BAB III ANALISIS DATA
Pada bab ini akan disajikan data yang diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada para responden yaitu Pegawai Negeri Sipil pada Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dengan Sampel sebanyak 68 orang . Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil
yang tinggal atau menetap di Sumatera Utara. Setelah dilakukan penelitian di lapangan dengan cara menyebarkan kuisioner ini ke seluruh sampel Pegawai
Negeri Sipil maka di perolehlah berbagai data mengenai keadaan responden serta jawaban-jawaban dari beberapa pertanyaan yang di ajukan dalam
kuisioner tersebut yang kemudian akan disajikan dalam bab ini.
III.1 Identitas Responden
Berikut ini akan disajikan data yang berkaitan dengan identitas responden berdasarkan agama, usia, jenis kelamin, dan suku.
Tabel III.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Agama dan Usia Karakteristik berdasarkan agama
No Agama
GOLONGAN Jlh
Jlh II
III IV
1 Islam
12 17,65 25
36,76 19 27,95 56
82,36 2
Kristen Protestan -
5 7,35
2 2,94
7 10,29
3 Kristen Katholik
- 1
1,47 1
1,47 2
2,94 4
Buddha -
2 2,94
- 2
2,94 5
Hindu -
- 1
1 1
1,47 6
Konghucu -
- -
TOTAL 68
100 Sumber: Kuesioner Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik berdasarkan usia
No Usia
GOLONGAN Jlh
Jlh II
III IV
1 20 – 30
10 14,70 -
- 10
14,70 2
31 – 40 2
2,94 23
33,82 2 2,94
27 39,71
3 41 - 50
- 10
14,70 11
16,18 21 30.89
4 51 - 60
- -
10 14,70 10
14,70 TOTAL
68 100
Sumber: Kuesioner Penelitian
Diagram III.1
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel III.1 diatas dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan agama yang dilakukan secara acak oleh peneliti lebih dominan ke
agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari golongan II dengan 12 responden 17,65, golongan III dengan 25 responden 36,76 dan golongan IV dengan
19 responden 27,95. Peneliti secara acak memberikan kuesioner kepada responden tidak berdasarkan agama, dengan demikian maka peneliti tidak
bermaksud diskriminasi atau membeda-bedakan agama. Karakteristik berdasarkan usia yang peneliti temukan dilapangan adalah
rentang usia mulai 20 sampai 60 tahun. Dan pada penelitian kali ini usia terbanyak yang peneliti temukan adalah usia yang berkisar antara usia 31 – 40
tahun yaitu sebanyak 27 responden yang terdiri dari 2 responden dari golongan II, 23 responden dari golongan III dan 2 responden dari golongan IV. Usia termuda
pada penelitian ini yaitu usia 28 tahun yang terdapat pada golongan II, lebih tepatnya golongan IIb dengan 1 responden. Sedangkan usia yang terbesar pada
penelitian ini yaitu kisaran usia 51 - 60 tahun dengan 10 responden dari golongan IV .
Universitas Sumatera Utara
Tabel III.2
Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin
GOLONGAN Jlh
Jlh II
III IV
1 Laki-Laki
9 13,24 15
22,07 14 20,60 38
55,88 2
Perempuan 3
4,41 18
26,47 9 13,24 30
44,12 TOTAL
68 100
Sumber: Kuesioner Penelitian
Diagram III.2
Perbedaan pada tabel jenis kelamin bukanlah suatu ajang perbedaan atau faktor penentu bagi masyarakat untuk ikut ataupun tidak mau ikut dalam
pemilihan, dimana adanya kesamaan hak antara perempuan dan laki-laki dalam hal memberikan sikap dalam berpolitik. Namun dalam hal ini, jika kita
memandang dan melihat apa yang terjadi di Negara Indonesia bahwa pada umumnya laki-laki lebih dominan dan aktif memasuki dunia politik
dibandingkan dengan perempuan. Walaupun demikian dari jumlah responden yang diambil jumlah laki-laki dan perempuan perbandingan tidak terlalu jauh.
Oleh karena itu, komposisi berdasarkan jenis kelamin masih dianggap berimbang.
