dia mau menambah produksinya atau tidak, karena dia yang melakukan produksi bukan pemerintah atau pihak lain Tambunan, 2003.
Harga merupakan faktor utama seperti yang dimaksud di atas. Oleh karena itu,
kebijakan menaikkan output pertanian bisa berhasil lewat pemberian insentif harga. Pemerintah harus mengetahui betul bagaimana respons suplai di sektor
pertanian terhadap perubahan harga. Tentu, respon ini berbeda menurut jenis komoditi dan bahkan antar petani di dalam kategori tanaman yang sama. Hal ini,
tergantung pada tujuan petani melakukan kegiatan bertani dan kondisi ekonominya. Besarnya respon penawaran terhadap perubahan harga juga sangat
penting bagi pembuat-pembuat kebijakan dalam mengevaluasi kebijakan. Pembuat-pembuat kebijakan juga dapat mengetahui apakah penetapan kebijakan
harga yang lebih tinggi di tingkat petani dapat menaikkan atau sebaliknya mengurangi produksi Tambunan, 2003.
2.2 Landasan Teori
Harga adalah sejumlah uang yang harus diberikan seseorang untuk memperoleh
barang dan jasa Abdullah.N.S, 1995. Sedangkan Winardi 1998 mengemukakan bahwa harga adalah nilai tukar sesuatu benda atau jasa yang dinyatakan dalam
bentuk uang Anonimus
1
, 2012. Sedangkan harga jual adalah nilai yang dibebankan kepada pembeli atau pemakai barang atau jasa. Menurut
Mulyadi 2001 harga jual adalah total biaya ditambah laba memadai yang diharapkan Anonimus
2
, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Faktor terpenting dalam pembentukan harga adalah kekuatan permintaan dan
penawaran. Permintaan
dan penawaran
akan berada
dalam keseimbangan pada harga pasar jika jumlah yang diminta sama dengan
jumlah yang ditawarkan . Terjadinya peningkatan harga akan membawa keuntungan atau surplus bagi
produsen petani. Untuk mencari besarnya surplus produsen harus menggunakan garis penawaran supply. Teori surplus produsen adalah ukuran keuntungan yang
diperoleh produsen karena mereka beroperasi pada suatu pasar komoditi. Keuntungan akan diperoleh produsen karena harga yang terbentuk di pasar
melebihi harga yang ditawarkan pada tingkat penjualan tertentu. Sebenarnya produsen bersedia menjual barangnya di bawah harga keseimbangan tetapi dengan
kompensasi barang yang ditawarkan lebih sedikit dari jumlah barang yang ditawarkan pada kondisi setimbang Joesron dan Fathorrozi, 2003 .
Konsumen akan mendapatkan surplus apabila harga yang diperkirakan lebih
tinggi dari harga keseimbangan pasar harga yang terjadi di pasar. Artinya adalah bahwa harga dalam kondisi keseimbangan pasar lebih rendah dari harga yang
mampu dibayarkan oleh konsumen untuk sebuah barang. Besarnya surplus tentu saja bergantung pada berapa banyak yang akan dibeli konsumen dikalikan dengan
selisih harga Putong, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Besarnya surplus konsumen dan surplus produsen dapat dilihat pada grafik 2.1.
Daerah Surplus Konsumen
Daerah Surplus Produsen
Grafik 2.1 menunjukkan bahwa harga yang terjadi di pasar adalah Po. Harga ini
ditentukan oleh permintaan dan penawaran di pasar yang ditunjukkan secara grafik oleh titik potong antara garis BS dan garis AD. Harga Po inilah yang harus
dibayarkan oleh konsumen. Selisih antara harga optimal dengan harga yang harus dibayar merupakan sumber surplus bagi konsumen. Besarnya surplus ini dihitung
dari perbedaan harga dikalikan dengan kuantitas pembeliannya. Apabila dijumlahkan untuk semua konsumen akan diperoleh keseluruhan surplus
konsumen yang ditunjukkan daerah AEPo. Apabila harga yang berlaku di pasar lebih tinggi dari harga kesediaan minimal tersebut, produsen memperoleh surplus.
