Defenisi Dan Batasan Operasional Deskripsi Daerah Penelitian

jagung Sumatera Utara tahun 2012. Artinya ada dampak penetapan HRD jagung Sumatera Utara terhadap harga jual dan pendapatan petani.  t hitung t tabel maka tidak ada perbedaan harga jual dan pendapatan sebelum dan sesudah penetapan HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012. Artinya tidak ada dampak penetapan HRD jagung Sumatera Utara terhadap harga jual dan pendapatan petani.  t hitung t tabel maka ada perbedaan harga jual dan pendapatan sebelum dan sesudah penetapan HRD jagung Sumatera Utara tahun 2012. Artinya ada dampak penetapan HRD jagung Sumatera Utara terhadap harga jual dan pendapatan petani.

3.5 Defenisi Dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran penelitian ini maka digunakan defenisi dan batasan operasional sebagai berikut: Defenisi 1 Jagung adalah jagung yang sudah diberi perlakuan menjadi jagung pipil kering. 2 Harga referensi daerah HRD Jagung Sumatera Utara adalah harga minimum pembelian jagung di tingkat petani yang disepakati sebesar biaya produksi ditambah marginkeuntungan petani sebesar 30 yang berlaku di daerah Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 3 HRD jagung Sumatera Utara 2008 adalah harga referensi daerah HRD jagung di Sumatera Utara yang mulai berlaku 29 Agustus 2008. 4 HRD jagung Sumatera Utara 2012 adalah harga referensi daerah HRD jagung di Sumatera Utara yang mulai berlaku tanggal 20 Maret 2012. 5 Biaya produksi adalah biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan petani jagung selama melakukan usaha tani jagung di daerah penelitian. 6 Keuntungan 30 adalah pendapatan bersih usahatani jagung di daerah penelitian sebesar 30 dari total biaya produksi yang dikeluarkan dalam usaha tani jagung. 7 Harga jual adalah harga yang dijualkan petani jagung kepada pedagang. 8 Penerimaan adalah hasil produksi jagung dikali dengan harga jual jagung. 9 Pendapatan usaha tani adalah penerimaan petani jagung dikurangi dengan total biaya. Batasan Operasional 1 Penelitian dilaksanakan di Desa Lau Mil, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi. 2 Petani sampel adalah petani yang mengusahakan usaha tani jagung di Desa Lau Mil, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi pada musim tanam II Juli-Desember tahun 2011 dan tahun 2012.. 3 Penelitian dilakukan tahun 2013. Universitas Sumatera Utara BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak dan Topografi Desa Penelitian dilakukan di desa Lau Mil, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Desa Lau Mil mempunyai luas wilayah 400 Ha dengan jumlah penduduk 2112 jiwa atau 535 KK. Desa Lau Mil berjarak 6 km dari ibukota Kecamatan Tigalingga dengan waktu tempuh 15 menit dan berjarak 34 km dari ibukota Kabupaten Dairi dengan waktu tempuh 1,5 jam sedangkan jarak ke ibukota Provinsi Sumatera Utara sebesar 226 km dengan waktu tempuh 6 jam. Desa Lau Mil memiliki ketinggian 1100 meter di atas permukaan laut. Hal ini menunjukkan desa Lau Mil berada di dataran tinggi pegunungan. Secara administratif, Desa Lau Mil mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:  Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lau Sireme  Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukan Debi  Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gunung Sitember  Sebelah Timur berbatasan dengan Lau Sireme Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Luas dan Penggunaan LahanTanah

Penggunaan tanah di daerah penelitian menurut fungsinya terdiri atas pemukimanperumahan, perkebunanperladangan, pekuburan umum dan lahan milik desa kantor dan balai desa. Penggunaan lahan Desa Lau Mil dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi Penggunaan Lahan Desa Lau Mil Tahun 2012 No Jenis Penggunaan Lahan Luas Ha Persentase 1 PemukimanPerumahan 16 4 2 Pekuburan Umum 1 0,25 3 PerkebunanPerladangan 382 95,5 4 Lahan Milik Desa Kantor dan Balai Desa 1 0,25 Jumlah 400 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Lau Mil, 2013 Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa 95,5 luas lahan digunakan sebagai areal perkebunanperladangan yaitu seluas 382 Ha. Lahan perkebunan dimanfaatkan untuk tanaman coklat, kemiri, durian dan pisang sedangkan lahan perladangan digunakan untuk tanaman jagung, padi dan kacang tanah. 4.1.3 Keadaan Penduduk Penduduk di daerah penelitian terdiri dari beberapa suku yaitu suku Batak Toba, Karo, Pakpak, Nias dan Jawa. Bahasa sehari-hari yang digunakan sebagai alat komunikasi adalah bahasa Batak Toba, namun pada umumnya masyarakat mengerti bahasa Indonesia. Persentase penduduk Desa Lau Mil berdasarkan suku dapat dilihat dari tabel 4.2. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2. Tabel Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Tahun 2012 No Suku Jumlah KK Persentase 1 Batak Toba 509 95 2 Batak Karo 11 2 3 Batak Pakpak 11 2 4 Batak Nias 2 0,5 5 Jawa 2 0,5 Jumlah 535 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Lau Mil, 2013 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya penduduk Desa Lau Mil merupakan Suku Batak Toba, kemudian Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Nias dan Jawa. Jumlah penduduk desa Lau Mil sebanyak 2112 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 535 kepala keluargaKK. Jumlah dan distribusi penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Desa Lau Mil Menurut Umur Tahun 2012 No Umur Tahun Jumlah Jiwa Persentase 1 0-4 140 6,62 2 5-6 102 4,82 3 7-14 101 4,78 4 15-21 354 16,76 5 22-60 1247 59,07 6 60 168 7,95 Jumlah 2112 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Lau Mil, 2013 Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk Desa Lau Mil berada pada usia produktif antara 15-60 tahun yaitu sebanyak 75,83. Hal ini Universitas Sumatera Utara menggambarkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian cukup banyak. Selebihnya berada pada usia muda 0-14 tahun yaitu sebanyak 16,22 dan pada usia lanjut 60 sebanyak 7,95.

4.1.4 Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian utama penduduk Desa Lau Mil adalah petani. Selain itu ada sebagian yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS. Distribusi penduduk Desa Lau Mil menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2012 No Mata Pencaharian Jumlah KK Persentase 1 Petani 481 90 2 PNS 39 7,28 3 Lainnya 15 2,72 Jumlah 535 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Lau Mil, 2013 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian utama penduduk Desa Lau Mil adalah bertani yaitu sebanyak 481 KK atau 90 dari total jumlah kepala keluarga. Bertani dalam hal ini bukan hanya para petani jagung tetapi juga petani yang mengusahakan coklat, durian, kemiri, pisang, padi dan kacang tanah.

4.1.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu faktor dalam membangun dan mengembangkan masyarakat terutama dalam penerapan suatu inovasi dan penerimaan informasi kepada masyarakat petani. Gambaran penduduk Desa Lau Mil berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.5. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2012 No Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa Persentase 1 Belum Sekolah 250 11,83 2 SD 350 16,57 3 SMP 300 14,20 4 SMA 1100 52,08 5 D1-D3 60 2,84 6 S1 52 2,48 Jumlah 2112 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Lau Mil, 2013 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk di desa penelitian dengan tingkat pendidikan SMA adalah 1100 jiwa 52,08, kemudian tingkat SD sebanyak 350 jiwa 16,57 dan tingkat SMP sebanyak 300 jiwa 14,20. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Desa Lau Mil terbanyak berada pada tingkat SMA.

4.2 Sarana dan Prasarana