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel III.2 tentang karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak
bila dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin perempuan. Sebanyak 38 responden atau 55,88 yang terdiri dari 9 responden 13,24
dari golongan II, 15 responden 22,07 dari golongan III dan 14 responden 20,60 dari golongan IV adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki.
Sedangkan untuk responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 3 responden 4,41 dari golongan II, 18 responden 26,47 dari golongan III,
dan 9 responden 13,24 dari golongan IV.
Tabel III.3
Karakteristik Berdasarkan Suku
No Agama
GOLONGAN Jlh
Jlh II
III IV
1 Mandailing
1 1,47
10 14,71 6
8,82 17
25.00 2
Batak 2
2,94 6
8,82 5
7,35 13
19,12 3
Karo 2
2,94 6
8,82 2
2,94 10
14,71 4
Minang 2
2,94 2
2,94 2
2,94 6
8,82 5
Melayu 2
2,94 4
5,88 5
7,35 11
16,18 6
Jawa 3
4,41 3
4,41 2
2,94 8
11,76 7
Tionghoa -
1 1,47
- 1
1,47 8
Aceh -
1 1,47
1 1,47
2 2,94
TOTAL 68
100 Sumber: kuesioner penelitian
Universitas Sumatera Utara
Diaram III.3
Berdasarkan tabel III.3 diatas dapat dilihat karakteristik berdasarkan suku yang dilakukan secara acak oleh peneliti yang paling dominan dianut adalah suku
mandailing dengan 17 responden 25 yang terdiri dari 1 responden 1,47 golongan II, 10 responden 14,71 dari golongan III dan 6 responden 8,82
golongan IV. Dapat dikatakan dalam pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah di Sumatera Utara ini masih tergolong sangat unik, karena sebagian besar
penduduknya akan memilih yang masih memiliki hubungan kesukuan dengan mereka.
Jika dilihat dari tabel diatas suku mandailing lah yang paling dominan diantara yang lainnya. Apakah hubungan kesukuan ini akan mempengaruhi
perilaku mereka dalam memiih? Jawaban dari pertanyaan tersebut akan kita lihat berdasarkan data-data yang akan dijabarkan selanjutnya.
III.2 Evaluasi Perilaku Pemilih
Berikut ini disajikan data dari jawaban responden terhadap keseluruhan pertanyaan melalui kuesioner yang telah disebarkan yaitu menyangkut evaluasi
responden tentang perilaku pemilih sebagai Pegawai Negeri Sipil terhadap Pemilihan Kepala Daerah Gubernur Sumatera Utara tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
Tabel III.4
Jumlah Responden Terdaftar
No Terdaftar
GOLONGAN Jlh
Jlh II
III IV
1 Ya
12 17,65 33
48,53 23 33,82 68
100 2
Tidak -
- -
TOTAL 68
100 Sumber: Kuesioner Penelitian
Pandangan Responden dalam Menggunakan Hak Pilih No
Meggunakan Hak Pilih
GOLONGAN Jlh
Jlh II
III IV
1 Ya
10 14,71 32
47,06 23 33,82 65
95,59 2
Tidak 2
2,94 1
1,47 -
3 4,41
TOTAL
68 100
Sumber: Kuesioner Penelitian
Diagram III.4
Universitas Sumatera Utara
Melalui tabel III.4 dapat dilihat bahwa semua Pegawai Negeri Sipil yang menjadi responden pada penelitian ini mengaku telah terdaftar untuk
memberikan suaranya pada Pemilihan Umum Kepala Daerah tahun 2013. Tetapi hal ini agak kurang berbanding dengan hak mereka dalam mengunakan
hak pilih. Hanya ada 65 responden yang terdiri dari 10 responden dari golongan II, 32 responden dari golongan III dan 23 responden dari golongan IV yang
menggunakan hak pilih mereka pada hari pemungutan suara. Dalam hal ini terlihat bahwa sebagai pemilih yang sebenarnya dituntut harus netral, tingkat
partisipasi politik para Pegawai Negeri Sipil di Kantor Kementerian Agama ini pun cukup tinggi.