Disebut surplus karena pada tingkat harga yang lebih rendahpun sudah mencerminkan kedudukan terbaik optimal bagi produsen. Besarnya surplus
produsen sama dengan besarnya perbedaan harga tersebut dikalikan dengan kuantitas yang berhasil dijualnya pada harga Po. Bila semua surplus produsen
dijumlahkan besarnya secara grafik dicerminkan oleh daerah BEPo. Besarnya Grafik 2.1. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen
P A
Po S
D
Qo Q Kuantitas
Harga Pasar
B
E
Universitas Sumatera Utara
surplus konsumen dan produsen ini sangat penting diketahui untuk mengetahui pengaruh dari berbagai kebijaksanaan pemerintah terhadap kesejahteraan
masyarakat Sudarsono, 1995. Komoditas pertanian bersifat khas yaitu disatu sisi sangat dibutuhkan akan tetapi
disisi lain permintaannya bersifat inelastis dimana harga tidak berpengaruh besar terhadap permintaan. Oleh karena itu, besar kemungkinan produsen komoditas
petanian disatu sisi akan banyak mengalami kerugian karena harga tidak berpengaruh besar pada permintaan. Pemerintah seringkali mengambil kebijakan
untuk melindungi bagian dari masyarakat yang menderita. Hal ini tidak hanya berlaku
pada beraspadi,
melainkan juga
untuk produk-produk
pertanianperkebunan lainnya. Kebijaksanaan dalam hal ini dapat dibagi dalam beberapa golongan, antara lain Putong, 2005:
1. Pembatasan Jumlah ProdukAreal Produksi Crop Restriction
Kalau harga hasil pertanian terlalu rendah, maka untuk melindungi para petani ada kalanya jumlah areal dikurangi, untuk tiap petani ditentukan suatu kuota areal.
Dengan demikian penawaran hasilnya turun dan harga produk naik. Dengan jalan ini konsumen menjadi korban karena ia harus membayar harga yang lebih mahal
dan mendapat produkbarang yang kurang. Petani produsen menerima harga yang lebih mahal tetapi menjual dengan jumlah yang kurang. Apakah keadannya lebih
baik atau lebih buruk, tergantung kepada elastisitas permintaan. Jika permintaan bersifat inelastis ditunjukkan pada grafik 2.2.
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik dapat dilihat bahwa permintaan adalah inelastis dimana hasil
diturunkan oleh OS ke OS’, maka harga dari SE ke S’E’ atau dari OA ke OB. Jumlah hasil penjualan revenue yang diterima petani produsen mula-mula
sebesar OSEA kemudian menjadi OS’E’B. Disini dapat dilihat bahwa bidang I yang hilang lebih kecil daripada bidang II yang diterima sebagai tambahan oleh
petani sehingga para petani menerima hasil penjualan revenue yang lebih besar dan pembatasan jumlah produksi ini menguntungkan mereka. Ditambah lagi,
karena produksinya turun, biaya cost nya juga turun sehingga revenue profit lebih tinggi Kadariah, 1994.
Jika permintaan elastis dapat dilihat pada grafik 2.3. P
B
A
S’ Q
S D
R
S’ S
E
E’
II
I
Grafik 2.2 Permintaan Inelastis
Universitas Sumatera Utara
II I
Dari grafik dapat dilihat bahwa permintaan adalah elastis dimana hasil turun dari
OS ke OS’, maka harga naik dari SE ke S’E’ atau dari OA ke OB. Jumlah yang diterima para petani produsen mula-mula sebesar OSEA, kemudian menjadi
OS’E’B. Bidang I yang lebih besar daripada bidang II ditambahkan sehingga petani menerima hasil penjualan revenue yang lebih kecil selisih sebesar
bidang I – bidang II. Jika selisih ini lebih besar daripada turunnya biaya produksi
karena turunnya produksi maka net revenue profit petani turun sehingga jumlah produksi ini merugikan petani. Jadi kebijaksanaan areal produksi ini
harus melihat elastisitas permintaan. Konsumen tentu dirugikan, produsen belum tentu untung.
