BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari analisis yang dilakukan terhadap harga jual petani jagung harga aktual tahun 2012, harga jual dan pendapatan petani jagung sebelum dan sesudah
penetapan Harga Referensi Daerah HRD jagung Sumatera Utara 2012 maka diperolehlah kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan yang nyata antara Harga Referensi Daerah HRD jagung
Sumatera Utara tahun 2012 dengan harga jual petani jagung harga aktual di Kabupaten Dairi. Dimana rata-rata harga jual petani jagung harga aktual lebih
tinggi 15,93 dari Harga Referensi Daerah HRD jagung Sumatera Utara yang telah ditetapkan.
2. Ada dampak yang nyata kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah HRD
jagung Sumatera Utara tahun 2012 tehadap harga jual petani jagung di Kabupaten Dairi. Dimana rata-rata harga jual petani jagung setelah penetapan
HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012 lebih tinggi 2,66 dari rata-rata harga jual petani jagung sebelum penetapan HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012.
3. Ada dampak yang nyata kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah HRD
jagung Sumatera Utara tahun 2012 tehadap pendapatan petani jagung di Kabupaten Dairi. Dimana rata-rata pendapatan petani jagung setelah penetapan
HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012 lebih tinggi 15,99 dari rata-rata pendapatan petani jagung sebelum penetapan HRD jagung Sumatera Utara
tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
6.2 Saran
Kepada Pemerintah: 1.
Diharapkan kebijakan penetapan Harga Referensi Daerah HRD jagung Sumatera Utara sama halnya dengan Harga Pembelian Pemerintah HPP
pada beras karena HRD yang berlaku saat ini tidak terdapat dasar hukum yang menyatakan ketersediaan pemerintah membeli jagung petani apabila
harga jagung berada di bawah HRD jagung Sumatera Utara. Hal ini mengakibatkan apabila harga jagung berada di bawah HRD maka petani
harus menerima harga yang berlaku meskipun berada di bawah HRD jagung Sumatera Utara.
2. Agar pemerintah mengeluarkan peraturan yang jelas mengenai
penanggulangan harga jagung melalui peraturan yang mengikat. 3.
Agar pemerintah memasukkan seluruh komponen biaya produksi dan keuntungan petani yang diharapkan dalam menganalisis dan menetapkan nilai
HRD jagung Sumatera Utara sehingga harga yang berlaku di pasaran tidak merugikan petani produsen.
4. Agar pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebaiknya melakukan sosialisasi ke
daerah-daerah mengenai penerapan HRD jagung Sumatera Utara dan penerapannya harus berdampak bagi petani jagung di seluruh daerah di
Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Kepada Petani: 1.
Diharapkan petani lebih memperhatikan kadar air jagung pipil sesuai dengan standar yaitu sebesar 17.
2. Diharapkan petani melakukan grading dimana jagung pipil yang rusak
sebaiknya tidak dicampur dengan jagung pipil yang baik . 3.
Agar petani mencari informasi harga jagung yang berkembang agar mendapatkan harga yang sesuai.
Kepada Peneliti: 1.
Diharapkan peneliti selanjutnya mampu menganalisis nilai Harga Referensi Daerah HRD jagung Sumatera Utara yang seharusnya sesuai biaya produksi
yang dikeluarkan petani jagung dan keuntungan yang diharapkan yaitu sebesar 30 tiga puluh persen.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka Harga merupakan salah satu faktor yang sulit dikendalikan. Berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah mengenai hal ini tetapi tetap saja harga masih menjadi masalah, malah berkembang lagi menjadi masalah nomor wahid bagi petani.
Kebijaksanaan mengenai harga biasanya merupakan wewenang pemerintah yang diturunkan dalam bentuk peraturan dan keputusan pejabat berwenang.