Sedangkan yang tidak menggunakan hak pilih golput adalah sebanyak 3 responden yang terdiri dari 2 responden dari golongan II dan 1 responden dari
golongan III meskipun hanya 3 responden 4,41 saja yang tidak menggunakan hak pilihnya, angka golput dikalangan Pegawai Negeri Sipil Kanwil Kementerian
Agama ini tergolong rendah. Pada tabel selanjutnya dapat dilihat alasan-alasan khusus mereka dalam
menggunakan hak pilih dan alasan-alasan khusus bagi yang tidak menggunakan hak pilihnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel III.5
Alasan Responden dalam menggunakan hak pilih
No Alasan
GOLONGAN Jlh
Jlh II
III IV
1 Sadar sebagai
WNI 5
7,70 16
24,61 11 17,01 32
49,22 2
Adanya imbalan 1
1,54 6
9,23 3
4,61 10
15,38 3
Ajakan orang 4
6,15 10
15,39 9
13,85 23 35,40
TOTAL 65
100 Sumber: Kuesioner Penelitian
Alasan Responden tidak menggunakan hak pilih
No Alasan
GOLONGAN Jlh
Jlh
II III
IV
1 Tidak percaya
- 1
33,33 - 1
33,33 2
Tidak sesuai 2
66,67 - -
2 66,67
3 Ajakan orang
- -
- TOTAL
3 100
Sumber: Kuesioner Penelitian
Diagram III.5
Universitas Sumatera Utara
Tabel dan diagram diatas adalah pandangan responden terhadap alasan khusus mereka dalam menggunakan hak pilih dan alasan khusus mereka bagi
yang tidak menggunakan hak pilih. Dari tabel diatas dapat dilihat sebanyak 65 responden yang menggunakan hak pilih dengan berbagai alasan. Sebanyak 32
responden yang terdiri dari 5 responden 7,70 dari golongan II, 16 responden 24,61 dari golongan III dan 11 responden 17,01 dari golongan IV
menggunakan hak pilihnya karena sadar telah memiliki hak sebagai warga Negara Indonesia. Melihat tingginya persentasi memilih mereka karena
kesadaran sebagai warga Negara ini adalah salah satu bentuk perilaku politik yang baik, dimana Pegawai Negeri Sipil ini sadar sebagai warga Negara yang
diberikan hak dan kebebasan untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan pilihan mereka.
Sedangkan alasan memilih mereka karena adanya janji diberikan imbalan kepada pribadi yang memilih. Dimana 10 responden yang terdiri 1 responden
1,54 dari golongan II, 6 responden 9,23 dari golongan III, dan 3 responden 4,61 dari golongan IV mengikuti pemilu karena akan diberikan imbalan yang
setimpal ini memiliki persentasi cukup tinggi dengan jumlah 15,38. Hal seperti ini sangat disayangkan sekali, karena masih menginginkan imbalan sebagai
pengganti hak pilih mereka. Kemudian ada 23 responden yang memilih karena
Universitas Sumatera Utara
alasan adanya ajakan keluargaorang lain. Dimana 4 responden 6,15 dari golongan II, 10 responden 15,39 dari golongan III dan 9 responden 13,85
dari golongan IV. Dalam hal ini biasanya ajakan berasal dari suamiistri, ataupun dari keluarga terdekat yang menjadi acuan mereka dalam memilih. Kejadian
seperti ini biasanya dikarenakan minimnya sosialisasi informasi para calon Pemilukada tersebut.
Alasan bagi mereka yang tidak menggunakan hak pilihnya atau golput dikarenakan banyak hal, salah satu yang paling dominan adalah calon-calon
kepala daerah yang menurut mereka kurang sesuai di hati. Alasan tidak sesuaimenarik meliputi 2 responden dari golongan II. Sedangkan 1 responden
dari golongan III memilih alasannya adalah karena tidak percaya terhadap janji-janji calon-calon Kepala Daerah tersebut. Misalnya saja tidak percaya pada
visi dan misi pasangan calon, dan tidak percaya terhadap program kerja yang mungkin tidak akan terealisasikan menjadikan alasan bagi mereka untuk tidak
menggunakan hak pilihnya golput.