2. Penentuan Harga Dasar Floor Price dan Pembelian Kelebihan Hasil oleh Pemerintah
Pemerintah dapat menjamin kepada petani suatu tingkat harga yang lebih tinggi dari harga ekuilibrium dengan menggunakan price floor dimana tingkat harganya
disebut floor price. Pada tingkat harga yang lebih tinggi ini tidak seluruh hasil Grafik 2.3 Permintaan Elastis
P
B A
S’ Q
S D
R
S’ S
E E’
Universitas Sumatera Utara
produksi terbeli oleh konsumen. Sisanya dibeli oleh pemerintah dengan harga floor price untuk ditimbun, jika tidak demikian maka harga akan turun kembali ke
tingkat semula Kadariah, 1994. Berikut ini akan dijelaskan penentuan harga dasar price floor dan pembelian
kelebihan hasil oleh pemerintah pada grafik 2.4:
Dari grafik 2.4 dapat dilihat bahwa jumlah yang ditawarkan adalah OS dan harga
ekuilibrium adalah SE = OA. Jika tidak ada kebijaksanaan pemerintah, penerimaan total total revenue petani produsen adalah OSEA. Setelah
pemerintah menentukan floor price setinggi OB, maka jumlah yang dibeli konsumen turun sampai OS’. Sisanya sebesar SS’ dibeli oleh pemerintah dengan
harga dasar floor price Kadariah, 1994. Grafik 2.4 Penentuan Harga Dasar Floor Price dan Pembelian Kelebihan
Hasil Oleh Pemerintah P
B
A
S’ Q
S D
S’ S
E
E’ F
Floor Price
Universitas Sumatera Utara
3. Pemerintah Menyupsidi Selisih antara Harga yang Dibayar Konsumen dan Floor Price
Pada kebijaksanaan ini kepada petani dijamin suatu harga dasar tetapi karena
komoditas tersebut merupakan bahan makanan yang penting sekali untuk kehidupan masyarakat seperti beras maka tidak boleh bahan tersebut sampai
busuk dalam timbunan dan harus dijual kepada konsumen dengan tingkat harga di pasar harga ekuilibrium. Jadi konsumen tetap membayar harga ekuilibrium yang
rendah dan mendapat jumlah yang terjual pada tingkat harga itu, sedang produsen menerima harga floor price yang dicantumkan oleh pemerintah juga untuk jumlah
yang dibeli oleh konsumen. Selisih antara harga ekuilibrium dan floor price ini dibayar pemerintah berupa subsidi kepada petani. Disini konsumen tidak
dirugikan Kadariah, 1994. Dari grafik 2.5 dapat dilihat bahwa jumlah yang dihasilkan adalah jumlah yang
dibeli oleh konsumen = OS. Konsumen membayar harga ekuilibrium SE=OA. Produsen menerima subsidi dari pemerintah sebesar subsidi antara harga yang
Grafik 2.5 Pemerintah Menyupsidi Selisih antara Harga yang Dibayar Konsumen dan Floor Price
P
B
A
Q S
D S
E
F
Floor Price
Universitas Sumatera Utara
dijamin pemerintah dan harga yang dibayar oleh konsumen adalah EF = AB. Subsidi pemerintah ini merupakan biaya bagi kebijaksanaan ini ialah sebesar
AEFB.
4. Harga Atap Ceilling Price
Harga atap ceilling price adalah harga yang tertinggi yang diperbolehkan oleh pemerintah yang biasanya ditetapkan untuk melindungi konsumen jika harga
ekuilibrium yang terjadi di pasaran terlalu tinggi. Hal ini sering terjadi pada waktu jumlah produksipenawaran kurang, umpamanya pada waktu paceklik atau gagal
panen.