Kebijaksanaan diambil dengan tujuan untuk melindungi petani dan menstabilkan perekonomian. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, pemerintah baik di pusat
maupun di daerah mengeluarkan peraturan-peraturan tertentu; ada yang berbentuk Undang - Undang, Peraturan - Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden,
Keputusan Menteri, Keputusan Gubernur dan lain-lain Daniel, 2004. Kebijaksanaan pertanian adalah serangkaian kegiatan yang telah, sedang dan
akan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan
umum kebijaksanaan
pertanian adalah
memajukan pertanian,
mengusahakan agar pertanian menjadi lebih produktif, produksi dan efisiensi produksi naik dan akibatnya penghidupan petani yang lebih tinggi dan
kesejahteraan yang lebih sempurna Mubyarto, 1989. Peraturan-peraturan itu pada dasarnya dapat dibagi dua yaitu kebijaksanaan yang
bersifat pengatur regulating police dan pembagian pendapatan yang lebih adil dan merata distributive policies. Kebijaksanaan yang bersifat pengaturan
Universitas Sumatera Utara
misalnya peraturan dalam perdagangandistribusi pupuk, sedangkan contoh peraturan yang bersifat mengatur pembagian pendapatan adalah penentuan
harga Mubyarto, 1989. Dasar penetapan harga adalah hubungan antara input dan output dalam proses
produksi suatu komoditas. Harga-harga komoditas yang ditetapkan biasanya menyangkut barang-barang pokok atau kebutuhan utama masyarakat, komoditas
pangan, komoditas industri serta komoditas yang mempunyai fungsi strategis lainnya Daniel, 2004.
Salah satu kebijakan harga adalah kebijakan harga referensi daerah HRD untuk
komoditas jagung. Harga Referensi Daerah HRD merupakan harga minimum pembelian jagung di tingkat petani yang disepakati sebesar biaya produksi
ditambah marginkeuntungan petani sebesar 30 tiga puluh persen. HRD ini digunakan sebagai acuan bagi petani produsen dan pelaku tata niaga jagung
sehingga tidak merugikan petani Ketapang SUMUT, 2012. Pertimbangan dalam penetapan kesepakatan Harga Referensi Daerah HRD
Jagung tahun 2012 di Provinsi Sumatera Utara adalah Ketapang SUMUT, 2012: 1.
Hasil Rapat Koordinasi; tanggal 15 Februari 2012 di Ruang Rapat Kenanga Kantor Gubernur Sumatera Utara, tanggal 20 Februari 2012 di Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara dan tanggal 22 Februari 2012 di Ruang Rapat Kenanga Kantor Gubernur Sumatera Utara yang dihadiri oleh
DinasInstansi terkait, Tim Teknis Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, Akademisi, Gabungan Pengusaha Makanan Ternak GPMT
dan Himpunan Petani Jagung Indonesia HIPAJAGIN.
Universitas Sumatera Utara
2. Hasil analisa usahatani jagung tahun 2012 oleh petani HIPAJAGIN
Kabupaten Karo sebesar Rp 1641Kg apabila ditambah margin keuntungan 30 dari biaya produksi, maka harga jual jagung pipilan kering di tingkat
petani adalah Rp 2133Kg.
Kebijaksanaan harga dalam bentuk peraturan yang diatur oleh pemerintah adalah kebijaksanaan harga dasar atau harga lantai floor price dan harga tertinggi atau
harga atap ceilling price. Harga dasar diperlukan untuk menjaga agar harga pasar pada saat panen tidak turun, supaya produsen bisa menerima hasilnya sesuai
dengan harga yang telah ditetapkan tersebut. Sebaliknya, harga atap harga maksimum tetap diperlukan khususnya pada musim-musim paceklik, saat
persediaan produksi terbatas. Sehingga dengan demikian kebijaksanaan harga dimaksudkan untuk melindungi produsen dari tekanan pasar Daniel, 2004
Dalam setiap aktivitas usaha di sektor pertanian atau agribisnis maka usaha
tersebut selalu dihadapkan dengan situasi ketidakpastian uncertainty dan risiko risk. Faktor ketidakpastian dan resiko merupakan faktor eksternalitas yaitu
faktor yang sulit dikendalikan oleh produsen. Sumber ketidakpastian yang penting adalah fluktuasi produksi output dan fluktuasi harga. Adanya faktor
ketidakpastian dan resiko ini menyebabkan produsen cenderung enggan memperluas usahanya Soekartawi, 1993.
Dilihat dari segi ekonomi pertanian, keberhasilan produksipanen petani pada
tingkat harga yang diterima untuk hasil produksinya tersebut merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku kehidupan petani. Harga menjadi hal penting
Universitas Sumatera Utara
yang diharapkan petani terutama ada beberapa persoalan yang biasanya dihadapi oleh petani antara lain Rahim, 2008:
1. Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen sedangkan pengeluaran
harus diadakan setiap hari, setiap minggu atau kadang-kadang dalam waktu yang sangat mendesak sebelum panen.