III.3 Evaluasi tentang Kampanye
Berikut ini akan disajikan keseluruhan dari jawaban responden yang berkaitan dengan kampanye pada pemilihan Kepala Daerah Gubernur tahun
2013. Tentang keterlibatan mereka sebagai pemilih pemula didalam kampanye dan juga apakah kampanye itu nantinya akan mempengaruhi keputusan mereka
ketika proses pemungutan suara itu terjadi. Tabel III.6
Jumlah Responden terhadap Pernah atau Tidak Melihat Kampanye
No Kampanye
GOLONGAN Jlh
Jlh II
III IV
1 Pernah
12 17,65 33
48,53 23 33,82 68
100 2
Tidak Pernah -
- -
TOTAL
68 100
Universitas Sumatera Utara
Diagram III.6
Kampanye merupakan salah satu usaha dari kandidatpara calon untuk meyakinkan para calon pemilih untuk mendapat dukungan yang sebesar-besarnya
dengan menawarkan banyak program dan menawarkan pembangunan dan penawaran yang lain. Melalui kampanye yang dilakukan para kandidat pada saat
inilah mereka menyampaikan s egala banyak hal yang dapat memikat perhatian masyarakat untuk dapat memilih mereka. Bagi publik masyarakat atau calon
pemilih kampanye merupakan sarana untuk melihat, mengamati, menentukan calon mana yang akan menjadi pilihanya. Begitu juga dengan sebaliknya
kampanye bukanlah hanya sekedar penyampaian visi dan misi dan menyampaikan janji saja bagi masyarakat supaya dipilih melainkan janji adalah
suatu hal yang akan di tepati. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 68 responden dari
golongan II dengan 12 responden, golongan II dari 33 responden dan golongan IV dari 23 responden mengaku pernah melihat kampanye dalam berbagai
bentuk.
Universitas Sumatera Utara
Tabel III.7
Pasangan Calon yang dipilih responden
No Pasangan Calon
GOLONGAN Jlh
Jlh II
III IV
1 Gus - Soekirman
2 2,94
8 11,76 5
7,35 15
22.06 2
Effendi - Jumiran 1
1,47 2
2,94 2
2,94 5
7,35 3
Chairuman-Fadly 1 1,47
2 2,94
1 1,47
4 5,88
4 Amri – RE
2 2,94
4 5,89
2 2,94
8 11,77
5 Gatot – Erry
6 8,82
17 25
13 19,12 36
52,94 TOTAL
68 100
Sumber: Kuesioner Penelitian
Diagram III.7
Dari data tabel III.7 diatas, bahwa 36 responden 52,94 mengaku memilih pasangan Calon Gatot Pujonugroho dan Tengku Erry Nuradi. Adapun 6
responden 8,82 dari golongan II, 17 responden 25 dari golongan III dan 13 responden 19,12 dari golongan IV. Di peringkat kedua adalah pasangan calon
Gus Irawan dan Soekirman memiliki 15 responden 22,06, yaitu 2 responden 2,94 dari golongan II, 8 responden 11,76 dari golongan III dan 5
responden 7,35 dari golongan IV. Di peringkat ketiga adalah pasangan calon
Universitas Sumatera Utara
Amri Tambunan – RE Nainggolan dengan 8 responden 11,77, dimana golongan II terdapat 2 responden 2,94, golongan III memiliki 4 responden
5,89, dan golongan IV memiliki 2 responden 2,94. Di peringkat keempat memiliki suara 5 responden 7,35 pada pasangan calon Effendi Simbolon dan
Jumiran, dimana golongan II memiliki 1 responden 1,47, golongan III memiliki 2 responden 2,94, dan golongan IV memiliki 2 responden
2,94.Sedangkan di peringkat kelima terdapat pasangan calon Chairuman dan Fadly terdapat 4 responden 5,88 dimana golongan II terdapat 1 responden
1,47, golongan III memiliki 2 responden 2,94 dan golongan IV memiliki 1 responden 1,47.