Dari grafik dapat dilihat bahwa apabila diserahkan kepada mekanisme pasar maka harga ekuilibrium terjadi pada titik E yaitu setinggi OA. Pada tingkat harga ini
yang dapat membeli komoditas hanyalah orang-orang yang mampu kaya atau berpenghasilan tinggi sedangkan orang-orang yang berpenghasilan rendah tidak
dapat membeli. Untuk menolong orang-orang yang tidak mampu ini harga Grafik 2.6 Harga Tertinggi Ceilling Price
P
A
C
Q S
D S
T
E
Ceilling Price R
Universitas Sumatera Utara
ditentukan lebih rendah daripada harga ekuilibrium misalnya OC. Dengan demikian maka akan terjadi excesss demand sebesar RT yang dapat menimbulkan
perebutan barang. Jika pemerintah akan melakukan kebijaksanaan stabilisasi harga dengan melakukan kombinasi antara harga dasar floor price dan harga
tertinggi celling price seperti pada grafik 2.7
Dari grafik 2.7 dapat dilihat apabila pemerintah mengadakan stabilisasi harga
sebuah komoditas dengan mempertahankan harga pada tingkat OB maka pada waktu panen jika penawaran adalah SS pada gambar a dan harga ekuilibrium
adalah SE=OA, pemerintah membeli sebanyak S S’ dengan harga OB floor price
sehingga penawaran di pasar menjadi S’S’ dan ekuilibrium terdapat pada titik E’ pada harga OB, gambar a.
Paceklik P
A’
B
S Q
S’ D
S S’
E ”
E’
Ceilling Price
b
Panen P
B
A
S’ Q
S D
S’ S
E
E’ Floor
Price
a
Grafik 2.7 Kombinasi Harga Dasar Floor Price dengan Harga AtapTertinggi Ceilling Price
Universitas Sumatera Utara
Pada waktu paceklik, jika penawaran menurun menjadi SS pada gambar b dan harga di pasar setinggi SE = OA’ maka komoditas yang ditimbun pemerintah pada
waktu panen dilempar ke pasar sehingga penawaran menjadi S’S’ pada gambar b dan ekuilibrium terdapat pada titik E, pada harga OB ceilling price. Dengan
demikian maka harga dapat dipertahankan pada tingkat harga yang sama sepanjang tahun.
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut Rahim, 2008: = �
dimana : TR = Total Penerimaan Total Reveniew
Y = Hasil produksi Py = Harga Y
Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan input. Dengan demikian
kegiatan produksi tersebut adalah mengkombinasikan berbagai masukan untuk menghasilkan keluaran Agung, 2008.
Fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara
hasil fisik output dengan faktor-faktor produksi input. Dalam bentuk matematika
sederhana, fungsi
produksi ini
dituliskan sebagai
berikut Daniel,2004:
Universitas Sumatera Utara
Y = f X
1
, X
2
, ,…….., X
n
dimana : Y
= hasil fisik X
1
…X
n
= faktor-faktor produksi Dalam produksi pertanian hubungan fungsinya sebagai berikut Daniel,2004:
P = f A, C, L, M dimana :
P = produksi A = faktor alam
C = faktor modal capital L = faktor tenaga kerja labor
M = manajemen meramalkan
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu a Biaya tetap fixed cost; dan b Biaya tidak tetap variable cost. Biaya tetap ini umumnya
didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap
ini tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Contohnya pajak. Biaya untuk pajak tetap dibayar walaupun hasil usahatani itu besar atau
gagal sekalipun. Disisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang
besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi. Kalau ingin produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu
ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya
Universitas Sumatera Utara
berubah-ubah tergantung
dari besar
kecilnya produksi
yang diinginkan Soekartawi, 1995.
Penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut Rahim, 2008:
TR = Y x Py dimana :
TR : Total penerimaan
Y : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py : Harga Y
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya.
Pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Pedapatan kotor atau penerimaan total adalah nilai produksi komoditas
pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Pendapatan bersih usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:
� = −
dimana:
Pd = Pendapatan bersih usahatani
TR = Total Penerimaan total reveniew
TC = Total Biaya total cost
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Pemikiran