Sinopsis Cerita Novel 1Q84

27. Nejimaki-Dori Kuronikuru 1994-1995 28. AndaguraundoYakusoku Sureta Basho De 1997-1998 29. Sapuuto Niko no Koibito 1999 30. Kami no Kodomotachi wa Nuba Idoru 2000 31. Umibe no Kafuka 2002 32. Afutadaku 2004 33. Tokyo Kitanshu 2005 34. Blind Willow, Sleeping Woman 2006 35. What I Talk About When I Talk About Running 2008 36. Murakami Diary 2009

2.6 Sinopsis Cerita Novel 1Q84

“1Q84” adalah sebuah novel karangan Haruki Murakami yang menceritakan tentang kisah kehidupan seorang wanita muda bernama Aomame dimana Aomame Masami mulai melihat kejanggalan dunia di sekitarnya. Aomame sadar tengah memasuki dunia yang penuh teka-teki, yang disebutnya 1Q84-Q kependekan question mark tanda tanya. Dunia yang mengandung penuh dengan tanda tanya. Aomame berasal dari keluarga yang menganut sekte keagamaan bernama “Jemaat Saksi“. Sekte agama kristen, mendukung eskatologi, melakukan kegiatan pengabaran Injil dengan giat, dan menganut apa yang tertulis di dalam Kitab Suci secara harfiah. Ayah Aomame, Aomame Takayuki 58 tahun, bekerja di perusahaan teknik, sedangkan ibu Aomame, Aomame Keiko 56 tahun, tidak bekerja. Kakak Aomame, Aomame Keiichi 34 tahun , lulus SMA prefektur di Universitas Sumatera Utara Ichikawa, lalu bekerja di percetakan Tokyo, namun mengundurkan diri tiga tahun kemudian, lantas bekerja di kantor pusat Jemaat Saksi di Odawara. Dalam ajaran agamanya, karena dengan alasan “diharamkan“ Aomame tidak pernah menghadiri acara natal, tidak pernah ikut tamasya atau darmawisata sekolah yang bertujuan mengunjungi altar pemujaan Shinto atau kuil Buddha. Tidak pernah ikut pesta olah raga, tidak pernah menyanyikan lagu sekolah maupun lagu kebangsaan, dan tidak protes kalau disuruh memakai pakaian bekas. Mau tidak mau, Aomame harus menuruti itu semua karena orang tuanya. Dan tingkah laku yang dianggap ekstrim seperti itu membuat Aomame semakin terkucil dari teman –teman sekelasnya. Aomame sendiri memang bukan orang yang suka bergaul. Semasih duduk dibangku SD, Aomame hampir tidak pernah berbicara dengan teman sekelasnya. Lebih tepatnya, tak ada seorangpun yang mau berbicara dengan Aomame, kecuali ada urusan penting. Aomame diperlakukan seperti benda asing “kelihatan aneh sekali ” dan seharusnya dibuang dan diabaikan. Aomame sendiri merasa perlakuan yang diterimya tidak adil. Hanya karena keadaan Aomame yang harus selalu mematuhi peraturan orang tuanya membuat Aomame benar-benar dikucilkan di sekolah. Teman-teman Aomame sebenarnya tidak mengetahui penyebab tingkah aneh Aomame, dan memang tidak ingin tahu dan memahami kondisi diri yang sedang dialami Aomame. Teman-teman sekelasnya jijik kepada Aomame, dan bahkan guru-gurunya jelas menganggap kehadiran Aomame merepotkan. Namun Aomame tidak pernah merasa menyerah dengan keadaannya. Walaupun Aomame dikucilkan oleh teman-temannya, Aomame tetap masuk sekolah setiap hari dan melakukan ritual-ritual yang diajarkan agamanya dengan penuh percaya diri yaitu Universitas Sumatera Utara melakukan ritual doa sebelum makan dengan suara yang lantang. Karena kalau Aomame tidak melakukan ritual yang diajarkan agamanya dan bolos masuk sekolah, Aomame justru akan merasa kalah dari teman-teman sekelas dan gurunya. Sebelum akhirnya Aomame memutuskan untuk pindah sekolah dan meninggalkan rumahnya, ada kejadian yang membuatnya lebih merasa nyaman berada di sekolah. Ketika sosok laki-laki teman sekelasnya yang bernama Tengo membantunya dari kejahatan yang dilakukan teman sekelasnya. Kejadian itu bermula ketika dalam pelajaran IPA, Aomame dibentak keras oleh teman sekelompoknya hanya karena Aomame membuat kesalahan dalam eksperimennya. Tengo yang melihat kejadian