Tabel III.8
Bentuk kampanye yang sering dilihat responden
No Bentuk
Kampanye GOLONGAN
Jlh Jlh
II III
IV
1 Bertatap muka
1 1,47
2 2,94
6 8,82
9 13,23
2 TV, Iklan, Media
10 14,71 23
33,82 11 16,18 44
64,71 3
T
okoh masyarakat
- 1
1,47 1
1,47 2
2,94 4
Partai pendukung 1 1,47
7 10,3
5 7,35
13 19,12
TOTAL 68
100 Sumber: Kuesioner Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Diagram III.8
Dari tabel III.7 diatas dapat dilihat bahwa kampanye yang paling sering dilihat atau didengar para responden adalah kampanye dari berita tv, koran,
ataupun media-media lain. Sosialisasi para calon dengan bertatap muka dengan mereka sangatlah minim, lihat saja hanya 9 responden yang mengaku melihat
kampanye dengan bertatap muka dengan para calon kandidat. Kurangnya sosialisasi langsung dari para pasangan calon ke masyarakat yang membuat
masyarakat tidak begitu tahu bagaimana sosok calon yang akan mereka pilih nantinya. Mereka hanya membaca janji-janji para pasangan calon tersebut melalui
koran dan internet dan hanya mendangar melalui televisi dan radio. Semakin majunya teknologi membuat para pasangan calon ini malas untuk
mensosialisasikan kinerja mereka jika terpilih nantinya.
Tabel III.9
Jumlah responden dalam keterlibatan kampanye
No Bentuk
Kampanye GOLONGAN
Jlh Jlh
II III
IV
1 Pernah
- 1
1,47 -
1 1,47
2 Tidak
12 17,65 32
47,06 23 33,82 67
98,53 TOTAL
68 100
Sumber: Kuesioner Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Diagram III.9
Tabel diatas menunjukan bahwa dari para responden yang menggunakan hak pilihnya sama sekali hamper tidak terlibat langsung dalam proses kampanye
para pasangan calon. Hanya 1 responden saja yang mengaku pernah ikut berpartisipasi dalam kampanye. Kesibukan diperkantoran dan kurangnya minat
mereka dalam proses kampanye langsung menjadi alasannya. Dan tidak adanya dari mereka yang aktif di dalam kegiatan partai politik.
Tabel III.10
Motivasi responden dalam memilih
No Motivasi
Memilih GOLONGAN
Jlh Jlh
II III
IV
1 Hati Nurani
3 4,41
17 25
8 11,77 28
41,18 2
Visi dan Misi 6
8,82 8
11,76 10 14,71 24
35,30 3
Ajakan orang lain 2 2,94
3 4,41
3 4,41
8 11,76
4 Iklan dan spanduk 1
1,47 5
7,35 2
2,94 8
11,76 TOTAL
68 100
Sumber: Kuesioner Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Diagram III.10
Dari Tabel III.9 diatas, dapat dilihat bahwa para responden berdarkan motivasi yang berbeda dalam memilih, diantaranya adalah: 41,18 memilih
berdasarkan hati nurani yaitu golongan II 4,41 3 responden, golongan III 25 17 golongan, dan golongan IV 11,77 8 responden. Memilih
berdasarkan Visi dan Misi yaitu 35,30 antara lain golongan II 8,82 6 responden, golongan III 11,76 8 responden, dan golongan IV 14,71 10
responden. Memilih berdasarkan karena adanya ajakan dari orang lain memiliki 11,76 antara lain, golongan II 2,94 2 responden, golongan III 4,41 3
reponden, dan golongan IV 4.41 3 responden. Sedangkan untuk yang memilih berdasarkan karena melihat iklan dan spanduk memiliki 11,76 antara lain,
golongan II 1,47 1 responden, golongan III 7,53 5 responden dan golongan IV terdapat 2,94 2 responden.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa responden yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera
Utara memiliki lebih banyak memilih calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur berdasarkan hati Nurani pribadi masing-masing. Karena setiap orang sudah
memiliki calon-calon yang memang sudah mereka unggulkan.
