Laju alir saliva mengalami perubahan karena beberapa faktor seperti derajat hidrasi saliva.
Derajat hidrasi atau cairan tubuh merupakan faktor yang paling penting karena apabila cairan tubuh berkurang 8 maka kecepatan alir saliva berkurang
hingga mencapai nol. Sebaliknya hiperhidrasi akan meningkatkan kecepatan alir saliva. Pada keadaan dehidrasi, saliva menurun hingga mencapai nol. Pada posisi
tubuh pula posisi tubuh dalam keadaan berdiri merupakan posisi dengan kecepatan alir saliva tertinggi bila dibandingkan dengan posisi duduk dan berbaring. Pada posisi
berdiri, laju alir saliva mencapai 100, pada posisi duduk 69 dan pada posisi berbaring 25. Paparan cahaya juga mempengaruhi laju alir saliva. Dalam keadaan
gelap, laju alir saliva mengalami penurunan sebanyak 30-40. Selain itu, laju aliran saliva dipengaruhi oleh siklus circardian circardian
rhythms , yaitu irama jantung yang teratur dalam fungsi tubuh yang terjadi selama 24
jam. Laju alir saliva memperlihatkan dapat mencapai puncaknya pada siang hari dan
menurun saat malam hari dan penggunaan tropine dan obat kolinergik seperti
antidepresan trisiklik, antipsikotik, tropine , β-blocker dan antihistamin dapat
menurunkan laju alir saliva.
Laju alir saliva pada usia lebih tua mengalami penurunan, sedangkan pada anak dan dewasa laju alir saliva meningkat diikuti dengan efek psikis seperti
berbicara tentang makanan yang disukai, melihat makanan dan mencium makanan yang disukai dapat meningkatkan laju alir saliva. Sebaliknya, berfikir makanan atau
mencium bau yang tidak disukai dapat menurunkan sekresi saliva. Adapun juga, laju aliran saliva pada pria lebih tinggi daripada wanita meskipun keduanya mengalami
penurunan setelah radioterapi. Perbedaan ini disebabkan oleh karena ukuran kelenjar saliva pria lebih besar daripada kelenjar saliva wanita.
2.1.2 Viskositas Saliva
Viskositas adalah suatu keadaan viskus yang mempunyai hubungan yang erat dengan komposisi glikoprotein. Peran saliva sebagai pelumas sangat penting untuk
kesehatan mulut, memfasilitasi pergerakan lidah dan bibir selama proses penelanan, dan juga penting dalam memperjelas ucapan saat berbicara. Viskositas saliva sangat
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh sekresi saliva. Viskositas saliva yang normal penting untuk pencernaan makanan dan fungsi motorik seperti mastikasi, penelanan dan bicara.
Peningkatan viskositas saliva akan menyebabkan gangguan bicara dan penelanan. Individu yang mempunyai viskositas saliva yang tinggi berisiko tinggi mendapat
penyakit periodontal. Efisiensi saliva sebagai pelumas tergantung pada viskositas dan perubahan laju aliran saliva. Apabila viskositas saliva meningkat, komposisi air
dalam saliva menurun dan ini akan menyebabkan saliva menjadi lebih kental.
2.1.3 Volume Saliva
Volume saliva yang disekresikan setiap hari diperkirakan antara 1,0-1,5 Liter.
14
Seperti yang telah diketahui, bahwa saliva disekresi oleh kelenjar parotis, submandibularis, sublingualis dan kelenjar minor. Pada malam hari, kelenjar parotis
sama sekali tidak berproduksi. Jadi, sekresi saliva berasal dari kelenjar submandibularis, yaitu lebih kurang 70 dan sisanya 30 disekresikan oleh
kelenjar sublingualis dan kelenjar ludah minor. Sekresi saliva dapat dipengaruhi oleh rangsangan yang diterima oleh kelenjar saliva. Rangsangan tersebut dapat terjadi
melalui jalan mekanis dimana mengunyah permen karet ataupun makanan yang keras, kimiawi yaitu rangsangan rasa seperti asam, manis, asin, pahit dan juga pedas,
psikis yaitu stres yang akan menghambat sekresi saliva, dapat juga karena membayangkan makanan yang enak sehingga sekresi saliva meningkat, neural yaitu
rangsangan yang diterima melalui sistem saraf otonom baik simpatis maupun parasimpatis, dan rangsangan rasa sakit misalnya karena adanya peradangan,
gingivitis dan juga karena protesa yang akan menstimulasi sekresi saliva. Sekresi saliva sebenarnya tidak tergantung pada umur, tetapi pada efek
samping dari obat-obatan tertentu yang dikonsumsi sehingga mengurangi alir saliva. Sekresi saliva yang berkurang akan mengakibatkan mulut kering, penurunan
pengecapan, kesukaran mengunyah dan menelan makanan, timbulnya keluhan rasa sakit pada lidah dan mukosa, juga dapat menyebabkan karies dan kehilangan gigi.
12
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Derajat Keasaman Saliva pH dan Buffer Saliva