itu tanpa ragu-ragu dan secara spontan mengajak Aomame pindah ke kelompoknya tanpa mempedulikan reaksi teman sekelompok Aomame. Kemudian Tengo menjelaskan prosedur eksperimen secara seksama kepada Aomame, dan Aomame pun mendengarkan penjelasan Tengo dengan seksama sehingga Aomame tidak pernah membuat kesalahan sama lagi. Itulah pertama kalinya Aomame mendapat perlakuan baik dari teman sekelasnya. Pada sore yang cerah diawal Desember, Tengo dan Aomame sama-sama berada di dalam kelas. Tak ada orang lain. Pada saat itu, tanpa ada keraguan Aomame menyeberang ruang kelas dengan langkah cepat, menghampiri Tengo, lalu berdiri disampingnya. Kemudian Aomame menggenggam tangan Tengo, dan mendongak untuk menatap wajah Tengo, pandangan Tengo dan Aomame pun beradu. Genggaman tangan yang dilakukan Aomame terhadap Tengo berlangsung cukup lama namun tidak ada percakapan yang terjadi antara Aomame dan Tengo. Setelah itu Aomame melepaskan genggaman tangannya dan berlari kecil keluar Universitas Sumatera Utara dari ruangan kelas. Kejadian itu terus membekas dalam hati dan pikiran Aomame dan berlalu begitu saja. Ketika duduk di kelas 5 SD, Aomame memutuskan untuk memisahkan diri dari kedua orang tuanya dan ikut pamannya. Aomame merasa tidak sanggup mengikuti aturan-aturan yang diajarkan agamanya. Walau keluarga pamannya memahami keadaan Aomame, tetap saja Aomame merasa sebatangkara dan haus akan kasih sayang. Tanpa mengetahui kemana harus mencari tujuan dan makna hidup, Aomame melewati hari demi hari dengan hati yang hampa. Semasa SMP dan SMA, Aomame mengabdikan diri kepada olah raga sofbol dengan penuh semangat. Di SMP maupun SMA Aomame menjadi pemain inti di dalam timnya. Berkat kemampuannya yang bagus dalam bermain sofbol maupun kemampuannya yang lihai dalam mengatur strategi permainan, Aomame selalu dibanggakan dan dibutuhkan oleh timnya. Pada saat itulah Aomame merasa percaya diri dan bahagia karena kehadirannya dibutuhkan oleh orang lain. Berkat kemampuan Aomame, semakin hari timnya menjadi kuat dan berhasil memenangkan pertandingan tingkat ibu kota Tokyo dalam kejuaraan Nasional tingkat SMA. Ketika SMA, Aomame memiliki sahabat bernama Tamaki. Mereka sama-sama pemain inti dalam olah raga sofbol. Tamaki sendiri berasal dari keluarga yang kaya, namun kedua orang tua Tamaki memiliki hubungan yang kurang baik sehingga membuat Tamaki sering mencari kebahagiaan di luar rumah. Salah satunya ikut bergabung dalam tim sofbol. Aomame dan Tamaki menjalin hubungan persahabatan yang sangat erat. Ketika memiliki waktu senggang, mereka berdua sering pergi bertamasya bersama. Setamat SMA, Aomame melanjutkan sekolah di Universitas Pendidikan Jasmani. Aomame mempelajari Universitas Sumatera Utara ilmu kesehatan olah raga dan juga tertarik untuk mempelajari seni bela diri. Waktu Aomame dihabiskan untuk belajar. Tak ada waktu untuk iseng-iseng. Tamaki sendiri masuk Fakultas Hukum di Universitas Swasta. Sepekan sekali Aomame dan Tamaki bertemu dan berbincang-bincang tentang banyak hal. Namun pada musim gugur Tamaki kehilangan keperawanannya lebih tepatnya diperkosa. Kejadian itu membuat Tamaki sangat terpukul. Mengetahui kejadian yang menimpa sahabatnya, Aomame pun berusaha menghibur Tamaki. Aomame mengusulkan kepada Tamakai agar menghukum lelaki itu, namun Tamaki tidak setuju. Dalam hal membina hubungan kekasih Tamaki selalu gagal hingga suatu ketika Tamaki pernah melakukan aborsi dua kali. Sedangkan Aomame tidak pernah berpikir untuk memiliki kekasih karna alasan sibuk dengan kegiatan sehari-hari. Setelah mengantongi ijazah S1, Tamaki melanjutkan masuk program pasca-sarjana dan Aomame mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang memproduksi minuman energi dan makanan kesehatan. Seperti saat kuliah, Aomame dan Tamaki makan bersama di akhir pekan. Ketika berusia 24 tahun, Tamaki menikah dengan laki-laki yang dua tahun lebih tua darinya. Hidup Tamaki pun semakin berantakan setelah menikah. Tamaki semakin jarang bertemu dengan Aomame. Mereka lebih sering berkomunikasi lewat surat. Suatu ketika Aomame menerima kabar bahwa sahabat terbaiknya bunuh diri. Ternyata sebelum bunuh diri Tamaki sempat menulis surat untuk Aomame yang mengatakan bahwa sebenarnya kehidupan pernikahannya bagaikan hidup dalam neraka. Tamaki sering mendapat perlakuan kasar dari suaminya. Aomame pun merasa sangat sedih mengetahui sahabat karibnya sudah meninggal karena bunuh diri. Aomame merasa menyesal karena tidak bisa Universitas Sumatera Utara melakukan apa-apa untuk menolong Tamaki. Saat itu Aomame tidak pernah menyukai lelaki manapun kecuali Tengo, lelaki yang digenggam tangannya oleh Aomame ketika berusia 10 tahun. Tidak berapa lama setelah kehilangan sahabatnya, Aomame berhenti bekerja dari perusahaan minuman energi. Kemudian Aomame kembali bekerja sebagai pelatih andal di pusat kebugaran kelas atas. Saat mengajarkan kelas seni bela diri, Aomame bertemu seorang wanita tua dari Puri Dedalu. Wanita tua itu ikut kelas seni bela diri yang diajarkan oleh Aomame. Keesokan harinya Aomame menerima amplop yang berisikan bahwa wanita tua itu ingin Aomame mengajarkan private di rumahnya dan Aomame pun menerimanya. Dan saat itulah Aomame mulai merasa menaglami perubahan- perubahan yang aneh yang terjadi dalam hidupnya. Ternyata selain menjadi pelatih pribadi wanita tua itu, Aomame juga diminta menjadi pembunuh bayaran. Aomame diminta membunuh setiap lelaki yang memiliki catatan buruk yaitu suka menganiaya perempuan. Ketika Aomame sedang dalam perjalanan untuk melakukan tugasnya membunuh seorang laki-laki yang menganiaya isitrinya, Aomame banyak mengalami kejadian aneh di sekitarnya. Saat terjebak dalam kemacetan, di dalam taksi Aomame mendengarkan musik yang sebelumnya ia tidak pernah dengar namun tanpa sadar Aomame mengucapkan judul lagunya. Melihat Aomame yang sedang gelisah, sopir taksi menyarankan Aomame untuk menuruni tangga darurat yang berada di ujung jalan. Aomame pun menuruti saran sopir taksi. Aomame juga melihat polisi membawa revolver model lama. Aomame merasa sangat bingung dengan apa yang dialaminya. Keesokan harinya, Aomame mencermati makna dari lagu yang didengarnya dalam taksi, kemudian Universitas Sumatera Utara berusaha mencari petunjuk tentang hubungan macam apa yang terjalin antara Aomame dengan musik sinfonietta yang didengarnya dalam taksi. Aomame berusaha membuat hipotesis untuk meyakinkan dirinya dengan apa yang sudah dialaminya. Aomame merasa berada di dunia baru. Dunia yang diberi nama 1Q84. Q adalah singkatan dari “question mark” tanda tanya. Dunia yang penuh dengan tanda tanya. Aomame juga melihat ada dua bulan di langit. Aomame semakin banyak mengalami kesulitan dalam hidupnya ketika wanita tua itu memberikan tugas yang sangat berat dan beresiko tinggi. Aomame diminta untuk membunuh laki-laki yang menjadi seorang pemimpin dalam sekte keagaman. Semua keamanan dan resiko yang akan dialami Aomame sudah diperhitungkan ketika ia akan membunuh lelaki yang menjadi pemimpin dalam sekte keagamaan tersebut. Ketika Aomame ingin membunuh sang pemimpin, ternyata niatnya diketahui sang pemimpin. Namun lelaki itu tidak menghalangi niat Aomame, bahkan lelaki itu menyuruhnya agar Aomame segera menghabisi nyawanya. Aomame pun melanjutkan rencananya. Setelah Aomame berhasil membunuh sang pemimpin, ia langsung bersembunyi di tempat