Universitas Sumatera Utara
III.4 Evaluasi tentang Peraturan Pemerintah
Berikut ini disajikan data dari jawaban responden terhadap keseluruhan pertanyaan melalui kuesioner yang telah disebarkan yaitu menyangkut evaluasi
responden tentang pengetahuan terhadap Peraturan Pemerintah atau Peraturan- Peraturan lainnya yang menyangkut terhadap Netralitas Pegawai Negeri Sipil
dalam Pemilukada.
Tabel III.11
Jumlah responden mengetahui Peraturan Pemerintah
No Peraturan
Pemerintah GOLONGAN
Jlh Jlh
II III
IV
1 Tahu
12 17,65 33
48,53 23 33.82 68
100 2
Tidak Tahu -
- -
TOTAL 68
100 Sumber : Kuesioner Penelitian
Diagram III.11
Universitas Sumatera Utara
Tabel III.10 diatas menunjukkan bahwa Seluruh responden yang berjumlah 68 responden mengatakan bahwa mengetahui adanya Peraturan
Pemerintah yang mempengaruhi netralitas Pegawai Negeri Sipil terhadap Pemilukada 2013. Hal seperti ini sangat baik sekali untuk meningkatkan
kedisiplinan terhadap Pegawai Negeri Sipil.
Tabel III.12
Jumlah repsonden yang mengetahui Undang-Undang No. 43 Tahun 1999
No Undang-undang
GOLONGAN Jlh
Jlh II
III IV
1 Tahu
12 17,65 33
48,53 23 33,82 68
100 2
Tidak Tahu -
- -
TOTAL 68
100 Sumber : Kuesioner Penelitian
Diagram III.12
Dari Penelitian terhadap Tabel dan Diagram III.11 diatas bahwa 100 responden mengetahui tentang Undang-Undang Pegawai Negeri Sipil nomor 43
Tahun 1999 yang berisi tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Undang-Undang
Universitas Sumatera Utara
tersebut adalah hal dasar yang dapat membangun netralitas Pegawai Negeri Sipil terhadap Pemilukada dan hal lain yang hubungan dengan perpolitikan.
Dengan 100 responden yang menyatakan mengetahui tentang Undangt- Undang tersebut merupakan hal yang sangat baik dalam meningkatkan sifat-sifat
jujur, adil yang sebagaimana diterapkan dalam pokok-pokok Kepegawaian Tersebut.
Tabel III.13
Jumlah Responden yang mematuhi Peraturan Pemerintah
No Peraturan
Pemerintah GOLONGAN
Jlh Jlh
II III
IV
1 Mematuhi
12 17,65 33
48,53 23 33,82 68
100 2
Tidak Mematuhi -
- -
TOTAL 68
100 Sumber: Kuesioner Penelitian
Diagram III.13
Hasil dari Tabel dan Diagram III.12 diatas menunjukkan bahwa 100 responden mengaku mematuhi peraturan-peraturan Pegawai Negeri Sipil yang
Universitas Sumatera Utara
berlaku. Hal ini dinilai baik karena Pegawai Negeri yang terdapat pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara, mengetahui pasti peraturan-
peraturan yang berhubungan dengan sifat jujur dan setia sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Tabel III.14
Pelanggaran berat terhadap pelanggaran
No Dilarang
kampanye GOLONGAN
Jlh Jlh
II III
IV
1 Tidak Tahu
- -
- 2
Tahu 12
17,65 33 48,53 23
33,82 68 100
TOTAL
68 100
Sumber: Kuesioner Penelitian
Diagram III.14
Dari tabel diatas, sama seperti hasil-hasil sebelumnya, bahwa ke 68 responden mengakui mereka mengetahui tentang Undang-Undang yang
menyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil dilarang menjadi peserta kampanye
Universitas Sumatera Utara
terdapat pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Hal ini menunjukkan bahwa Pegawai Negeri Sipil di Kanwil Kemenagsu termasuk memiliki sifat yang berdisiplin dalam mematuhi dan mengerti tentang
Netralitas maupun Disiplin yang diterapkan oleh Peraturan dan Perundang- Undangan.
