 20362, Sumatera Utara. Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 9 bulan di mulai pada agustus 2015 sampai april 2016 yaitu mulai dari pembuatan proposal penelitian sampai dengan pembuatan laporan akhir.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah siswa tunanetra di SLB-A Tanjung Morawa yang berjumlah 60 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dimana siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga jumlah sampel adalah sebanyak 35 orang siswa tunanetra.

3.4 Kriteria Penelitian

Kriteria inklusi : Anak umur 12 tahun dan yang koperatif. Kriteria eksklusi : Anak yang tidak koperatif dan anak yang 12 tahun Universitas Sumatera Utara 3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah jenis kelamin, klasifikasi kebutaan, pengalaman karies skor DMFT, level hidrasi saliva, viskositas saliva, derajat keasaman saliva pH saliva, kuantitas saliva terstimulasi paraffin, dan kapasitas buffer saliva terstimulasi paraffin.

3.5.2 Definisi Operasional 1.

Jenis kelamin terdiri atas laki-laki dan perempuan 2. Klasifikasi Tunanetra

a. Low vision ringan : mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan

akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaankegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan. b. Partially sighted sedang : mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak label. c. Totally blind berat : mereka yang sama sekali tidak dapat melihat. Data klasifikasi tunanetra ini diperoleh dari ketua SLB-A Tanjung Morawa.

3. Pengalaman Karies Skor DMFT :

Pengalaman karies dilakukan pada rongga mulut dengan memeriksaan rongga mulut siswa tunanetra menggunakan kaca dan sonde dengan mengisi lembar pemeriksaan. Pengalaman karies diukur menggunakan indeks DMF-T oleh Klein H, terdiri atas : DMF-T gigi permanen a. D Decayed = Gigi dicatat sebagai karies apabila pit dan fisur berwarna kehitaman dan ujung sonde menyangkut; jaringan permukaan gigi terasa lunak dan ujung sonde terasa masuk kedalam gigi. b. M Missing , terdiri atas Mi Missing indicated dan Me Missing extracted . MiMissing indicated adalah gigi tetap dengan lesi karies yang tidak dapat ditambal lagi dan harus dicabut, yaitu karies gigi yang meluas, gigi tinggal Universitas Sumatera Utara radiks serta karies dengan polip pulpa. MeMissing extracted merupakan gigi tetap yang sudah dicabut. c. F Filling= gigi tetap dengan lesi karies yang sudah ditambal sempurna dan permanen, tidak ada karies sekunder atau karies primer. Cara pengukurannya: Semua gigi diperikasa. Tiap gigi hanya mungkin dimasukkan dalam satu kategori saja: D, M, atau F. Pengalaman karies dikategorikan menurut WHO : a. Sangat rendah : 1,2 b. Rendah : 1,2-2.6 c. Sedang : 2,7-4,4 d. Tinggi : 4,5-6,5 e. Sangat tinggi : 6,5

4. Level Hidrasi Saliva

Hidrasi saliva diukur saat saliva tidak terstimulasi dimana nilai diukur secara visual berdasarkan indikator GC Saliva-Check Buffer. Bibir bawah pasien ditarik ke luar dan dikeringkan dengan kasa. Waktu yang dibutuhkan saliva untuk keluar dari duktus kelenjar minor dicatat. Lalu diberi kategori level hidrasi saliva seperti berikut: 23 a. Rendah: 60 detik b. Normal: 60 detik

5. Viskositas Saliva

Viskositas saliva adalah konsistensikekentalan saliva saat saliva tidak terstimulasi dimana nilai diukur secara visual berdasarkan indikator GC Saliva- Check Buffer dari kemampuan mengalirnya saliva ketika gelas ukur dimiringkan dan banyaknya busa yang terlihat pada saliva. Diberi pembagian viskositas saliva seperti berikut : a. Buruk Merah: Saliva terlihat kental, lengket dan apabila gelas ukur dimiringkan saliva tidak mengalir sticky frothy Universitas Sumatera Utara b. Sedang Kuning: Saliva terlihat berwarna putih busa, tidak menggenang dan apabila gelas ukur dimiringkan saliva mengalir dengan pelan frothy bubbly. c. Baik Hijau: Saliva terlihat cair, menggenang, tidak menunjukkan busa, dan apabila dimiringkan saliva mengalir dengan cepat watery clear. 23

6. Derajat Keasaman Saliva pH saliva

Derajat keasaman saliva diukur saat saliva tidak terstimulasi dimana diukur menggunakan indicator pH berdasarkan indikator GC Saliva- Check Buffer. Kategori pH saliva adalah seperti berikut : 23 a. Normal: pH 6,8 b. Rendah: pH 6,0 - 6,6 c. Sangat Rendah: pH 5,8

7. Kuantitas saliva terstimulasi parafin

Komposisi stimulated saliva tergantung pada laju alir saliva flow rate yang merupakan representasi produksi kelenjar saliva mayor dan minor. Nilai diukur secara visualberdasarkan indikator GC Saliva- Check Buffer dengan melihat kuantitas saliva mL yang diperoleh selama 5 menit. Kategori kuantitas saliva adalah seperti berikut : 23 a. Normal: 5,0 mL b. Rendah: 5,0-3,5 mL c. Sangat rendah: 3,5 mL

8. Kapasitas buffer saliva terstimulasi parafin

Kapasitas buffer saliva adalah kemampuan saliva dalam menetralkan penurunan pH saliva saat saliva terstimulasi paraffin. Nilai diukur berdasarkan indikator GC Saliva- Check Buffer dengan membandingkan warna pada kertas strip buffer dengan standard yang ada dan menetapkan nilainya berdasarkan petunjuk GC yaitu : 23 Hijau = 4 poin Hijaubiru = 3 poin Biru = 2 poin Universitas Sumatera Utara Merahbiru = 1 poin Merah = 0 poin Kategori kapasitas buffer adalah seperti berikut : 1. Normal: nilai akhir 10-12 2. Rendah: nilai akhir 6-9 3. Sangat Rendah: nilai akhir 0-5

3.6 Metode Pengumpulan Data