2. Petani hanya dapat menyimpan hasil panen yang besar untuk dijual sedikit
demi sedikit pada waktu keperluannya tiba. Namun, karena padatnya penduduk maka lahan milik petani menjadi sangat sempit sehingga hasil bersih
tidak cukup untuk hidup layak sepanjang tahun. 3.
Pengeluaran yang besar kadang-kadang tidak dapat diatur dan ditunggu sampai panen tiba misalnya kematian dan pesta kawin. Dalam hal tersebut petani
sering menjual tanaman pada saat masih hijau di sawah atau di kebun. Penjualan tersebut biasa disebut ijon sehingga harga yang diterima jauh lebih
rendah. 4.
Petani memiliki keperluan besar, misalnya memperbaiki rumah, membeli pakaian atau sepeda. Hal itu hanya dapat dipenuhi pada masa panen. Namun,
umumnya harga hasil pertanian rendah saat panen. Jika hal itu terjadi, sebenarnya petani mengalami dua kali terpukul, yaitu pertama harga hasil
panen rendah dan kedua petani harus menjual lebih banyak untuk mencapai uang yang diperlukan.
Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah Indonesia sejak masa orde baru
hingga saat ini untuk meningkatkan produksi pertanian dan sekaligus memperbaiki tingkat kesejahteraan petani lewat berbagai macam program seperti
intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi produksi dan rehabilitasi. Namun
Universitas Sumatera Utara
pengalaman selama ini menunjukkan bahwa bagaimanapun bagusnya konsep- konsep yang mendasari semua program tersebut, selama harga jual yang diterima
petani tidak turut diperbaiki oleh pemerintah, usaha-usaha pemerintah tersebut tidak akan membawa hasil yang optimal. Artinya volume produksi mungkin akan
meningkat, tetapi jauh di bawah target yang diharapkan, atau sama sekali tidak ada respons dari petani dalam bentuk peningkatan produksi Tambunan, 2003.
Solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut adalah
melalui pembuatan suatu regulasi pertanian dengan mengusahakan stabilitas harga dan pendapatan petani antara musim yang satu dengan musim lainnya dari tahun
ke tahun. Harga dan pendapatan yang rendah akan mengurangi semangat petani berproduksi. Stabilisasi harga dan pendapatan serta ekonomi pada umumnya tidak
lepas dari tujuan menciptakan iklim usaha yang baik dalam kegiatan ekonomi, baik dalam bidang pertanian maupun non-pertanian Rahim, 2008.
Rangsangan ekonomi dalam bentuk tingkat harga yang menguntungkan
merupakan faktor paling penting bagi petani untuk meningkatkan produksinya, seperti juga berlaku bagi setiap produsen di sektor-sektor lain. Petani pada
akhirnya akan merasa tidak ada untungnya memperluas lahan garapan, menerapkan teknologi baru, memakai pupuk yang berkualitas baik tetapi dengan
harga lebih mahal daripada pupuk organik, dan melakukan diversifikasi produksi apabila semua itu tidak menambah penghasilannya. Dalam kata lain, harga
merupakan faktor utama, sementara intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi produk dan rehabilitasi hanyalah merupakan faktor-faktor penunjang untuk
meningkatkan produksi. Pada akhirnya si petani sendiri yang menentukan apakah
Universitas Sumatera Utara
dia mau menambah produksinya atau tidak, karena dia yang melakukan produksi bukan pemerintah atau pihak lain Tambunan, 2003.
Harga merupakan faktor utama seperti yang dimaksud di atas. Oleh karena itu,
kebijakan menaikkan output pertanian bisa berhasil lewat pemberian insentif harga. Pemerintah harus mengetahui betul bagaimana respons suplai di sektor
pertanian terhadap perubahan harga. Tentu, respon ini berbeda menurut jenis komoditi dan bahkan antar petani di dalam kategori tanaman yang sama. Hal ini,
tergantung pada tujuan petani melakukan kegiatan bertani dan kondisi ekonominya. Besarnya respon penawaran terhadap perubahan harga juga sangat
penting bagi pembuat-pembuat kebijakan dalam mengevaluasi kebijakan. Pembuat-pembuat kebijakan juga dapat mengetahui apakah penetapan kebijakan
harga yang lebih tinggi di tingkat petani dapat menaikkan atau sebaliknya mengurangi produksi Tambunan, 2003.
2.2 Landasan Teori