Sarana dan Prasarana Karakteristik Petani Sampel

Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2012 No Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa Persentase 1 Belum Sekolah 250 11,83 2 SD 350 16,57 3 SMP 300 14,20 4 SMA 1100 52,08 5 D1-D3 60 2,84 6 S1 52 2,48 Jumlah 2112 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Lau Mil, 2013 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk di desa penelitian dengan tingkat pendidikan SMA adalah 1100 jiwa 52,08, kemudian tingkat SD sebanyak 350 jiwa 16,57 dan tingkat SMP sebanyak 300 jiwa 14,20. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Desa Lau Mil terbanyak berada pada tingkat SMA.

4.2 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan suatu masyarakat. Sarana dan prasarana pendidikan di Desa Lau Mil masih kurang karena belum tersedianya Sekolah Menengah Pertama SMP di desa tersebut. Akibatnya anak- anak yang sekolah ditingkat SMP harus sekolah ke ibukota Kecamatan Tigalingga yang berjarak 6 km ataupun ke Desa Lau Sireme yang jaraknya sekitar 3 km dengan berjalan kaki. Sarana dan prasarana kesehatan sudah baik. Prasarana jalan sudah cukup baik karena jalan menuju ke Desa Lau Mil sudah diaspal walaupun beberapa ruas jalan masih ada yang berlubang rusak. Sarana dan prasarana di Desa Lau Mil dapat dilihat pada tabel 4.6. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana Desa Lau Mil Tahun 2012 No Sarana dan Prasarana Jumlah Unit 1 Pendidikan  TK 1  SD 3 2 Kesehatan  Puskesmas Pembantu 1  Balai Pengobatan Swadaya 1  PosyanduPolindes 1 3 Rohani  Gereja 8 4 Kantor Kepala Desa 1 Sumber: Kantor Kepala Desa Lau Mil, 2013 Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana kesehatan di daerah penelitian sudah memadai dengan adanya Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan Swadaya dan PosyanduPolindes. Namun sarana dan prasarana pendidikan masih kurang memadai karena yang terdapat di daerah penelitian masih hanya Taman Kanak-Kanak TK dan Sekolah Dasar SD. Oleh karena itu, bagi anak-anak yang akan melanjutkan pendidikannya ke tingkat SMP ataupun SMA harus ke ibukota kecamatan atau desa lain dengan jarak tempuh yang jauh.

4.3 Karakteristik Petani Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman jagung dalam lahan pertaniannya pada Musim Tanam II Juni-Desember tahun 2011 dan tahun 2012. Karakteristik petani meliputi luas lahan usahatani, tingkat pendidikan, umur, jumlah tanggungan dan pengalaman bertani. Karakteristik petani sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 4.7. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7 Karakteristik Petani Sampel Tahun 2012 No Uraian Satuan Rataan Rentang 1 Luas Lahan Ha 0,61 0,19 – 2 2 Umur Tahun 47,23 28 – 69 3 Pendidikan Formal Tahun 9,42 2 – 17 4 Pengalam Bertani Tahun 23,17 3 – 50 5 Jumlah Tanggungan Jiwa 3,35 – 7 Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 1 Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa rata-rata luas lahan usahatani jagung petani sampel adalah 0,61 Ha dengan rentang 0,19 – 2 Ha. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa luas lahan yang diusahakan oleh petani sudah cukup luas. Umur petani sampel rata-rata 28-69 tahun dengan rataan 47,23 tahun. Hal ini berarti bahwa pada umumnya petani sampel berada dalam usia produktif dalam mengusahakan usahatani jagung. Tingkat pendidikan formal yang ditempuh petani pada umumnya adalah 9,42 tahun dengan rentang 2-17 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan petani sampel adalah setingkat SMP. Pengalaman bertani petani sampel Desa Lau Mil adalah 23,17 tahun dengan kisaran antara 3-50 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani petani sudah cukup lama sehingga petani sampel dianggap sudah berpengalaman dalam bidang pertanian. Jumlah tanggungan rata-rata setiap petani di daerah penelitian adalah 3,35 tahun dengan rentang antara 0 - 7 jiwa. Hal ini menunjukkan petani memiliki jumlah tanggungan yang sedang. Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap Universitas Sumatera Utara pendapatan keluarga dan ketersediaan lapangan kerja terutama pada usia produktif 15-60 tahun. Status kepemilikan lahan petani sampel di daerah penelitian terdiri dari lahan milik sendiri dan lahan bukan milik sendiri sewa. Rata-rata lahan petani sampel di daerah penelitian adalah lahan milik sendiri yaitu sebanyak 57 sampel 68,67 dan penyewa lahan sebanyak 26 sampel 31,33. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel pada umumnya telah memiliki lahan sendiri yang digunakan untuk usahatani sehingga dapat mengurangi biaya produksi untuk penyewaan lahan. Universitas Sumatera Utara BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dampak kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah HRD jagung Sumatera Utara terhadap harga jual dan pendapatan petani di Kabupaten Dairi diukur melalui bagaimana perbedaan harga referensi daerah HRD jagung Sumatera Utara dengan rata-rata harga jual harga aktual petani tahun 2012 dengan cara membandingkan antara HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012 dengan rata-rata harga jual harga aktual petani tahun 2012. Kemudian dampak kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah HRD jagung Sumatera Utara terhadap harga jual petani di Kabupaten Dairi diperoleh dengan cara membandingkan antara harga jual petani jagung sebelum penetapan HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012 yaitu pada tahun 2011 dengan harga jual petani jagung setelah penetapan HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012 yaitu pada tahun 2012. Dampak kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah HRD jagung Sumatera Utara terhadap pendapatan petani di Kabupaten Dairi diperoleh dengan cara membandingkan antara pendapatan petani jagung sebelum penetapan HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012 yaitu pada tahun 2011 dengan pendapatan petani jagung setelah penetapan HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012 yaitu pada tahun 2012. Universitas Sumatera Utara

5.1 Analisis Usahatani Jagung Sebelum dan Sesudah Penetapan HRD Jagung Sumatera Utara Tahun 2012