apartemen yang sudah disiapkan oleh wanita tua itu. Hari demi hari dilalui Aomame dengan bersembunyi di apartemen. Beberapa minggu setelah kejadian ketika Aomame membunuh sang pemimpin, Ia merasa ada sesuatu yang aneh di dalam perutnya. Aomame merasakan ada makhluk yang bernafas dalam perutnya. Ternyata Aomame hamil. Dan entah kenapa, Aomame merasa bahwa kehamilannya ada hubungannya dengan Tengo. Yaitu lelaki yang digenngam tangannya saat berusia 10 tahun. Aomame melakukan aktivitas seperti biasa setiap harinya. Pada malam Universitas Sumatera Utara hari, Aomame memandang ke arah langit melihat dua bulan, dan tidak jauh dari apartemen Aomame ternyata Tengo juga sedang melihat ke arah langit. Di dunia 1Q84 Aomame merasa akan dipertemukan dengan Tengo. Saat Aomame memandang ke arah langit, tiba-tiba ia melihat sosok laki-laki berada di taman dekat apartemennya. Entah kenapa Aomame merasa yakin bahwa lelaki yang dilihatnya itu adalah sosok Tengo yang sangat dicintainya ketika masih SD, bahkan sampai sekarang. Tiba-tiba sosok yang dilihatnya menghilang begitu saja. Berharap akan melihat lelaki itu lagi, setiap malam Aomame memandang kearah taman. Namun sosok itu tidak muncul lagi. Karena penasaran, Aomame berusaha mencari laki-laki yang dilihatnya di sekitar apartemen Aomame. Dan ia menemukan sebuah apartemen kuno berlantai 2. Aomame berusaha masuk ke dalam apartemen dan menaiki lantai 2. Ketika itu Aomame sangat terkejut dengan apa yang ditemukannya, yaitu papan nama yang bertuliskan Kawana Tengo yang menggantung di pintu. Aomame mencoba memencet bel namun tidak ada yang membuka pintu, dan akhirnya Aomame memutuskan untuk kembali lagi ke apartemennya. Aomame meminta bantuan kepada wanita tua itu agar menyelidiki lelaki yang berada di apartemen kuno itu. Dan setelah melakukan penyelidikan ternyata Kawana Tengo yang ada di apartemen kuno adalah Tengo yang dimaksud oleh Aomame. Aomame pun merasa sangat bahagia mendengar hal itu, ia merasa kehadiran Tengo semakin dekat dengannya. Lelaki yang disuruh oleh wanita tua untuk menyelidiki Tengo bernama Tamaru. Tamaru akhirnya bertemu dengan Tengo, dan ia memberitahukan keberadaan Aomame dan apa yang sedang dialami Aomame sekarang. Mendengar hal itu dari Tamaru, Tengo merasa sangat senang karena bisa bertemu lagi dengan wanita yang sangat dicintainya. Sejak kejadian Universitas Sumatera Utara saat Aomame menggandeng tangan Tengo, ternyata mereka berdua saling jatuh cinta. Namun mereka harus terpisah selama 20 tahun dan dipertemukan kembali di tahun 1Q84. Tahun dimana banyak kejadian aneh yang susah untuk dipahami penyebabnya. Tamaru pun memberitahukan kepada Tengo tempat dimana Aomame ingin bertemu dengannya dan membawa barang yang diperlukan saja. Akhirnya tibalah saat yang ditunggu, Aomame pun bertemu dengan Tengo. Kemudian Aomame mengajak Tengo ke tempat dimana awal mula Aomame merasa mulai mengalami kejadian yang aneh setelah menuruni anak tangga saat terjebak dalam kemacetan. Aomame dan Tengo pun menuruni anak tangga dan menaiki anak tangga itu kembali. Aomame sangat yakin, dengan melakukan hal itu, mereka akan berada di dunia yang normal dunia 1984 bukan dunia 1Q84, dunia yang hanya ada satu bulan di langit bukan dunia yang ada dua bulan di langit. Dan saat Aomame dan Tengo berada di pinggir jalan, Aomame merasakan perubahan dengan tempat di sekitarnya. Aomame merasa sudah berada di dunia yang normal yaitu dunia yang hanya ada satu bulan. Kemudian Aomame dan Tengo menaiki taksi menuju ke tempat dimana orang lain tidak ada yang mengenalinya. Dan akhirnya Aomame dan Tengo hidup bersama dan bahagia selamanya. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah