5. Evaluasi evaluation: bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur? Siapa yang mengevaluasi kebijakan? Apa konsekuensi
dari adanya evaluasi kebijakan? Adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau pembatalan?
I.6.4 Netralitas Birokrasi
Konsep pada netralitas birokrasi sangat erat dengan perkembangan analisis sosial dan politik hampir dua abad yang lalu. Sekitar abad ke 20-an, konsep
netralitas organisasi birokrasi menjadi sangat penting dalam kehidupan sosial politik modern. Para penulis di tahun 30-an mulai lantang berbicara tentang
managerial revolution dan konsep baru tentang birokrasi dunia bureaucratization of the world. Dengan itu, mereka juga ingin mengetahui sampai di mana peranan
birokrasi dalam perubahan-perubahan besar dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik pada zaman yang semakin maju ini.
Bila dibandingkan dengan kondisi birokrasi di Indonesia khususnya pada era Orde Baru yang berjalan hamipr 32 tahun di mana jelas bahwa birokrasi sudah
menampakkan keberpihakannya kepada satu kekuatan politik tertentu Golkar sebenarnya juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah politik Orde Baru itu sendiri.
Ketika masa Orde Baru lahir, kehidupan kepartaian kita Indonesia dalam kondisi dan situasi yang sangat memprihatinkan. Hal – hal ini disebabkan oleh strategi
pembangunan politik orde lama di mana PKI merupakan satu-satunya partai politik yang tetap eksis dengan fungsinya. Sedangkan parta-partai lain satu
persatu hilang, baik secara alamiah atupun karena tidak sesuai dengan Bung Karno sebagai Presiden yang sekaligus sebagai Panglima Tertinggi dan
menyatakan dirinya juga sebagai Panglima Besar Revolusi pada waktu itun itu yang mengeluarkan gagasan JAREK jalannya revolusi kita
Dalam keadaan seperti itu pulalah masyarakat sangat merindukan terciptanya satu situasi yang memungkinkan kepentingan mereka tersalurkan dan
terwakili melalui partai politik. Situasi yang demikian dibaca oleh rejim baru, sehingga begitu orde lama tumbang, orde baru berusaha untuk memulihkan
keadaan dengan menerapkan dua strategi dasar yaitu: pertama, menjadikan
Universitas Sumatera Utara
tentaraABRI sebagai ujung tombak demokrasi dan pemegang kemdali pemerintahan ditopang oleh birokrasi yang kuat dan terlepas dari ikatan
kepartaian konvensionaltradisional. Kedua, menitikberatkan pembangunan ke arah rehabilitasi ekonomi.
Dua strategi tersebut sangat jelas akan memerlukan stabilitas dengan segala resikonya yang dalam banyak hal akan merugikan bagi parpol non-pemerintah.
Dalam kerangka inilah ABRI kemudian mendirikan Sekretariat Bersama Golongan Karya pada tahun 1964 sebagai embrio bagi partai pemerintah partai
pelopor seperti konsep Presiden Soekarno. Dari sini kita melihat bahwa politik orde baru berusaha menciptakan iklim politik yang mendukung tumbuh suburnya
kembali partai-partai politik, namun tetap berada di bawah kontrol birokrasi sehingga tidak akan menggoyahkan stabilitas nasional.
13
Dengan melihat banyaknya masalah politisasi birokrasi yang tetap berlangsung, maka jelas tampak di sini pentingnya untuk mengartikulasikan
kembali tuntutan netralisasi birokrasi. Sebenarnya tuntutan seperti ini sudah pernah menghangat ketika muncul perdebatan mengenai rangkap jabatan seorang
Untuk mewujudkan Netralitas diharapkan dalam manajemen sistem kepegawaian perlu selalu ada:
a Stabilitas, yang menjamin agar setiap PNS tidak perlu kuatir akan masa
depannya serta ketenangan dalam mengejar karier. b
Balas jasa yang sesuai untuk menjamin kesejahteraan PNS beserta keluarganya. Sehingga keinginan untuk melakukan korupsi, baik korupsi
jabatan maupun korupsi harta, menjadi berkurang, kalau tidak mungkin dihapuskan sama sekali.
c Promosi dan mutasi yang sistematis dan transparan, sehingga setiap PNS
dapat memperkirakan kariernya dimasa depan serta bisa mengukur kemampuan pribadi
13
A. Isa Anshori. 1994. “Netralitas Birokrasi” Makalah disampaikan dalam Seminar Dikotomi Politik dan Administrasi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Universitas Sumatera Utara
pejabat pemerintahan sekaligus pengurus atau anggota partai. Namun demikian, tuntutan itu mendapatkan resistensi dari parpol dan para politisi atau kader partai
yang meraih kekuasaan dalam kepemimpinan birokrasi pemerintahan
I.6.5 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pegawai Negeri Sipil Salah satu langkah mendasar dari reformasi birokrasi, Pemerintah telah
menetapkan kebijakan baru dalam pembinaan Pegawai Negeri Sipil PNS sebagai bagian dari Pegawai Negeri, yang pada prinsipnya mengarahkan sikap
politik PNS dari yang sebelumnya harus mendukung golongan politik tertentu menjadi netral atau tidak memihak, yang selanjutnya lazim disebut kebijakan
netralitas politik PNS. Kebijakan netralitas PNS tersebut dinyatakan secara tegas dengan memasukkan pengaturannya dalam:
a. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian, Pasal 3 ayat 1 – 3: 1. Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang
bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara,
pemerintahan dan pembangunan. 2. Dalam kedudukan dan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat 1,
Pegawai Negeri harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. 3. Untuk menjamin netralitas Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud
dalam ayat 2, Pegawai Negeri dilarang menjadi anggota danatau pengurus partai politik.
14
14
Fokus Media, Pokok-Pokok Kepegawaian Edisi Lengkap, Bandung: Tahun 2007.
Universitas Sumatera Utara
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil menjadi anggota Partai Politik pada pasal 2
dan pasal 3.
PASAL 2:
1. Pegawai Negeri Sipil dilarang menjadi anggota danatau pengurus partai politik.
2. Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota danatau pengurus partai politik diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil.
PASAL 3:
1. Pegawai Negeri Sipil yang akan menjadi anggota danatau pengurus partai politik wajib mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil.
2. Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diberhentikan dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil. 3. Pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 berlaku
terhitung mulai akhir bulan mengajukan pengunduran diri.
15
c. Undang – Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dalam Pasal 59 ayat 5 bagian g, dimana Partai Politik atau gabungan partai politik pada saat mendaftarkan calon, wajib menyerahkan: “Surat
pernyataan mengundurkan diri dari jabatan negeri bagi calon yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, dan
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
16
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disipln
Pegawai Negeri Sipil. Dimana Larangan pada bagian Kedua Pasal 4 ayat 12 yaitu Larangan memberikan dukungan kepada Calon PresidenWakil
15
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil menjadi anggota Partai Politik.
16
Diakses dari www.kpu.go.id pada tanggal 20 Juli 2013
Universitas Sumatera Utara
Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:
- Ikut serta sebagai pelaksana kampanye,
- Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau
atribut Pegawai Negeri Sipil. -
Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan Pegawai Negeri Sipil Lainnya,
- Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara.
17
17
Diakses dari
e. Surat Edaran MenPan nomor 7 Tahun 2009 tentang Netralitas Pegawai
Negeri Sipil dalam Pemilihan Umum : - PNS yang mencalonkan secara perseorangan menjadi anggota DPD,
PresidenWakil Presiden, atau Kepala Daerah Wakil Kepala Daerah. 1. PNS yang mencalonkan secara perseorangan menjadi anggota
Dewan Perwakilan Daerah harus mengundurkan diri sebagai PNS. 2. PNS yang mencalonkan secara perseorangan menjadi
PresidenWakil Presiden harus mengundurkan diri dari jabatan negeri.
3. PNS yang mencalonkan secara perseorangan menjadi KepalaWakil Kepala Daerah harus mengundurkan diri dari jabatan negeri.
- PNS dilarang : Memberikan dukungan kepada calon PresidenWakil Presiden,
dengan cara: a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partaiPegawai Negeri Sipil;
www.depkeu.go.id pada tanggal 21 Juli 2013
Universitas Sumatera Utara
c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan kerjanya;
d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara; e. membuat keputusan danatau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu calon pasangan selama masa kampanye; f. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap
calon pasangan yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan,
seruan dan pemberian barang kepada Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungan kerjanya, anggota keluarga dan masyarakat.
I.7 METODE PENELITIAN