Tabel III.15
Jumlah responden yang tertarik memilih Cagub dan Cawagub
No Tertarik
terhadap Imbalan
GOLONGAN Jlh
Jlh II
III IV
1 Ya
3 4,41
2 2,94
2 2,94
7 10,29
2 Tidak tertarik
5 7,35
11 16,18 3
4,41 19
27,94 3
Bisa Saja 4
5,89 20
29,41 18 26,47 42
61,77 TOTAL
68 100
Diagram III.15
Data diatas menunjukkan bahwa 42 responden 61,77 mengaku biasa saja dalam memilih Kepala Daerah yang memberikan imbalan. Antara lain:
Universitas Sumatera Utara
golongan II dengan 4 responden 5,89, golongan II dengan 20 responden 29,41 dan golongan III berjumlah 18 responden 26,47. Hal seperti ini
dapat dinilai cukup bagus, karena dapat meningkatkan kesadaran pribadi masing- masing Pegawai Negeri Sipil dalam memilih Kepala Daerah yang dirasa layak.
Menurut data tersebut juga menyatakan bahwa 19 responden 27,94 mengaku tidak tertarik dengan Kepala Daerah yang memberikan imbalan terhadap
masyarakat. Golongan II terdiri dari 5 responden 7,35, golongan III terdiri dari 11 responden 16,18 dan golongan IV memiliki 3 responden 4,41.
Angka ini tidak lebih banyak dari responden yang menjawab biasa saja. Responden yang memilih tidak tertarik terhadap imbalan-imbalan dari calon-calon
Kepala Daerah, memiliki prinsip bahwa suara mereka tidak dapat dibeli ataupun diuangkan.
Sedangkan yang memilih Ya atau setuju diberikan imbalan-imbalan oleh Calon Kepala Daerah memiliki 7 responden 10,29 yang terdiri dari 3
responden 4,41 golongan II, 2 responden 2,49 golongan III dan 2 responden 2,49 golongan IV.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah di lakukan pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara, Hampir semua responden yang
menerima kuesioner dari peneliti, mengaku bahwa mereka telah mengetahui dan memahami mengenai peraturan-peraturan maupun Undang-Undang yang berlaku
terhadap Disipin Pegawai Negeri Sipil dan Netralitas Pegawai Negeri Sipil. Mereka memahami bahwa netrralitas dalam setiap Pegawai Negeri Sipil adalah
penting, karena mengingat Pegawai Negeri Sipil adalah aparatur Negara sebagai abdi dan pelayan masyarakat.
Mengenai pertanyaan yang sedikit lebih mendalam terhadap responden, bahwa penulis mendapatkan bahwa tidak sedikit juga responden yang benar-benar
memahami tentang Peraturan maupun Undang-Undang yang berlaku terhadap netralitas Pegawai Negeri Sipil, terutama pada golongan II atau masih termasuk
golongan rendah pada Pegawai Negeri Sipil. Misalnya saja, masih ada yang ikut membantu dalam kegiatan kampanye, meskipun mereka hanya menjelaskan
bahwa, hanya sekedar membantu, tidak bermaksud untuk berpihak atau berat
Universitas Sumatera Utara
sebelah terhadap Partai Politik atau organisasi apapun. Ataupun adanya pelanggaran-pelanggaran disiplin ringan yang mereka anggap tidak melanggar
Undang-Undang atau Peraturan-Peraturan yang berlaku. Hal-hal seperti itu lah yang penulis rasa bahwa adanya indikasi ketidak
netralan para responden itu yang mengaku mengetahui tentang semua Peraturan maupun Undang-Undang yang berlaku, tetapi tidak sedikit juga yang belum
benar-benar memahami Peraturan tersebut. Dalam hal ini menurut seorang narasumber dari Pegawai Negeri Sipil
Kanwil Kemenag Prov.SU dan dari data yang pernah saya lihat di website bahwa yang dimaksud mengikuti kampanye yang tidak melanggar peraturan adalah
“hanya sekedar datang dan meramaikan” kampanye. Tidak memihak, tidak mempengaruhi orang lain, tidak menggunakan atribut-atribut kampanye, dan tidak
juga mengikutsertakan diri dalam tim sukses calon pada kampanye. Jadi dari hasil yang saya dapat, bahwa semua aktivitas kampanye dan ikut serta membantu
kampanye itu dilarang keras, sedangkan hanya mendatangi kampanye saja, itu tidak dilarang dan hal tersebut dilakukan harus diluar jam kerja.
