2.1.4 Derajat Keasaman Saliva pH dan Buffer Saliva
Derajat keasaman saliva juga disebut sebagai pH potential of hydrogen
merupakan suatu cara untuk mengukur derajat asam maupun basa dari cairan tubuh. Keadaan basa maupun asam dapat diperlihatkan pada skala pH sekitar 0-14 dengan
perbandingan terbalik yang makin rendah, nilai pH makin banyak asam dalam larutan sedangkan meningkatnya nilai pH berarti bertambahnya basa dalam larutan, dimana 0
merupakan pH yang sangat rendah dari asam. pH 7,0 merupakan pH yang netral, sedangkan pH diatas 7,0 adalah basa dengan batas pH setinggi 14.
2
Menurut Mount dan Hume, pH berpengaruh terhadap terjadinya demineralisasi email jika saliva
sudah mencapai pH kritis yaitu 5,5 karena pada pH tersebut hidroksiapatit email akan mengalami kerusakan. Penurunan pH yang secara terus-menurus mengakibatkan
semakin banyak asam yang bereaksi dengan kalsium dan fosfat sehingga melarutkan hidroksiapatit.
12,13
Besarnya nilai pH mulut tergantung dari saliva sebagai buffer yang mereduksi formasi plak. Kapasitas buffer saliva merupakan faktor primer yang penting pada
saliva untuk mempertahankan derajat keasaman saliva berada dalam interval normal sehingga keseimbangan homeostatis mulut terjaga. Sistem buffer yang memberi
kontribusi utama 85 pada kapasitas total buffer saliva adalah sistem bikarbonat dan 15 oleh fosfat, protein dan urea. Pembentukan asam oleh bakteri didalam plak
maka akan terjadi penurunan pH. Dengan adanya penurunan pH akan menyebabkan kadar asam menjadi tinggi didalam mulut akibatnya pH saliva menjadi asam.
11,12,13
Derajat keasaman pH dan kapasitas buffer saliva ditentukan oleh susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit di dalam saliva terutama ditentukan oleh susunan
bikarbonat, karena susunan bikarbonat sangat konstan dalam saliva dan berasal dari kelenjar saliva. Derajat keasaman saliva dalam keadaan normal antara 5,6–7,0 dengan
rata-rata pH 6,7. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada pH saliva antara lain rata-rata kecepatan alir saliva, mikroorganisme rongga mulut, dan
kapasitas buffer saliva.
2,11
Derajat keasaman saliva pada keadaan istirahat pH saliva total yang tidak dirangsang biasanya bersifat asam, bervariasi dari 6,4 sampai 6,9. Konsentrasi
Universitas Sumatera Utara
bikarbonat pada saliva istirahat bersifat rendah, sehingga suplai bikarbonat kepada kapasitas buffer saliva paling tinggi hanya mencapai 50, sedangkan pada saliva
yang dirangsang dapat mensuplai sampai 85.
11
Kecepatan sekresi saliva mempengaruhi derajat keasaman dalam saliva, dan juga berpengaruh pada proses demineralisasi gigi. Hal ini dapat ditemukan pada
beberapa penyakit dengan gangguan sekresi saliva. Keadaan psikologis juga menyebabkan penurunan pH saliva akibat penurunan kecepatan sekresi saliva.
11
Derajat keasaman pH saliva optimum untuk pertumbuhan bakteri 6,5–7,5 dan apabila rongga mulut pH-nya rendah antara 4,5–5,5 akan memudahkan
pertumbuhan kuman asidogenik seperti Streptococcus mutans dan Lactobacillus.
2
Beberapa proses fisiologis yang dipengaruhi oleh pH adalah aktifitas enzimatik, proses demineralisasi dan remineralisai jaringan keras serta ikatan zat asam.
Penurunan pH dalam rongga mulut dapat menyebabkan demineralisasi elemen- elemen gigi dengan cepat, sedangkan pada kenaikan pH dapat terbentuk kolonisasi
bakteri dan juga meningkatkan pembentukan kalkulus.
3,14
Faktor yang mempengaruhi ph dan buffer saliva adalah siklus circadian. Siklus circadian mempengaruhi pH dan laju alir saliva. Pada keadaan istirahat atau
segera setelah bangun pH saliva meningkat dan kemudian turun kembali dengan cepat. Pada seperempat jam setelah makan stimulasi mekanik, pH saliva juga tinggi
dan turun kembali dalam waktu 30-60 menit kemudian. pH saliva agak meningkat sampai malam dan setelah itu turun kembali.
11,12
Selain itu, diet dapat mempengaruhi pH saliva. Diet kaya karbohidrat dapat menurunkan buffer saliva, sedangkan diet
kaya serat dan diet kaya protein mempunyai efek meningkat buffer saliva. Diet kaya karbohidrat meningkatkan metabolisme produksi asam oleh bakteri-bakteri mulut,
sedangkan protein sebagai sumber makanan bakteri, meningkatkan zat-zat basa seperti ammonia.
15
Adapun juga Perangsangan kecepatan sekresi saliva dapat mempengaruhi pH dan buffer saliva. Laju alir saliva merupakan pengaturan fisiologis
sekresi saliva. Pada keadaan normal, laju alir saliva berkisar antara 0,05-1,8 mLmenit. Kelenjar saliva dapat distimulasi dengan cara mekanis yaitu dengan
pengunyahan, kimiawi yaitu dengan rangsangan rasa, neural yaitu melalui saraf
Universitas Sumatera Utara
simpatis dan parasimpatis, psikis dan rangsangan rasa sakit. Bila dirangsang akan meningkat menjadi 2,5-5 mLmenit.
10,11
Bila alir saliva menurun, maka akan terjadi peningkatan frekuensi karies gigi. Jika laju alir saliva meningkat, akan menyebabkan konsentrasi sodium, kalsium,
klorida, bikarbonat dan protein meningkat, tetapi konsentrasi fosfat, magnesium dan urea akan menurun. Apabila komponen bikarbonat saliva meningkat, maka hasil
metabolik bakteri dan zat-zat toksik bakteri akan larut dan tertelan sehingga keseimbangan lingkungan rongga mulut tetap terjaga dan frekuensi karies gigi akan
menurun.
10,12
Apabila sekresi saliva meningkat, maka pH dan kapasitas buffernya juga akan meningkat, dan volume saliva juga akan bertambah sehingga risiko terjadinya karies
makin rendah. Penurunan pH dalam rongga mulut dapat menyebabkan demineralisasi elemen gigi dengan cepat, sedangkan pada kenaikan pH dapat terbentuk kolonisasi
bakteri yang menyimpang dan meningkatnya pembentukan kalkulus. Rendahnya sekresi saliva dan kapasitas buffer saliva dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan saliva untuk membersihkan sisa makanan, mematikan kuman, mengurangi kemampuan menetralkan asam dan kemampuan menimbulkan
remineralisasi lesi enamel. Penurunan sekresi saliva saliva dapat diikuti oleh peningkatan jumlah Streptokokus mutans dan Laktobasilus. Dengan demikian,
aktivitas karies yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang sekresi saliva berkurang.
12
2.2 Pengukuran Saliva Menggunakan Saliva-Check Buffer Kit