Pada hasil penelitian berikutnya juga, bahwa banyaknya responden yang memilih calon Incumbent atau dalam hal ini ialah pasangan nomor urut 5 yaitu
Gatot Pujonugroho dan T. Erry Nuradi. Penulis melakukan sedikit wawancara atau pertanyaan mendalam seputar hal tersebut terhadap salah satu orang penting
dari Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Sunatera Utara. Memang beliau mengatakan bahwa banyak Pegawai Negeri Sipil pada
Kantor Kementerian Agama Provsu ini memilih Gatot Pujonugroho dan T. Erry Nuradi. Beliau memilih pasangan Incumbent ini selain dari visi dan misi yang
meyakinkan, pasangan ini dirasa telah memiliki lebih banyak pengalaman dalam memimpin Sumatera Utara ini. Meskipun beliau tidak membantah bahwa, belum
terlalu memiliki perubahan yang signifikan terhadap Sumatera Utara ketika Gatot Pujonugroho itu menjabat sebagai Plt. Gubernur Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Beliau menjelaskan bahwa pernah menjadi sebuah tradisi dalam Pegawai Negeri Sipil memilih calon-calon dari Partai Golkar. Tetapi seiring dengan
berjalannya waktu, hal tersebut dirasa kurang adil dan kurang berkembang. Sumatera Utara juga membutuhkan suatu perubahan yang mendukung kemajuan
daerahnya. Indikasi lain yang juga penulis tangkap mengenai hal ini, bahwa beliau memaparkan bahwa Gatot Pujonugroho memiliki sosialisasi yang baik terhadap
Pegawai Negeri Sipil, sehingga hal-hal tersebut lah yang meyakinkan beliau untuk ikut memilih Gatot-Erry.
Sedangkan pertanyaan lebih mendalam kepada salah seorang responden mengenai apa alasan mereka dalam memilih dan percaya kepada calon Incumbent,
beliau menjawab bahwa memilih pasangan calon tersebut tidak lain adalah karena adanya kesamaan etnisitas. Terlebih lagi karena adanya arahan dari atasan-atasan
untuk memiih. Hal-hal seperti ini juga merupakan adanya indikasi ketidak netralan terhadap Pemilukada Sumatera Utara karena termasuk adanya
pemobilisasian Pegawai Negeri Sipil.
Dari hasil penelitian-penelitian inilah didapat bahwa ternyata meskipun Pegawai Negeri Sipil di Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara
memiliki pengetahuan tentang peraturan dan undang-undang Disipilin Pegawai Negeri tetapi tidak dapat dipungkiri juga bahwa mereka memiliki indikasi-
indikasi sebuah ketidaknetralan. Bentuk kepatuhan Pegawai Negeri Sipil ini sendiri juga dapat dinilai baik, karena meskipun tidak terlalu paham secara
mendalam tentang peraturan-peraturan dan sanksi mengenai pelanggaran terhadap Netralitas, tetapi mereka mengikuti dan patuh terhadap peraturan tersebut karena
mereka mengerti sekali terhadap sanksi-sanksi yang berlaku.
Harus diakui mungkin sedikit mewujudkan netralitas PNS mengingat PNS Indonesia selama 32 tahun menjadi pendukung utama partai politik yang berkuasa
pada masa itu yang menyebabkan hancurnya tatanan politik yang demokratis. Ketidak netralan PNS dalam Pilkada bukan sepenuhnya pilihan mereka, tapi
Universitas Sumatera Utara
karena kondisi real dari sistem birokrasi yang lebih berorientasi kepada loyalitas terhadap pimpinan dari pada negara. Keterlibatan PNS baik secara individu
maupun institusional dalam Pilkada sudah pasti akan menyebabkan terjadinya konflik kepentingan yang bisa merusak tatanan bernegara dalam jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENUTUP